Anda di halaman 1dari 21

MENGANALISIS PENGERTIAN, NADA, NILAI RASA, DAN MAKSUD DARI

KARYA SASTRA PUISI YANG BERJUDUL “ ASAL – USUL PELUKAN ” Karya


Candra Malik
1
Suci Indah Rahmadani,2Vinta Sri Rahayu

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


1
indahrahmadaniahmad@gmail.com, 2vintasrirahayu02@gmail.com,

ABSTRAK
pengertian dalam kumpulan puisi Asal Muasal Pelukan Karya
Candra Malik; (2) nada dalam kumpulan puisi Asal Muasal
Pelukan Karya Candra Malik; (3) maksud dalam kumpulan puisi
Asal Muasal Pelukan Karya Candra Malik; (4) Nilai rasa atau
feeling dalam kumpulan puisi Asal Muasal Pelukan Karya
Candra Malik, jenis penelitian yang di gunakan pada penelitian
ini adalah jenis penelitian kualitatif karna penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bersumber pada data yang di peroleh dari
hasil wawancara. Tekhnik pengumpulan data yang di gunakan
adalah membaca berulang-ulang puisi berjudul “Asal Muasal
Pelukan” dan memadai halaman yang akan di analisis makna
dan mkasud dari puisi yang ada pada halaman tersebut. Analisis
data yang di temukan pada proses pengumpulan data di analisis
menggunakan teori Semantik oleh ahli Mansur Pateda.Hasil
penelitian adalah Sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan, Hasil eksperimen kualitatif yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah hasil yang diperoleh dari analisis tentang
riset yang bersifat deskriptif .
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Sastra merupakan bagian dari gambaran kehidupan social yang disajikan melalui
perenungan sehingga dapat hasil karya yang tercipta benar-benar citraan dari
perkemangan zaman yang terjadi pada masyarakat. Di dalam karya sastra sering kita
jumpai berbagai kisah yang menggambarkan kehidupan sosial masyarakat seperti politik,
ekonomi sosial, budaya, dan agama. Oleh karena itu, meskipun dikatakan karya fiksi,
sebuah karya sastra tidak serta-merta murni sebuah hayalan dan imajinasi. Akan tetapi,
sebuah karya sastra lahir melalui tempaan pengalaman penulisnya. Puisi sebagai jenis
karya sastra memiliki nilai kesusastraan yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan
bermakna dalam setiap pemilihan katanya. Puisi pada dasarnya merupakan sarana
ekspresi seseorang untuk mengungkapkan pikiran dan perasaanya. Oleh karena itu ,puisi
selalu di ciptkan dan di baca untuk menikmati nilai seni dan nilai kejiwaan yang tinggi.
Menurut Waluyo (2002:1) Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang di padatkan,di
persingkat,di beri irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias atau
imajinatif.

Menurut Pradopo, puisi itu merupakan rekaman dan intreprestasi pengalaman manusia
yang penting ,di ubah dalam wujud yang berkesan (2009:7).Dari dahulu hingga sekarang.
puisi di gemari oleh semua lapisan masyarkat. Kemajuan masyarakat dari waktu ke
waktu selalu meningkat ,maka corak,sifat, dan bentuk puisi pun selalu berubah,
mengikuti pengembangan selera. Saat ini wujud puisi semakin kompleks dan semakin
terasa sukar sehingga lebih meyukarkan pemahamannya. Begitu juga halnya dengan
corak dan wujud puisi Indonesia modern. Meskipun demikian , orang tidak akan
memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu
karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong
tanpa makna (Pradopo,2009:3).

Puisi sebagai karya seni yang puitis. Kata-kata puitis sudah mengandung nilai keindahan
yang khusus untuk puisi. Sifat yang di sebut puitis, sukar di defenisikan. Hanya saja,
dalam karya sastra sesuatu yang di katakan puitis apabila membangkitkan
perasaan,menarik perhatian , menimbulkan tanggapan yang jelas. Secara umum , bila
menimbulkan keharuan di sebut puitis (Pradopo,2009:13).

Puisi adalah jenis sastra yang bentuknya di pilih dan di tata dengan cermat sehingga
mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan
tanggapan khusus lewat bunyi, irama, dan makna khusus dengan kata lain puisi adalah
rangkaian kata yang sangat padu. Oleh karena itu, kejelasan sebuah puisi sangat
tergantung pada ketetapan penggunaan kata serta kepaduan yang membentuknya. (Azhar,
t.t.)
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian, Nilai rasa, nada dan maksud dari puisi yang berjudul “ EMBUN
HUTAN JATI” karya Candra Malik?
2. Apa pengertian ,Nilai rasa,nada dan maksud dari puisi yang berjudul “ DUA
TITIK,SATU
GARIS” karya Candra Malik ?
3. Apa pengertian ,Nilai rasa,nada dan maksud dari puisi yang berjudul “
MENUJU MAHAKIRI” karya Candra Malik?
4. Apa pengertian ,Nilai rasa,nada dan maksud dari puisi yang berjudul “PUISI
PAGI” karya Candra Malik ?

C. Manfaat Penelitian
Membantu peneliti menemukan dan menganalisis sebuah karya sastra berupa
puisi dengan menemukan pengertian,nada,nilai rasa,dan maksud dari puisi karya
Candra Malik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SASTRA

Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta


‘Sastra’, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari
kata dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti
“alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk
merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti
atau keindahan tertentu.(hasansadili, 2009)

Pengertian Sastra Menurut Para Ahli

Mursal Esten (1978 : 9) Mengatakan Sastra atau Kesusastraan adalah


pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi
kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan
memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).
Disambung oleh Semi (1988 : 8) Sastra adalah suatu bentuk dan hasil
pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya
menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Panuti Sudjiman (1986 : 68) juga
mengatakan Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai
ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan
ungkapanya. Ahmad Badrun (1983 : 16) Kesusastraan adalah kegiatan seni
yang mempergunakan bahasa dan garis simbol-simbol lain sebagai alai, dan
bersifat imajinatif. Eagleton (1988 : 4) Sastra adalah karya tulisan yang halus
(belle letters) adalah karya yang mencatatkan bentuk bahasa. harian dalam
berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan,
dipanjangtipiskan dan diterbalikkan, dijadikan ganjil. Plato Sastra adalah
hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra
harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model
kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia
ide. Aristoteles Sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu
pengetahuan dan filsafat.
1. Jenis – jenis Sastra

1. Drama

Drama adalah jenis sastra dalam bentuk puisi atau prosa yang bertujuan
menggambarkan kehidupan lewat kelakuan dan dialog (cakapan) para tokoh.
Lazimnya di rancang untuk pementasan panggung. Dalam buku Sumardjo
drama adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita melalui dialog-dialog
para tokohnya. Drama sebagai karya sastra sebenarnya hanya bersifat
sementara, sebab naskah drama ditulis sebagai dasar untuk dipentaskan.
Dengan demikian, tujuan drama bukanlah untuk di baca seperti orang
membaca novel atau puisi. Drama yang sebenarnya adalah kalau naskah tadi
telah di pentaskan. Tetapi bagaimanapun naskah, naskah tertulis drama selalu
dimasukan sebagai karya sastra.

2. Prosa (fiksi)

Prosa adalah jenis karya sastra yang di bedakan dari puisi karena tidak terlalu
terikat oleh irama, rima, atau kemerduan bunyi. Bahasa prosa dekat dengan
kehidupan sehari-hari. Yang termasuk prosa, antara lain cerita pendek, novel,
dan roman dengan kata lain prosa atau fiksi adalah karangan yang bersifat
menjelaskan secara terurai mengenai suatu masalah atau hal atau peristiwa
dan lain-lain. Suroto dalam bukunya menjelaskan secara terperinci tentang
pengertian tiga genre yang termasuk dalam prosa naratif berikut ini.

3. Puisi

puisi adalah jenis sastra yang bentuknya di pilih dan di tata dengan cermat
sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan
membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama, dan makna khusus
dengan kata lain puisi adalah rangkaian kata yang sangat padu. Oleh karena
itu, kejelasan sebuah puisi sangat tergantung pada ketetapan penggunaan kata
serta kepaduan yang membentuknya. (Azhar, t.t.)

a. Macam-macam puisi

Puisi dibedakan menjadi 2, yaitu : 

1. Puisi lama
2. Puisi baru

Pengertian Puisi Lama


Puisi lama merupakan puisi yang masih terikat oleh aturan-aturan. Aturan puisi
lama seperti jumlah kata yang terdapat dalam 1 baris, jumlah baris yang
terdapat dalam 1 bait, persajakan atau rima, banyak suku kata pada tiap baris,
dan irama. 
Jenis Puisi Lama
1. Mantra merupakan sebuah ucapan-ucapan yang
masih dianggap memiliki sebuah kekuatan gaib
2. Pantun merupakan salah satu puisi lama yang mempunyai ciri bersajak a-b-a-b,
tiap baris terdiri atas 8 hingga 12 suku kata, 2 baris pada awal pantun disebut sampiran, 2
baris berikutnya disebut sebagai isi, tiap bait 4 baris.
3. Karmina merupakan salah satu jenis pantun yang kilat seperti sebuah
pantun tetapi sangat pendek.
4. Seloka adalah pantun yang berkait.
5. Gurindam adalah puisi yang terdiri dari tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a,
dan biasanya berisi nasihat.
6. Syair merupakan puisi yang bersumber dari negara Arab dan dengan ciri
pada tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, biasanya berisi nasihat atau sebuah
cerita.
7. Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari bilangan genap
seperti 6, 8, ataupun 10 baris.

Ciri-Ciri Puisi lama


Berikut ciri-ciri puisi lama : 

1. Puisi lama bisanya berupa puisi rakyat dan tidak diketahui nama
pengarangnya.
2. Puisi lama masih terikat oleh berbagai aturan-aturan seperti dari jumlah
baris pada setiap baitnya, sajak serta jumlah suku kata pada setiap barisnya.
3. Disampaikan dari mulut ke mulut dan dapat disebut juga dengan sastra
lisan.
4. Menggunakan majas atau gaya bahasa tetap dan klise.
5. Biasanya berisikan tentang kerajaan, fantastis, serta istanasentris.

Pengertian Puisi Baru

Puisi baru merupakan puisi yang sudah tidak terikat oleh aturan, berbeda
dengan puisi lama. Puisi baru memiliki bentuk yang lebih bebas dibandingkan
puisi lama baik dalam jumlah baris, suku kata, ataupun rima.

Jenis Puisi Baru


1. Balada merupakan salah satu jenis puisi baru. Balada merupakan puisi
tentang cerita. Balada terdiri dari 3 bait dan masing-masing dengan 8 larik
serta dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Lalu skema rima berubah menjadi a-
b-a-b-b-c-b-c. Pada larik terakhir dalam bait pertama digunakan refren dalam
bait-bait selajutnya.
2. Himne merupakan puisi yang digunakan sebagai pujaan untuk Tuhan,
tanah air, atau seorang pahlawan.
3. Ode adalah puisi sanjungan bagi orang yang telah berjasa. Nada serta
gayanya sangat resmi, bernada sangat anggun, dan membahas sesuatu yang
mulia, memiliki sifat yang menyanjung baik itu terhadap pribadi tertentu atau
suatu peristiwa umum.
4. Epigram adalah puisi yang memiliki isi berupa tuntunan atau ajaran hidup.
5. Romansa adalah puisi yang berisi tentang luapan perasaan penyair tentang
cinta kasih.
6. Elegi adalah puisi yang memiliki isi tentang kesedihan.
7. Satire adalah puisi yang berisi tentang sindiran atau suatu kritikan.
8. Distikon adalah suatu puisi yang tiap baitnya terdiri dari 2 baris (puisi 2
seuntai).
9. Terzinaa adalah puisi yang pada tiap baitnya terdiri dari 3 baris (puisi 3
seuntai).
10. Kuatrain adalah puisi yang pada tiap baitnya terdiri dari 4 baris (puisi 4
seuntai).
11. Kuint adalah puisi yang pada tiap baitnya terdiri dari 5 baris (puisi 5
seuntai).
12. Sektet adalah puisi yang pada tiap baitnya terdiri dari 6 baris (puisi 6
seuntai).
13. Septime, adalah puisi yang pada tiap baitnya terdiri dari 7 baris (puisi 7
seuntai).
14. Oktaf atau Stanza merupakan puisi yang pada tiap baitnya terdiri 8 baris
(double kutrain atau dapat disebut juga dengan puisi 8 seuntai).
15. Soneta merupakan salah satu jenis puisi yang terdiri dari 14 baris yang
terbagi menjadi 2, 2 bait pertama masing-masing terdiri dari 4 baris dan 2 bait
kedua masing-masing 3 baris.

Ciri-Ciri Puisi Baru


Ciri-ciri puisi baru antara lain: 

1. Diketahui nama pengarangnya, berbeda dengan puisi lama yang tidak


diketahui nama pengarangnya
2. Perkembangannya secara lisan serta tertulis.
3. Tidak terikat oleh berbagai aturan-aturan seperti rima, jumlah baris dan
suku kata.
4. Menggunakan majas yang dinamis atau berubah-ubah.
5. Biasanya berisikan tentang kehidupan.
6. Biasanya lebih banyak memakai sajak pantun dan syair.
7. Memiliki bentuk yang lebih rapi dan simetris.
8. Memiliki rima akhir yang teratur.
9. Pada tiap-tiap barisnya berupa kesatuan sintaksis.

B. Teori Semantik
Mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang
membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun
kalimat.(“Pengertian Teori Semantik Menurut Para Ahli - Sastrawacana,” t.t.)

Aspek makna

Pengertian Makna

Makna adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari semantik selalu saja
melekat dari apa saja yang kita tuturkan. ada pendapat para ahli yaitu
Mansoer Pateda mengemukakan istilah makna merupakan kata-kata yang
membingungkan. makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun
kalimat.
Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :

1.  Maksud pembicara.

2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku


manusia atau kelompok manusia.

3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa


atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya.

4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa (Harimurti Kridalaksana,


2001: 132).

Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal,
yaitu :

1.      Pengertian (sense)

Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila
pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca
mempunyai kesamaan bahasa yang digunakan atau disepakati bersama.
Lyons (dalam Mansoer Pateda, 2001:92) mengatakan bahwa pengertian
adalah sistem hubungan-hubungan yang berbeda dengan kata lain di dalam
kosakata.

Contoh:    a. celana ini pendek.

b.celana ini tidak panjang.

Kalimat (a) dan (b) memiliki satu pengertian, meskipun kata pendek diganti
dengan ukuran kata tidak panjang.

2.      Nilai rasa (feeling)

Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan dengan sikap
pembicara terhadap hal yang dibicarakan. Dengan kata lain nilai rasa yang
berkaitan dengan makna adalah kata-kata yang berhubungan dengan
perasaan, baik yang berhubungan dengan dorongan maupun penilaian. Jadi,
setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan nilai rasa dan setiap
kata mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan.

Dalam kehidupan sehari-hari selamanya kita berhubungan dengan rasa dan


perasaan. Katakanlah kita dingin, jengkel, terharu, gembira, dan untuk
menggambarkan hal-hal yang berhubungan dengan aspek perasaan tersebut,
kita gunakan kata-kata yang sesuai.

Tidak mungkin kita berkata,

1.      “Marilah kita bersenang hati atas meninggalnya tetangga kita”! Atau,

2.      “Ah, betapa  panasnya di dalam gedung yang ber-AC ini.”

Dari kedua contoh kalimat diatas tentu tidak ada kesinambungan antara
kalimat dengan maknanya. Makna yang menunjukkan nilai rasa (feeling)
terdapat pada kalimat berikut ini:

Contoh:    "Saya akan pergi". (menunjuk pada dorongan)

"Engkau malas". (menunjukan pada penilain)

Kata-kata: saya, pergi, malas, mempunyai nilai rasa yaitu rasa dorongan dan
penilaian.

3.      Nada (tone)

Aspek makna nada menurut Shipley adalah sikap pembicara terhadap kawan
bicara (dalam Mansoer Pateda, 2001:94). Aspek nada berhubungan pula
dengan aspek makna yang bernilai rasa. Dengan kata lain, hubungan antara
pembicara dengan pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam
kata-kata yang digunakan.
Contoh:
"Pulang!" (kata ini bahwa pembicara jengkel atau dalam suasana tidak
ramah).
 "Pulang?" (kata ini menunjukan bahwa pembicara menyindir).

4.  Maksud (intention)

Aspek maksud menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001: 95)


merupakan maksud senang atau tidak senang, efek usaha keras yang
dilaksanakan. Maksud yang diinginkan dapat bersifat imperatif, narasi, dan
persuasi.

Contoh:
Orang berkata "Hai akan hujan".

Pembicara bermaksud:
a. Cepat-cepat pergi.
b. Bawa payung.
c. Tunda dulu keberangkatan.
dan masih ada lagi kemungkinan yang tersirat.

Aspek-aspek makna tersebut tentunya mempunyai pengaruh terhadap jenis-


jenis makna yang ada dalam semantik. Di bawah ini akan dijelaskan seperti
apa keterkaitan aspek-aspek makna dalam semantik dengan jenis-jenis makna
dalam semantik
C. KERANGKA PIKIR

SASTRA

PROSA DRAMA PUISI

LAMA BARU “ Asal – Muasal Pelukan


“ Karya Candra Malik

Teori Semantik
( Mansoer Pateda )

Pengertian Rasa Nada Maksud

TEMUAN
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah


jenis penelitian kualitatif karna penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bersumber pada data yang diperoleh dari hasil
wawancara. Menurut Sugiyono (2009:15), metode penelitian
kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk menyelidiki,
menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau
keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan,
diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif. .
(Prawiro, 2019)

B. Data dan Sumber Data

1. Data pada penelitian ini menggunakan teori Semantik


menurut Mansoer Pateda. Aspek-aspek makna dalam
semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu :
Pengertian, Rasa, Nada, dan Maksud.

2. Sumber data pada penelitian ini berasal dari antologi puisi


karya Candra Malik yang berjudul “ Asal – Muasal
Pelukan “ yang diterbitkan oleh PT. Bentang Pustaka ,
Yogyakarta dengan jumlah halaman 149 halaman.

C. Tekhnik Pengumpulan Data

1. Membaca berulang – ulang puisi yang berjudul “ Asal –


Muasal Pelukan “

2. Menandai halaman yang akan dianalisis makna dan


maksud dari puisi yang ada pada halaman tersebut.

D. Tekhnik Analisis Data


Data yang ditemukan pada proses pengumpulan data dianalisis
menggunakan teori Semantik oleh ahli Mansur Pateda.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan, Hasil eksperimen kualitatif yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh dari analisis tentang riset
yang bersifat deskriptif .

Pada puisi yang peneliti kaji, Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer
Pateda ada empat hal, yaitu pengertian, nilai rasa, nada, dan maksud. Kumpulanb puisi
yang berjudul “ Asal – Muasal Pelukan “ karya Candra Malik 4 puisi di antaranya :

EMBUN HUTAN JATI


Hutan jati menunggu janji,

Sepanjang hari yang sepi,

Ketika ulat – ulat melingkari.

Jari – jemarinya yang tinggi,

Memekarkan matahari.

Pekarangan luas semesta.

Adalah telapak tangannya.

Menegadah angkasa raya.

Minta embun dan air mata.

Membasahi kelopak bunga.

Terlalu lama dalam gelap,

Sepi beramai – ramai menetap,

Angin mengepung senyap,

Dan terik menolak senyap,

Tunas –tunas bersedekap.


Lidah ular tedung menjulur,

sakat pandan telah berumur ,

bertandan – tandan intan sanur,

merah dan kuning membaur,

mengalungi hutan leluhur.

Kutulis di tanah kemarau,

Guguran daun berderau – derau,

Patahan reranting masa lalu:

Di sini, kau akan kutunggu

Sampai ujung waktuku.

1. Pengertian

Kata Tedung pada baris pertama bait keempat pada puisi di atas mengandung
pengertian adalah seekor ular yang sangat berbisa dan dapat menggembungkan
lehernya ( tengkuknya ). Kata sakat pada baris ke-dua bait keempat pada puisi di
atas mengandung pengertian adalah sebuah benalu, atau pasilan. Kata menderau
–derau pada baris kedua bait kelima pada puisi di atas mengandung pengertian
tiruan bunyi gemuruh hujan dibawa angin. Kata Sanur pada baris ketiga bait
keempat pada puisi di atas tidak memiliki pengertian dalam KBBI.

2. Nilai Rasa atau Feeling

Nilai Rasa dalam puisi ini , penulis atau pengarang merasakan suasana hati yang
damai dalam penantian pujaan hatinya.

3. Nada

Nada dalam kalimat lidah ular tedung menjulur pada puisi di atas bernada serius,
pada kalimat sakat pandan telah beumur dibaca dengan nada serius, pada kalimat
bertandan-tandan intan sanur dibaca dengan nada serius , pada kalimat guguran
daun menderau-derau dibaca dengan nada merayu.
4. Maksud

Maksud dari kalimat lidah ular tedung menjulur pada puisi di atas yaitu penyair
memberitahukan kepada kita dalam puisinya bahwa seekor ular Tedung yang
menjulurkan lidahnya keluar, maksud dari kalimat sakat pandan telah beumur
yaitu sakat pandang yang sudah tua, maksud dari kalimat bertandan-tandan intan
sanur yaitu dapat diandaikan intan sanur yang bertangkai-tangkai atau
bercabang. Maksud dari kalimat guguran daun menderau-derau yaitu bunyi daun
yang berguguran.

DUA TITIK, SATU GARIS

Pada mulanya, kita dua titik terpisah.


Yang oleh cinta dianugerahi mahabah.
Pada mulanya, kita adalah dua noktah.
Disatukan cinta agar tak lagi memisah.

Pada hakikatnya, kita hidup sesuai fitrah.


Lalu kepada cinta akhirnya kita berhijrah.
Hanya kepada-Nya, kita berharap sakinah.
Dalam rida-Nya, kita memohon rahmah.

Takdir telah menulis.


Dua titik jadi satu garis.
Yang sudah digariskan.
Niscaya dipersatukan.

Terima kasih tiada terperi pada Cinta nan sejati.


Terima kasih tiada terkira pada Rindu nan nyata.
Telah tiba pada kita yang tersurat sejak mula.
Telah dibawa oleh cinta : alasan terhebat kita dicipta.

1. Pengertian

Kata Mahabah pada baris kedua bait pertama pada puisi di atas mengandung
pengertian perasaan kasih sayang. Kata noktah pada baris ketiga bait pertama
pada puisi di atas mengandung pengertian titik kecil ( biasanya berwarna
hitam atau warna gelap yang lain ). Kata fitrah pada baris pertama bait kedua
pada puisi di atas mengandung pengertian kesucian, bakat, atau pembawaan.
Kata sakinah pada baris ketiga bait kedua pada puisi di atas mengandung
pengertian kedamaian, ketentraman, ketenangan dan kebahagiaan. Kata
rahmah pada baris keempat bait kedua pada puisi di atas tidak memiliki
pengertian dalam KBBI. Kata terperi pada baris pertama bait keempat pada
puisi di atas juga tidak memiliki pengertian dalam KBBI.

2. Nilai Rasa atau Feeling

Nilai Rasa dalam puisi ini , penulis atau pengarang merasakan suasana hati
yang bahagia karena telah ditakdirkan bersama pujaan hatinya

3. Nada

Nada dalam kalimat Yang oleh cinta dianugerahi mahabah pada puisi di atas
bahagia, nada dalam kalimat Pada mulanya, kita adalah dua noktah.pada puisi di
atas bernada mengandaikan. Nada dalam kalimat Pada hakikatnya, kita hidup
sesuai fitrah bernada bahagia. Nada dalam kalimat Hanya kepada-Nya, kita
berharap sakinah bernada harapan. Dalam kalimat Dalam rida-Nya, kita
memohon rahmah bernada permohonan. Dalam kalimat Terima kasih tiada
terperi pada Cinta nan sejati bernada bersyukur.

4. Maksud

Maksud dari kalimat yang oleh cinta dianugerahi mahabah pada puisi di atas
yaitu atas yaitu penyair memberitahukan kepada kita dalam puisinya bahwa
penyair dianugerahi oleh cinta sebuah perasaan kasih sayang. Maksud dari
kalimat Pada mulanya, kita adalah dua noktah pada puisi di atas yaitu
penyair dan pujaan hatinya bagaikan dua titik kecil. Maksud dari kalimat
Pada hakikatnya, kita hidup sesuai fitrah pada puisi di atas yaitu penyair dan
pujaan hatinya hidup sesuai dengan pembawaannya atau kesuciannya.
Maksud dari kalimat Hanya kepada-Nya, kita berharap sakinah yaitu hanya
kepada Tuhanlah kita berharap ketenangan dan kebahagiaan. Maksud dari
kalimat Dalam rida-Nya, kita memohon rahmah yaitu atas izin Tuhan kita
memohon kebahagiaan. Maksud dari kalimat Terima kasih tiada terperi pada
Cinta nan sejati yaitu penyair mengucapkan banyak terima kasih pada cinta
yang sejati yang diberikan kepadanya.
MENUJU MAHAKIRI
Tuangkan arak,

Kau bebas berarak.

Teguk khamr,

Kau lepas cadar.

Mabuk kepayang.

Kau akan melayang.

Hanya sendiri,

Menuju Mahakiri

O, ayo menari…

Di setiap seloki.

1. Pengertian

Kata berarak pada baris kedua bait pertama pada puisi di atas mengandung
pengertian berjalan bersama-sama secara beriringan. Kata khamr pada baris
pertama bait kedua pada puisi di atas mengandung pengertian minuman keras
atau anggur. Kata kepayang pada baris pertama bait ketiga mengandung
pengertian sebuah pohon yang buahnya mengandung biji yang memabukkan.
Kata seloki pada baris kedua bait kelima pada puisi di atas mengandung makna
sebuah gelas kecil untuk minum minuman keras.

2. Nilai Rasa atau Feeling

Nilai Rasa dalam puisi ini , penulis atau pengarang merasakan kehilangan
kesadaran karena mabuk minuman keras.
3. Nada

Nada dalam kalimat Kau bebas berarak pada puisi di atas benada seruan. Nada
dalam kalimat Teguk khamr bernada perintah. Nada dalam kalimat Mabuk
kepayang benada bebas. Nada dalam kalimat Di setiap seloki bernada berfoya.

4. Maksud

Maksud dari kalimat Kau bebas berarak pada puisi diatas yaitu penyair
memberitahukan kepada kita dalam puisinya bahwa kau bebas meminum
minuman keras ( dalam KBBI kata berarak berbeda arti katanya ). Maksud dari
kalimat Teguk khamr yaitu penyair meminta meneguk minuman keras. Maksud
dari kalimat Mabuk kepayang yaitu berjalan dengan sempoyongan. Maksud dari
kalimat Di setiap seloki pada puisi di atas yaitu ajakan menari penyair sambil
memegang gelas kecil yang digunakan untuk meminum minuman keras.

PUISI PAGI ( 2 )

: Untuk para tercinta

Menyuapimu, Bima,
Di setiap pagiku,
Ialah menghitung masa
Sebelum pergimu.

Menyapihmu, Manik,
Dari ibu yang baik,
Ialah pagi yang pelik,
Bagi seorang salik.

Menghadirkanmu,Dian,
Di meja perjamuan,
Dengan kecupan dan kopi,
Ialah embun ini pagi.

1. Pengertian
Kata Manik pada baris pertama bait kedua pada puisi di atas mengandung
pengertian butiran kecil dari lubang yang cocok untuk perhiasan, kalung, dan
sebagainya. Kata pelik pada baris ketiga bait kedua pada puisi di atas
mengandung pengertian amat indah. Kata salik pada baris keempat bait kedua
mengandung pengertian seorang murid. Kata Dian pada baris pertama bait ketiga
pada puisi di atas mengandung pengertian alat untuk menerangi sesuatu atau
pelita.

2. Nilai Rasa atau Feeling

Nilai Rasa dalam puisi ini , penulis atau pengarang merasakan kedamaian hati
dalam menikmati indahnya pagi hari.

3. Nada

Nada dalam kalimat Menyapihmu,Manik, pada puisi di atas bernada bangga, nada
dalam kalimat Ialah pagi yang pelik, bernada santai. Nada dalam kalimat Bagi
seorang salik bernada santai. Nada dalam kalimat Menghadirkanmu,Dian
bernada bangga.

4. Maksud

Maksud dari kalimat Menyapihmu, Manik pada puisi diatas yaitu penyair
memberitahukan kepada kita dalam puisinya bahwa sebagai perumpamaan atau
persajakan bahwa menyapih manik sebagai kata kiasan. Maksud dari kalimat
Ialah pagi yang pelik, pada puisi di atas adalah pagi yang indah. Maksud dari
kalimat Bagi seorang salik pada puisi di atas yaitu pagi yang indah bagi seorang
murid. Maksud kalimat Menghadirkanmu,Dian pada puisi di atas yaitu
menghadirkan lentera atau penerang.
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan:

Hasil dari penelitian ini ialah Puisi yang di dalamnya terdapat pengertian yang
berarti pengetahuan tentang sesuatu di dalam pikiran atau pemahaman, Nilai Rasa
dalam puisi ini , penulis atau pengarang merasakan suasana hati yang damai
.Nada adalah bunyi yang beraturan , dan memiliki frekuensi tunggal tertentu .
Dan Maksud yang berarti yang telah tercapai tujuannya

Saran:

Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam pembuatan tugas skripsi
ini.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Amal dan Harifin H. (2018). Representasi Generasi Pada Novel Taman sunyi
sekala karya Aida Vyasa. Retrieved juli 16, 2019, from
http://osf.io/preprints/inarxiv/yq523/.
Azhar, A. (t.t.). Pengertian Puisi, Jenis-Jenis Puisi, Ciri-Ciri Puisi, dan Struktur Puisi.
Diambil 22 April 2019, dari
http://gopengertian.blogspot.com/2015/09/pengertian-puisi-jenis-jenis-puisi-ciri-
ciri-puisi-struktur-puisi.html
hasansadili. (2009, Oktober 3). Pengertian Sastra Secara Umum dan Menurut Para Ahli.
Diambil 22 April 2019, dari Asem Manis website:
https://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secara-umum-
dan-menurut-para-ahli/
Pengertian Teori Semantik Menurut Para Ahli - Sastrawacana. (t.t.). Diambil 26 April
2019, dari http://sastrawacana.id/pengertian-semantik/
Prawiro, M. (2019, Februari 25). Metode PENELITIAN KUALITATIF: Pengertian,
Tujuan, Karakteristik, Jenis. Diambil 20 Mei 2019, dari Pengertian dan Definisi
Istilah website: https://www.maxmanroe.com/vid/umum/penelitian-kualitatif.html

Anda mungkin juga menyukai