Anda di halaman 1dari 17

IDE FLAMBOYAN

HATI BERLIAN

SUKSMASASTRA
Suksmawan Yant Mujiyanto

Aku percaya, sastra adiluhung


Punya peran sebagai renains dan audklarung
Bagai cahaya, ia membawa pencerahan
Seraya membangkitkan kembali jiwa-jiwa
Yang dirundung gulita zaman

Ibarat cinta, sastra memberikan kesejukan dan kehangatan


Melembutkan hati menghaluskan perasaan
Menjernihkan yang keruh, meluruskan yang bengkok
Menghentikan keluh, membuat hidup lebih elok
Mengajak mencintai Tuhan, kehidupan, umat manusia
Dengan eksotika rasa dan pijar pesona kata

Republik Hati,
Solo Berseri, 17 Oktober 2014

Dalam puisi “Suksmasastra” tersebut sudah dijelaskan tentang apa itu sastra, apa
fungsinya, apa ciri-cirinya, dan sebagainya. Namun untuk lebih jelasnya akan dibahas
dalam beberapa rentetan kata-kata dan paragraf berikut.

A. Teori Sastra
Teori sastra dalam arti sempit adalah studi sistematis mengenai sastra dan metode
untuk menganalisis sastra (Jonathan, 1997: 45). Akan tetapi, kata "teori" telah
menjadi istilah umum untuk berbagai pendekatan ilmiah untuk membaca teks. Teori
sastra menjelaskan kepada kita tentang konsep sastra sebagai salah satu disiplin ilmu

Jagad Sastra | 1
humaniora yang akan mengantarkan kita ke arah pemahaman dan penikmatan
fenomena yang terkandung di dalamnya. Dengan mempelajari teori sastra, kita akan
memahami fenomena kehidupan manusia yang tertuang di dalam teori sastra.
Teori sastra ialah cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang prinsip-prinsip,
hukum, kategori, kriteria karya sastra yang membedakannya dengan yang bukan
sastra. Secara umum yang dimaksud dengan teori adalah suatu sistem ilmiah atau
pengetahuan sistematik yang menerapkan pola pengaturan hubungan antara
gejalagejala yang diamati. Teori berisi konsep/ uraian tentang hukum-hukum umum
suatu objek ilmu pengetahuan dari suatu titik pandang tertentu.
Teori sastra sangatlah luas. Teori sastra bicara tentang seluk beluk sastra dari
aspek kognitif, pemikiran, konsep-konsep, peristilahan, definisi, jatidiri dan
pengertian yang terkandung di dalamnya. Disini dibicarakan jatidiri karya sastra yang
menampilkan dunia imajiner yang mengusung sistem logika internal, sistem logika
spesifik sastra yang lain dari yang lain, yang berbeda dengan sistem logika yang ada
dalam dunia sosial, pendidikan, agama, dan hukum. Dalam dunia sastra bisa dipahami
munculnya pemikiran-pemikiran absurd, sifat aeng-aeng menurut A. Teew, hal yang
aneh-aneh tidak seperti kenyataan seumumnya. Sastra justru sangat elok dengan
maraknya daya khayal kreatif pengarang penyair yang mencuatkan hal-hal yang
fantastis, spektakuler, penuh warna dan nuansa, heboh dan dramatis. Dalam ekspresi,
utamanya puisi, dijumpai lisensi puitika yaitu kewenangan penyair untuk berekspresi
secara bebas merdeka, memilih dan mengedepankan ungkapan-ungkapan yang tidak
menaati kaidah bahasa baku, asal semua itu dilakukan dalam rangka menggapai
puitika, nilai-nilai estetis, dan keindahan ekspresi.
Hakikat sastra menurut Horatius adalah dulce et utile. Dulce bersinonim dengan
estetis, puitis, indah, menikmatkan perasaan pembaca, menghibur, dan menyenangkan
hati. Utile berarti etis, penuh manfaat, memiliki kegunaan, mencerahkan, mengarifkan
dan mencerdaskan. Utile terjadi karena dalam karya sastra itu dikedepankan nilai-nilai
pendidikan (moral, religius, sosial). Salah satu contohnya adalah “Pantun Macho”
dalam Pantun-Pantun Gaul Untuk Indonesia Smart karya Suksmawan Yant Mujiyanto
berikut ini.

Jagad Sastra | 2
PANTUN MACHO
Kereta api ditarik loko
Sepeda federal kereta angin
Jadi lelaki hendaklah macho
Jadi wanita mesti feminin

Dalam pantun tersebut terdapat unsur-unsur estetis yaitu indah dan menikmatkan
perasaan pembaca. Selain estetis pantun tersebut juga etis. Terdapat pesan yang
bermanfaat bagi pembacanya. Yaitu pesan agar seorang laki-laki harus macho,
sedangkan yang wanita haruslah bersikap feminim.
Contoh yang lain adalah “Pantun Kerbau Bule” dalam Pantun-Pantun Gaul Untuk
Indonesia Smart karya Suksmawan Yant Mujiyanto berikut ini.

PANTUN KERBAU BULE


Binatang langka si kerbau bule
Oh Kyai Slamet nama populernya
Jika mahasiswa suka leda-lede
Kuliah macet kapan rampungnya

Pantun kerbau bule tersebut bersifat estetis, indah. Selain itu pantun tersebut juga
etis, memberikan sebuah pelajaran agar mahasiswa tidak leda-lede atau malas-
malasan. Karena mahasiswa yang malas-malasan kuliahnya lama lulusnya. Pantun
tersebut juga mengandung lisensi puitika, yaitu kebebasan penggunaan bahasa. Pada
pantun tersebut terdapat kata-kata yang tidak baku.

Cipta sastra bukanlah karya realistis dan rasional, tetapi lebih didominasi sifat
imajinatif, menampilkan dunia imajiner, penuh simbolisme dan konotasi,
poliintepretabel dan daya khayal kreatif. Cerita-cerita yang dimunculkan dalam karya
sastra merupakan buah rekayasa pengarang dengan imajinasi-imajinasi yang kaya dan
penuh warna. Sastra sering kali mengusung sistem logika internal yang khas sastra,
yang unik, segar dan inovatif. Imajinasi, dulce et utile adalah sesuatu yang niscaya
dalam karya sastra, karena
Jagad Sastra | 3
sastra tanpa imajinasi tidak kreatif, kering – kerontang
sastra tanpa estetika tidak harmonis, centang – perenang
sastra tanpa etika vulgar dan picisan, tidak adiluhung.
Ada banyak pembagian karya sastra, yaitu:
1. Menurut bentuknya
a. Prosa fiksi, ialah kisah atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku
tertentu dengan pemeranan latar serta tahapan dan rangkaian cerita
tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga
menjalin suatu cerita.
b. Puisi, yaitu salah satu bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata,
irama dan rima sebagai media penyampaian untuk mengekspresikan
perasaan dan pemikiran penyair, menciptakan ilusi dan imajinasi serta
dapat diubah dalam bentuk bahasa yang memiliki kesan yang mendalam.
c. Liris prosa, yaitu bentuk karya sastra yang berisi curahan perasaan
pengarang secara subyektif yang disajikan seperti bentuk puisi, namun
menggunakan bahasa yang bebas terurai seperti pada prosa.
d. Teks drama/ repertoar, yaitu persediaan nyanyian, lakon, opera, dan
sebagainya yang dimiliki seseorang atau suatu kelompok seni yang siap
untuk dimainkan.
e. Skenario untuk film. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : Skenario
adalah rencana lakon sandiwara atau film berupa adegan demi adegan yg
tertulis secara terperinci.
2. Menurut jenisnya, genrenya
a. Cerpen, yaitu sepenggal fragmen kehidupan berdiri sendiri, selesai dengan
dirinya sendiri.
b. Novelet, lebih panjang daripada cerpen, lebih pendek dibandingkan novel,
novel mungil.
c. Novel, yaitu narasi panjang penuh liku deru dan konflik dramatis,
menampilkan hal-hal baru, mengandung perubahan nasib tokoh utama.
d. Roman, yaitu narasi sangat panjang mengisahkan tokoh-tokoh utamanya
dari lahir/kecil sampai meninggal, dengan rincian detil pada setting dan
karakter tokoh.
e. Biografi, yaitu liku-liku perjalanan hidup tokoh dari kecil sampai tutup
usia ditulis oleh pengarang.
Jagad Sastra | 4
f. Otobiografi, yaitu liku-liku perjalanan hidup tokoh dari kecil sampai usia
senja ditulis oleh diri sendiri.
g. True story, yaitu kisah sejati (cerita bersumber dari peristiwa nyata).
h. Balada, yaitu puisi yang mengedepankan kisah para tokoh cerita di dalam
kehidupan.
i. Epigram, yaitu puisi yang mengandung ajaran-ajaran kehidupan, bersifat
edukatif, bisa juga inspiratif dan motivatif karena penyairnya punya
komitmen mentransferkan energi-energi positif di dalam puisi-puisinya.
j. Elegi, yaitu sanjak yang mengandung ratapan rintihan, basah kuyup oleh
air mata.
k. Himne, yaitu puisi yang menampilkan aspek religiusitas, berisi untaian
dan doa puji syukur kehadirat Allah Yang Mahakasih, Mahasayang atas
limpahan rahmat-Nya.
l. Ode, yaitu puisi yang melantunkan nyanyian kepahlawanan dan cinta
tanah air, cinta persatuan bangsa, komitmen kedaulatan negara (heroisme,
patriotisme, nasionalisme).
m. Lanskap, yaitu puisi yang membentangkan panorama alam semesta,
kehidupan flora dan fauna, kehidupan di luar insani.
n. Satire, yaitu puisi yang mengandung sindiran, ejekan kritik sosial.
3. Menurut sifatnya
a. Puisi naratif, yaitu puisi bergaya cerita, mudah dipahami.
b. Puisi prismatis, yaitu puisi yang mempunyai makna berlapis-lapis, pelik
mengandung misteri.
c. Puisi kamar, yaitu puisi yang bersifat personal untuk kontemplasi.
d. Puisi auditorium, yaitu puisi bersifat kontekstual, dinikmati bersama
dalam suatu audisi.
4. Menurut penanda/ ciri-ciri
a. Imajinatif, mengandung daya khayal kreatif.
b. Estetis, indah memesona.
c. Etis, adiluhung, berguna.
d. Simbolik, bermakna kias dan tersirat.
e. Konotatif, punya sayap muka.
f. Kontemplatif, mengandung perenungan.
g. Katartik, membawa pencerahan.
Jagad Sastra | 5
h. Sugestif, menggugah menghanyutkan.
i. Poliinterpretabel, bahwa sastra memiliki tafsir majemuk.

Berikut beberapa contoh karya sastra yang telah disebutkan di atas.


1. Contoh Balada
Suksmawan Yant Mujiyanto
OBSESI
SEORANG KAKEK
Akulah kakek tua usia 60 tahunan
Rajin menanam tunas-tunas kelapa
Ketika sekian belas tahun kemudian
Pohon-pohon kelapaku berbuah lebat
Aku sudah dipanggil Tuhan, tak apa
Karena sedari awal sudah kuniatkan
Buah-buah kelapa itu
Untuk anak cucuku
Biarlah mereka memetiknya
Kuajarkan ilmu-ilmu cinta
Makna sejatinya, kesuciannya
Keindahannya, kesyahduannya
Untuk anak-anak muda
Untuk kebahagiaan dan kedamaian
Hidup mereka
Tentu sama sekali bukan
Untuk kesenangan hatiku
Karena aku hanya inginkan kemanfaatan
Bagi sesama dari sisa umurku
Itulah kebahagiaanku, Sayang
Sangat malu dan tidak pantas
Menempuh yang aneh-aneh
Tidak waras
Lebih baik mengisi waktu
Dengan hal-hal bermutu

Jagad Sastra | 6
REPUBLIK HATI
Banyuagung, Solo
16 Maret 2013

2. Contoh Himne
DILAUTMU AKU KARAM TENGGELAM
Suksmawan Yant Mujiyanto
Buaikan aku di ombak-Mu
Timanglah aku di gelombang-Mu
Karamkan aku di laut-Mu
Karena akulah sampan kecil tak berarti
Di luas samudra-Mu
Terombang-ambing tak menentu
Ingin berlabuh di dermaga-Mu

Hati pasrah sumarah


Di rengkuh kuasa-Mu nan gagah
Menikmati pelayaran di lautan iman
Di malam, berjaga bersama taburan bintang

Nurani bernyanyi mendendangkan lagu kehidupan


Mensyukuri hidup adalah anugrah tiada bandingan
Mewujudkan cinta semata meraih rida
Suksma bahagia dalam dekapan kasih-Mu

Di ombak-Mu, Tuhanku, di gelombang-Mu


Aku hanyut dibuai ditimang
Di laut-Mu aku karam tenggelam

Pada hakikatnya, teori sastra membahas secara rinci aspek-aspek yang terdapat di
dalam karya sastra, baik konvensi bahasa yang meliputi makna, gaya, struktur, pilihan
kata, maupun konvensi sastra yang meliputi tema, tokoh, penokohan, alur, latar, dan
lainnya yang membangun keutuhan sebuah karya sastra. Di sisi lain, kritik sastra
merupakan ilmu sastra yang mengkaji, menelaah, mengulas, memberi pertimbangan,
Jagad Sastra | 7
serta memberikan penilaian tentang keunggulan dan kelemahan atau kekurangan
karya sastra. Sasaran kerja kritikus sastra adalah penulis karya sastra dan sekaligus
pembaca karya sastra. Untuk memberikan pertimbangan atas karya sastra kritikus
sastra bekerja sesuai dengan konvensi bahasa dan konvensi sastra yang melingkupi
karya sastra.
Demikian juga terjadi hubungan antara teori sastra dengan sejarah sastra. Sejarah
sastra adalah bagian dari ilmu sastra yang mempelajari perkembangan sastra dari
waktu ke waktu, periode ke periode sebagai bagian dari pemahaman terhadap budaya
bangsa. Perkembangan sejarah sastra suatu bangsa, suatu daerah, suatu kebudayaan,
diperoleh dari penelitian karya sastra yang dihasilkan para peneliti sastra yang
menunjukkan terjadinya perbedaan-perbedaan atau persamaan-persamaan karya sastra
pada periode-periode tertentu.
Secara keseluruhan dalam pengkajian karya sastra, antara teori sastra, sejarah
sastra dan kritik sastra terjalin keterkaitan.

B. Kritik Sastra
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1997 : 531 ), disebutkan
kritik adalah kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan
pertimbangan baik buruk terhadap sesuatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya.
Kritik sastra merupakan salah satu studi sastra. Studi satra meliputi tiga bidang : teori
sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra (Wellek dan Warren, 1968: 27). Ahli sastra lain
mengatakan hal yang hampir serupa. Kritik sastra adalah penilaian terhadap baik dan
buruk, kualitas, khasanah nilai yang terkandung dalam karya sastra (Mujiyanto, 2014:
3). Dalam kritik sastra seorang kritikus membaca dan menganalisis langsung karya
sastra tertentu, memberikan penilaian secara objektif kualitas karya sastra, menyorot
kekuatan dan kelemahan karya tersebut.
Kritik sastra ialah bidang studi sastra yang membicarakan karya sastra secara
langsung; menganalisis, menginterpretasi dan menilai karya sastra (Kritik dan
Penilaian Sastra, Raminah Baribin, 1987: 2). Pendapat ini sejalan dengan pendapat
ahli yaitu, Kritik Sastra merupakan studi sastra yang langsung membicarakan karya
sastra dengan penekanan pada penilaiannya (Wellek, 1978: 35). Kritik sastra
merespon keberadaan dunia sastra, menyikapi secara kreatif kehidupan sastra dengan
analisis yang tajam dan opini yang segar dan jernih. Para kritikus tampil mengusung
Jagad Sastra | 8
dimensi ilmiah dengan rasionalitas dan pemikiran-pemikiran argumentatifnya, namun
tidak pernah terlepas dari persoalan apresiasi dan dimensi estetis karena kesuntukan
dan kedekatannya dengan karya dan dunia sastra.

Contoh kritik sastra:

Pengagungan Penjajah dalam Novel Siti Nurbaya

Novel Siti Nurbaya karangan Marah Rusli siapa yang tidak kenal. Novel ini telah
menjadi sebuah ungkapan/pameo di tengah masyarakat. Karya ini telah menjadi
sebuah lukisan sejarah yang dihafal semua orang Indonesia hari ini. Kebanyakan kita
memahami bahwa Siti Nurbaya adalah perlambang bagi seorang wanita yang dijajah
hak-haknya sebagai wanita. Ia dipaksa menikah dengan seorang lelaki jahat yang
tidak ia sukai. Siti Nurbaya tak bisa berbuat apa-apa dan pasrah kepada nasib, pun
pasrah kepada takdir kelemahan seorang wanita.
Anggapan tentang tertindasnya Siti Nurbaya dalam novel ini tidak sepenuhnya
benar. Lebih tepatnya, lebih banyak salahnya daripada benarnya. Benar kalau Siti
memang terpaksa untuk mau menikah dengan Datuk Maringgih. Tapi, adalah salah
kalau ada orang/pihak yang memaksa dia untuk menikah dengan Datuk Maringgih,
apalagi ayahnya. Ayahnya tak pernah mau menyerahkan Siti kepada Datuak
Maringgih. Akan tetapi, Siti-lah yang memaksa ayahnya agar ayahnya mengizinkan
dia memenuhi permintaan Datuk Maringgih, yang meminta Siti untuk menjadi
istrinya. Alasan pemaksaaan Siti kepada ayahnya adalah ia tidak tega melihat ayahnya
diseret polisi ke dalam penjara. Siti rela jadi tumbal bagi kebebasan ayahnya.
Ayahnya sangat sayang pada Siti, dan ia rela untuk masuk penjara.
Jadi, sebenarnya tidak ada kawin paksa dalam Siti Nurbaya. Yang ada adalah
menikah karena dipaksa keadaan atas pilihan sendiri.
Hal di atas adalah kesalahan anggapan kebanyakan orang kepada novel Siti
Nurbaya. Ada pula sesuatu yang patut dipertanyakan kepada novel Siti Nurbaya ini,
sebagai renungan bagi kita pembaca. Hal itu adalah suatu kenyataan yang banyak
tidak disadari pembaca bahkan mungkin penulis novel ini sendiri. Kenyataan itu
adalah Syamsul Bahri sebagai tokoh utama telah membelot ke pihak penjajah
Belanda.

Jagad Sastra | 9
Semestinya penjajah adalah pihak yang kita pandang hina sebab ia adalah musuh
kita. Penjajah Belanda telah menghinakan bangsa Indonesia/Nusantara ini beratus-
ratus tahun. Kita ditindas, diperbudak, diperbodoh, diperas harta kekayaan kita dan
kekayaan negeri kita. Penjajahan adalah sesuatu yang patut dikutuk, harus
dihapuskan. Jangankan mengangungkan penjajah ini, malah semestinya kita rela mati
demi angkat kakinya mereka dari tanah pertiwi. Harus penulis katakan bahwa
dengan membelotnya tokoh utama, Syamsul Bahri, menyatakan suatu keadaan bahwa
Belanda dipandang tinggi oleh penulis novel Siti Nurbaya ini.
Syamsul Bahri telah dikondisikan kepada pembaca oleh penulis bahwa ia adalah
seorang yang pintar, terpelajar, keturunan mulia, santun, dan gagah. Seorang tokoh
utama yang mendekati sempurna dan payah dicari bandingannya dengan tokoh lain
yang ada dalam cerita ini. Demikian seterusnya Syamsul Bahri dikondisikan. Ketika
ia salah pun, yaitu saat tertangkap tangan berduaan dengan Siti yang telah resmi
menjadi istri orang, kita pembaca masih bisa memahaminya. Mengapa kita bisa
maklum? Karena telah dilatari dengan kondisi perasaan kedua orang itu yang memang
tak kuat lagi menahan rasa di hati mereka. Cara pembenaran untuk menutupi
kesalahan.
Termasuk hal yang kemudian tak disadari pembaca adalah ia terus berpihak
kepada Syamsul Bahri sekalipun ia telah mengkhianati bangsanya sendiri. Sedemikian
cukup dan masuk akal alasan untuk pembenaran pilihan Syamsul Bahri ini.
Pembenaran yang dilakukan penulisnya yang akan diamini saja pembaca jika ia tidak
teliti dan kritis. Dengan membelotnya tokoh utama ke pihak penjajah itu artinya
penulis telah mengatakan bahwa penjajah berada di pihak yang lebih tinggi (lebih
mulia, lebih benar, dsb.) dibanding bangsa sendiri. Penjajah diwakili tokoh utama
yang terus dicapkan stempel kebaikan pada dirinya. Pribumi diwakilkan kepada
Datuk Maringgih yang dari awal cerita telah digambarkan sedemikian jahat. Tanpa
sadar kita terus membela Syamsul Bahri dan bisa menerima keputusannya menjadi
penkhianat bangsa.
Ada usaha untuk mengagungkan penjajah dalam novel Siti Nurbaya ini ketika
tokoh utama yang disayang oleh penulis/pembaca berpihak kepada penjajah. Ini suatu
kesalahan yang nyata dan kenyataan itu memang sering pahit.

Jagad Sastra | 10
C. Esai Sastra
Esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu
dari sudut pandang pribadi penulisnya. Esai sastra adalah opini tentang dunia sastra
(Mujiyanto, 2014: 3). Dalam esai sastra, seorang esais sastra bicara secara tajam dan
jernih dunia dan kehidupan sastra, menyampaikan opini-opini yang baru dan segar
menuju kehidupan sastra yang lebih berwarna-warni, sehat, kaya nuansa dan
mencerahkan. Para esais tampil mengusung dimensi ilmiah dengan rasionalitas dan
pemikiran-pemikiran argumentatifnya, namun tidak pernah terlepas dari persoalan
apresiasi dan dimensi estetis karena kesuntukan dan kedekatannya dengan karya dan
dunia sastra.
Sebagai jenis tulisan yang masuk dalam jenis karya ilmiah, esai sastra memiliki
karakteristik yang sama dengan karya ilmiah. Namun, karena esai masuk dalam
lingkup ilmiah populer, dari aspek media dan bahasa, keilmiahan easi sastra berbeda
dengan karya ilmiah, semisal makalah dan artikel. Keberbedaan ini disebabkan oleh :
(1) karena esai dipublikasikan dengan media massa maka bahasa sastra harus
dikemas seringan, populer dan mudah dipahami oleh semua lapisan pembaca. (2)
karena space (ruang atau rubrik) yang terbatas maka bagian – bagian esai sastra
berkecenderungan singkat dan padat. Dari dua aspek ini maka karakteristik esai
sastra dapat diidentifikasi (Kurniawan dan Sutardi, 2012 : 100).
Dengan adanya esai sastra, perkembangan dunia sastra mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Esai sastra yang dipelopori oleh berbagai teori dan pandangan akan
melahirkan karya sastra yang beraneka ragam. Karya sastra yang diambil dari
berbagai pandangan inilah yang menjadikan karya sastra mampu menyesuaikan diri
dengan perkembangan jaman.

Contoh esai sastra:

Wahai Puisi, Jangan Terus Sembunyi

Oleh: Kawe Shamudra

Dalam jagad seni sering digelar acara-acara yang melibatkan publik semacam
pameran lukisan, pameran patung, dan pameran buku. Tapi rasanya masih jarang

Jagad Sastra | 11
(atau mungkin belum pernah ada) pameran puisi. Apakah puisi dianggap sebagai
karya seni remeh sehingga tidak layak dipamerkan?
Puisi termasuk jenis karya seni (teks) yang secara fisik sangat sederhana
bentuknya dibanding karya-karya lain seperti novel, cerpen maupun cerita
bersambung. Artinya, sepanjang-panjangnya puisi masih lebih pendek dari cerpen
yang paling pendek sekalipun. Bahkan dengan alasan-alasan tertentu, para penyair ada
kalanya sangat hemat dalam menggunakan kata-kata. Menulis puisi hanya dengan
beberapa patah kata.
Dengan alasan kepraktisan tadi, maka pameran puisi bisa dijadikan alternatif
sebagai media pengenalan dan pembelajaran sastra kepada masyarakat. Bukan sesuatu
yang sulit untuk memajang puisi di tempat-tempat umum seperti pasar, alun-alun,
tempat-tempat hiburan atau dalam acara-acara berformat kebudayaan.
Selama ini puisi terkesan masih menjadi karya tersembunyi dan hanya dikenal
oleh komunitas yang sangat terbatas. Atau mungkin hanya sempat nebeng sejenak di
media cetak, kemudian terbuang dan dilupakan orang. Puisi hanya dikenal dan
digandrungi dalam wilayah yang sempit.
Pada jaman sekarang ini, pameran puisi rasanya bukan sebuah kemustahilan.
Siapa tahu puisi, puisi yang dipamerkan bisa menjadi semacam katarsis dan hiburan
gratis bagi masyarakat. Sebagai bagian dari karya seni, kehadiran puisi diharapkan
mampu menghadirkan makna yang bermanfaat dan bisa diserap langsung bagi
masyarakat luas. Sebab betapa memelasnya jika sebuah puisi (yang bagus) namun
hanya dibaca orang-orang tertentu.
Sudah saatnya para penyair lebih membuka diri untuk tampil ke hadapan publik.
Bukan jamannya lagi para penyair hanya berkutat pada sangkar privasinya yang egois
dan asing. Para penyair boleh bangga bila puisinya dimuat di media cetak. Namun apa
artinya jika hanya dibaca sedikit orang?
Jika ini yang terjadi, maka puisi hanyalah menjadi ide yang gagal menyentuh
ranah publik. Puisi baru bisa dikatakan berhasil kalau bisa dibaca dan dinikmati orang
banyak di luar komunitas penyair. Eksistensi penyair masih dipertanyakan manakala
ia belum berani beranjak dari lingkaran kesendirian dan membuat gebrakan-gebrakan
yang menyentak kesadaran publik. Penyair Umbu Landu Paranggi pernah
menggebrak dengan keberaniannya menghidupkan komunitas seniman di Malioboro.
Rendra pernah melejit dengan bengkel teaternya. Taufiq Ismail dkk. dengan safari
sastranya. Widji Tukul dengan puisi-puisi perlawanannya.
Jagad Sastra | 12
Itulah contoh-contoh gebrakan para penyair yang berjuang agar karya-karyanya
bergaung dan didengar publik. Sebab apa artinya sebuah puisi kalau hanya dinikmati
sendiri tanpa memberi kesempatan pada pihak lain untuk menikmati dan
mengapresiasikannya.
Mempublikasikan puisi lewat buku atau media cetak adalah lumrah, biasa. Tapi
rasanya ada sesuatu yang lain ketika para penyair mau dan punya keberanian untuk
menawarkan karya-karyanya dalam bentuk pameran puisi. Kalau para pelukis berani
keliling kota memamerkan lukisannya, kenapa para penyair enggan memamerkan
puisinya?
Secara teknis pameran puisi lebih gampang dijalani daripada pameran lukisan.
Para penyair cukup membentuk sebuah panitia khusus yang mengkoordinir dan
mengatur pelaksanaan pameran. Toh yang namanya pameran puisi tidak harus
dirancang dengan tampilan yang wah dan mewah. Ibaratnya, di alun-alun atau di
trotoar pinggir jalan pun pameran puisi bisa digelar.
Yang penting, dalam sebuah pameran puisi adalah esensinya, bahwa penyair itu
benar-benar ada dan punya karya yang bisa dipertanggung jawabkan ke hadapan
publik. Persoalan karya tersebut diterima atau tidak oleh masyarakat bukan menjadi
target utama. Toh, dengan menggelar pameran puisi, para penyair secara ekonomis
tidak dirugikan. Malah justru memperoleh keuntungan batin karena bisa bertemu/
mempererat persaudaraan dengan sesama penyair.
Mungkin saja ada semacam ketakutan-ketakutan yang sifatnya individual. Boleh
jadi para penyair bertanya dalam hati, apakah pameran puisi ada yang menonton?
Apakah masyarakat tidak akan mencibir dan mentertawakan ketika melihat bait-bait
puisi terpampang di tempat umum? Apakah masyarakat bisa memahami kata-kata
yang dirangkai para penyair?
Ketakutan-ketakutan semacam itu masih wajar karena, bagaimanapun, pameran
puisi hingga saat ini belum menjadi kebiasaan.Padahal kalau kita mau jujur, kegiatan
semacam itu merupakan lahan strategis untuk mengangkat dunia sastra kita.
Dalam sebuah pameran puisi, yang terpenting adalah adanya keyakinan dalam
diri para penyair, bahwa pameran bukan sekadar unjuk kebolehan, namun sebuah
upaya untuk mendekatkan sastra kepada masyarakat. Pameran puisi merupakan
langkah rasional dan sangat praktis (mudah) untuk dipraktekkan.
Puisi-puisi yang ditampilkan tidak harus ditulis lewat spanduk, tapi mungkin
cukup ditulis di atas kertas manila atau asturo, lalu dipajang di tempat umum. Selain
Jagad Sastra | 13
itu panitia mungkin perlu menyediakan foto copy puisis-puisi yang dipamerkan untuk
persiapan, siapa tahu ada penonton yang berminat mengoleksi puisi tersebut. Selain
itu panitia bisa sekaligus menjual buku karya-karya para penyair yang bersangkutan.
Atau pameran puisi itu bisa ndompleng pada acara-acara lain seperti pasar murah,
festival/ pagelaran seni dan kegiatan kebudayaan lainnya. Bila perlu dalam acara
pameran atau promosi pembangunan, para penyair membuka stand khusus untuk
memamerkan puisi-puisinya.
Banyak manfaat bisa diserap dari pameran puisi. Yang pasti, para penyair bisa
berkomunikasi dan berdialog langsung dengan masyarakat. Masyarakat menjadi
semakin dekat dengan penyair, selanjutnya belajar mengenal dan memahami puisi
sebagai bagian dari khazanah kebudayaan. Para penyair pun tidak lagi merasa sendiri
dan terasing dengan dunia luar.
Sudah waktunya puisi hadir secara wajar untuk dikenali masyarakat. Selama ini
kehadiran puisi dianggap sosok asing yang hanya digeluti dan dilirik kalangan
terbatas. Mengapa? Bukan karena masyarakat membenci puisi, tapi boleh jadi para
penyairnya sendiri yang terlalu sombong dan menjaga jarak dengan masyarakat
sehingga enggan untuk mendekatinya. Para penyair bisa besar karena, disamping
berkarya, juga berusaha berinteraksi dengan masyarakat.
Jika para penyair tetap memilih hidup menyendiri, maka tidak akan pernah bisa
merebut hati masyarakat. Mungkin saja si penyair punya puisi bagus dan penuh
makna, tapi tak bernilai apa-apa jika hanya disimpan dalam laci kesendirian.
Sebaliknya, puisi-puisi yang lahir dari para mubaligh, pastor, artis, politisi boleh jadi
lebih cepat meresap dalam hati masyarakat karena mereka gencar mengadakan
publikasi. Lantas, siapakah yang patut disayangkan?

D. Nilai-nilai kehidupan bersama Suksmawan Yant Mujiyanto


Kebutuhan dunia akan sastra mengalami perkembangan. Terbukti dengan adanya
pendidikan dari alam yang dikristalkan melalui bentuk karya-karya sastra. Begitu pula
nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Dalam karya sastra
seorang sastrawan satrawati tidak secara gamblang menyampaikan nilai-nilai
kehidupan. Mereka menyampaikannya dengan bahasa yang konotatif. Seorang
penikmat sastra tidak langsung memahami maksud karya sastra yang dibacanya.
Terkadang hanya pembuatnya saja yang tahu maksud dan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya.
Jagad Sastra | 14
Melalui karyanya yang berupa pantun, puisi, dan gurindam, Drs. Yant Mujianto
mengajarkan banyak hal kepada kita. Seperti puisi The Power of Kepepet, berikut ini.

THE POWER OF KEPEPET


(Kontemplasi Diriku)

Usia boleh tua tapi darah tetap muda


Tubuh boleh renta tapi jiwa tetap prima
Saat boleh senja tapi semangat tetap bergelora
Warna boleh pudar tapi pikiran tetap bersinar

Langit boleh mendung tapi hati tak usah murung


Badai boleh menerpa tapi bahagia janganlah sirna
Mobilitas boleh terbatas tapi kreativitas menembus arasy
Manfaatkan The Power of Kepepet karena hidup tak pernah atret

REPUBLIK HATI
Solo, 21 Agustus 2014

Beliau menuliskan puisi tersebut atas dasar latar belakang kehidupannya.


Meskipun dalam kondisi fisik yang sekarang, bukanlah halangan untuk terus
berkarya. Dapat kita tarik kesimpulan bahwa kita harus senantiasa berjuang dalam
hidup. Kita harus senantiasa semangat dalam menjalani hidup walaupun dalam
kondisi kepepet. Dalam karyanya yang lain beliau berpesan.
Hati happy tak henti-henti
Di kala windy, sunny, dan cloudy
Syair di atas adalah salah satu Gurindam-gurindam Menghujam Dalam karya Drs.
Yant Mujianto, M.Pd.. Beliau menuangkan pesan di dalam gurindam tersebut, yakni
selalu tersenyum bahagia kapan dan bagaimanapun keadaannya.

Jagad Sastra | 15
Daftar Pustaka

Baribin, raminah. 1987. Kritik dan Penilaian Sastra. Semarang : IKIP Semarang Press

Jonathan Culler. (1997) Literary Theory: A Very Short Introduction. Oxford: Oxford
University Press

Kurniawan, heru dan Sutardi. 2012. Penulisan Sastra Kreatif. Yogyakarta : Graha Ilmu

Mujiyanto, yant. 2014. Gurindam-Gurindam Ide Flamboyan Hati Berlian. Solo Berseri :
Republik hati

Wellek, Rene dan Kustin Warren. 1968. Theory of Literature.

Wellek, Rene. 1978. Conceps of Critim. New Haven and London : Yale University Press.

Kusuma, J. P. 2012. Kritik Sastra. http://bahasaindonesiayh.blogspot.com/2012/05/kritik-


sastra.html. (8 Desember 2014).

Qolbi, Assyifa. 2012. Contoh Menulis Esai Sastra. https://assyifaqolbi.wordpress.com/


2012/06/04/contoh-menulis-esai-sastra. (8 Desember 2014).

Jagad Sastra | 16
Tentang Penyusun

MUHAMMAD SATRIA AJI lahir di Kabupaten


Semarang, 7 November 1996. Putra sulung dari seorang
dosen Bahasa Indonesia STAIN Salatiga. Menempuh
pendidikan sekolah dasar di SD Islam Terpadu Nurul
Islam Tengaran, lulus pada tahun 2008. Dia seorang yang
berbakti kepada kedua orang tuanya. Dia pernah masuk
sekolah agama seperti pondok untuk mematuhi permintaan
ayah dan ibunya. Di SMP Islam Terpadu Nurul Islam dia
bertemu dengan ustad dan ustazah yang diberi keikhlasan
mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat. Satria pernah menjadi Ketua OSIS di SMP-nya
tahun 2009-2010. Lulus SMP pada tahun 2011 dan lulus dari SMA Negeri 1 Salatiga pada
tahun 2014.

Kini, ia menjadi mahasiswa di Universitas Sebelas Maret, mengambil program studi


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Menjadi seorang dosen seperti ayahnya adalah
mimpinya saat ini. Dia menyukai olahraga sepak bola, baik menonton ataupun bermain
sepakbola. Ia kini tinggal di Suruh, Kabupaten Semarang. Untuk menghubunginya, email ke
satriaaji.muhammad@yahoo.com. Kata-kata yang menginspirasinya selama ini adalah
“Sumber kesuksesan yang utama adalah Allah. Dekat dengan Allah berarti dekat dengan
kesuksesan.”

Jagad Sastra | 17

Anda mungkin juga menyukai