Anda di halaman 1dari 15

Pengertian Karya Sastra

Sastra berasal dari bahasa sanskerta yaitu kata "shastra " yang merupakan kata serapan
dari bahasa sansekerta, memiliki makna " teks yang mengandung intruksi atau
pedoman, dari kata"sas''yang memiliki makna intruksi atau ajaran. Dalam
bahasa Indonesia kata ini biasanya di gunakan untuk mengacu kepada " kesusastraan "
atau sesuatu tulisan yang memiliki arti, makna dan juga sesuatu yang memiliki suatu
keindahan tertentu. (anonym. 2020.“Pengertian dan Jenis-jenis Karya Sastra”
dalam https://www.kompasiana.com/)

Menurut Wikipedia, Karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan dengan


komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika.[1] Karya-karya ini sering
menceritakan sebuah kisah, dalam sudut pandang orang ketiga maupun orang pertama,
dengan plot dan melalui penggunaan berbagai perangkat sastra yang terkait dengan
waktu mereka.[1] Karya sastra dikenal dalam dua bentuk, yaitu fiksi dan nonfiksi.[2] Jenis
karya sastra fiksi adalah prosa, puisi, dan drama.[2] Sedangkan contoh karya sastra
nonfiksi adalah biografi, autobiografi, esai, dan kritik sastra.[2] Menurut Suroto, roman
terbentuk atas pengembangan seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita
tersebut.[2] Karya sastra digunakan untuk memenuhi kepuasan rohani penulis dan para
pembacanya. Bentuk kepuasan ini dapat diwakilkan melalui penggunaan bahasa yang
bermakna kesenangan, kesedihan, kekecewaan, maupun ungkapan lain yang memiliki
nilai keindahan.[3]

Definisi karya sastra yang diungkapkan oleh Sumardjo dan Sumaini mempunyai arti
yang lebih luas. Menurut mereka kesusastraan merupakan seni berbahasa, karya sastra
adalah ekspresi pikiran menggunakan Bahasa selaku penghubung. Sumarjo dan Sumaini
juga beranggapan bahwa karya sastrawi merupakan suatu kehidupan di segala rupa
dalam sebuah inspirasi serta keelokan. (Shandy, Dimas. 2021. Pengertian Karya
Sastra Lengkap dengan Jenis dan Fungsinya dalam
https://www.pusatilmupengetahuan.com.)

Karya Sastra adalah sesuatu diungkapkan secara komunikatif yang mengandung


maksud pembuat tulisan dengan tujuan estetika. Karya-karya ini sering
mengungkapkan, baik di pertama atau ketiga orang, dengan plot dan melalui
penggunaan berbagai perangkat sastra yang berhubungan dengan waktu mereka. (Rifai,

Pengertian Novel
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), novel adalah karangan prosa yang
panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di
sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku.

Novel adalah salah satu jenis karya sastra yang berbentuk prosa. Kisah di dalam novel
merupakan hasil karya imajinasi yang membahas tentang permasalahan kehidupan
seseorang atau berbagai tokoh. Cerita di dalam novel dimulai dengan munculnya
persoalan yang dialamai oleh tokoh dan diakhiri dengan penyelesaian masalahnya.
Novel memiliki cerita yang lebih rumit dibandingkan dengan cerita pendek. Tokoh dan
tempat yang diceritakan di dalam novel sangat beragam dan membahas waktu yang
lama dalam penceritaan.[1] Penokohan di dalam novel menonjolkan watak dan sifat
setiap pelaku dalam kisah yang diceritakan. Novel terdiri dari bab dan sub-bab tertentu
sesuai dengan kisah ceritanya. (https://id.wikipedia.org/)

Sayuti mengartikan novel berbeda dengan cerpen. Dimana cerpen lebih


memfokuskan pada intensitasnya. Dari segi sifat, cerpen bersifat implisit dan
sekedar menceritakan sebuah kisah yang pendek. Sedangkan novel lebih
memfokuskan pada sifat yang sifatnya holistik dan memfokuskan pada
kemungkinan munculnya complexity. Complekcity adalah kemampuan dalam
menyampaikan konflik secara dalam, menyeluruh. (deepublish. 2021. Apa itu
Novel? Yuk, Pahami Pengertian Novel Menurut Para Ahli
dalam https://penerbitdeepublish.com/pengertian-novel/)

Secara umum, pengertian novel adalah karangan prosa yang panjang,


mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di
sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Dalam
novel umumnya dimulai dari peristiwa penting yang dialami tokoh cerita
yang kelak mengubah nasib hidupnya. (Zakky. 2018. Pengertian Novel Beserta
Definisi, Struktur dan Ciri-Ciri Novel [Lengkap]
https://www.zonareferensi.com)
Pengertian Puisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi merupakan ragam sastra yang
bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi juga
diartikan sebagai gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara
cermat.

Secara bahasa, puisi berasal dari kata Yunani Kuno, yaitu "poieo" atau "pocima". Dua
kata itu bermakna kreasi atau penyusunan. Dalam hal ini, manusia adalah sosok yang
mengkreasi dan menyusun karya puisi. E. Kosasih dalam buku Bahasa Indonesia (2017)
menuliskan bahwa puisi adalah karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan
perasaan dalam keindahan kata-kata.
(Hadi, Abdul. 2021. "Pengertian Puisi dan Unsur-Unsur
Pembentuknya"dalam https://tirto.id/glKz)

Menurut H.B Jassin, puisi adalah suatu karya sastra yang diucapkan dengan sebuah
perasaan yang di dalamnya mengandung suatu pikiran-pikiran dan sebuah tanggapan-
tanggapan. (Yuda, Alfi. 2021. Pengertian Puisi, Unsur Fisik, Ciri-Ciri, Jenis, dan Cara
Membuatnya dalam https://www.bola.com)
Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang gaya bahasanya sangat ditentukan
oleh irama, rima, serta penyusunan larik dan bait. Penulisan puisi dilakukan
dengan bahasa yang cermat dan pilihan kata yang tepat, sehingga meningkatkan kesadaran
orang akan pengalaman dan memberikan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan
pemaknaan khusus.[1] Puisi mengandung seluruh unsur sastra di dalam penulisannya.
Perkembangan dan perubahan bentuk dan isi pada puisi selalu mengikuti perkembangan selera,
perubahan konsep estetika dan kemajuan intelektual manusia. Puisi mampu
membuat ekspresi dari pemikiran yang mempengaruhi perasaan dan
meningkatkan imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Penyampaian puisi
dilakukan dengan bahasa yang memiliki makna mendalam dan menarik. Isi di dalam puisi
merupakan catatan dan perwakilan dari pengalaman penting yang dialami oleh manusia.
(https://id.wikipedia.org/)
(

Puisi merupakan ragam sastra yang terikat oleh unsur-unsurnya, seperti irama, mantra,
rima, baris, dan bait. Puisi juga dapat dikatakan sebagai ungkapan emosi, imajinasi, ide,
pemikiran, irama, nada, susunan kata, kata-kata kiasan, kesan pancaindra, dan
perasaan. Puisi adalah ungkapan yang memperhitungkan aspek-aspek bunyi di
dalamnya, serta berupa pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair dari
kehidupan individu dan sosialnya. Puisi diungkapkan dengan teknik tertentu sehingga
dapat membangkitkan pengalaman tertentu dalam diri pembaca atau pendengarnya.(
Rahma, Nidia dalam https://www.studiobelajar.com)
Pengertian Drama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), drama merupakan komposisi syair atau
prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan atau watak melalui tingkah laku
atau dialog yang dipentaskan.

Drama berasal dari bahasa Yunani, yaitu draomai yang berarti berbuat, bertindak,
dan sebagainya. Kata drama dapat diartikan sebagai suatu perbuatan atau
tindakan. Secara umum, pengertian drama merupakan suatu karya sastra yang
ditulis dalam bentuk dialog dan dengan maksud dipertunjukkan oleh aktor.
Pementasan naskah drama dapat dikenal dengan istilah teater. Drama juga dapat
dikatakan sebagai cerita yang diperagakan di panggung dan berdasarkan sebuah
naskah. (Hafidha, Selma Intania. 2020. Pengertian Drama Menurut Para Ahli, Ketahui
Ciri-ciri dan Unsurnya dalam https://hot.liputan6.com)

Drama merupakan genre (jenis) karya sastra yang menggambarkan kehidupan manusia
dengan gerak.[2][3] [4] Drama menggambarkan realita kehidupan, watak, serta tingkah laku manusia
melalui peran dan dialog yang dipentaskan.[2] Kisah dan cerita dalam drama memuat konflik dan
emosi yang secara khusus ditujukan untuk pementasan teater. (https://id.wikipedia.org)

Drama adalah genre (jenis) sastra yang menggambarkan


gerak kehidupan manusia. Istilah untuk drama di masa
penjajahan Belanda di Indonesia disebut tonil itu. Tonil kemudian
diganti dengan istilah-play yang dikembangkan oleh PKG Mangku
VII. Drama berasal dari kode dalam bahasa Jawa dan wara. Sandi
berarti rahasia, sementara wara (warah) berarti mengajar. Maka
istilah menyiratkan ajaran teater yang dilakukan oleh simbol.
(Kurniawan, Aris. 2022. Pengertian Drama Menurut Para Ahli, Bentuk,
Unsur, Ciri dan Contohnya dalam https://www.gurupendidikan.co.id)
Unsur-Unsur Intrinsik Karya Sastra

A. Unsur Intrinsik Novel

Unsur instrinsik merupakan suatu unsur yang membangun cerita dalam


sebuah novel. Nurgiyantoro (2010 : 23) menyebutkan unsur intrinsik (intrinsic)
adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur
inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur
yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. (Mardatila,
Ani. 2020. Pahami Unsur Ekstrinsik Novel dan Intrinsiknya, Lengkap dengan
Contoh dalam https://www.merdeka.com)
Pengertian unsur-unsur intrinsik novel - Intrinsik terdiri dari unsur-unsur alur, tema,
penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat. Unsur intrinsik digunakan untuk membantu
menganalisis novel-novel supaya lebih kita mudah menganalisisnya. Apalagi kalau novelnya
tebal tentunya membutuhkan waktu yang lama sehingga unsur-unsur intrinsik diperlukan.
Apabila unsur intrinsik ada, maka unsur ekstrinsik pun juga ada. Dalam pembahasan kali ini
kami akan mengulas tentang pengertian unsur intrinsik novel saja, sedangkan untuk unsur
ekstrinsik akan kami bahas dalam artikel selanjutnya. Pengertian unsur intrinsik
adalah unsur yang menyusun / merangkai sebuah karya sastra dari dalam, yang mewujudkan
struktur suatu karya sastra. Seperti apakah unsur-unsur yang terdapat dalam unsur intrinsik.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang unsur-unsur intrinsik novel kita lihat langsung
penjelasannya berikut ini. (https://www.temukanpengertian.com)

- Alur (Plot)
Alur adalah sebuah pola pengembangan cerita terbentuk dari hubungan sebab akibat. Intisari
alur terletak pada permasalahan cerita. Namun suatu permasalahan pada novel tidak dapat
begitu saja dipaparkan, jadi perlu juga dasarnya. Karena itulah alur terdiri dari saling
mengenal, timbulnya masalah, masalah meninggi, klimaks, penyelesaian masalah. Pada
tahap saling mengenal, pengarang novel akan mulai menggambarkan keadaan dan
memperkenalkan tokoh-tokoh dalam cerita sebagai pendahuluan. Pada tahap kedua,
pengarang akan menampilkan permasalahan yang terjadi antar tokoh. Tahap ketiga,
pengarang akan menampilkan permasalahan semakin tinggi. Dan di tahap ke empat,
permasalahan akan sampai pada puncaknya. Sesudah tahap tersebut terlewati, maka sampai
di tahap ke lima yaitu pemecahan mmasalah. Alur menurun dan menemukan solusi untuk
mengatasi masalah, dan menuju selesainya cerita. Seperti itulah unsur-unsur dari alur yang
berpusat pada permasalahan. Dengan adanya alur seperti itulah, maka pembaca akan
terbawa dalam suasana yang menegangkan. Hal seperti itulah yang menarik pembaca untuk
mengikuti cerita sampai selesai. Sudah jelaslah dari tahap-tahap alur tersebut kalau kekuatan
sebuah novel terletak pada kemampuan pengarang yang dapat mebawa pembacanya
menemui masalah, msalah memuncak, dan masalah berakhir. Timbulnya suatu masalah
sering kali berkaitan dengan unsur watak dan latar. Dalam cerita timbulnya masalah mungkin
terjadi karena watak dari seorang tokoh yang menimbulkan persoalan bagi tokoh lainnya
maupun bagi lingkungannya.
- Tema
Tema adalah ide pokok atau inti dalam cerita. Tema merupakan awalan bagi pengarang
dalam menyampaikan sebuah cerita dalam novel. Tema sebuah novel berkaitan dengan
segala persoalan yang ada dalam kehidupan manusia seperti persoalan kasih sayang,
kekuasaan, kemanusiaan dan lain-lain.

- Penokohan
Penokohan adalah cara seorang pengarang dalam menggambarkan maupun
mengembangkan karakter tokoh-tokoh yang ada dalam cerita novel. Dalam menggambarkan
karakter tokoh dalam cerita, pengarang bisa juga menyebutkan secara langsung contohnya:
si X itu murah hati, si Y itu penyabar. Karakter tokoh penjelasannya dapat digambarkan dari
perilakunya, fisiknya, jalan pikirannya, cara bicaranya, lingkungan kehidupannya, atau bisa
juga dari penggambaran oleh tokoh lain.

- Sudut Pandang (point of view)


Sudut pandang adalah posisi narator atau pengarang dalam membawakan sebuah cerita.
Dalam menyampaikan cerita posisi pengarang ada bermacam-macam yaitu: pengarang
serba tahu adalah pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya yang serba tahu. Dia
bisa menciptakan segala hal yang diinginkan dan dia juga bisa memasukan dan
mengeluarkan para tokoh. Dia bisa mmengemukakan kesadaran, perasaan bahkan jalan
pikiran para tokoh dalam cerita. Pengarang juga bisa mengomentari perilaku tokoh dalam
cerita, bahkan juga bisa secara langsung berbicara dengan pembacanya. Pengarang objektif
adalah pengarang tidak memberikan komentar apapun. Yang disuguhkan kepada pembaca
hanya “hasil pandangan mata”. Pengarang hanya menceritakan apa yang terjadi seperti
halnya penonton melihat drama yang dipentaskan. Pengarang tidak mau masuk ke dalam
pikiran pelaku sama sekali. Pada kenyataannya, memang orang hanya bisa mmelihat apa
yang orang lain lakukan. Dengan melihat kelakuan orang lain tersebut, juga boleh menilai
kepribadiannya, perasaannya, kejiwaannya dan jalan pikirannya. Motif tindakan dari pelakunya
hanya dapat kita nilai dari perbuatan mereka. Jelaslah dalam hal ini kalau pembaca
partisipasinya sangat diharapkan. Di sini pembaca bebas menafsirkan apa yang diceritakan
oleh pengarang. Pengarang aktif adalah pengarang juga aktor yang dalamm cerita tersebut
juga terlibat. Terkadang pengarang juga berfungsi sebagai tokoh sentral. Dengan posisi
seperti itu, pengarang hanya boleh melihat dan mendengar apa yang orang biasa lihat dan
dengar. Untuk selanjutnya pengarang mencatat mengenai apa yang dilakukan atau dikatakan
tokoh lain dalam sebuah jarak penglihatan dan pendengaran. Pengarang tidak bisa membaca
pikiran tokoh lain namun hanya menafsirkan tingkah laku fisiknya. Hal-hal yang sifatnya
psikologis bisa diceritakan apabila menyangkut dirinya sendiri. Pengarang sebagai peninjau
adalah seorang pengarang memilih salah satu dari tokohnya untuk bercerita. Semua kejadian
yang terdapat dalam cerita dilakukan bersama dengan tokoh ini. Tokoh ini hanya dapat
bercerita mengenai perasaannya atau pendapatnya sendiri. Terhadap tokoh yang lain, dia
hanya boleh menyampaikan sesuai apa yang dia lihat. Jadi teknik ini merupakan teknik
penuturan pengalaman seseorang. Sebenaranya dalam beberapa hal teknik ini hampir sama
dengan teknik orang pertama, namun teknik ini lebih fleksibel dan bebas dalam bercerita.

- Latar
Latar atau setting adalah tempat, waktu dan juga suasana terjadinya peristiwa yang dialami
oleh tokoh atau terjadinya perbuatan tokoh. Di dalam novel, cerpen maupun prosa yang lain,
biasanya kadang tidak disebutkan dengan jelas perbuatan tokoh tersebut. Misalkan, di
seebuah desa, di tepi hutan, pada zaman dahulu, pada suatu waktu, di kala senja, dan lain-
lain.

- Amanat
Amanat adalah pesan atau ajaran moral yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca
melalui sebuah karya yang diciptakan. Tidak jauh beda dengan bentuk cerita lainnya, amanat
yang terdapat dalam novel tersimpan rapi dan disembunyikan oleh pengarangnya dalam
keseluruhan isi dari cerita dalam novel. Oleh sebab itu, untuk mengetahui amanat yang
terkandung tidak cukup dengan hanya membaca 2 atau 3 paragraf, tetapi harus membaca
keseluruhan ceritanya hingga tuntas.

B. Unsur Intrinsik Puisi

sama seperti karya sastra lainnya, puisi mempunyai unsur-unsur pembangun agar dapat
menjadi sebuah puisi yang baik. Unsur-unsur pembangun puisi ini merupakan faktor puisi
yang membentuknya dari dalam dan dari luar sehingga akhirnya bisa menjadi sebuah puisi
yang indah.

Unsur Intrinsik Puisi

Unsur intrinsik adalah unsur yang terdapat di dalam karya sastra (puisi). Unsur
intrinsik terbagi menjadi dua yaitu, unsur batin dan unsur fisik.
1. Tema

Tema adalah pokok pikiran dasar untuk mengembangkan dan membuat puisi.
2. Rasa

Rasa adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang
sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis
kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman
sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
3. Nada

Nada adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan


dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada
menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan
masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada
sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
4. Amanat/tujuan/maksud

Amanat yaitu pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau
pendengar.
5. Gaya Bahasa

Gaya bahasa dalam sebuah puisi akan banyak dijumpai rangkaian kata yang
bersifat konotatif, berlebihan, ataupun terkesan merendahkan diri. Inilah yang
disebut sebagai gaya bahasa dalam puisi. Biasanya tiap penulis cenderung
memiliki gaya bahasanya sendiri, yang paling mudah dilihat melalui majas-
majas, seperti personifikasi, metafora, eufemisme, bahkan tak jarang ada yang
menggunakan majas ironi. Jadi, gaya bahasa merupakan cara pemakaian
bahasa dalam karangan atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan
sesuatu yang akan dikemukakan.
6. Rima

Rima adalah kesamaan nada atau bunyi. Rima bisa dijumpai tidak hanya di akhir
tiap larik atau baris, namun dapat juga berada di antara tiap kata dalam baris.
7. Tipografi

Tipografi adalah bentuk penulisan puisi. Secara umum, sering ditemukan puisi
dalam bentuk baris, namun ada juga puisi yang disusun dalam bentuk fragmen-
fragmen bahkan dalam bentuk yang menyerupai apel, zigzag, ataupun model
lainnya.
8. Imaji

Penyair juga sering menciptakan pengimajian atau pencitraan dalam puisinya.


Pengimajian dapat berupa kata atau rangkaian kata-kata yang dapat
memperjelas apa yang ingin disampaikan oleh penyair karena menggugah rasa
imajinasi pembaca melalui penginderaan.
9. Kata Konkret

Ada keinginan penyair untuk menggambarkan sesuatu secara lebih konkret


atau berwujud. Oleh karena itu, dipilih kata-kata yang membuat segala hal
terkesan dapat disentuh. Bagi penyair, hal itu dirasakan lebih jelas.(Alfhari,

Shabrina. 2021. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Pembangun Puisi | Bahasa Indonesia Kelas 10

dalam https://www.ruangguru.com)

C. Unsur Intrinsik Drama

Unsur intrinsik drama adalah unsur-unsur pembentuk drama dari dalam. Komponen-
komponen yang termasuk sebagai unsur intrinsik drama antara lain adalah tema, alur,
tokoh dan penokohan, latar/setting, dialog, bahasa, konflik dan amanat. Adapun komponen-
komponen yang membangun suatu drama yang dikatakan sebagai unsur instrinsik ialah :

1. Judul

Judul merupakan komponen utama yang harus ada dalam sebuah drama. Melalui judul,
seseorang bisa kemudian bisa sedikit mengetahui bagaimana jalan cerita suatu drama yang
ditampilkan. Judul juga dapat menarik minat penonton untuk menyaksikan drama yang
ditampilkan.

Judul merupakan nama suatu drama, atau hal apapun. Dalam karya seni, judul memiliki
peranan penting yang dapat menunjukkan isi cerita secara singkat. Selain itu, dengan
melihat judul, kita akan mengetahui beberapa hal atau jalan cerita dari suatu drama. Judul
dapat menunjukkan siapa tokoh utama dalam drama tersebut, alur cerita, dan sebagainya.

2. Tema

Tema merupakan komponen kedua yang bertujuan untuk membangun sebuah drama.
Tema merupakan keseluruhan dari cerita yang dibuat. Tema ialah ide pokok yang menjadi
dasar atau pokok utama dari drama. Dapat dikatakan tema sebagai “akar” pada suatu
drama. Berdasarkan tema, unsur intrinsik dalam drama dikembangkan dan dikarang
sedemikian rupa mengikuti tema yang telah ditentukan, seperti alur, pertokohan, latar, gaya
bahasa, judul, dan lainnya.

3. Alur atau Plot

Alur cerita merupakan komponen ketiga yang mendukung suatu drama. Memperhatikan
alur tentunya membuat drama menjadi lebih menarik. Plot atau Alur disebut juga sebagai
jalan cerita yang disusun sedemikian rupa dari tahapan-tahapan peristiwa sehingga
membentuk rangkaian cerita. Tahapan-tahapan dalam alur meliputi :
- Tahapan awal, pada tahapan awal ini merupakan tahapan pengenalan tokoh- tokoh cerita
serta perwatakan, latar, dan lain sebaginya.

- Pemunculan konflik, tahap selanjutnya penonton diajak pada pengenalan konflik. Pada
tahap ini, konflik yang merupakan bumbu agar suatu drama lebih menarik akan terjadi.
Konflik- konflik ini tentunya melibatkan semua pemain (tokoh). Dalam tahap ini pula
penonton akan mengenal alur dari cerita yang dibuat.

- Komplikasi. Komplikasi ini merupakan tahap peningkatan konflik. Pada tahap ini, semakin
banyak insiden-insiden terjadi. Beberapa konflik pendukung akan terjadi untuk
menguatkan konflik utama pada alur cerita.

- Klimaks, merupakan tahapan puncak dari konflik yang ada. Tahapan ini merupakan tahap
puncak dari ketegangan yang terjadi mulai dari awal cerita.

- Resolusi, merupakan tahap yang menujukan jalan keluar dari setiap konflik yang ada. Teka
teki pada setiap konflik yang terjadi pada awal- awal cerita akan terungkap pada tahap ini.
Sering kali, perwatakan yang aseli dari setiap tokoh akan muncul di tahapan ini.

- Akhir, pada tahap ini adalahbagian the ending of the story, dalam tahap ini semua konfiks
telah terpecahkan dan merupakan akhir dari cerita.

4. Latar atau Setting

Latar merupakan unsur intrinsic drama yang tentunya dapat membangun suatu drama
menjadi lebih menarik. Latar terdiri dari latar tempat untuk menggambarkan lokasi drama,
latar waktu untuk memberi info kapan terjadinya adegan dalam drama serta latar situasi
untuk menjelaskan suasana dalam cerita di drama tersebut.

5. Dialog

Unsur intrinsik drama selanjutnya adalah dialog. Pengertian dialog merupakan serangkaian
percakapan dalam cerita. Dialog bisa terdiri satu tokoh dengan tokoh yang lain, bisa juga
berupa dialog sendiri atau disebut sebagai monolog. Adanya dialog memberi penjelasan
terkait jalannya cerita, biasanya juga disertai gaya atau mimik wajah.

6. Konflik

Konflik juga termasuk unsur intrinsik drama. Arti konflik adalah pertentangan atau masalah
yang terjadi pada suatu drama. Adanya konflik menjadi inti permasalahan yang ada dalam
drama. Dalam sebuah drama bisa terjadi 1 konflik atau bahkan lebih.

Konflik sebuah drama akan menambah ketertarikan para penonton. Bahkan sebaiknya
mampu mengajak penonton seolah-olah larut dalamn merasakan pertikaian yang terjadi
antar tokoh. Konflik antar tokoh menyimpan teka-teki yang membuat penonton semakin
pensaran dengan kelanjutan cerita dan bagaimana endingnya.

7. Bahasa

Unsur intrinsik drama selanjutnya adalah bahasa atau gaya bahasa. Bahasa merupakan
kata-kata yang digunakan dalam percakapan cerita drama. Bahasa yang digunakan dalam
sebuah drama memiliki kekhasan yang mengacu pada budaya, kehidupan sehari-hari, sosial
budaya, serta pendidikan. Bahasa digunakan untuk menghidupkan cerita, agar cerita
senantiasa komunikatif.

8. Amanat

Unsur intrinsik drama selanjutnya adalah amanat. Amanat adalah pesan yang ingin
disampaikan oleh pengarang kepada penonton. Amanat drama atau pesan disampaikan
melalui peran para tokoh dalam cerita drama.

(Hafidha, Salma Intania. 2020. Unsur Intrinsik dalam Drama, Ketahui Pengertian dan
Unsur Ekstrinsiknya dalam https://hot.liputan6.com)
Nilai-Nilai Kehidupan dalam Karya Sastra

Nilai kehidupan termasuk dalam unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik karya sastra adalah unsur-
unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau
sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik karya sastra bisa kita ibaratkan dengan pembangunan
suatu rumah. Unsur ekstrinsik bukanlah bahan- bahan untuk membangun rumah seperti batu bata atau
yang lainnya. Unsur ekstrinsik lebih mengarah pada kondisi sosial dan budaya pembangun rumah
sehingga mempengaruhi model sebuah rumah. Jadi dapat ditegaskan bahwa unsur ekstrinsik karya
sastra lebih mengarah pada kondisi sosial dan budaya dari pengarang sehingga mempengaruhi
penciptaan sebuah karya sastra. (Pradana, Angga Wahyu. Unsur-Unsur Ekstrinsik Karya Sastra
Indonesia dalam http://blog.isi-dps.ac.id/anggawahyupradana/unsur-unsur-ekstrinsik-karya-sastra-
indonesia.

Berikut merupakan nilai-nilai yang telah terkandung dalam sebuah karya sastra
(https://brainly.co.id)n:

Nilai moral

Yaitu ialah memberikan sebuah nilai yang telah dilakukan dengan membuat sebuah
gambaran dalam karya sastra mengenai akhlak ataupun etika dalam berperilaku
terhadap sesama.

Nilai Agama

Yaitu ialah memberikan sebuah gambaran yang telah memiliki kaitan dengan amanat,
hukum, tuntunan, dan juga ajaran dalam suatu agama yang telah terkandung dalam
suatu karya sastra.

Nilai Budaya

Yaitu ialah memberikan sebuah gambaran mengenai tradisi, kebudayaan, maupun adat
istiadat yang telah berlaku dalam sebuah wilayah yang tertentu melalui sebuah karya
sastra.

Nilai Sosial

Yaitu ialah memberikan sebuah gambaran dan juga penjelasan mengenai amanat,
rekontruksi dari suatu masyarakat, dan juga fenomena sosial yang telah terkandung
dalam suatu karya sastra.
Nilai-nilai dalam karya sastra mengandung hal-hal yang bisa dijadikan acuan dalam kehidupan
sehari-hari, yang juga dapat diambil dari masing-masing peran dalam tokoh karya sastra
tersebut. Nilai-nilai tersebut antara lain:

1. Nilai Moral
Sebuah karya sastra secara umum membawa pesan atau amanat. Pesan moral dapat
disampaikan secara langsung maupun tidak langsung oleh pengarang.

Pesan moral dapat diketahui dari pelaku tokoh-tokohnya atau komentar langsung
pengarangnyalewat hasil karya sastranya.

2. Nilai Estetis
Selain pesan moral, nilai estetis merupakan nilai keindahan yang melekat pada karya sastra
tersebut. Nilai keindahan itu dapat diketahui dari bentuk rima, diksi, atau gaya bahasanya.

3. Nilai Budaya
Nilai budaya dan sosial tidak terlepas dari karya sastra tersebut bercerita tentang daerah
tertentu. Aspek sosial-budaya tersebut dapat diketahui dari bentuk latar atau setting, tokoh,
corak masyarakat, kesenian ataupun kebudayaannya.

(https://blaajar.com/tema/151/)
Nilai-Nilai Pendidikan dalam Karya Sastra
Nilai pendidikan dalam sebuah novel menarik untuk dikaji dalam penelitian sastra. Nilai pendidikan
tersebut merupakan amanat pengarang kepada pembaca. Nilai pendidikan yang ada di dalam novel,
ada yang memiliki hubungan dengan nilai pendidikan yang disampaikan pengarang sebelumnya.
Oleh karena itu, hubungan nilai pendididkan dalam karya sastra merupakan bagian dari fenomena
yang menarik untuk dikaji dalam penelitian sastra. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dinyatakan
Bakhtin lewat Todorov (dalam Faruk, 1999: 134) yang mengungkapkan bahwa tidak ada tuturan
tanpa hubungan dengan tuturan yang lain. Jadi, hal ini menunjukkan bahwa pengarang dalam
menciptakan karyanya mempertimbangkan nilai pendidikan karya sebelumnya.(
http://eprints.ums.ac.id/19969/2/04._BAB_I.pdf)

Dari beberapa pendapat tentang nilai pendidikan yang terdapat dalam karya sastra di atas
ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa nilai pendidikan yang bisa diperoleh dari sebuah
cerita dalam hal ini novel. Nilai pendidikan itu diantaranya adalah yang berhubungan dengan
moral, agama, budaya, sosial, and sebagainya. Berikut ini jenis-jebis nilai Pendidikan yang
dikutip dari (https://text-id.123dok.com/document/eqool7kmq-nilai-nilai-pendidikan-dalam-
sastra.html)

1 Nilai Pendidikan Agama lgama adalah hal yang mutlak dalam kehidupan manusia
sehingga dari pendidikan ini diharapkan dapat terbentuk manusia religius. Mangunwijaya
dalam Burhan Nurgiyantoro, 2002:327 menyatakan: “Agama lebih menunjukkan pada
kelembagaan kebaktian kepada tuhan hukum-hukum resmi. Religius, di pihak lain melihat
aspek yang di lubuk hati, riak getar nurani, totalitas ke dalam pribadi manusia. Dengan
demikian, religius bersifat mengatasi lebih dalam dan lebih luas dari agama yang tampak
formal dan resmi.” Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Koentjaraningrat 1985:145 bahwa makin ia taat menjalankan syariat agama, maka makin
tinggi pula tingkat religiusitasnya. Di lain pihak, Dojosantoso dalam Tirto Suwondo, dkk,
1994:63 menyatakan bahwa “religius” adalah “keterkaitan antara manusia dengan Tuhan
sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan”. Keterkaitan manusia secara sadar
terhadap Tuhan merupakan cermin sikap manusia religius. Berkaitan dengan kepercayaan
masyarakat terhadap agama tertentu, Darsono Wisadirana 2004: 60 memberikan pernyataan
bahwa orang-orang zaman dahulu, terutama orang-orang pedesaan, bersifat sangat
religious.

2 Nilai Pendidikan Moral Pada dasarnya, moral dapat dimaknai sebagai ajaran tentang
kebaikan dan keburukan. Franz Magnis Suseno 2000: 143 menyatakan bahwa moralitas
merupakan kesesuaian sikap, perbuatan, dan norma hokum batiniah yang dipandang
sebagai suatu kewajiban. Moral seringkali dikaitkan dengan perbuatan, sikap, kewajiban,
budi pekerti, susila, dan lain-lain. Seorang tokoh dalam cerita dikatakan bermoral tinggi
apabila ia mempunyai pertimbangan baik dan buruk.

3 Nilai Pendidikan AdatBudaya lx Koentjaraningrat 1985:18 mengemukakan bahwa sistem


nilai buaya terdiri atas konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar
warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup.
Suatu sistem nilai budaya bisaanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan
manusia. Nilai-nilai budaya yang terkandung di dalam cerita dapat diketahui melalui
penelaahan terhadap karakteristik dan perilaku tokoh-tokoh dalam cerita. Cerita dalam hal
ini adalah novel sebagai salah satu bentuk karya sastra dapat memberikan gambaran yang
jelas tentang sistem nilai atau sistem budaya masyarakat pada suatu tempat alam suatu
masa. Nilai-nilai itu mengungkapkan perbuatan yang dipuji atau dicela, pandangan hidup
manusia yang dianut atau yang dijauhi, dan hal-hal apa yang dijunjung tinggi.

4 Nilai Pendidikan Sosial lxi Karya sastra juga mengungkapkan nilai pendidikan sosial.
Dengan memabca banyak karya sastra, diharapkan perasaan pembaca lebih peka terhadap
persoalan-persoalan kemanusiaan lebih dalam penghayatan sosialitasnya, sehingga lebih
mencintai keadilan dan kebenaran. Nilai Sosial menjadi pedoman langsung bagi setiap
tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat yang di dalamnya memuat sanksi-
sanksi siapa saja yang melanggar. Dengan demikian, nilai sosial merupakan nilai yang
berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat dan usaha menjaga keselarasan hidup
bermasyarakat. Oleh karena itu, dapat dianggap bahwa nilai sosial merupakan gagasan-
gagasan dan pola ideal masyarakat yang dipandang baik dan berguna, yang telah
dituangkan dalam bentuk norma-norma, aturan-aturan, dan hukum. Secara garis besar,
persoalan hidup dan kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup
sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan
Tuhannya.

Anda mungkin juga menyukai