Dosen Pengampu :
Dzarna M.Pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan.............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
2.1 Pengertian Fiksi..............................................................................................5
2.2 Ragam Prosa...................................................................................................6
2.2.2 Prosa lama................................................................................................7
2.3 Pengolahan Unsur Fiksi..................................................................................8
2.3.1 Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik......................................................8
2.3.2 Fakta, tema, sarana cerita.........................................................................9
2.3.3 Analisis Pengolahan Unsur Fiksi...........................................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................
3.1 Kesimpulan...................................................................................................17
DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prosa dalam kesusastraan sering disebut juga dengan istilah fiksi. Kata
prosa diambil dari bahasa Inggris, yakni prose. Prosa atau fiksi memiliki arti
sebuah karya naratif yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan,
tidak berdasarkan kenyataan atau dapat juga berarti suatu kenyataan yang yang
lahir berdasarkan khayalan. Sudjiman (1984:17) menyatakan bahwa fiksi adalah
cerita rekaan, kisahan yang mempunyai tokoh, lakuan, dan alur yang dihasilkan
oleh daya khayal atau imajinasi.
Jika berbicara fiksi, maka konteksnya mengingatkan kepada karya sastra.
Sebaliknya jika berbicara karya sastra, maka konteks tersebut akan mengarahkan
kepada sebuah karya sastra yang bersifat fiktif. Secara umum prosa/fiksi memiliki
arti sebuah cerita rekaan yang kisahannya mempunyai aspek tokoh, alur, tema,
dan pusat pengisahan yang keseluruhannya dihasilkan oleh daya imajinasi
pengarang. Muliadi (2017:1) mengatakan bahwa fiksi atau prosa adalah salah satu
jenis gengre sastra,di samping gengre lainya.gengre lain yang di maksut ialah
puisi dan drama. Prosa termasuk karya sastra yang disebut, cerpen, cerber,dan
novel.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk Mengetahui Pengertian Fiksi.
2. Untuk Mengetahui Ragam Prosa.
3. Untuk Mengetahui Pengolahan Unsur Fiksi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.2 Ragam Prosa
Prosa dalam kesusastraan sering disebut juga dengan istilah fiksi. Kata
prosa diambil dari bahasa Inggris, yakni prose. Prosa atau fiksi memiliki arti
sebuah karya naratif yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan,
tidak berdasarkan kenyataan atau dapat juga berarti suatu kenyataan yang yang
lahir berdasarkan khayalan. Sudjiman (dalam hairuddin 1984:17) menyatakan
bahwa fiksi adalah cerita rekaan, kisahan yang mempunyai tokoh, lakuan, dan alur
yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Jika berbicara fiksi, maka
konteksnya mengingatkan kepada karya sastra. Sebaliknya jika berbicara karya
sastra, maka konteks tersebut akan mengarahkan kepada sebuah karya sastra yang
bersifat fiktif. Secara umum prosa/fiksi memiliki arti sebuah cerita rekaan yang
kisahannya mempunyai aspek tokoh, alur, tema, dan pusat pengisahan yang
keseluruhannya dihasilkan oleh daya imajinasi pengarang. Muliadi (dalam
hairuddin 2017:1) mengatakan bahwa fiksi atau prosa adalah “salah satu jenis
gengre sastra,di samping gengre lainya.gengre lain yang di maksut ialah puisi dan
drama. Prosa termasuk karya sastra yang disebut,cerpen, cerber,dan novel”.
Aminuddin (dalam hairuddin 1985: 66) menyatakan bahwa istilah prosa
fiksi atau cukup disebut karya fiksi, biasa juga disebut dengan prosa cerita, prosa
narasi, narasi, atau cerita berplot. Pengertian prosa fiksi tersebut adalah kisahan
atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranananya,
latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi
pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Prosa dalam pengertian kesastraan
juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (nartive text) atau wacana naratif
(narrative discource). Sehingga istilah prosa atau fiksi atau teks naratif, atau
wacana naratif berarti cerita rekaan (cerkan) atau cerita rekaan. Fiksi merupakan
karya naratif yang isinya tidak menyarankan (tidak mengacu) pada kebenaran
sejarah Abrams (dalam hairuddin 1981:61). Istilah fiksi sering dipergunakan
dalam pertentangannya dengan realitas (sesuatu yang benar ada dan terjadi
didunia nyata sehingga kebenarannya pun dapat dibuktikan dengan data empiris).
Benar tidaknya, ada tidaknya, dan dapat tidaknya, sesuatu yang dikemukakan
dalam suatu karya yang dibuktikan secara empiris, inilah antara lain, yang
membedakan karya fiksi dengan karya nonfiksi. Tokoh, peristiwa, dan tempat
6
yang disebut-sebut dalam fiksi adalah bersifat imajinatif, sedang pada karya
nonfiksi bersifat faktual.
7
e. Mite adalah cerita yang mengandung dan berlatar belakang sejarah atau
hal yang sudah dipercayai orang banyak bahwa cerita tersebut pernah
terjadi dan mengandung hal-hal gaib dan kesaktian luar biasa. Contoh: Nyi
Roro Kidul.
f. Cerita Penggeli Hati, sering pula diistilahkan dengan cerita noodlehead
karena terdapat dalam hampir semua budaya rakyat. Cerita-cerita ini
mengandung unsur komedi (kelucuan), omong kosong, kemustahilan,
ketololan dan kedunguan, tapi biasanya mengandung unsur kritik terhadap
perilaku manusia/mayarakat. Contohnya adalah Cerita Si Kabayan, Pak
Belalang, Lebai Malang, dan lain-lain.
g. Cerita Perumpamaan adalah dongeng yang mengandung kiasan atau ibarat
yang berisi nasihat dan bersifat mendidik. Sebagai contoh, orang pelit akan
dinasihati dengan cerita seorang Haji Bakhil.
8
Jalan cerita, dimulai dari tahap perkenalan, penanjakan, klimaks, anti klimaks,
hingga tahap paling akhir yaitu penyelesaian. Terdapat dua macam alur yaitu maju
dan mundur.
- Latar
Background cerita yang dibuat. Ada tiga jenis latar yang membangun sebuah
cerita, yaitu latar waktu, tempat, dan latar suasana.
- Gaya Bahasa
Rangkaian kata – kata yang diciptakan oleh pengarang untuk membuat ceritanya
menjadi lebih hidup dan tidak terkesan monoton. Misalnya dengan penambahan
majas, pemilihan istilah, dan lain – lain.
- Amanat
Pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang untuk para pembacanya melalui
cerita yang ia tuliskan. Ada pesan yang langsung dan ada juga yang tersirat
bergantung pada bagaiamana pemahaman dari pembacanya.
Unsur ekstrinsik adalah unsur unsur yang berada di luar karya sastra itu,
tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya
sastra. Atau secara lebih khusus ia dapat di katakan sebagai unsur unsur yang
mempengaruhi hidup tidaknya sebuah fiksi. Sedangkan faktor ekstrinsik,
mencakup faktor sosial, idiologi, politik, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain.
9
2.3.3 Analisis Pengolahan Unsur Fiksi
CERPEN BIDADARI ITU DIBAWA JIBRIL
Sebelum jilbab populer seperti sekarang, Hindun sudah selalu memakai busana
muslimah itu. Dia memang seorang muslimah taat dari keluarga taat. Meski SD
tidak belajar agama di madrasah, ketaatannya terhadap agama, seperti salat pada
waktunya, puasa senin-kemis, salat dhuha dan sebagainya, tidak kalah dengan
mereka yang dari kecil belajar agama. Apalagi setelah di Perguruan Tinggi dia
justru mendapat kesempatan untuk lebih aktif lagi dalam kegiatan-kegiatan
keagamaan.
Dalam soal syariat agama, seperti banyak kaum muslimin kota yang sedang
semangat-semangatnya berislam ria, sikapnya tegas. Misalnya bila dia melihat
sesuatu yang menurut pemahamannya mungkar, dia tidak segan-segan menegur
terang-terangan. Bila dia melihat kawan perempuannya yang muslimah dia biasa
panggil ukhti jilbabnya kurang rapat misalnya, langsung dia akan menyemprotnya
dengan lugas. Dia pernah menegur dosennya yang dilihatnya sedang minum
dengan memegang gelas tangan kiri.
“Nabi kita menganjurkan agar untuk melakukan sesuatu yang baik kita
menggunakan tangan kanan.” Dosen yang lain ditegur terang-terangan karena
merokok.
“Merokok itu salah satu senjata setan untuk menyengsarakan anak adam di dunia
dan akhirat. Sebagai dosen, Bapak tidak pantas mencontohkan hal buruk seperti
itu.” Dia juga pernah menegur terang-terangan dosennya yang memelihara anjing.
Anjing itu najis dan malaikat tidak mau datang ke rumah orang ada anjingnya!”
10
kawan-kawannya si bidadari tangan besi. Dia tiak marah, tapi juga tidak kelihatan
senang dijuluki begitu. Yang penting, menurutnya, orang Islam yang baik harus
menegakkan amar makruf nahi mungkar dimanapun berada. Harus membenci
kaum yang ingkar dan nyeleweng dari rel agama. Bagi Hindun, amar makruf nahi
mungkar bukan saja merupakan bagian dari keimanan dan ketakwaan, tapi juga
bagian dari jihad fi sabilillah. Karena itu dia biarkan saja kawan-kawanya
menjulukinya bidadari bertangan besi. Ketika beberapa lama kemudian dia
menjadi isteri kawanku, Mas Danu, ketaatannya kian bertambah, tapi
kelugasannya dan kebiasaannya menegur terang-terangan agak berkurang.
Mungkin ini disebabkan karena mas danu orangnya juga taat namun sabar dan
lemah lembut. Mungkin dia sering melihat bagaimana mas Danu, dnegan
kesabarannya dan kelembutannya, justru lebih sering berhasil dalam melakukan
amar makruf nahi mungkar. Banyak kawan mereka yang tadinya marshal, justru
menjadi insaf dan baik oleh suaminya yang lemah lembut itu. Bukan oleh dia.
Sudah lama aku tak mendengar kabar mereka, kabar mas danu dan Hindun. Dulu
sering aku menerima telepon mereka. Sekedar silaturrahmi. Saling bertanya kabar.
Tapi kemudian lama ndak menelepon. Aku sendiri pernah juga beberapa kali
menelepon ke rumah mereka, tapi selalu kalau tidak terdengar nada sibuk, ya
tidak ada yang mengangkat. Karena itu ketika mas danu tiba-tiba menelepon aku
seperti mendapat kejutan yang menggembirakan . lama sekali kami berbincang-
bincang di telepon, melepas kerinduan. Setelah saling tanya kabar masing-masing.
Mas Danu bilang, “Mas sampean sudah dngar belum, Hindun sekarang punya
syeikh baru lho?”
Mas Danu memang suka berkelakar . “Ya syeikh baru. Tahu siapa? Sampeyan
pastindak percaya.”
“Siapa, Mas?” tanyaku benar2 pingin tahu. “Jibril , mas, Malaikat Jibril!”
“Jibril?” aku tak bisa menahan ketawa ku. Kadang2 sahabatku ini memang sulit
dibedakan apakah sedang bercanda atau tidak.
“Dia tidak ceritan rupanya, tapi katanya, jibril itu humoris seperti sampeyan.”
Saya ngakak.
Tapi diseberang sana Mas Danu kelihatnnya benar2 serius, jadi kutahan2 tawaku.
11
“Ya mula-mula dia ikut grup pengajian. Kan di tempat kami sekarang kan lagi
musim grup-grup pengajian. Ada pengajian eksekutif, pengajian seniman,
pengajian pensiunan, dan pengajian ntah apa lagi. Nah, lama-lama gurunya itu
didatangi malaikat jibril dan sekarang malaikat jibril dan sekarang malaikat jibril
itulah yang langsung mengajarkan ajaran-ajaran dari langit. Sedangkan gurunya
itu hanya dipinjam mulutnya.”
“Lho malaikat Jibrilnya sendiri yang mengatakan kepada jamaahnya, gurunya itu,
maksud saya malaikat Jibril itu, menunjukkan bukti berupa fenomena alam ajaib
yang tak mungkin bisa dilakukan oleh manusia.”
“ya, tapi jin dan setan kan bisa melakukan hal seperti itu, mas!” aku menyela.
“Kan ada cerita dulu syeikh Abdul Qadir Jaelani, sufi yang termasyhur itu, pernah
digoda iblis yang menyamar sebagai Tuhan berbentuk cahaya yang terang
benderang. Konon sebelumnya Iblis sudah berhasil menjerumuskan 40 sufi
dengan cara itu. Tapi karena keimanannya yang tebal, Syeikh Abdul Qadir bisa
mengenalinya dan segera mengusirnya.”
“Tak tahulah, mas, yang jelas jamaahnya banyak orang2 pinternya lho.”
“Wah.” Ketika percakapan akhirnya disudahi dengan janji mas Danu bahwa dia
akan terus menelepon bila sempat, aku masih tertegun. Aku membayangkan san
bidadari bertangan besi yang begitu tegar ingin memurnikan agama itu kini hanya
menjadi pengikut sebuah aliran yang menurut banyak orang tidak rasional dan
bahkan berbau klenik. Allah maha Kuasa ! dialah yang kausa menggerakkan hati
dan pikiran orang.
Beberapa minggu kemudian aku mendapat telepeon lagi dari sahabatku, mas
Danu. Kali ini dai bercerita tentang isterinya degan anda seperti khawatir.
“Hei!” ternganga. dalam hatiku khawatir, soalnya aku pernah mendengar, diluar
negeri pernah terjadi jamaah diajak guru mereka bunuh diri
12
“Yang lucu mas, “ suara mas Danu terdengar lagi melanjutkan, “gurunya itulah
yang paling banyak terbakar bagian tubuhnya. Berarti kan dia yang paling banyak
dosanya ya, mas?” Aku mengangguk lupa bahwa kami sedang bcara via telepon.
“pernah pulang sebentar, mas,” angkat mas Danu di telepon, “dan sampeyan tahu
apa yang dibawanya? Dia pulang sambil memellouk anjing. Entah dapat dari
mana.”
Setelah itu mas danu tidak pernah telepon lagi. Aku mencoba menghubunginya
dan tidak pernah berhasil. Baru hari ini tak ada hujan tak ada angin, aku meneripa
pesan di HP-ku, SMS, isinya singkat:
“Mas, hindun sekarnag sudah keluar dari Islam. Dia sudah tak berjilbab, tak salat,
tak puasa. (Danu).”
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Mas Danu saat menulis SMS
itu. Aku sendiri yang menerima pesan itu tidak bisa menggambarkan perasaan ku
sendiri. Hanya dari mulutku meluncur ucapan Masya Allah.
Unsur Intrinsik
- Tema
Tema pada cerpen tersebut adalah mengajak kebaikan kepada orang lain
dengan cara yang baik, santun, dan bijaksana . Tersirat pada kutipan :
Mas Danu orangnya juga taat namun sabar dan lemah lembut. Mungkin
dia sering melihat bagaimana mas Danu, dnegan kesabarannya dan
kelembutannya, justru lebih sering berhasil dalam melakukan amar
makruf nahi mungkar.
- Alur
Alur cerita pada cerpen tersebut yaitu berjalan maju melalui peristiwa
yang dialami tokohnya bergerak maju. Diawali dengan penggambaran tokoh
13
hindun waktu kecil hingga dibesarkan dalam keluarga yang taat agama sepertti
pada kutipan berikut ini :
Tokoh yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah Hindun, Danu, dan
Aku. Tokoh hindun digambarkan sebagai muslimah yang taat, lugas, mempunyai
semangat keislaman yang kuat, dan menegakkan syariat dengan jalannya sendiri
seperti pada kutipan berikut:
Tokoh danu digambarkan lebih taat, sabar, dan lemah lembut dalam
meenegaakkan amar makruf nahi mungkar seperti pada kutipan berikut :
Mas Danu orangnya juga taat namun sabar dan lemah lembut. Mungkin
dia sering melihat bagaimana Mas Danu, dengan kesabarannya dan
kelembutannya, justru lebih sering berhasil dalam melakukan amar
makruf nahi mungkar.
- Amanat
14
- Gaya Bahasa
Sarkasme
Gaya bahasa sindiran yang paling kasar sehingga sangat menyakitkan hati bagi orang
yang disindir
Personifikasi
Hiperbola
Baru hari ini tak ada hujan tak ada angin, aku meneripa pesan di HP-ku,
SMS, isinya singkat:
- Sudut Pandang
Sudut pandang dari cerpen diatas Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu
Jenis-jenis sudut pandang yang terakhir adalah sudut pandang orang ketiga serba
tahu. Jenis sudut pandang ini sebetulnya hampir sama dengan jenis sudut pandang
yang ketiga. Hanya saja, dalam sudut pandang ini, si penulis tidak hanya
menceritakan satu tokoh saja, melainkan semua tokoh yang ada di dalam
ceritanya.
Unsur Ekstrinsik
- Nilai Religius
15
- Nilai Sosial Budaya
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karya sastra yang berbentuk fiksi naratif memiliki perbedaan yang cukup
mencolok dibandingkan dengan karya sastra bukan naratif. Perbedaan yang
menonjol tersebut terletak pada unsur pembentuk struktur penceritaan. Dalam
karya sastra yang berbentuk fiksi naratif, unsur-unsur yang meliputi plot (alur),
penokohan, dan latar, merupakan unsur yang harus ada, dan amat dipentingkan,
Karya sastra yang berbentuk fiksi naratif, sementara itu,dianggap sebagai
karya sastra mimesis, karena menampilkan tiruan kenyataan dari suatu peristiwa.
Kendati kebenaran yang dimiliki bergantung dari sudut pandang pengarang, tetapi
kebenaran fiksi naratif merupakan kebenaran berupa sindiran kenyataan yang
amat dalam dari kecerdasan pengarang menangkap makna kehidupan.
Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif
(nartive text) atau wacana naratif (narrative discource). Sehingga istilah prosa atau
fiksi atau teks naratif, atau wacana naratif berarti cerita rekaan (cerkan) atau cerita
rekaan. Fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyarankan (tidak
mengacu) pada kebenaran
17
DAFTAR RUJUKAN
Cerita Pendek “Bidadari Itu Dibawa Jibril” Karya K.H Musthofa Bisri
Darma, Budi. 2004. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa.
Hairuddin, Dirfantara. 2017. Hakikat Prosa dan Unsur-Unsur Cerita Fiksi.
Fakultas Sastra: Universitas Muslim Indonesia.
Halimah. 2004. Pengkajian Prosa Fiksi. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Julfanhur. 2015. Sudut Pandang Sebagai Unsur Fiksi Karya Sastra. Makassar.
Fakultas Sastra: Universitas Muslim Indonesia.
Nurgiantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada.
Salam, Aprinus. 2002. Posisi Fiksi Populer Indonesia. Yogyakarta. Fakultas Ilmu
Budaya: Universitas Gajah Mada.
Warsiman. 2013. Membangun Pemahaman Terhadap Karya Sastra Berbentuk
Fiksi. Surabaya. Program Studi Sastra Inggris Fakultas Adab: UIN Sunan
Ampel.
18