Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Pengertian Fiksi, Ragam Prosa, dan Pengolahan Unsur Fiksi

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Menulis Sastra

Dosen Pengampu :
Dzarna M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Intan Amalia S (1810221015)


Putri Nur Fauziah (1810221026)
Dennika Tasya M (1810221027)
Rohmad Tri Aditiawan (1810221031)
Dimas Ainul Yaqin (1810221032)
Devi Rahmadani (1810221036)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan.............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
2.1 Pengertian Fiksi..............................................................................................5
2.2 Ragam Prosa...................................................................................................6
2.2.2 Prosa lama................................................................................................7
2.3 Pengolahan Unsur Fiksi..................................................................................8
2.3.1 Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik......................................................8
2.3.2 Fakta, tema, sarana cerita.........................................................................9
2.3.3 Analisis Pengolahan Unsur Fiksi...........................................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................
3.1 Kesimpulan...................................................................................................17
DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prosa dalam kesusastraan sering disebut juga dengan istilah fiksi. Kata
prosa diambil dari bahasa Inggris, yakni prose. Prosa atau fiksi memiliki arti
sebuah karya naratif yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan,
tidak berdasarkan kenyataan atau dapat juga berarti suatu kenyataan yang yang
lahir berdasarkan khayalan. Sudjiman (1984:17) menyatakan bahwa fiksi adalah
cerita rekaan, kisahan yang mempunyai tokoh, lakuan, dan alur yang dihasilkan
oleh daya khayal atau imajinasi.
Jika berbicara fiksi, maka konteksnya mengingatkan kepada karya sastra.
Sebaliknya jika berbicara karya sastra, maka konteks tersebut akan mengarahkan
kepada sebuah karya sastra yang bersifat fiktif. Secara umum prosa/fiksi memiliki
arti sebuah cerita rekaan yang kisahannya mempunyai aspek tokoh, alur, tema,
dan pusat pengisahan yang keseluruhannya dihasilkan oleh daya imajinasi
pengarang. Muliadi (2017:1) mengatakan bahwa fiksi atau prosa adalah salah satu
jenis gengre sastra,di samping gengre lainya.gengre lain yang di maksut ialah
puisi dan drama. Prosa termasuk karya sastra yang disebut, cerpen, cerber,dan
novel.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut.
1. Jelaskan Pengertian Fiksi !
2. Jelaskan Ragam Prosa !
3. Jelaskan Pengolahan Unsur Fiksi !

1.3 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk Mengetahui Pengertian Fiksi.
2. Untuk Mengetahui Ragam Prosa.
3. Untuk Mengetahui Pengolahan Unsur Fiksi.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fiksi


Fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran
sejarah Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1981:61). fiksi dengan demikian adalah
karya yang menyaran pada suatu karya yang bersifat rekaan, khayalan sesuatu
yang tidak ada dan tidak terjadi sungguh-sungguh sehingga ia tidak perlu di cari
kebenarannya pada dunia nyata.
Istilah fiksi sering di pergunakan dalam pertentangan dengan realitas
sesuatu yang benar ada dan terjadi di dunia nyata sehingga kebenarannya pun
dapat di buktikan dengan data empiris. Ada tidaknya, atau dapat tidakNya sesuatu
yang benar ada dan terjadi di dunia nyata sehingga kebenarannya pun dapat di
buktikan dengan data empiris.
Sebagai sebuah karya imajer, fiksi menawarkan berbagai masalah manusia
dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati dengan penuh
kesungguhan dan di bungkus dengan sudut pandang melalui sarana fiksi tersebut.
Maka dari itu Altenbernd dan lewis (dalam Nurgiyantoro 1966:14) dapat di
artikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal
dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan hubungan antar
manusia.
Fiksi merupakan hasil dialog, kentemplasi, dan reaksi pengarang terhadap
lingkungan dan kehidupan. Oleh karna itu, bagaimana pun, fiksi merupakan
sebuah cerita,dan karrnanya terkandung juga di dalamnya tujuan memberikan
hiburan kepada pembaca di samping adanya tujuan estetik. Cerita fiksi atau Fiksi
sering dimaknai sebagai cerita khayalan. Secara umum fiksi lebih sering dikaitkan
dengan cerita pendek atau novel. Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati
cerita, menghibur diri untuk memperoleh kehidupan yang ditawarkan.

5
2.2 Ragam Prosa
Prosa dalam kesusastraan sering disebut juga dengan istilah fiksi. Kata
prosa diambil dari bahasa Inggris, yakni prose. Prosa atau fiksi memiliki arti
sebuah karya naratif yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan,
tidak berdasarkan kenyataan atau dapat juga berarti suatu kenyataan yang yang
lahir berdasarkan khayalan. Sudjiman (dalam hairuddin 1984:17) menyatakan
bahwa fiksi adalah cerita rekaan, kisahan yang mempunyai tokoh, lakuan, dan alur
yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Jika berbicara fiksi, maka
konteksnya mengingatkan kepada karya sastra. Sebaliknya jika berbicara karya
sastra, maka konteks tersebut akan mengarahkan kepada sebuah karya sastra yang
bersifat fiktif. Secara umum prosa/fiksi memiliki arti sebuah cerita rekaan yang
kisahannya mempunyai aspek tokoh, alur, tema, dan pusat pengisahan yang
keseluruhannya dihasilkan oleh daya imajinasi pengarang. Muliadi (dalam
hairuddin 2017:1) mengatakan bahwa fiksi atau prosa adalah “salah satu jenis
gengre sastra,di samping gengre lainya.gengre lain yang di maksut ialah puisi dan
drama. Prosa termasuk karya sastra yang disebut,cerpen, cerber,dan novel”.
Aminuddin (dalam hairuddin 1985: 66) menyatakan bahwa istilah prosa
fiksi atau cukup disebut karya fiksi, biasa juga disebut dengan prosa cerita, prosa
narasi, narasi, atau cerita berplot. Pengertian prosa fiksi tersebut adalah kisahan
atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranananya,
latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi
pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Prosa dalam pengertian kesastraan
juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (nartive text) atau wacana naratif
(narrative discource). Sehingga istilah prosa atau fiksi atau teks naratif, atau
wacana naratif berarti cerita rekaan (cerkan) atau cerita rekaan. Fiksi merupakan
karya naratif yang isinya tidak menyarankan (tidak mengacu) pada kebenaran
sejarah Abrams (dalam hairuddin 1981:61). Istilah fiksi sering dipergunakan
dalam pertentangannya dengan realitas (sesuatu yang benar ada dan terjadi
didunia nyata sehingga kebenarannya pun dapat dibuktikan dengan data empiris).
Benar tidaknya, ada tidaknya, dan dapat tidaknya, sesuatu yang dikemukakan
dalam suatu karya yang dibuktikan secara empiris, inilah antara lain, yang
membedakan karya fiksi dengan karya nonfiksi. Tokoh, peristiwa, dan tempat

6
yang disebut-sebut dalam fiksi adalah bersifat imajinatif, sedang pada karya
nonfiksi bersifat faktual.

2.2.1 Prosa Modern


Jenis Prosa Modern yaitu :
a. Cerita pendek/cerpen, adalah cerita berbentuk prosa yang pendek.
b. Novelet, adalah cerita yang panjangnya lebih panjang dari cerpen, tetapi
lebih pendek dari novel.
c. Novel/roman, adalah cerita berbentuk prosa yang menyajikan
permasalahnpermasalahan secara kompleks, dengan penggarapan unsur-
unsurnya secara lebih luas dan rinci.
d. Cerita anak, adalah cerita yang mencakup rentang umur pembaca beragam,
mulai rentang 3-5 tahun, 6-9 tahun, dan 10-12 tahun (bahkan 13 dan 14)
tahun.
e. Novel remaja (chicklit dan teenlit), adalah novel yang ditulis untuk
segmen pembaca remaja.

2.2.2 Prosa lama


Jenis prosa lama yaitu :
a. Dongeng, adalah cerita yang sepenuhmya merupakan hasil imajinasi atau
khayalan pengarang di mana yang diceritakan seluruhnya belum pernah
terjadi.
b. Fabel adalah cerita rekaan tentang binatang dan dilakukan atau para
pelakunya binatang yang diperlakukan seperti manusia. Contoh: Cerita Si
Kancil yang Cerdik, Kera Menipu Harimau, dan lain-lain.
c. Hikayat adalah cerita, baik sejarah, maupun cerita roman fiktif, yang
dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekedar untuk
meramaikan pesta. Contoh; Hikayat Hang Tuah, Hikayat Seribu Satu
Malam, dan lain-lain.
d. Legenda adalah dongeng tentang suatu kejadian alam, asal-usul suatu
tempat, benda, atau kejadian di suatu tempat atau daerah. Contoh: Asal
Mula Tangkuban Perahu, Malin Kundang, Asal Mula Candi Prambanan,
dan lain-lain.

7
e. Mite adalah cerita yang mengandung dan berlatar belakang sejarah atau
hal yang sudah dipercayai orang banyak bahwa cerita tersebut pernah
terjadi dan mengandung hal-hal gaib dan kesaktian luar biasa. Contoh: Nyi
Roro Kidul.
f. Cerita Penggeli Hati, sering pula diistilahkan dengan cerita noodlehead
karena terdapat dalam hampir semua budaya rakyat. Cerita-cerita ini
mengandung unsur komedi (kelucuan), omong kosong, kemustahilan,
ketololan dan kedunguan, tapi biasanya mengandung unsur kritik terhadap
perilaku manusia/mayarakat. Contohnya adalah Cerita Si Kabayan, Pak
Belalang, Lebai Malang, dan lain-lain.
g. Cerita Perumpamaan adalah dongeng yang mengandung kiasan atau ibarat
yang berisi nasihat dan bersifat mendidik. Sebagai contoh, orang pelit akan
dinasihati dengan cerita seorang Haji Bakhil.

2.3 Pengolahan Unsur Fiksi


2.3.1 Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
Unsur2 inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur
unsur yang faktual yang di jumpai jika orang membaca karya sastra tersebut.
Unsur unsur dari ragam fiksi adalah unsur yang secara langsung turut serta
membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur inilah yang membuat ragam
fiksi berupa novel, dan cerpen berwujud. Sebaliknya, jika dilihat dari kita
pembaca sebuah novel, unsur unsur cerita inilah yang akan dijumpai jika kita
membaca sebuah novel. Misalnya:
- Tema
Bersifat umum dan general. Tema juga dipakai untuk menentukan ke arah
mana cerita pendek akan dibuat.
- Tokoh
Pelaku cerita, orang – orang yang terlibat di dalam cerita yang dibuat. Terdiri
dari tokoh utama dan sisanya adalah pemeran pembantu. Penokohan sendiri
dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu antagonis, protagonis, dan tritagonis.
- Alur

8
Jalan cerita, dimulai dari tahap perkenalan, penanjakan, klimaks, anti klimaks,
hingga tahap paling akhir yaitu penyelesaian. Terdapat dua macam alur yaitu maju
dan mundur.
- Latar
Background cerita yang dibuat. Ada tiga jenis latar yang membangun sebuah
cerita, yaitu latar waktu, tempat, dan latar suasana.
- Gaya Bahasa
Rangkaian kata – kata yang diciptakan oleh pengarang untuk membuat ceritanya
menjadi lebih hidup dan tidak terkesan monoton. Misalnya dengan penambahan
majas, pemilihan istilah, dan lain – lain.
- Amanat
Pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang untuk para pembacanya melalui
cerita yang ia tuliskan. Ada pesan yang langsung dan ada juga yang tersirat
bergantung pada bagaiamana pemahaman dari pembacanya.

Unsur ekstrinsik adalah unsur unsur yang berada di luar karya sastra itu,
tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya
sastra. Atau secara lebih khusus ia dapat di katakan sebagai unsur unsur yang
mempengaruhi hidup tidaknya sebuah fiksi. Sedangkan faktor ekstrinsik,
mencakup faktor sosial, idiologi, politik, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain.

2.3.2 Fakta, tema, sarana cerita


Stanton (dalam warsiman 1965:11-36) membedakan unsur pembangun
sebuah novel yang berupa karya fiksi menjadi 3 bagian: fakta,tema,dan sarana
pengucapan (sastra). fakta dalam sebuah cerita meliputi karakter, plot, dan setting.
Ketiganya merupakan unsur fiksi yang secara faktual dapat di bayangkan
peristiwanya serta eksistensinya dalam sebuah cerita. Ketiga unsur tersebut harus
di pandang menjadi satu ke satuan , dalam rangkaian suatu cerita bukan sebagai
sesuatu yang berdiri sendiri dan terpisah antara satu dengan yang lainnya. Sarana
pengucapan sastra adalah teknik yang di gunakan pengarang untuk memilih dan
menyusun detail-detail cerita (peristiwa dan kejadian) menjadi hal yang
bermakna.

9
2.3.3 Analisis Pengolahan Unsur Fiksi
CERPEN BIDADARI ITU DIBAWA JIBRIL

Karya : K.H Musthofa Bisri

Sebelum jilbab populer seperti sekarang, Hindun sudah selalu memakai busana
muslimah itu. Dia memang seorang muslimah taat dari keluarga taat. Meski SD
tidak belajar agama di madrasah, ketaatannya terhadap agama, seperti salat pada
waktunya, puasa senin-kemis, salat dhuha dan sebagainya, tidak kalah dengan
mereka yang dari kecil belajar agama. Apalagi setelah di Perguruan Tinggi dia
justru mendapat kesempatan untuk lebih aktif lagi dalam kegiatan-kegiatan
keagamaan.

Dalam soal syariat agama, seperti banyak kaum muslimin kota yang sedang
semangat-semangatnya berislam ria, sikapnya tegas. Misalnya bila dia melihat
sesuatu yang menurut pemahamannya mungkar, dia tidak segan-segan menegur
terang-terangan. Bila dia melihat kawan perempuannya yang muslimah dia biasa
panggil ukhti jilbabnya kurang rapat misalnya, langsung dia akan menyemprotnya
dengan lugas. Dia pernah menegur dosennya yang dilihatnya sedang minum
dengan memegang gelas tangan kiri.

“bapak kan muslim, mestinya bapak tahu tentang tayammum ,” katanya.

“Nabi kita menganjurkan agar untuk melakukan sesuatu yang baik kita
menggunakan tangan kanan.” Dosen yang lain ditegur terang-terangan karena
merokok.

“Merokok itu salah satu senjata setan untuk menyengsarakan anak adam di dunia
dan akhirat. Sebagai dosen, Bapak tidak pantas mencontohkan hal buruk seperti
itu.” Dia juga pernah menegur terang-terangan dosennya yang memelihara anjing.

“Bapak tahu nggak? Bapak kan muslim?!

Anjing itu najis dan malaikat tidak mau datang ke rumah orang ada anjingnya!”

Disamping ketaatan dan kelugasannya, apabila bicara tentang Islam, Hindun


selalu bersemangat. Apalagi bial sudah bicara soal kemungkaran dan kemaksiatan
yang merajalela di tanah air atau soal bid’ah yang menurutnya banyak dilakukan
oleh orang-orang Islam, wah dia akan berkobar bagaikan banteng luka. Apalagi
bila melihat atau mendengar ada orang Islam melakukan perbuatan yang
menurutnya tidak rasional, lagnsung dia mencapnya sebagai klenik atau bahkan
syirik yang harus di berantas. Dia pernah ikut mengkoordinir berbagai
demonstrasi, seperti menuntut ditutupnya tempat-tempat maksiat, demontrasi
menentang sekolah melarang muridnya berjilbab, hingga demonstrasi menuntut
diberlakukannya syareat Islam secara murni. Mungkin karena itulah dia dijuluki

10
kawan-kawannya si bidadari tangan besi. Dia tiak marah, tapi juga tidak kelihatan
senang dijuluki begitu. Yang penting, menurutnya, orang Islam yang baik harus
menegakkan amar makruf nahi mungkar dimanapun berada. Harus membenci
kaum yang ingkar dan nyeleweng dari rel agama. Bagi Hindun, amar makruf nahi
mungkar bukan saja merupakan bagian dari keimanan dan ketakwaan, tapi juga
bagian dari jihad fi sabilillah. Karena itu dia biarkan saja kawan-kawanya
menjulukinya bidadari bertangan besi. Ketika beberapa lama kemudian dia
menjadi isteri kawanku, Mas Danu, ketaatannya kian bertambah, tapi
kelugasannya dan kebiasaannya menegur terang-terangan agak berkurang.
Mungkin ini disebabkan karena mas danu orangnya juga taat namun sabar dan
lemah lembut. Mungkin dia sering melihat bagaimana mas Danu, dnegan
kesabarannya dan kelembutannya, justru lebih sering berhasil dalam melakukan
amar makruf nahi mungkar. Banyak kawan mereka yang tadinya marshal, justru
menjadi insaf dan baik oleh suaminya yang lemah lembut itu. Bukan oleh dia.
Sudah lama aku tak mendengar kabar mereka, kabar mas danu dan Hindun. Dulu
sering aku menerima telepon mereka. Sekedar silaturrahmi. Saling bertanya kabar.
Tapi kemudian lama ndak menelepon. Aku sendiri pernah juga beberapa kali
menelepon ke rumah mereka, tapi selalu kalau tidak terdengar nada sibuk, ya
tidak ada yang mengangkat. Karena itu ketika mas danu tiba-tiba menelepon aku
seperti mendapat kejutan yang menggembirakan . lama sekali kami berbincang-
bincang di telepon, melepas kerinduan. Setelah saling tanya kabar masing-masing.

Mas Danu bilang, “Mas sampean sudah dngar belum, Hindun sekarang punya
syeikh baru lho?”

“syikh baru?” tanyaku.

Mas Danu memang suka berkelakar . “Ya syeikh baru. Tahu siapa? Sampeyan
pastindak percaya.”

“Siapa, Mas?” tanyaku benar2 pingin tahu. “Jibril , mas, Malaikat Jibril!”

“Jibril?” aku tak bisa menahan ketawa ku. Kadang2 sahabatku ini memang sulit
dibedakan apakah sedang bercanda atau tidak.

“jangan ketawa! Ini serius!”

“wah, katanya, bagaimana rupanya ?” aku masih kurang percaya.

“Dia tidak ceritan rupanya, tapi katanya, jibril itu humoris seperti sampeyan.”
Saya ngakak.

Tapi diseberang sana Mas Danu kelihatnnya benar2 serius, jadi kutahan2 tawaku.

“Bagaimana ceritanya , mas?”.

11
“Ya mula-mula dia ikut grup pengajian. Kan di tempat kami sekarang kan lagi
musim grup-grup pengajian. Ada pengajian eksekutif, pengajian seniman,
pengajian pensiunan, dan pengajian ntah apa lagi. Nah, lama-lama gurunya itu
didatangi malaikat jibril dan sekarang malaikat jibril dan sekarang malaikat jibril
itulah yang langsung mengajarkan  ajaran-ajaran dari langit. Sedangkan gurunya
itu hanya dipinjam mulutnya.”

“Bagaimana mereka tahu bahwa yang datang itu malaikat Jibril?”

“Lho malaikat Jibrilnya sendiri yang mengatakan kepada jamaahnya, gurunya itu,
maksud saya malaikat Jibril itu, menunjukkan bukti berupa fenomena alam ajaib
yang tak mungkin bisa dilakukan oleh manusia.”

“ya, tapi jin dan setan kan bisa melakukan hal seperti itu, mas!” aku menyela.

“Kan ada cerita dulu syeikh Abdul Qadir Jaelani, sufi yang termasyhur itu, pernah
digoda iblis yang menyamar sebagai Tuhan berbentuk cahaya yang terang
benderang. Konon sebelumnya Iblis sudah berhasil menjerumuskan 40 sufi
dengan cara itu. Tapi karena keimanannya yang tebal, Syeikh Abdul Qadir bisa
mengenalinya dan segera mengusirnya.”

“Tak tahulah, mas, yang jelas jamaahnya banyak orang2 pinternya lho.”

“Wah.” Ketika percakapan akhirnya disudahi dengan janji mas Danu bahwa dia
akan terus menelepon bila sempat, aku masih tertegun. Aku membayangkan san
bidadari bertangan besi  yang begitu tegar ingin memurnikan agama itu kini hanya
menjadi pengikut sebuah aliran yang menurut banyak orang tidak rasional dan
bahkan berbau klenik. Allah maha Kuasa ! dialah yang kausa menggerakkan hati
dan pikiran orang.

Beberapa minggu kemudian aku mendapat telepeon lagi dari sahabatku, mas
Danu. Kali ini dai bercerita tentang isterinya degan anda seperti khawatir.

“wah, mas, Hindun baru saja membakar diri.”

“Apa, mas?” aku terkejut setengah mati. “membakar diri bagaimana?”

“gurunya yang mengaku titisan jibril itu mengajak jamaahnya untuk


membersihkan diri dari kekotoran dosa. Mereka menyiram diri mereka dengan
spirtus, kemudian membakarnya.”

“Hei!” ternganga. dalam hatiku khawatir, soalnya aku pernah mendengar, diluar
negeri pernah terjadi jamaah diajak guru mereka bunuh diri

12
“Yang lucu mas, “ suara mas Danu terdengar lagi melanjutkan, “gurunya itulah
yang paling banyak terbakar bagian tubuhnya. Berarti kan dia yang paling banyak
dosanya ya, mas?” Aku mengangguk lupa bahwa kami sedang bcara via telepon.

“doakan saja, mas!” kata sahabatku diseberang menutup pembicaraan.


Beberapa hari kemudian Mas Danu lagi, menceritakan bahwa istrinya kini jarang
pulang. Katanya ada tugas dari syeikh jibril yang mengharuskan jamaah nya
berkumpul disuatu tempat . tugas berat tapi suci. Memperbaiki dunia yang sudah
rusak ini.

“pernah pulang sebentar, mas,” angkat mas Danu di telepon, “dan sampeyan tahu
apa yang dibawanya? Dia pulang sambil memellouk anjing. Entah dapat dari
mana.”

Setelah itu mas danu tidak pernah telepon lagi. Aku mencoba menghubunginya
dan tidak pernah berhasil. Baru hari ini tak ada hujan tak ada angin, aku meneripa
pesan di HP-ku, SMS, isinya singkat:

“Mas, hindun sekarnag sudah keluar dari Islam. Dia sudah tak berjilbab, tak salat,
tak puasa. (Danu).”

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Mas Danu saat menulis SMS
itu. Aku sendiri yang menerima pesan itu tidak bisa menggambarkan perasaan ku
sendiri. Hanya dari mulutku meluncur ucapan Masya Allah.

Unsur Intrinsik

- Tema

Tema pada cerpen tersebut adalah mengajak kebaikan kepada orang lain
dengan cara yang baik, santun, dan bijaksana . Tersirat pada kutipan :

Mas Danu orangnya juga taat namun sabar dan lemah lembut. Mungkin
dia sering melihat bagaimana mas Danu, dnegan kesabarannya dan
kelembutannya, justru lebih sering berhasil dalam melakukan amar
makruf nahi mungkar.

Kutipan tersebut menggambarkan perjuangan yang sabar, santun, dan bijaksana


dalam menegakkan amar makruf nahi mungkar.

- Alur

Alur cerita pada cerpen tersebut yaitu berjalan maju melalui peristiwa
yang dialami tokohnya bergerak maju. Diawali dengan penggambaran tokoh

13
hindun waktu kecil hingga dibesarkan dalam keluarga yang taat agama sepertti
pada kutipan berikut ini :

Sebelum jilbab populer seperti sekarang, Hindun sudah selalu memakai


busana muslimah itu. Dia memang seorang muslimah taat dari keluarga
taat. Meski SD tidak belajar agama di madrasah, ketaatannya terhadap
agama, seperti salat pada waktunya, puasa senin-kemis, salat dhuha dan
sebagainya, tidak kalah dengan mereka yang dari kecil belajar agama.
Apalagi setelah di Perguruan Tinggi dia justru mendapat kesempatan
untuk lebih aktif lagi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan.

- Tokoh dan Penokohan

Tokoh yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah Hindun, Danu, dan
Aku. Tokoh hindun digambarkan sebagai muslimah yang taat, lugas, mempunyai
semangat keislaman yang kuat, dan menegakkan syariat dengan jalannya sendiri
seperti pada kutipan berikut:

Disamping ketaatan dan kelugasannya, apabila bicara tentang Islam,


Hindun selalu bersemangat. Apalagi bial sudah bicara soal kemungkaran
dan kemaksiatan yang merajalela di tanah air atau soal bid’ah yang
menurutnya banyak dilakukan oleh orang-orang Islam, wah dia akan
berkobar bagaikan banteng luka. Apalagi bila melihat atau mendengar
ada orang Islam melakukan perbuatan yang menurutnya tidak rasional,
langsung dia mencapnya sebagai klenik atau bahkan syirik yang harus di
berantas.

Tokoh danu digambarkan lebih taat, sabar, dan lemah lembut dalam
meenegaakkan amar makruf nahi mungkar seperti pada kutipan berikut :

Mas Danu orangnya juga taat namun sabar dan lemah lembut. Mungkin
dia sering melihat bagaimana Mas Danu, dengan kesabarannya dan
kelembutannya, justru lebih sering berhasil dalam melakukan amar
makruf nahi mungkar.

- Amanat

Amanat yang terkandung dalam cerpen tersebut adalah meluruskan cara


pandang umat islam pentingnya pemahaman ajaran agama secara benar serta
membangkitkan kesadaran masyarakat muslim agar mempelajari agama tidak
sepotong – sepotong dan dipelajari secara mendalam hingga membuahkan
pemahaman yang benar.

14
- Gaya Bahasa

Sarkasme

Gaya bahasa sindiran yang paling kasar sehingga sangat menyakitkan hati bagi orang
yang disindir

Karena itu dia biarkan saja kawan-kawanya menjulukinya bidadari


bertangan besi.

Personifikasi

Gaya bahasa dengan membandingkan seseorang dengan bena mati.

Memperbaiki dunia yang sudah rusak ini.

Hiperbola

Gaya bahasa yang melebih - lebihkan suatu peristiwa atau suasana

Baru hari ini tak ada hujan tak ada angin, aku meneripa pesan di HP-ku,
SMS, isinya singkat:

- Sudut Pandang

Sudut pandang dari cerpen diatas Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu
Jenis-jenis sudut pandang yang terakhir adalah sudut pandang orang ketiga serba
tahu. Jenis sudut pandang ini sebetulnya hampir sama dengan jenis sudut pandang
yang ketiga. Hanya saja, dalam sudut pandang ini, si penulis tidak hanya
menceritakan satu tokoh saja, melainkan semua tokoh yang ada di dalam
ceritanya.

Unsur Ekstrinsik

- Nilai Religius

Cerpen tersebut menggambarkan permasalahan keberagamaan di


kalangan umat islam yang masih jauh dari nilai-nilai islami yang telah diajarkan
rasulullah serta menceritakan bahwa dakwah dengan cara yang santun justru lebih
bisa diterima. pandangannya bahwa berdakwah dengan cara lemah lembut justru
lebih efisien. Lebih bisa diterima. Dengan menggunakan pendektan-pendekatan
sosio-kultural. Seperti yang dilakukan melalui jam’iyah-jam’iyah (majelis taklim).
hendaknya berislam dengan baik dan lakukan dari hati, jangan dari rasio saja.
Untuk melakukan itu, keimanan tidak hanya bisa dibutuhkan melalui pemikiran
tapi juga dengan perasaan. Karena hal itu yang bisa lebih kuat dan menjaga
keimanan  agar tidak goyah. Tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang tampak
oleh mata saja. 

15
- Nilai Sosial Budaya

Adanya aliran-aliran yang berkembang pada suatu masyarakat yang


dimaknai dengan cepat oleh masyarakat. Aliran Jibril yang dimaksud dalam
cerpen Bidadari itu Dibawa Jibril lebih spesifik adalah kelompok Salamullah atau
kelompok Lia Eden. Lia Eden (Aminudin) adalah orang yang mengaku ditunjuk
tuhan sebagai pasangan Jibril. Bahkan mengaku sebagai Jibril itu sendiri. yang
sejak tahun 2003 membuat pernyataan bahwa semua agama adalah benar. Orang
yang salah tidak serta merta ditunjukkan kesalahannya dan diperintahkan untuk
melakukan yang benar. Tapi, terlebih dulu diajak melakukan hal-hal yang baik,
kemudian diberikan contoh yang baik dan diperingatkan dengan cara yang sangat
sopan.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karya sastra yang berbentuk fiksi naratif memiliki perbedaan yang cukup
mencolok dibandingkan dengan karya sastra bukan naratif. Perbedaan yang
menonjol tersebut terletak pada unsur pembentuk struktur penceritaan. Dalam
karya sastra yang berbentuk fiksi naratif, unsur-unsur yang meliputi plot (alur),
penokohan, dan latar, merupakan unsur yang harus ada, dan amat dipentingkan,
Karya sastra yang berbentuk fiksi naratif, sementara itu,dianggap sebagai
karya sastra mimesis, karena menampilkan tiruan kenyataan dari suatu peristiwa.
Kendati kebenaran yang dimiliki bergantung dari sudut pandang pengarang, tetapi
kebenaran fiksi naratif merupakan kebenaran berupa sindiran kenyataan yang
amat dalam dari kecerdasan pengarang menangkap makna kehidupan.
Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif
(nartive text) atau wacana naratif (narrative discource). Sehingga istilah prosa atau
fiksi atau teks naratif, atau wacana naratif berarti cerita rekaan (cerkan) atau cerita
rekaan. Fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyarankan (tidak
mengacu) pada kebenaran

17
DAFTAR RUJUKAN

Cerita Pendek “Bidadari Itu Dibawa Jibril” Karya K.H Musthofa Bisri
Darma, Budi. 2004. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa.
Hairuddin, Dirfantara. 2017. Hakikat Prosa dan Unsur-Unsur Cerita Fiksi.
Fakultas Sastra: Universitas Muslim Indonesia.
Halimah. 2004. Pengkajian Prosa Fiksi. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Julfanhur. 2015. Sudut Pandang Sebagai Unsur Fiksi Karya Sastra. Makassar.
Fakultas Sastra: Universitas Muslim Indonesia.
Nurgiantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada.
Salam, Aprinus. 2002. Posisi Fiksi Populer Indonesia. Yogyakarta. Fakultas Ilmu
Budaya: Universitas Gajah Mada.
Warsiman. 2013. Membangun Pemahaman Terhadap Karya Sastra Berbentuk
Fiksi. Surabaya. Program Studi Sastra Inggris Fakultas Adab: UIN Sunan
Ampel.

18

Anda mungkin juga menyukai