Elissa Hilaliyah
Siti Balqis
Venus
PENGERTIAN KARAKTERISTIK
SASTRA SASTRA
FUNGSI
SASTRA
01
PENGERTIAN SASTRA
PENGERTIAN SASTRA
Kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta yaitu, castra yang berarti tulisan. Kata sastra biasanya digunakan
untuk merujuk kepada “kesusasutraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu
yang menjadikan bahasa sebagai media serta alat pengungkap gagasan dan perasaan senimannya dari kata
‘sas’ yang berarti “instruksi “ atau “ajaran” dan “tra” yang berarti “alat” atau “sarana” .
Berikut adalah pengertian sastra menurut pendapat ahli:
● Mursal Esten
Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistic dan imajinatif sebagai manifertasi
kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui bahasa mendium dan memiliki efek yang positif terhadap
kehidupan manusia (kemanusiaan). (Mursal dalam Surastina, 2018: 4)
● Semi
Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya
menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi dalam Surastina, 2018:4)
PENGERTIAN SASTRA
● Panuti Sudjiman
Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri kenunggulan seperti keorisinalan,
keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya. (Semi dalam Surastina, 2018: 4)
● Ahmad Badrun
Kesusastraan adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis simbol-simbol lain sebagai alat
dan bersifat imajinatif (Badrun dalam Surastina, 2018:4)
● Eaglon
Sastra adalah karya tulisan yang halus (bele letters), adalah karya yang mencatat bentuk bahasa harian dalam
berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan , dipanjangtipiskan, dan diterbalikkan, dijadiakan
ganjil. (Eagleton dalam Surastina, 2018:4)
● Plato
Sastra adalah hasil penituan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). (Surastina, 2018:4)
PENGERTIAN SASTRA
● Aristoteles
Sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan, dan filsafat.
● Taum
Sastra adalah karya sastra atau fiksi yang bersifat imajinatiff atau sastra adalah penggunaan bahasa yang
indah dan berguna yang menandakan hal-hal lain (Taum dalam Suhartini, 2018:4)
Karya sastra sebagai sebuah wadah memiliki fungsi menyampaikan ide-idr atau gagasan-gagasan
seorang penulis. Ide-ide penulis itudapat berupa kritik sosial, politik, budaya, dan pertahanan
keamanan berkaitan dengan permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar kita.
Sebuah karya sastra menyampaikan kritik sosial kepada masyarakat pembaca dengan menggunakan
medium bahasa. Setiap kata, frasa, atau kalimat yang ada dalam sebuah karya sastra, baik berupa
tokoh, latar, karakter, dan lain-lainnya memiliki sifat universal. Artinya, unsur unsur tersebut: latar,
tokoh, karakter, dan lain-lain memiliki acuan yang ada di luar dirinya dan acuan itu meliputi hal-hal
yang beragam. Acuan inilah yang dikatakan sebagai makna.
KARAKTERISTIK SASTRA
3) KARYA SASTRA MENGALAMI DEOTOMATISASI/DEFAMILIERISASI
Ketika membaca sebuah puisi, prosa, atau drama, akan menemukan “dunia” yang asing. “Dunia” yang
asing yang terjadi dalam karya sastra tersebut disebabkan oleh gejala-gejala deotomatisasi dan
defamiliarisasi
Karya sastra diangkat dari proses kreatif seorang pengarang. Dari proses meniru, pengarang akan
melakukan kreasi pada karya sastra yang diciptakannya,
Yasa, I Nyoman. 2012. Teori Sastra dan Penerapannya. Bandung: Karya Putra Sarwati.
03
FUNGSI SASTRA
FUNGSI SASTRA
Fungsi
Fungsi didaktif
moralitas
FUNGSI SASTRA
PUISI PROSA
DRAMA
01
PUISI
PENGERTIAN PUISI
● Dresden
Puisi adalah sebuah dunia dalam kata. (Suhartini, 2018:4)
● Suyuti
Puisi adalah pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek-aspek bunyi di
dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual
penyair yang ditimba dari kehidupan individu dan di sosialnya yang diungkapkan
dengan teknik tertentu, sehingga puisi dapar membangkitkan pengalaman tertentu
pula dalam diri pembaca dan pendengarnya.
● William Wordsworth
Puisi adalah luapan secara spontan perasaan yang kuat yang bersumber dari perasaan
yang terkumpul dalam ketenangan. (William Wordsworth dalam Badrun, 1989:2)
PENGERTIAN PUISI
● Lascelles Abrecrombie
Puisi adalah ekspresi pengalaman imajinatif yang bernilai dan berarti sederhana yang
disampaikan dengan bahasa yang tepat. (Lascelles Abrecrombie (dalam Blair, 1953:
xi-xii) dalam Badrun, 1989:3)
● Al-Tenbernd
Puisi adalah pendraman pengalaman yang bersifat menafsirkan dalam bahasa yang
berirama.
(Al-tenbernd, 1970: 2 dalam Badrun, 1989:3)
STRUKTUR BATIN PUISI
TEMA PERASAAN
KATA
DIKSI VERIFIKASI
KONKRET
NADA &
AMANAT
SUASANA
5. Talibun Talibun termasuk jenis pantun yang jumlah lariknya selalu genap, dengan
jumlah minimal 6, 8, 10, dan seterusnya dalam 1 bait. Talibun juga terdiri
atas sampiran dan isi yang masing-masing setengah bagian.
6. Seloka Seloka yaitu susunan kalimat yang berisi nasihat, sindiran, ataupun seloroh.
Tiap bait terdiri atas 4 larik. Perbedaannya dengan pantun adalah sekola
bersajak a-a-a-a.
7. Gurind Gurindam adalag susunan kalimat berisi nasihat atau petuah, setiap baitnya
am terdiri atas 2 larik. Larik pertama merupakan sebab atau alasan, sedangkan
larik kedua merupakan akibat atau balasan.
8. Syair Syair merupakan puisi lama yang berasal dari bahasa Arab. Syair adalah
susunan kalimat untuk melukiskan atau menceritakan sesuatu yang
mengandung unsur mitos ataupun sejarah. Setiap bait syair bersajak sama
a-a-a-a.
JENIS PUISI
Berdasarkan Waktu Kemunculan
Puisi Baru
No. Jenis Keterangan
1. Distichon Puisi yang terdiri atas 2 larik dalam 1 bait, disebut juga sajak 2 seuntai.
2. Terzina Puisi yang terdiri atas 3 larik dalam 1 bait, disebut juga sajak 3 seuntai.
3. Quatrain Puisi yang terdiri atas 4 larik dalam 1 bait. Disebut juga sajak 4 seuntai.
4. Quint Puisi yang terdiri atas 5 larik dalam 1 bait. Disebut juga sajak 5 seuntai.
5. Sextet Puisi yang terdiri atas 6 larik dalam 1 bait. Disebut juga sajak 6 seuntai.
JENIS PUISI
Berdasarkan Waktu Kemunculan (Lanjutan)
6. Stanza dan Oktaf Puisi yang terdiri atas 8 larik dalam 1 bait, biasanya disebut juga sajak 8 seuntai.
7. Soneta Puisi yang dalam 1 bait mengandung 14 larik. Biasanya soneta dibagi menjadi 4
bait, terdiri atas 1 quatrain dan 2 sextet. Bentuk soneta di Indonesia tidak terlalu
sama dengan soneta asli yang berasal dari Italia.
JENIS PUISI
Berdasarkan Waktu Kemunculan
Puisi modern dapat digolongkan berdasarkan cara pengungkapan penyair, terdiri atas:
Puisi Modern
2. Puisi lirik Puisi yang mengandung curahan rasa dan suasana hati, sebagai cetusan
isi hati penyair.
3. Puisi dramatik Puisi yang menekankan pada unsur-unsur dramatik berupa tikaian emosi
akulirik.
JENIS PUISI
Berdasarkan Keterbacaan
Berdasarkan Pembacaan
No. Jenis Puisi Keterangan Contoh Karya Sastra
1. Puisi Kamar Diciptakan untuk direnungkan dan hanya Malam Lebaran (Situr
cocok dibacakan sendirian. Tidak cocok Situmorang)
untuk dijadikan mislanya teks dalam Puisi tanpa judul karya
lomba membaca puisi. Danarto.
2. Puisi Cocok dibacakan di depan sejumlah Tuhan, Kita Begitu Dekat
Auditorium orang. Puisi yang dibacakan dalam lomba (Abdul Hadi, W.H)
atau pertunjukkan.
02
PROSA
PENGERTIAN PROSA
Menurut KBBI, prosa adalah karangan bebas (tidak terikat oleh kaidah yang terdapat
dalam puisi)
Prosa dapat menyarankan pada pengertian yang luas, dapat mencakup berbagai karya
tulis yang ditulis dalam bentuk prosa, buka puisi atau drama, tiap baris dimulai dari
margin kiri sampai ke margin kanan. Prosa tidak hanya terbatas pada penulisan yang
digolongkan sebagai karya sastra, melaikan juga berbagai karya non fiksi termasuk
penulisan berita dan surat kabar.
Prosa Fiksi
2. Amanat Amanat ialah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya kepada
pembacanya atau pesan yang dihasilkan setelah pembaca selesai menuntaskan
pembacaannya terhadap prosa fiksi. Amanat dalam disampaikan pengarang secara tersurat
atau tersirat.
3. Alur Alur yaitu rangkaian cerita yang dijalin berdasarkan sifat logis. Alur digolongkan menjadi
(1) alur maju (progresif), (2) alur mundur (regresif), (3) alur gabugan (coumpund). Gerak
alur dapat dilihat jelas berdasarkan urutan waktu kejadian atau kronologinya.
4. Plot Plot mengandung tahapan berupa (1) perkenalan, (2) perumitan, (3) konflik, (4) klimaks,
(5) antiklimaks, (6) penyelesaian.
Unsur Intrinsik Prosa Fiksi
5. Latar (setting) Latar cerita ialah gambaran tempat atau gejala situasi di tempat kejadian peristiwa.
Terdapat 3 unsur pada latar cerita, yaitu: (1) latar tempat, (2) latar waktu, dan (3) latar
situasi atau latar sosial.
6. Tokoh Tokoh adalah tokoh yang ada di dalam karya sastra. Berdasarkan fungsinya, tokoh
dapat dibedakan digolongkan menjadi: (1) tokoh utama, (2) tokoh pembantu, (3) tokoh
tambahan.
7. Penokohan Penokohan adalah cara kerja pengarang memanajemen tokoh baik dalam bentuk
pemunculan, penggambaraan, maupun pengembangan watak tokoh.
8. Watak dan Watak adalah ciri, cifat, sekaligus sikap yang dimiliki oleh tokoh.
perwatakan Perwatakan merupan cara kerja pengarang untuk menggambarkan watak. Cara kerja
pengarang dalam menggambarkan watak dapat dilakukan melalui metode analitik atau
metode dramatik. Metoe analitik adalah metode penngarang dalam menggambarkan
watak tokoh melalui pendeskripsian dan menjelaskan secara langsung sifat-sifat tokoh.
Unsur Intrinsik Prosa Fiksi
9. Gaya Bahasa Gaya bahasa adalah nuansa maupun cara pengarang memproduksi cerita melalui fitur-
fitur bahasa.
10 Sudut Sudut pandang adalah cara pengarang berposisi dalam cerita yang Semi (1988)
Pandang berpendapat ada 4 jenis pusat pengisahan, yaitu: pengarang sebagai tokoh cerita,
pengarang sebagai tokoh sampingan, pengarang sebagai prngamat atau orang ketiga,
dan pengamat sebagai pemain atau narator.
Unsur Ekstrinsik Prosa Fiksi
● Unsur ekstrinsik adalah unsur pembangun prosa fiksi dari luar. Unsur ekstrinsik terdiri atas 5 yaitu faktor sosial,
faktor keagamaan, faktor budaya, faktor latar belakang pengarang, dan pandangan hidup pengarang, dan nilai
yang terkandung.
N Unsur Pengertian
o Intrinsik
1. Faktor sosial Faktor sosial, misalnya latar belakang masyarakat saat proses penulisan prosa fiksi.
Kondisi politik dan ekonomi pun juga termasuk di dalamnya.
2. Faktor Faktor keagamaan dapat melatarbelakangi suatu karya sastra bisa seperti nilai-nilai
keagamaan yang disematkan dalam karya sastra.
3. Faktor Budaya Faktor budaya, misalnya budaya yang melatarbelakangi karya lahir dan kental di
dalam memengaruhi cerita.
Unsur Ekstrinsik Prosa Fiksi
4. Latar Faktor latar belakang pengarang misalnya dilihat darisisi biografi, psikologis, dan
belakang aliran sastra yang dia yakini
pengarang
5. Nilai yang Nilai yang terkandung dii dalam prosa fiksi yang mendukung keutuhan ccerita
terkandung misalnya nilai mora, nilai pendidikan, nilai religius, nilai buadayam, nilai filososfis,
dan hak asasi.
JENIS PROSA FIKSI
Berdasarkan Pengalaman Estetis dan Orietasi Pengarang.
Prosa Lama
Dongeng Sage
Fabel Nodlehead
Legenda Kisah
Mite Anekdot
JENIS PROSA FIKSI
Berdasarkan Pembentukan, Perkembangan, dan Penyebaran
Prosa Modern
Novel Cerpen
03
DRAMA
PENGERTIAN DRAMA
● Menurut Ferdinan Brunetier dan Balthazar Verhagen drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan
sikap manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku.
● Menurut Moulton, (dalam Sufiani, 2004:6) drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life
presented in action), menyaksikan kehidupan manusia yang diekspresikan secara langsung.
● Menurut Krauss (1999:249) drama adalah suatu bentuk gambaran seni yang datang dari nyayian dan
tarian ibadat Yunani kuno, yang di dalamnya dengan jelas terorganisist dialog dramatis, sebuah konflik
yang penyelesaiannya digambarkan di atas panggung.
● Menurut Sudjiman, drama adalah karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan
mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog.
● Menurut WS Rendra drama atau sandiwara adalah seni yang mengungkapkan pikiran atau perasaan
orang dengan mempergunakan laku jasmani dan ucapan kata-kata.
● Menurut A. Kasim Achmad, drama berasal dari kosa kata Yunani dromai yang artinya berbuat, bergerak,
atau berlaku. Drama berarti laku, yaitu suatu ekspresi kesenian yang memperagakan suatu cerita (hasil
sastra yang disebut lakon) dalan suatu pertunjukkan yang menggunakan laku dan dialog (kata) sebagai
alat ungkapnya.
PENGERTIAN DRAMA
● Menurut Aristoteles (dalam Sufiani, 2004:6) menyatakan bahwa drama adalah “representation of an action”.
Action adalah tindakan yang kelak menjadi akting. Drama adalah penyajian atau peragaan (peniruan) semua
kejadian atau cerita.
● Rahmanto (dalam Rosdiana, 2002:9) mendefiniskan drama sebagai bentuk karya sastra yang
mengungkapkan cerita melalui dialog-dialog para tokohnya, yang diperagakan di atas panggung (atau
pentas).
● Menurut HB Jasin (dalam Sufiani, 2004:6) mengatakan bahwa drama adalah rentetan kejadian yang
merupakan cerita.
Karya sastra merupakan bentuk komunikasi antara sastrawan dengan pembacanya (Siswanto, 2008: 178).
Untuk memahami dan mengapresiasi sebuah karya sastra, pembaca perlu melakukan sebuah kajian/ telaah.
Kajian ini dilakukan dengan berbagai pendekatan sastra. Pendekatan sastra dapat berorientasi pada teks,
pengarang, pembaca, dan konteks.
a. Filologi
Filologi adalah pendekatan yang memusatkan perhatian pada seputar permasalahan editorial dan
rekonstruksi teks.
d. Kritik
Objek kajian kritik sastra diantaranya adalah kritik evaluatif. Pada Kritik, untuk mempertahankan sikap
objektifnya, seorang kritikus harus fokus pada keunikan teks. Pada pendekatan ini, karya sastra ditelaah
berdasarkan pada dimensi intrinsik teks.
a. Kritik biografi
Pendekatan biografi menganggap bahwa setiap karya sastra selalu dipengaruhi oleh latar belakang
penulis. Baik dalam bentuk diksi, jalan cerita ataupun konteks
b. Kritik psikoanalitik
Psikoanalitik merupakan sebuah kritik sastra yang kadang-kadang berkaitan dengan penulis, terutama
mencoba untuk menjelaskan aspek-aspek psikologis umum dalam teks yang tidak selalu berhubungan
dengan penulis secara eksklusif
Jenis-jenis Pendekatan
Pada Telaah Sastra Menurut Klarer (2005: 78-94)
c. Fenomenologi
Pendekatan ini berasumsi bahwa penulis hadir dalam teks dalam bentuk disandikan dan jiwanya dapat
dihidupkan kembali oleh membaca intensif karya lengkapnya.
3. Pendekatan Pragmatik
Nilai sosial yakni kita harus hidup harmonis dan saling menolong dengan orang lain.
Nilai religius yakni agar kita selalu beribadah kepada Tuhan dan juga bermanfaat untuk orang lain.
4. Pendekatan mimesis
Terima Kasih