Anda di halaman 1dari 17

BENTUK DAN NILAI KOMUNIKATIF KALIMAT DALAM BAHASA

INDONESIA

PRAGMATIK

Dosen Pembimbing

Drs. Herwandi, M.Pd

Oleh:
KELOMPOK 8
ANIZA
NPM. 166210382

DERSA YUDITIA
NPM. 166210233

FIONIE AYU SYAFITRI


NPM. 166210170

KELAS 6B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
nikmat, karunia serta hidayahNya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah untuk memenuhi studi mata kuliah Pragmatik ini. Serta tak lupa shalawat
dan salam kami sampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW, dimana berkat
perjuangan dan keberanian beliau, kita dapat merasakan hidup di zaman yang
serba canggih yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
menjadikan dunia menjadi tidak terbatas.

Ucapan terima kasih kami ungkapkan kepada dosen pengampu mata


kuliah Pragmatik , Bapak Drs. Herwandi M.Pd., atas bimbingan dan masukan
serta ilmu pengetahuan pada mata kuliah ini. Ucapan terima kasih juga kami
ucapkan kepada teman-teman 6B yang selalu memberikan saran dan masukan
kepada kami untuk tercapainya penulisan yang sesuai dengan tatanan yang telah
ditentukan.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan dalam pengantar ini, semoga


makalah yang kami sajikan ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana
mestinya. Permohonan maaf kami aturkan kiranya dalam penulisan makalah ini
terdapat kesalahan yang berasal dari kurangnya ilmu pengetahuan pada diri kami
sendiri. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
kedepan kami dapat memperbaikinya.

Pekanbaru, 15 Februari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 4

2.1 Pengertian Kalimat ..................................................................................... 4

2.2 Kalimat Deklaratif ...................................................................................... 4

2.3 Kalimat Interogatif ..................................................................................... 5

2.4 Kalimat Imperatif ....................................................................................... 9

2.5 Kalimat Ekslamatif..................................................................................... 11

2.6 Kalimat Empatik ........................................................................................ 11

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 14

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 14

3.2 Saran ........................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam berbahasa, baik secara lisan maupun tulis, kita sebenarnya tidak
mengunakan kata-kata secara lepas. Akan tetapi, kata-kata itu terangkai mengikuti
aturan atau kaidah yang berlaku sehingga terbentuklah rangkaian kata yang dapat
mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan. Rangkaian kata yang dapat
mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan itu dinamakan kalimat. Memberi
definisi suatu kata dapat bertujuan untuk memperjelas maksud suatu kata tertentu.
Memberikan definisi pada suatu kata sering ditulis atau disajikan dalam suatu
proposal, karya tulis, karya ilmiah, thesis, skripsi, ceramah, seminar, dan kegiatan
lainnya. Dengan adanya definisi yang jelas, suatu pembicaraan atau uraian kalimat
akan lebih mudah diterima dan dicerna oleh pembaca atau pendengar. Selain itu
definisi juga berfungsi untuk memberikan batasan-batasan suatu teori atau
permasalahan yang sedang diteliti atau diuraikan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kalimat?
2. Apa pengertian dari Kalimat Deklaratif?
3. Apa yang dimaksud dengan Kalimat Imperatif?
4. Apa definisi Kalimat Interogatif?
5. Apa yang dimaksud dengan Kalimat Ekslamatif?
6. Apa definisi dari Kalimat Empatik?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian tentang Kalimat.
2. Menjelaskan pengertian dari Kalimat Deklaratif.
3. Mengetahui tentang Kalimat Imperatif.
4. Menjelaskan definisi Kalimat Interogatif.
5. Mengetahui tentang Kalimat Ekslamatif.
6. Menjelaskan definisi dari Kalimat Empatik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kalimat


Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat
berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan
bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan
maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun,
dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan
dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!). Sekurang-
kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki
sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur
tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah
yang membedakan frasa dengan kalimat.

2.2 Kalimat Deklaratif


Menurut Abdul Chaer (2009, 187) mengatakan bahwa kalimat deklaratif
adalah kalimat yang isinya menyampaikan pernyataan yang ditujukan keada orang
lain.
Contoh:
KPK akan memeriksa anggota DPR itu yang diduga kuat menerima aliran
BLBI.
Merupakan Tindak Tutur yang dilakukan P dengan maksud untuk
menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru, misalnya
memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, dan memberi maaf.
Kalimat pernyataan adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan
informasi tanpa mengharapkan response tertentu (Cook dalam Tarigan, 1994: 8-
9). Kalimat Deklaratif dapat berupa bentuk apa saja, asalkan isinya merupakan
pemberitahuan atau pernyataan. Dalam bentuk tulisan kalimat deklaratif diakhiri

4
dengan tanda titik, sedangkan dalam bentuk lisan akhir kalimat ini diucapkan
dengan nada turun.
Kalimat Deklaratif yaitu kalimat yang mengandung informasi tentang
suatu hal untuk disampaikan kepada orang kedua agar yang bersangkutan
memakluminya.
1. Besok paman pergi ke Medan.
2. Menyerah kepada takdir bukan berarti menyerah untuk kalah karena
sesungguhnya manusia ditakdirkan untuk menang.
3. Kecemburuan pribumi terhadap nonpribumi, terutama golongan Cina, saya piker
hanya karena perbedaan status sosia

2.3 Kalimat Interogatif


Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengharapkan adanya jawaban
secara verbal. Jawaban ini dapat berupa pengakuan, keterangan, alasan atau
pendapat dari pihak pendengar atau pembaca (Chaer, 2009:189)
Tipe dasar dari sebuah kalimat interogatif yang paling luas distribusinya
adalah pertanyaan ya-ntidak, yang telah di observasi oleh beberapa peneliti,
kalimat tanya tersebut memiliki ciri intonasi akhir yang meninggi. Pola intonasi
ini terdapat dalam beberapa kasus menjadi sebuah fitur gramatikal penanda
interogasi. Seperti pendapat (Jacaltec, dalam Craig 1977) yang menyatakan bahwa
intonasi akhir yang meninggi adalah salah satu indikasi yang frekuensi
kemunculannya sangat sering ditemukan sebagai aturan interogasi dan satu-
satunya fitur yang membedakan kalimat interogatif dari kalimat deklaratif.
Kalimat tanya y/t mirip dengan pertanyaan yang berat sebelah pada
beberapa tingkatan, yang memperlihatkan keinginan pembicara pada suatu
keadaan adalah benar seperti apa yang diharapkan, dimana pembicara tersebut
lebih mengharapkan jawaban ya atau betul.
Tipe kalimat tanya yang kedua yaitu pertanyaan yang mengharapkan
informasi. Jumlah dari kata tanya sangat bervariasi. Kebanyakan bahasa memiliki
interogatif pronomina , ada juga yang memiliki interogatif adverbial (when,
where, how dalam bahasa Inggris).Sementara mereka menginterogasi bagian

5
suatu keadaan, pertanyaan informasi selalu memperlihatkan letak suatu keadaan
sebagai informasi pra anggapan. Informasi baru adalah permintaan identitas dari
suatu bagian kalimat yang di tanyakanBagian kalimat yang dipertanyakan bisa
disebut juga dengan ‘fokus’ suatu kalimat, tapi juga merupakan menyangkut hal
apakah suatu kalimat tersebut. Maka istilah ‘topik’ diperlukan.
Bentuk interogatif biasanya ditemukan dalam posisi dari fokus dan topik ,
dimana kebanyakan bahasa disebut posisi awal kalimat. Secara semantik,
pertanyaan informasi sama seperti pertanyaan alternatif dalam menspesifikasikan
suatu batasan atau jangkauan dimana jawabannya harus ditemukan. Kata
interogatif mengindikasikan semuanya sendiri., atau dengan bantuan fitur
sintaktik suatu pertanyaan tempat letaknya, ketertarikan seorang penanya pada
bagian keadaan tertentu yang ingin diketahui. Namun kata interogatif juga
memiliki tipikal untuk membatasi lahan seorang penanya dari suatu bagian hal
yang belum diketahui tersebut. Dengan demikian, kata tanya siapa
mengindikasikan bahwa seorang penanya menginginkan yang tertuju tersebut
untuk menunjuk pada seseorang, kapan menunjuk pada waktu, dimana menunjuk
pada tempat, dan sebagainya.

Berikut adalah jenis dan pemakaian kalimat tanya :


Kalimat interogatif yang meminta pengakuan jawaban ”ya” atau “tidak”,
kalimat tersebut dapat dibentuk dengan cara memberi intonasi tanya pada sebuah
klausa (kalimat). Bisa dilihat dari kalimat-kalimat berikut :
- Jadi rakyat kita suruh bikin pabrik tepung ketela?
- Mereka bekerja sama dengan penduduk?
Kalimat jawaban dari kalimat-kalimat tersebut dapat dibuat dalam bentuk
singkat, tetapi dapat juga dalam bentuk lengkap, seperti ya dan ya, rakyat kita
suruh bikin pabrik tepung ketela… atau tidak dan tdak, mereka tidak bekerja sama
denga penduduk.
Kalimat interogatif juga dapat dibentuk dengan cara memberi apakah di
muka sebuah klausa (kalimat), dapat dilihat dari contoh berikut :

6
Serta memberi partikel tanya –kah pada bagian kalimat yang ingin
ditanyakan. Dalam hal ini bagian kalimat yang diberi partikel –kah tersebut lazim
ditempatkan pada awal kalimat
- Ditahan KPK kah pejabat itu?
- Guru SMP kah suaminya?
- Apakah kamu cukup sehat?
Kalimat interogatif yang meminta jawaban mengenai salah satu unsur
kalimat dibentuk dengan bantuan kata tanya (apa, siapa, mana, berapa, dan kapan)
sesuai dengan bagian mana dari kalimat yang ingin ditanyakan

(a) Penggunaan apa, yaitu untuk menanyakan benda, contoh :


- Apa isi peti itu?
- Apa yang kau sumbangkan kepada mereka?
- Apa bedanya sih dengan teknologi?
(b) Penggunaan kata tanya siapa, yaitu untuk menanyakan orang
- Siapa nama gadis itu?
- Selama bapak di rumah sakit, siapa saja yang mengunjunginya?
- Oleh siapa dia dimarahi?
(c) Penggunaan kata tanya mana, untuk menanyakan keberadaan benda (termasuk
orang)
- Mana Pak Lurah?
- Istrimu yang mana?
- Mana buku itu?
(d) Penggunaan kata tanya berapa, yaitu untuk menanyakan jumlah atau banyaknya
sesuatu digunakan
- Berapa harga yang kau pinta?
- Berapa yang kudengar?
- Berapa order?
(e) Penggunaan kata tanya kapan, untuk menanyakan waktu
a. Kapan kamu akan menikah?
b. Kapan kamu kembali?

7
Kalimat interogatif yang meminta jawaban berupa alasan yang dibentuk
dengan bantuan kata tanya mengapa atau kenapa
 Mengapa kamu sering terlambat?
 Kenapa anggota DPR itu ditangkap?
 Mengapa anjing dan kucing sering berkelahi?
Kalimat interogatif yang meminta jawaban berupa pendapat (mengenai hal
yang ditanyakan) dibentuk dengan bantuan kata tanya bagaimana
 Bagaimana kalian menyelamatkan diri?
 Bagaimana dengan rumah ini, kalau kita dapat rumah dinas?
Kalimat interogatif yang mengharapkan jawaban untuk menguatkan yang
ditanyakan. Oleh karena itu, jawaban yang diharapkan adalah “ya” atau “betul”,
meskipun secara eksplisit kata “ya” atau “betul” itu tidak diucapkan
o Anda berasal dari Papua, bukan?
o Kamu sudah punya anak, bukan?
o Tetapi ia pernah ditangkap petani timun, bukan?
Fungsi berbagai kata tanya ditentukan berdasarkan kemungkinan kalimat
jawabnya. Kata tanya apa berbeda dengan kata tanya siapa. Misalnya, seperti data
kalimat di atas Apa isi peti itu?menghendaki jawaban Isi peti itu buku-buku
bekas, koran, dan sebagainya, sedangkan kalimat Siapa nama gadis itu?
menghendaki jawaban Nama gadis itu Nina. Jelaslah bahwa kata apa menanyakan
benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, sedangkan kata tanya siapa menanyakan orang.
Kata tanya mengapa dan kenapa menghendaki jawaban yang diawali
dengan kata karena atau dengan kata lain, kata tanya mengapa berfungsi
menanyakan sebab dan alasan. Misalnya, Mengapa kamu sering terlambat?
pertanyaan tersebut menghendaki jawaban karena saya terlambat bangun, dan
kalimat Kenapa anggota DPR itu ditangkap? Menghendaki jawaban karena dia
telah melakukan tindak korupsi, melanggar peratutan, dan sebagainya.
Kata tanya bagaimana dalam kalimat Bagaimana dengan rumah ini, kalau
kita dapat rumah dinas? menghendaki jawaban Rumah ini aka dijual. Maka dapat
dikatakan bahwa kata tanya bagaimana dalam kalimat tersebut menanyakan
keadaan, berbeda dengan kata tanya bagaimana dalam kalimat Bagaimana kalian

8
menyelamatkan diri? Yang menghendaki jawaban yang diawali dengan kata
dengan sevagai penanda cara, misalnya dengan cara berteriak meminta tolong,
dengan cara kabur, dan sebagainya. Maka dapat dikatakan bahwa kata tanya
bagaimana tersebut menanyakan cara.
Kata tanya mana menanyakan tempat, misalnya Mana pak lurah? Dan
Mana buku itu? yang mana pertanyaan tersebut mungkin dijawab Di rumah dan di
dalam laci. Maka dari itu, kata tanya mana tersebut dapat dijelaskan sebagai kata
tanya yang menanyakan tempat.
Sedangkan kata tanya mana dalam kalimat Istrimu yang mana?
Menghendaki jawaban yang membedakan seorang istri yang ditanyakan dengan
istri-istri lain yang dimiliki oleh orang yang ditujukan pertanyaan. Maka dari itu,
kata tanya mana tersebut dijelaskan sebagai kata tanya yang menanyakan sesuatu
atau seseorang dalam suatu kelompok.

2.4 Kalimat Imperatif


Rahardi (2005:79) mengungkapkan kalimat imperatif adalah kalimat yang
mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan
sebagaimana diinginkan si penutur. Kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia
dapat berkisar antara suruhan yang sangat keras atau kasar sampai dengan
permohonan yang sangat halus atau santun. Predikat (P) biasanya verba yang
menyatakan perbuatan dan verbanya umumnya tidak mendapat awalan me-N.
Perlu dicatat bahwa istilah kalimat “perintah” dan “kalimat suruh” tidak
digunakan dalam buku ini dan sebagai gantinya digunakan kalimat istilah
“imperatif”. Alasan digunakan istilah “imperatif” dalam tulisan ini adalah karena
sosok ini memiliki cakupan makna yang jauh lebih luas manakala dibandingkan
dengan istilah lainnya.
Dalam konteks situasi tutur tertentu, dalam konteks indeksial yang sifatnya
tertentu, seorang penutur dapat menentukan apakah dalam bertutur itu, ia harus
menggunakan tuturan yang tegas, sopan, atau hanya menyindir. Kenyataan yang
demikian ini dapat menujukkan, bahwa ternyata, analisis terhadap satuan lingual

9
imperatif yang dilakukan secara struktural saja, belumlah cukup untuk memerikan
segala lekuk-liku imperatif dalam bahasa Indonesia.
Ciri lain kalimat imperatif dapat diawali kata seperti tolong, coba, mari,
silahkan, dan biar (Mulyani, 2004:2). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia itu kompleks dan banyak variasinya.
Kalimat imperatif dibedakan berdasarkan nilai komunikatif dalam bahasa
Indonesia menjadi lima macam, yakni :

1) Kalimat imperatif biasa


Kalimat imperatif biasa memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Kalimat (1)
memakai intonasi keras, (2) didukung dengan kata kerja dasar, dan (3) berpartikel
pengeras -lah. Kalimat imperatif ini berkisar antara imperatif yang sangat halus
sampai dengan imperatif yang sangat kasar (Rahardi, 2005: 79).

2) Kalimat imperatif permintaan,


Kalimat imperatif permintaan adalah kalimat imperatif dengan kadar suruhan
sangat halus. Kalimat imperatif permintaan ditandai dengan pemakaian penanda
kesantunan tolong, coba, harap, mohon, sudilah kirannya, dapatkah seandainya,
diminta dengan hormat, dan dimohon dengan sangat (Rahardi, 2005: 80).

3) Kalimat imperatif pemberian izin,


Kalimat imperatif izin adalah kalimat yang dimaksudkan untuk memberikan
izin. Kalimat ini ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan silakan, biarlah,
diperkenankan, dipersilakan, dan diizinkan (Rahardi, 2005: 81).

4) Kalimat imperatif ajakan,


Kalimat imperatif ajakan biasanya digunakan dengan penanda kesantunan
ayo (yo), biar, coba, mari, harap, hendaknya, dan hendaklah (Rahardi, 2005: 82).

10
5) Kalimat imperatif suruhan (Rahardi, 2005:79-83).
Kalimat imperatif suruhan digunakan dengan penanda kesantunan ayo, biar,
coba, harap, hendaklah, hendaknya, mohon, silakan, dan tolong.

2.5 Kalimat Ekslamatif

Kalimat eksklamatif yang dikenal dengan nama kalimat seru, secara formal
ditandai oleh kata alangkah, betapa, atau bukan main pada kalimat berpredikat
adjektiva. Kalimat eksklamatif yang dinamakan kalimat interjeksi digunakan
untuk menyatakan perasaan kagum atau heran.
Cara pembentukan kalimat eksklamatif dari kalimat deklaratif dengan langkah :
a. Balikkan urutan unsur dari Subjek – Predikat menjadi Predikat – Subjek.
b. Tambahkan partikelnya pada (adjektiva) Predikat.
c. Tambahkan kata (seru) alangkah, bukan main atau betapa di muka
predikat jika perlu.
Contoh : Pergaulan mereka bebas (deklaratif)
Bebas pergaulan mereka (kaidah a)
Bebasnya pergaulan mereka (kaidah b)
Alangkah bebasnya pergaulan mereka (kaidah c)
Betapa bebasnya pergaulan mereka
Bukan main bebasnya pergaulan mereka.

2.6 Kalimat Empatik

Menurut Nababan, 2008:103, kalimat empatik merupakan kalimat yang


didalamnya berisi penegasan khusus kepada subjek kalimat. Subjek pada kalimat
empatik diberi akhiran -lah dan kemudian bisa ditambahkan kata yang, sehingga
subjek kalimat pun menjadi lebih tegas dibanding unsur lainnya.

Agar memahami maksud penjelasan di atas, berikut ditampilkan beberapa contoh


dari kalimat empatik.

1. Akulah yang telah mengantarnya pulang kemarin petang.

11
2. Kamulah yang kucari selama ini.
3. Engkaulah yang selalu aku rindukan.
4. Dialah yang telah menolongku dari kecelakaan lalu lintas kemarin siang.
5. Merekalah yang telah merisak Budi saat jam istirahat.
6. Kalianlah yang pantas untuk menjuarai lomba futsal tersebut.
7. Kitalah yang akan menjadi juara olimpiade sains tingkat nasional di tahun
ini.
8. Kamilah yang mesti minta maaf, sebab kami telah menyusahkan kalian
selama ini.
9. Rintolah yang terpilih menjadi ketua OSIS di SMAN 12 Pamulang tahun
ini.
10. Pak Brotolah yang akan memimpin perusahaan ini selepas Pak Kusuma
pensiun.
11. Andilah yang telah menemukan uang saku milik Sulis yang jatuh saat
waktu istirahat.
12. Gedung Serba Gunalah yang akan menjadi tempat dihelatnya acara
wisuda tahun ini.
13. Ibulah yang sering mengantar jemput adik ke sekolah.
14. Sayalah yang akan mengganti rugi lapak dagangan Bapak yang rusak.
15. Andalah yang mesti bertanggung jawab atas kejadian yang memalukan ini.
16. Kaulah sahabatku yang paling setia menemani di kala susah dan senang.
17. Ialah orang yang aku ceritakan kemarin itu.
18. Beliaulah yang akan menjadi Ketua Prodi jurusan Desain Komunikasi
Visual.
19. Pak Nandanglah yang akan menjadi dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik (FISIP) periode 2019-2022.
20. Hambalah yang telah lancang merusak barang milik tuan.
21. Kelompok kamilah yang dipilih oleh Ibu Guru sebagai kelompok terbaik
dalam pementasan drama kemarin.
22. Tim Futsal SMP Pelita Rayalah yang memenangi turnamen futsal antar
sekolah tahun ini.

12
23. Kelas X IPS 6-lah yang dipilih oleh guru PLH sebagai kelas yang paling
bersih.
24. Sweater-lah yang tengah Ibu rajut saat ini.
25. Rusialah yang dipilih oleh FIFA untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia
pada tahun 2018 mendatang.
26. Sayuranlah yang telah Ibu beli di pasar pada pagi tadi.
27. Dirinyalah yang telah aku rindukan selama ini.
28. Dirikulah yang telah mengantarkannya pulang ke rumah saat hujan tadi
sore.
29. Dirimulah yang telah membuat hidupku menjadi lebih berarti.
30. Tim Paskibra merekalah yang terpilih menjadi pemenang lomba Paskibra
se-provinsi Jawa Barat.
31. Pak Rektorlah yang memberi sambutan pertama pada acara wisuda tahun
ini.
32. Kakakkulah yang membantuku mengerjakan PR dari Pak Guru.
33. Adikkulah yang telah membeli ikan hias itu tadi pagi.
34. Keluarganyalah yang membiayai sekolah anak-anak kami.
35. Temanmulah yang telah mengganggu temanku saat jam istirahat.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat
berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan
bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan
maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun,
dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Bentuk dan
Nilai Komunikatif Kalimat dalam Bahasa Indonesia terbagi menjadi 5, yaitu
kalimat deklaratif, kalimat interogatif, kalimat imperatif, kalimat ekslamatif, dan
kalimat empatik. Berikut adalah penjelasannya :
1) Menurut Abdul Chaer (2009, 187) mengatakan bahwa kalimat deklaratif
adalah kalimat yang isinya menyampaikan pernyataan yang ditujukan
kepada orang lain.
2) Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengharapkan adanya jawaban
secara verbal. Jawaban ini dapat berupa pengakuan, keterangan, alasan
atau pendapat dari pihak pendengar atau pembaca (Chaer, 2009:189)
3) Rahardi (2005:79) mengungkapkan kalimat imperatif adalah kalimat yang
mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur
melakukan sebagaimana diinginkan si penutur.
4) Kalimat eksklamatif yang dikenal dengan nama kalimat seru, secara
formal ditandai oleh kata alangkah, betapa, atau bukan main pada kalimat
berpredikat adjektiva. Kalimat eksklamatif yang dinamakan kalimat
interjeksi digunakan untuk menyatakan perasaan kagum atau heran.
5) Menurut Nababan, 2008:103, kalimat empatik merupakan kalimat yang
didalamnya berisi penegasan khusus kepada subjek kalimat. Subjek pada
kalimat empatik diberi akhiran -lah dan kemudian bisa ditambahkan
kata yang, sehingga subjek kalimat pun menjadi lebih tegas dibanding
unsur lainnya.

14
3.2 Saran

Sebagai seorang pemula, kemungkinan makalah ini masih terdapat


kekurangan, untuk itu kami menerima kritik dan saran guna memperbaikinya.
Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk memperbaiki atau
memperdalam tentang ilmu ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Eriyanto. 2006. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. (Cetakan V).
Yagyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara.

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Ban


dung: PT Remaja Rosdakarya dan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia.

Moeliono, Anton M. (Penyunting Penyelia). 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa


Indonesia. Jakarta: Perum Balai Pustaka.

Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.


Jakarta: Penerbit Erlangga.

16

Anda mungkin juga menyukai