Oleh
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Karya sastra merupakan wujud dari hasil pemikiran manusia.
Karya sastra diciptakan untuk dinikmati dan diapresiasi. Dalam hal
ini setiap penulis memiliki cara dalam menemukan gagasan dan
gambarannya untuk menghasilkan efek-efek tertentu bagi
pembacanya.
Karya sastra sebagai kajian dari semiotik yang menggunakan
gaya bahasa sastra sebagai media untuk menemukan nilai
estetisnya. Aminuddin (199767) mengemukakan terdapat jenis
karya sastra yaitu puisi dan prosa fiksi. Dalam hal ini perbedaan
karakteristik karya sastra mengakibatkan perbedaan dalam
tahapan pemaknaan dan penafsiran ciri dan penggambarannya.
Pengarang memiliki kreativitas masing-masing dan setiap karya
yang dihasilkan memperhatikan kebaharuan dan perkembangan
sosial budaya. Misalnya puisi sebagai objek kajian yang dianalisis.
Setiap orang tentunya pada umumnya memiliki pendapat dan
penafsiran terhadap suatu puisi. Perbedaan itu muncul pula pada
pemahaman seseorang, stilistika akan muncul dengan kekhasan
bahasa yang digunakan dan akan sangat berbeda dengan
penggunaan bahasa sehari-hari.
Sastra terbagi atas dua jenis yaitu sastra lama dan modern.
Sastra ini menjadi objek yang diamati dalam penelitian sastra,
sastra modern dapat meliputi puisi, prosa maupun drama.
Berdasarkan hal tersebut menurut Ratna (2009:19) dari ketiga
jenis sastra modern dan sastra lama, puisilah yang paling sering
digunakan dalam penelitian stilistika. Puisi memiliki ciri khas yaitu
kepadatan
pemakaian
bahasa
sehingga
paling
besar
kemungkinannya
untuk
menampilkan
ciri-ciri
stilistika.
Dibandingkan dengan prosa yang memiliki ciri khas pada cerita
(plot) sedangkan ciri khas drama pada dialog.
Seperti yang dikatakan A. Teeuw (1980:12), puisi sebagai
sebuah karya seni, dapat dikaji dari berbagai aspek yang terdapat
di dalamnya. Puisi dapat dikaji melalui struktur dan unsur-unsur
pembentuknya, mengingat puisi itu adalah struktur yang tersusun
dari berbagai macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan.
Sepanjang zaman, puisi selalu mengalami perubahan dan
perkembangan. Hal ini mengingat hakikatnya sebagai karya seni
1.2
Rumusan Masalah
Tujuan Masalah
BAB II
ANALISIS PUISI
2.1 Analisis Stata Norma cintaku jauh di pulau Karya
Chairil Anwar
Cintaku jauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar
Di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
Bait ketiga : di air laut yang terang dan di angin yang bertiup
kencang
itu
menurut
perasaan
sepenuhnya
(di
perasaan
aspek
watak
luar
atau
sugesti
atau
menyiratkan
orang
yang
ada
di
dalamnya.
Di pandang dari sudut pandang tertentu kekasih si aku itu menarik,
kelihatan dari kata-kata : gadis manis. Bait kedua menyatakan
sesuatu yang menyenangkan dan si aku penuh kegembiraan
berlayar
di
laut
yang
terang.
Bait
keempat
menyatakan
ketiga
menyatakan
segalanya
berjalan
dengan
baik,
yang
suci).
Dengan
sifat-sifat
ini
karya
sastra
dapat
PINA
(KUNTOWIJOYO)
Di atas pohon pina
surya
mempersembahkan sinarnya
pada semesta
Seseorang tertidur
sangat lelap
di bawahnya
tidak tahu
bahwa Waktu sudah berjalan
sampai di tikungan
2.2.1 Analisis Strata Norma
Analisis lapis pertama (bunyi atau sound stratum)
Pohon pina adalah jenis pohon yang tumbuh liar ditepi sungai
dan ditempat-tempat lain, pohon ini berbatang langsing, tinggi,
tegak dan tidak bercabang (mirip pohon kelapa). Biasanya disawah
pohon pina dijadikan tempat bersandar karena batang pohonnya
yang tegak.
surya
surya=fajar=matahari=mentari
Merupakan bintang yang mempunyai energi panas terbesar di
dunia yang berguna bagi kelangsungan hidup makhluk hidup
(tumbuh-tumbuhan, biantang dan manusia) melalaui cahaya/sinar
yang dipancarkannya kebumi. Tanpa sinar surya tumbuh-tumbuhan
tidak dapat berfotosintesis dan tanpa sinar surya juga alam akan
menjadi gelap gulita.
mempersembahkan sinarnya
pada semesta
Seseorang tertidur
Seseorang=satu orang
Tertidur=dengan tidak sengaja tidur
Seseorang yang dengan tidak sadar tidur atau tiba-tiba tidur
sehingga tidak menyadarkan diri
sangat lelap
di bawahnya
tidak tahu
sampai di tikungan
Baris ke-1
pohon pina
Baris ke-2
surya
Baris ke-3
sinarnya
Baris ke-4
semesta
Baris ke-5
Seseorang
Baris ke-6
lelap
Baris ke-7
di bawahnya
Baris ke-8
tidak tahu
Baris ke-9
Waktu
Baris ke-10
tikungan
tidak sigap menuai harapan dalam hidup ini, dan acuh akan
kesampatan yang ada, malah terbuai pada gemerlap kehidupan
yang hanya menghasilkan kesia-siaan sehingga apa yang
diimpikannyapun tak akan ia dapatkan di masa yang akan datang.
Lapis kelima (metafisis)
Jangan menunggu apa-apa lagi untuk memulai mimpi, karena
waktu tak akan menunggu kita. Lakukan apa yang ada dihadapan
kita, dengan sendirinya kemudahan terbuka.
2.2.2
Analisis Semiotik
Pina
Surya
= Tuntunan
Sinarnya
= harapan
Tertidur
Tikungan = Kesesatan
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam mengapresiasi suatu puisi metode yang dapat
dilakukan bermacam-macam. Dan ketika membuat seuatu analisis,
perlu sebuah teori yang telah teruji dan mampu mengupas semua
masalah dalam puisi tersebut. Salah satunya adalah teori dari
Roman Ingarden yang menyebutnya strata norma. Strata norma
terdiri dari empat lapis. Di antaranya lapis bunyi, lapis arti, lapis
dunia, dan lapis metafisis.
Pada puisi Derai-Derai Cemara karya Chairil Anwar, secara
keseluruhan memberi arti bahwa jangan menyia-nyiakan waktu.
DAFTRA PUSTAKA
Pradopo, Rachmad Djoko. (1997). Pengkajian puisi : analisis strata
norma dan analisis struktural dan semiotik. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Pengkajian
Gadjah Mada University Press.
Puisi. Yogyakarta: