Anda di halaman 1dari 55
TINJAVAN TENTANG TEORI SASTR#ARA! “3 FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS GADJAH MADA w™ YOGYAKARTA > 1988 ” trp meene} q 4 KATA PERGANTAR ‘Timu Sastra Arab itu erat sekali hubungennya: dengam bahasa Arab, sedang behaea Arabloh jalan satu-satunya un- tuk memahami dan mendalami Al-Qur'an dan Hadite Nabi ser- ta buku-buku agama Ielem yang merupakam sumber kemajuan dan peradaban manusia. “Menurut para ahli tafeir yang dimakeud dengan manu~ sia adaleh manusia sebagai pribadi, manusia sebagai go- Jongan maupun manusia sebagai bangea-bangsa. Para sastra- wan sebagai salish satu kelompok.mahueia mempunyal kewa- jiban membina dan mengembangkan seni budaya pada umumnya dan seni sastra pada khueuenya. Hal tersebut merupakan sa~ lah satu kebutuhan hidup manueia sesuai dengan fitrahnya. Dalam penelitian ini penulis ingin membahas tentang teori sastra Arab (Razhariyyatu °1-Adabi '1~"Arobi) dan Ansya Alloh akan disusul olel pembahasan-pembahasan yang lain yaitu sejarah sastra Arab (Tarikhu 'l-Adabi "1-"Arobi) dan kritak sastra Arab (Naqdu "1-Adabi *1-"Arobi). Ketiga Ppembahasan tersebut hanya merupakan pengantar saja untuk memperdalan ilmu sastra Arab lebih lanjut.. Penelitian ini telah diseminarken pada tanggal, 2 Sep- tember 1988 di Fakultas Sastra UGM dan dihadiri oleh dosen- dosen Fakultas Sastra UGM dan para mahasiswa Fakultas Sastra GM. Yogyakarta, 10 September 1988 Penulis ( SANGIDU ) DAPTAR IST KATA PENGANTAR : DAPPAR IsI BAB I PENDARULUAN A-Latar belakang wee B.Ruang lingkup ilmu sastra Arab C.Hubungan timbal balik antara cabang-cabang ilmu sastra BAB II TEORI. SASTRA ARAB A.Pengertian sastra BeJenis karya sastra 1.Puisi 2-Prosa DAPTAR PUSTAKA 26 4B BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan salah satu produk kebudayaan masyarskat manusia. Sastrawan menggudeh dan mencipta kar- yanya selaku seorang warga masyarakat dan menyapa pembaca, yang sama-sama dengan dia merupekan warga masyarekat ter- sebut. Antara sastrawan, karya sastra, pembaca dan masya~ rakatnya selalu terjadi interaksi dan interelasi yang te~ rus menerus sehingga karya sastra merupakan pantulan dari interakei dan interelasi tersebut. Di dalam karya sastra dapat kita tangkap pemikiran-pemikiran, gagasan-gagasan,, harapan-harapan, cita-cita dan juga kegelisahan-kegeli- sahan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu. Karya sas- tra yang ditulis pada suatu kurun waktu tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat zaman itu. Oleh karena itu ia tak lepas dari masyarakat tempat ia Lehir dan ia sangat ditentukan oleh masyarakatnya. A,LATAR BELAKANG Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial yang dapat mempengaruhi maupun dipengaruhi oleh masyara~ katnya. Perkembangan sastra Arab erat sekali hubungannya dengan bahasa Arab maupun masyarekatnya. Sejarah perkem~ bangan masyarakat Arab dalam kenyataannya tidak dapat di~ pisahkan dari sejarah perkembangan Islam. Bangsa Arab su- atu bangsa yang diasuh dan dibesarkan oleh Islam; dan se— baliknya Islam sebagai agama samawi didukung dan diken- z Bangkan oleh bangea Arab. Sejarah menunjukkan dengan jelaw aekali bahwa tumbuh pesatnya kenajuan bangsa Arab sampai menjadi bangsa yang besar, kuat dan bersatu adalah berkat kesetiaan dan keikhlasan terhadap Islam. Demikian pula Ie- lam, agama ini cepat tersebar luas ke berbagei penjuru du- nia berkat peranan bangsa Arab (Muhamad Tohir, 1981:18,19). Ton Khaldun mengatekan,"pada masa jahiliyyah", mereka (wangea Arab) adalah orang-orang yang tidak beradab, gemar melakukan perampokan dan perusakan. Mereka mempunyai watak cukar pada pimpinan. Mereka tidak mempunyai bakat untuk pe- kerjaan pertukangan ateu bakat untuk mencerna ilmu-ilm yang lain, Tetapi pembawaan mereka sebenarnya adalah bersih dan wurni, pemberani dan sanggup berkorban untuk hal-hal yang dipandang baik. D-De Lacy O'Leary mengatekan, "mereka sangat materialis- tis, berpandangan sempit dan berperasaan beku, tetapi ter- lampau peka bila kehormatan, nama baik dan kebiasaannya tersinggung. Mereka dermawan terhadap tamu-tamunya dan se ngat sotia kepada kabilahnya. Mereka adalah orang-orang yang eangat fanatik dan mudeh mara. Mereka memiliki dasar-dasar kecerdasan dan hal ini tempat jelas dari susunan bahasanyae Lideh mereka lebih pandai bila dibandingkan dengan akal dan. pikirannyd, Pandangannya sangat terbatas dan tidak banyak ragamnya, Mereka tidak kenal patuh kepada pimpinan ataupun penguasa yang selain kabilahnya sendiri. Kepentingan bangsa. dinomor duakan sesudah kepentingan kabilahnya (Muhamad To~ hir, 1981:21). * Sebagaimana kita ketahui bahwa kondiei alam tempat masyarakat Arab hidup itu besar pengaruknya dalam pemben— tukan watak dan tabiat. Tanah gersang dan tandus, sangat sedikitnya jenis tumbuh-tumbuhan dan hanya ada di sebagi- an kecil daerah ini, sangat sulitnya mendapatkan air, ik- lim yang sangat panas di slang hari dan amat dingin di ma~ lam hari, hembusan angin keras bercampur pasir dan debu, semuanya menuntut kesanggupan manusia penghuninya untuk berani terjun dalam perjuangan hidup yang serba keras dan berat (Muhamad Tokir, 1981:22, 23). Maka secara garis besar masyarakat Arab mempunyai 2 (dua) unsur yaitu unsur positif dan unsur negatif. Ada~ pun unsur positif yaitu kepekaan mereka apabila harga diri, kehormatan dan kebiasaannya diganggu orang}. kedermawanan mereka terhadap tamu dan keberanian berkorban mempertahan- kan kabilahnya, Sedangkan unsur negatif yaitu di kalangan mereka terdapat kebiasaan menanam anak perempuan hidup-hi- dup dan membunuh amak lelakinya sendiri apabila anak lela~ ki itu dipandang mempunyai sifat maupun watak penakut dan pengecut. Keadaan masyarakat Arab sebagaimana yang digambarkan di atas salah satu di antaranya dapat diketahui melalui karya sastra Arab. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin memerikan tentang teori sastra Arab, sejarah sastra maupun kritiknya. Hal ini dimakeudkan sebagai pengam tar untuk mendalami sastra Arab lebih lanjut. B.RUANG LINGKUP ILMU SASTRA ARAB Berkecimpung dalam ilmu sastra akan menghadapi tiga kegiatan yaitu: teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra. Masing-masing mempunyai objek penyelidikan dan penelitian tertentu. Penjelasan mengenai ketiga kegiatan tersebut adalah: 1.Teori sastra adalah menyelidiki sesuatu yang berhubungan dengan seluk beluk teori sastra. Misalnya: apakah karya sastra itu sebenarnya, apakeh syarat-syarat suatu karya sastra itu dapat dikataken berhasil atau gagal, bagaima- na cara menilai suatu karya sastra sehingga bidang teori sastra dapat memberikan bantuan kepada bidang ilmu sastra yang lain. Dapat juga dikatakan bahwa teori sastra adalah menyelidiki tentang hal-hal yang bersangkut paut dengan satra, misalnya: kakekat sastra, jenis sastra, aliran- aliran, gaya bahasa, unsur-unsur cerita dan lain-lain (Sarwadi, tt:1). Atau dapat juga dikatakan bahwa teori sastra adalah memaparkan puiei dan prosa yang indah un- tuk menganalisis pemikiran-pemikiran dan arti-artinya. Disamping itu juga untuk menerangkan tujuan dan sasaran- nya, menjelaskan hal-hal yang dianggap kabur, mengulas cabang-cabangnya, menampakkan ciri-ciri seninya dan tem- pat-tempat keindahannya. Maka dalam teks puisi peneliti membahas dan menganalis uncur-unsurnya, syarat-syaratnya, cabang-cabangnya, bentuk-bentuknya, arti-arti dan tujuan~ nya. Sedangkan dalam teks prosa peneliti membahas dan me- nganalisie tentang castra, esai, karangan, novel, cara erdebat dan retorika (pidato) dengan menunjukkan care~ cara yang paling baik dalam penyusunannya. 2.Sejareh Sastra adalah cabang ilmu sastra yang berueaha menyelidiki perkembangan sastra sejak awal pertumbuhan- nya sampai kepada pertumbuhannya yang sekarang. Persolan- persoalan yang menjadi behan-behan penyelidikan antara lain: a.Perkembangan atau timbul tenggelamaya suatu jenis sas- tra, mealnya: sejarah perkembangan roman, novel, cor- pen dan sebagainaya. b.Periodicasi sastra atau pembabakan waktu dalam perkem- bangan sastra. cePerkenbangan aliran-aliran yang ada pada suatu periode atau pada suatu angkatan. 4.Pertumbuhan dam perkembangan gaya bahasa (Sarwadi, tt: 1). Dalam sastra Arab, yang dikatakan eejareh sastra Arab adalah membahas dan menganalie tentang perkenbangan sastra Arab dan cabang-cabangnya. Dan juga mengenal. to- koh-tokoh sastrawan yang terkenal dalam suatu bangea untuk mempelajari sejarah sastranya dan peninggalan-pe- minggalan yang diwariskan oleh tokoh-tokohnya. Peninggal- an-peninggalan itu mempengaruhi kehidupan, miliu, situaei dan kondisi yang melingkupi mereka. Hal tersehut mempu- nyai pengaruh yang jelas terhadap karya-karyanya. Oleh karena itu bal ini merupakan salah eat segi studi ten- tang sejareh eastra. Segi yang lain adalah studi dan menggambarkan hal-hal yang ada di antara sastrawan bangea-bangsa baik dari segi kesamaannya maupun per- bedaannya. Dan juga menyingkapkan segi-segi penbaha~ ruan, pemikiran-pemikiran dan peniruan. Pengaruh-pe~ ngaruh pada masa berikutnya adalah tentang perkembang- an karya sastra baik yang kuat maupun yang lemah, mo- dern maupun tradisional. Dari sini kita dapat menge- tahui dan memahami bahwa dasar-dasar studi tentang se- jareh eastra itu adalah periodisasi. Hal tersebut se~ bagaimana kite ketehui behwa di dalam kesusastraan Arab itu ada beberapa periode yaitu: a)-Kesusastraan zaman Jabiliyah. b).Kesusastraan zaman Islan. ¢).Kesusastraan zaman Abbasiyah. 4).Kesusastraan zaman pemerintahan orang Turki. e).Kesusastraan abad Modern. Hanya saja para sejarawan sastra di dalam menggunakan metode untuk memahami dan menganalisis kelima periode tersebut mempunyai pendapat yang berbeda-beda (Aly Abu- bakar Basalamah, 1984:13, 14). 3.Kritik Sastra adalah cabang ilmu sastra yang mengadakan penyelidikan langeung terhadap suatu cipta sastra ter- tentu. Ia mengadakan pedalaman dan dengan melalui anali- sis serta penafeiran, kemudian berusaha mengadakan suatu Penilaian tentang berhasil atau tidaknya suatu cipta sas- tra, Disamping tiga cabang ilmu sastra tersebut di atas, ada juga beberapa ilmu sastra yang lain yaitu: sastra umun, eastra khusus.dan sastra perbandingan. Yang disebut sastra umum adalah ilmu sastra yang membicarakan hal ihwal sastra pada unumnya, terlepas dari masalah-masalah kekhususan dari kehidupan sastra akibat adanya corak bangsa dan bahasa. Ada~ pun yang disebut sastra khusus adalah ilmu sastra yang men- bicarakan kehidupan sastra suatu bangea atau suku bangea tertentu atau sastra dengan suatu media bahasa tertentu. Se- dang yang disebut sastra perbandingan adalah ilm sastra yang berusaha membahas dan menyelidiki adanya perbedaan, per- samaan dan pengaruh dari berbagai hal yang terdapat pada dua atau beberapa sastra tertentu (Sarwadi, tt:1,2). C.HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA CABANG~CABANG ILMU SASTRA Cabang-cabang ilmu sastra yang penulis uraikan di sini adalah terbatas pada teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra. Ketiga cabang ilm sastra tersebut mempunyai hubung- an yang erat sekali dan hubungan itu bersifat timbal balik, artinya saling melengkapi yang satu dengan lainya serta tak dapat dipisah-pisahkan, a-Hubungan teord sastra dengan sejarah sastra. Penyelidikan tentang sejarah sastra banyak memerlukan ba- han-bahan pengetahuan tentang teori sastra. Pembicaraan tentang ‘suatu periode tertentu tidak akan terlepas dari pembicaraan tentang gaya bahasa yang dipakai, jenis sas- tranya, latar belakang ceritanya dan lain sebagainya- Se- baliknya teori sastrapun memerlukan bahan-bahan pengetahu- an dari sejarah sastra. Pembicaraan tentang puici tidak da- pat dilepaskan dengan sejarah sastra, puisi itu termasuk puisi zaman (maga) Jahiliyah, Islam, Abbasiyah, Pemerintah- an Turki atau Modern. Itu semua dapat diketahui melalui se~ jarah sastra. -Hubungan sejargh sastra dengan kritis sastra. Penyelidikan sejarah sastra memerlukan juga bantuan dan ba~ han-bahan dari kritik eastra. Tidak semua cipta (karya) sastra yang terbit dijadikan bahan penyelidikan sejarah sastra, melainkan terbatas pada sejumlah cipta (karya) sas- tra tertentu. Untuk memilih dan menentukan cipta (karya) sastra menjadi obyek penyelidikan sejarah sastra itu kita memerlukan bahan-bahan pengetahuan dari kritik sastra; se~ bab menjadi tugas kritik sastralah dalam menentukan baik buruknya nilai cipta (karya) sastra. Sebaliknya kritik sas- trapun memerlukan bahan-bahan pengetahuan dari sejarah sas- tra, terutama dalam usaha menentukan asli tidaknya suatu cipta (karya) sastra atau ada tidaknya unsur-uneur penga— ruh dari sastra lain, c-Hubungan teord sastra dengan kritik sastra. Hubungan kedua cabang ilmu sastra ini sangat jelas. Usaha kritik sastra tidek akan berhasil tampa dilandasi oleh da- sar-dasar dan bahan-bahan pengetahuan dari teori sastra. Jika kita hendak mengadakan penelashan dan penyelidikan atau mengritik terhadap euatu novel, maqolah, magomah atau lainnya, maka terlebih dahulu kita harus memiliki pengeta- buan tentang apa yang disebut novel, maqolah, magomah dan lain sebagainya. Hal-hal yang demikian ini dapat diketa- hud melalui teori sastra sebab teori sastra merupakan se- agian model dari pelaksanaan kritik sastra. Sebaliknya teori sastrapun memerlukan bahan-bahan pengetahuan dari kritik sastra, bahkan sebenarnya kritik sastra merupakan pangkal dari teori sastra (Sarwadi, tt:2, 3)« Setelah kita mengetahui 3 (tiga) kegiatan dalam ilmu sastra, cabang-cabang ilmu sastra dan hubungan timbal balik antara cabang-cabang ilmu sastra; maka penulis akan mulai berbicara dari yang paling awal yaitu teori sastra Arab. BAB II TEORI SASTRA ARAB Usal uevl untuk mendefinisikan "sastra" tak terbilang jumlahnya, usul-usul yang memuaskan.tidek banyak. Adapun alasan-alasannya itu sebagai berikut: 1,Sering orang ingin mendefinisikan terlalu banyak sekali- gus. Sering dilupakan bahwa ada perbedaan antara sebuah definiei deskriptif mengenai sastra -- yang memberi, jawab- an sastra itu apa ? 2.Sering orang mencari sebuah definisi “ontologis" mengenai sastra, yaitu sebuah definisi yang menggungkapkan hakikat sebuah karya sastra sambil melupakan bahwa sastra hendak- nya didefinisikan di dalam situasi para pemakai atau pem- baca sastra. Norma dan deskripsi sering dicampurbaurkan.. Juga tidak disadari bahwa sementara karya bagi orang ini termasuk sastra, sedangkan bagi orang lain tidak. 3.Yang berkaitan dengan itu, sering anggapan mengenai sas- tra terlalu ditentukan oleh contoh eastra Barat, khusus- nya sejak zaman Renaissance, tanpa menghiraukan bentuk- bentuk sastra yang khas seperti terdapat dalam lingkungan kebudayaan di luar Erofa, di dalam zaman-zaman tertentu atau di dalam lingkungan sosial tertentu. Misalnya konsep tentang sastra yang diterapkan bagi zaman klasik Erofa dan agi lingkungan kebudayaan di luar Erofa sekaligus juga mau diterapkan bagi lingkungan kebudayaan Erofa-Amerika modern, 10 1 4.Pernah diberikan definisi-definisi yang kurang lebih memu- aekan berkaitan dengan sejumlah jenis sastra, tetapi yang kurang relevan kalau diterapkan pada sastra pada umumnya. Demikian misalnya disajikan sebuah definisi yang cocok ba- gi puisi, sedangkan yang dicari ialah sebuah definiei yang cocok bagi sastra pada umumnya. Ini antara lain pernah ter- jadi dengan beberapa aspek dalam pengertian sastra romantik. Pendek kata, pengertian tentang sastra sendiri sering di- mutlakkan dan dijadikan sebuah postulat (tolok ukur) uni- versal; padahal perlu diperhatikan kenisbian historis seba~ gai titik pangkal (Dick Hartoko, 1984:3, 4). Memang sering kali secara umum dapat dikatakan bahwa de- finiei sebuah gejala dapat kita dekati dari namanya. Sudah tentu definiei semacam itu biacanya tidak sempurna, harus di-~ perhalus atau diperketat kalau gejala tersebut mau dibicara- kan secara ilmiah, meskipun begitu manfaat tinjauan dari se- gi pemakaian bahasa sehari-hari sebagai titik tolak sering- kali cukup baik. Oleh karena itu dalam hal ini akan kita be~ rikan beberapa batasan pengertian tentang sastra dari berba- gai bahasa sampai juga dalam bahasa Arab, apa sebetulnya yang disebut eastra dalam astra Arab. Ada beberapa istilah mengenai kata sastra yaitu litera- ture (Inggris), literatur (Jerman), littérature (Perarcis), " semuanya berasal dari bahasa Latin litteratura. Kata litte- natura sebetulnya diciptakan sebagai terjemahan dari kata Yu- nani grammatikea; litteratura dan grammatika masing-masing ber- 12 daearken kata Littera dan gramma yang berarti “huruf" (tu- Lisan, jefter). Menurut asalnya litteratura dipekei untuk tatabahasa dan puisi; seorang litteratus adalah orang yang tahu tatabahasa dan puisi; dalam bahasa Perancis masih di- pakai kata lettre. Belanda gelettered: orang yang berpera- daban dengan kemahiran khusus di bidang sastra, Inggris Bgp of letters. Literature dan seterusnya umumnya berarti dalam bahasa modern: segala sesuatu yang tertulis, pemakai- an bahasa dalam bentuk tertulis. Dalam bahasa Jerman ada dua kata yaitu gchrifftum yang meliputi segala sesuatu yang tertulie dan kata dichtung biasanya terbatas pada tulisan yang tidak langsung berkaitan dengan kenyataan, jadi yang bersifat rekaan, dan implisit atau pun eksplisit dianggap mempunyai nilai estetik, Dalam bahasa Belanda dipakai juga letterkunge, terjemahan harfiah dari litteratura: sastra. Di samping kata Litterkunde dalam bahasa Belanda ada juga Literatuur: kata dan yengertian ini antara lain juga meli- putd kepustakaan, acuan pada mekalah atau buku ilmiah, sa~ ma dengan Literatur Jerman; dalam bahasa Perancis adakala~ nya dipakai belles-lettres, kalau diperlukan istilah khas untuk sastra yang bernilai estetik; belles-letters juga dipakei dalam bahasa Inggris, sebagai kata pinjaman; demi- kian dalam bahaea Belanda bellettrie, dalam bentuk yang disesuaikan. Sebagai bahan banding, kata sastra dalam bahasa Indo- nesia berasal dari bahasa sanskerta; akar kata 6hs-, dalam kata kerja turunan berarti "mengarahkan, mengajar, memberi 3 petunjuk atau instrukei", Akhiran -{ra biasanya menunjukkan alat, sarana. Maka dari itu sastra dapat berarti “alat un- tuk mengajar, buku petunjuk, buku instrukei atau pengajar- an; misalnya gipadastra, buku arsitektur; kamaéagtra "ouku petunjuk mengenai seni cinta". Sebueh kata lain yang diambil dari bahasa sanskerta ia- lah kata pustake, yang berarti "buku" dalam arti yang luas. Arti ini juga biasa dalam bahasa Jawa Kuno dan Jawa Baru, namun dalam Melayu klasik pustake atau peateka menjadi sema- cam buku pegangan, buku atau naskah ilmu sihir, mantra dan eebagainya. Tetapi kemudian dalam bahasa Indonesia pustaka dipakai lagi dengan arti "buku" misalnya nama Balai Pustaka; kemudian antara gastra dan pustaka (kepustakaan) berkembang- lah perbedaan pengertian yang sama seperti dalam bahasa Be— anda letterkunde (sastra indah) dan Literatur (bacaan il- miah; sudah tentu literatuur Belanda masih tetap melingkupi sastra, misalnya Literatur geschiedenis sama dengan sejarah sastra). Dalam bahasa China perkembangan semantik agak komplek;, kata yang dekat dengan sastra, literature, adalah kata wen, yang menurut asalnya berarti "ikatan, tenunan", kemudian "pola, sueunan, struktur" dan dari situ berkembang arti yang agak dekat dengan astra yaitu kata text yang etimologisnya juga berkaitan dengan kata textile dalam bahasa Latin: te- nunan, pola dan lain-lain (A.Teeuw, 1984:22, 23, 24). Dalam bahasa Arab yang ada hubungannya dengan pembahasan ini tidak ada sebuah kata yang artinya bertepatan dengan sas- Ly tra; kata yang paling dekat barangkali adab. Dalem arti sem- pit adab berarti belleg-lettres atau suaatra (awalan gy- da~ lam bahasa sanskerta berarti baik, indsh), tetapi sekaligus pula berarti sivilisaei, atau dengan kata Arab lain tamaddun. Di samping itu ada berbagai kata yang menunjukkan bentuk sas- tra tertentu, seperti gasidah dan sudeh tentu kata avi'r yang berarti puisi. Tetapi eastra sebagai konsep yang khas tidak diberi istilah yang umum dalam kebudayaan Arab; hal itu pas- ti berkaitan dengan pendirian orang Arab mengenai sastra (A.Teeuw, 1984:24)~ Jadi dapatlah kita simpulkan bahwa kata "sastra" itu de~ kat dengan arti dibawah ini: l.Literature (Inggris) yang berarti "huruf (tulisan)".. 2.Literatur (Jerman) yang berarti “huruf (tulisan)". Schrifttum (Jerman) yang berarti meliputi segala sesuatu yang tertulis. Dichtung (Jerman) yang berarti terbatas pada tulisan yang tidak langeung berkaitan dengan kenyata- an, jadi yang bersifat rekaan. 3.Littérature (Perancis) yang”berarti “huruf (tulisan)". 4.Litteratura (Latin) yang berarti "huruf (tulisan)". Text yang etimologisnya berkaitan dengan Textile (Latin) yang berarti "tenunan, pola". 5.Letterkunde (Belanda) yang berarti “huruf (tulican) yang indah". Iiteratuur (Belanda) yang berarti "kepustakaan, bacaan ilmiah", 15 6.Sastra (sanskerta) yang berarti "alat untuk mengajar, bu- ku petunjuk, buku inatrukei dan penga- jaran". ?.Wen (China) yang berarti " ikatan, tenunan, pola, struk- tur". 8.Adab (Arab) yang berarti "kebudayasn, tamaddun". Dari uraian istilah sastra tersebut di atas bagi para peneliti dan pemulis sendiri khusuenya tidak mungkin dapat memberikan sebuah definisi yang universal mengenai istilab sastra. Sastra bukanlah sebuah benda yang kita jumpai. Sas~ tra adalah sebuah mama yang dengan alasan tertentu diberikan kepada sejumlah basil tertentu dalam suatu lingkungan kebu~ yaan. Oleh karena itu lebih bagi kita menyebut teks ini sastra dan teks itu bukan sastra. Khusue dalam kesusastraan Arab menurut pendapat Prof. Dr-A.Teeuw bahwa kata eastra itu dekat dengan kata “adab" yang berarti kebudayaan atau tamaddun. Apakeh benar penda- pat yang demikian ini, kita perlu meneliti dan memahami le~ bih dalam lagi; sebab kesusastraan Arab itu erat sekali hue bungamnya dengan keadaan politik, soeial, agama, ekonomi masyarakat Arab, Untuk dapat mengetahui keadaan politik, so- sial, ekonomi, agama masyarakat Arab biasanya dapat kita li- hat dari hail karya (cipta) sastranya; sebab kesusastraan suatu bangsa merupakan cermin yang dapat menggambarkan kea~ daan sebenarnya suatu bangea tertentu. Maka dari itu berikut ini akan penlie uraikan penger- tian tentang sastra (adab) pada fase yang berbeda-beda, se~- hingga dapat kita ketahui perkembangan arti kata sastra, 16 A,PENGERTIAN SASTRA Sebelum kita berbicara tentang Sejarah Sastra Arab dan kritiknya, ada baiknya kita mengetahui lebih dahvlu pengertian tentang “Agab" (Sastra) pada fase yang ber- beda-beda, dilihat bahwa kata "Adab" (Sastra) itu ada- lah materi dan kancah pembicaraan dari Sejarah Sastra Arab serta kritiknya. Apakah makeud dari kata “Adab" (Sastra) itu ?, ka- pan timbulnya ?, dalam kondiei apa yang dialaminya ?, dan arti apa yang pernah disebutkan olen para Sarjana terdahulu sehingga kata "Adab" (Sastra) itu menjadi ar- ti yang bisa dimengerti oleh para Guru "Adgb" (Sastra) dewasa ini 2 Para Sarjana bahasa mengatakan bahwa kata "Adab" (Sastra) itu berasal dari kata "Al-Adaby" yaitu sikap Peka, tanggap dan cerdas. Kata "Al-Adabu" dengan huruf dal yang difatchah itu diambil dari kata "Al-Adbu" de- ngan huruf dal yang bercharokat sukun. Sedangkan kata "AL=Adbu" artinya adaleh undangan dan kata “Al-Adbu" itu menunjukkan pemakaiannya pada sifat yang terpuji dan terhormat. Dari sini kita dapat memahami bahwa kata "Al-Adbu" itu munculnya lebih dahulu daripada kata "Al-Adaby" (Aly Abubakar Basalamah, 1984:2). Disamping itu kita temukan juga di dalam kamus "Al-Munir" bahwa kata "Al-Adabu" itu berarti setiap kegiatan yang terpu- J4 yang dihaeilkan oleh manusia. Dan juga dalam "Mu*jamu uv 2AzLughah" disebutkan bahwa kata “Al-Adaby" itu artinya Pendidikan dan pengajaran (Muhamad Hasan, 1964:7). MASA JAHILY Para Sarjana berbeda pendapat dan tidak puas pada batasan arti yang teleh disebutkan di ates di dalam men- card asal usul kata "Adab" (Sastra) dan semantiknya. Me~ reka terus menerus membahas agar mereka menemukan batas waktu kapan kata "Adab" (Saetra) muncul dengan sendiri dan materinya pada ucapan orang Arab. Oleh karena itu mereka tak bosan dan gigih mengadakan penelitian sampai menemukan bahwa kata "ggab" (Sastra) itu muncul dengan sendiri dan materinya pada sebagian gaya bahasa maupun pada teks-teks puisi Arab menjelang munculnya agama Is- lam. Kita dapat melihat arti kata “Agab" (Sastra) yang terdapat pada bait puiei Thorfah Bin ’Abd dibawah ini: Baz LSM gY gli! pu Thal yd os - Artinya: Kami pada mueim dingin mengundang kenduri # kamu tidak melihat orang yang mengundang itu pilin kasih (Muhamad Hasan, 1964:9). Dari teks puisi tersebut di atas dapatlah diambil Pengertian bahwa kata “Adab" (Sastra) itu berarti un- dangan makan, yang terdapat pada kata "Al-Agib" pada bait puiei di atas yang artinya orang yang mengundang. Disamping itu Abu Aly Al-Qoly telah merivayatkan dalam bukunya "Al-Amaly" menceritakan bahwa Hindun anak putri ‘Utbah telah dipinang oleh seorang yang tampan bernama 18 Abu Sufyan, lalu *Utbah menceritakan pada anak putrinya yaitu Hindun tentang sifat-sifatnya. Dikatakan bahwa Abu Sufyan itu mendidik keluarganya dan dia sendiri ti- dak dididik oleh keluarganya. Dengan keterangan yang diperoleh dari ibunya itu, lalu Hindun menjawab sebagai- mana tertuang pada kata-kata dibawah ini: oh ely 6 BI Sys) e BIW be GEV! - + th 1B, ES pe dad! _ Artinya: Sesungguhnya aku senang terhadap budi pekerti itu, aku setuju dengannya, aku akan menganggap- nya sebagai suami yang ber; (baik), aku akan selalu di rumah dan tidak akan nyeleweng (Mahmud Jad Akawy, 1972:6). Jelaslah dari teks di atas bahwa kata "Adab" (sas- tra) itu artinya budi pekerti yang terpuji dan sifat yang mulia. Maka dari itu Hindun kagum dengan budi pe- kertinya dan sangat mencintainya serta mengimbangi de- ngan budi pekerti yang baik pula dan mempergaulinya dengan budi pekerti yang sama. a RMULAAN Dj Tatkala agama islam datang dengan ajaran yang me- ngajak kepada budi pekerti yang mulia, kata "Agab" (Sastra) itu banyak digunakan pada arti budi pekerti dan tersebar pada ucapan-ucapan, pidato-pidato serta Posisinya terbatas pada arti pendidikan jiwa dan per- baikan tingkah laku serta memperindah keutamaan-keuta- maan budi pekerti. Penggunaan kata "Adab" (Sastra) itu 19 teleh muncul dan berkembang sehingga mengalahkan arti ka- ta "Adab" (Sastra) yaitu undangan makan. Perluasan arti kata "Agab" (Sastra) yang baru yaitu dengan arti budi pekerti itu berkembang dan mengalami per- tumbuhan eehingga arti kata "Adak" (Sastra) itu mencakup pendidikan dan latihan pada sifat-sifat yang mulia, men- jatuhkan sanksi terhadap kejelekan-kejelekan dan mencegah terjadinya hal-hal yang jelek. Untuk merealisasikan arti kata "Adab" (Sastra) itu juga harus mengikuti perkembang- an, penyebaran dan pertumbuhan yang dialami oleb kata ter- sebut. Misalnya penggunaan kata "Addaba" dengan diberi tasydid pada huruf dalnya menunjukkan intensitas, maka kata "Addaba" itu artinya mengajar dan mendidik. Disamping itu menghafal puisi-puisi yang baik itu juga termasuk sa~ lah satu sarana untuk pendidikan jiwa dan mencatat sifat- sifat yang terpuji. Berikut ini beberapa contoh yang me~ muat kata "Adab" (Sastra): A.Ucapan Mu'awiyah bin Abi Sufyan (Sa Mel BE ag odd 6 LT ST, Sate LST pal Ibe! - + Soles! gaps - Artinya: Jadikanlah perhatianmu yang terbesar dan pendi- dikanmu yang terbanyak pada puisi-puisi, karena dalam puiei-puiei itu terdapat warisan ieluhur- mu dan tempat yang akan menunjukkan kamu. b.Ucapan Umar bin Khathab R.A. Apo plore bil, slo, dads ool jy b- ¢.Sabda Rasululloh SAW. + ee G eB ay gin! ~ Artinya: Tuhanku telah mendidikku, maka menjadi baik pen- didikanku (Mahmud Jad Akawy, 1972:6, 7). Dari tek-teks tersebut di atas dapatlah diambil pe~ ngertian bahwa kata "Agab" (Sastra) pada masa permulaan Telam dan permulaan daulah Umayah mempunyai arti pendidik- kan jiwa. IRNYA IRINY! - SIZAE Pada akhir masa daulah Umayah dan diikuti berdirinya daulah Abbasiyah kata "Adab" (Sastra) itu ditambah dengan arti yang baru yaitu arti "budaya” yakni mempelajari ceri- ta-cerita, riwayat puisi-puisi, mendalami pokok-pokok sunnab dan menafsirkan Al-Qur'an. Orang yang mengelola pe- ngajaran semacam ini dinamakan "Al-Muaddibun" yang berar- ti para pendidik, Hal itu disebabkan karena banyak penak- lukan-penaklukan Islam yang mempunyai pengaruh besar di dalam expansi orang Arab dari sebagian jazirah Arab ke ber- bagai kota baik di Timur maupun di Barat. Perkembangan se- lanjutnya mereka bercampur dengan berbagai kaum yang baha- sa Arabnya bukan bahasa Arab mereka. Anak-anak mereka tum- buh dan berkembang dari Ibu tawanan yang mendengarkan ucapan grab yang salah dari para Ibu dan pembantu, Di sam- ping itu banyak orang yang masuk Islam dari penduduk Negeri ini guna mempelajari bahasa Arab untuk membaca Al-Qur'an al dan memperdalam agama yang senuanya itu menjadikan jelek- nya "Al-Lachnu" (kesalahan) yekbi menempatkan posiei kata bukan pada tempatnya. Misalnya masculinum dianggap femini- num dan begitu juga sebaliknya femininum dianggap masculi- num, sehingga ycapan Arab mereka salah dan anak-anak mere~ ka terpengaruh serta sampai juga menjalar terhadap orang Arab pedalaman (asli). Maka dari itu ciri khas bahasa Arab mereka menjadi russk dan ucapan Arabnya tidak fasih dise- babkan mereka banyak mendengarkan kesalahan-kesalahan. Dari keadaan dan kenyataan tersebut di atas, maka pa- ra Penguasa dan Gubernur Arab mengirimkan anak-anak mereka ke orang Arab pedalaman (asli) agar anak-anaknya hidup ber- sama orang Arab yang masih murni bahasanya dan tidak rusak. Ini semua dimaksudkan untuk menjaga keselamatan bahasa me- veka dari "Al-Lachnu" (keealahan) dan untuk meluruskan yang bengkok yang menimpa mereka disebabkan percampuran de- ngan bangea lain. Hal yang demikian digunakan untuk memban- tu menghafal puisi-puiel yang baik, cerita-cerita Arab dan hari-hari kebanggaan mereka. Di dalam buku-buku sastra induk banyak contoh yang di- riwayatkan dan ditandai dengan "Al-Lachnu" (kesalahan) pada Zaman dahulu baik dari para Gubernur maupun orang umdm dari orang Arab ataupun lainnya. Dengan adanya "Al-Lachnu" (ke- salahan itu, maka sebagian Gubernur mendatangkan periwayat~ Pperiwayat, para Sarjana, para pendidik dan pengajar yang dapat menggambarkan fase-fase timbulnya "Al-Lachnu" (kesa- aban) baha: Arab. Itu semua dilakukan untuk melestarikan 22 dan menyelamatkan bahasa Arab dari "Al-Lachny" (kesalahan). Berikut ini sebagian contoh "Al-Lachnu" (kesalahan) yang diriwayatkan oleh Al-Walid bin Abdi *1-Malik dia adalah tukang berbuat "Al-Lachny" (kesalahan) sebagai berikut: lords db Aas tI ST SUB lel leds — to deU JBI LIL pptlacoree oly + eel opld - eA SIU CL © JS ot dghe pe Vol PIGS 6 eds sl cS QUI pl JG ie Lt pd sabe LW bid pnd - Artinya: Orang desa telah datang kepada Walid, maka Walid bertanya kepadanya: Siapa yang mengitanimu ? orang itu menjawab: seseorang dari desa yang sa- ya tidak mengetahui namanya. Sementara itu Umar bin Abdil *l-Aziz duduk dan berkata kepada orang dosa itu: Sesunggubnya baginda tadi bertanya si- apa menantuma ?, orang desa itu menjawab: Oh. . « dia ada di dekat pintu, maka Walid borkata kepa- da Umar: Gerangan apa int yang telah terjadi 7, a Umar menjawab: Soal nachwu yang baginda te- lah memberitakan kepada orang desa itu. Kemudian Walid menjawab: Tak apalah, saya tidak akan nei jadi Imam jelum belajar naghwu (Aly Abubakar Basalamah, 1984:7). Perlu diberi penjelasan teks tersebut di atas bahwa kata “khatanaka" dengan huruf nun yang dibaca fatchah, maka artinya menjadi "dia laki-laki satu mengitanimu. Te- tapi kalau "ishatanuka" dengan huruf nun yang dibaca dham- mah, maka artinya menjadi "menantumu".. Disamping hal tersebut di atas pada masa daulah Abba~ siyah ini juga ditandai dengan ciri-ciri khusus dan mempu- nyai pengaruh yang jelas dalam kebangkitan keilmuan bahasa Arab. Sebagaimana halnya pengaruh yang terdapat pada masa 23 renaisance yang manusia dapat menetik buahnya hingga sa- at ini. Hal ini disebabkan adanya penulisan 4lmu-ilmu Pengetahuan, terjemshan-terjemahan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dari berbagai macam bahasa-aslinya (Persia, india, Yunani) ke dalam bakasa Arab. Dan telah kita da- Pati juga perhatian yang besar dan kemampuan yang tinggi dari beberapa Negara sejak tahun 142 H terhadap berbagai macam lm baik itu yang berhubungan dengan Islam, i1mu Dahaea maupun i1mu-ilmu yang baru (non agama) yang ditrans- fer dari berbagai macam bahaca pula, Oleh karena itu se- ‘lap ilmu terdapat ahli-ehlinya yang memperhatikan pada bidangnya masing-masing. Dengan adanya spesialisaei ini menbawa pengaruh di dalam penggunaan arti baru bagi kata "Adab" (Saetra). Dan bagi seorang "AdZb" itu harus menpu- nyai Persyaratan-perayaratan dalam memshami kata "Agab" (Sastra) karena kata "Adab" (Sastra) itu dipakei atas pro- duk-produk Arab yang berupa puisi, proea, kata-kata muti- ara dan peri bahasa. Make dari itu disusunlah beberapa buku mengenai bidang ini yang dinamakan "Kutuby "L-Adab". Kemudian i dlam buku tersebut ditambahkan dan termuat ju- ga beberapa ilmu seperti nachwu, shorf, balaghah, *ariigh dan lain sebagainya. Oleh karena itu seseorang itu tidak akan disebut "Adib" melainkan ia mampu memproduk puiei dan Prosa yang indah, juga menguasai betul ilmu-ilmu bahasa Arab seperti nachwu, sharf, balaghah, ‘ariidh dan lain se- bagainya. Demikian juga seseorang tidak akan disebut 2h "Maaddib" melainkan ia shli benar dalam bidang sastra se~ cara keselurukan dan mengetahui ilmu-iilmu apa saja ae- hingga dapat momahami sastra dan menikmatinya dengan ba- ik. Lalu orang mendifinisikan dehwa kata "Adab" (Sastra) adalah belajar semua ilmu yang pokok-pokok saja (Aly Abuba- kar Basalamah, 1984:10, 11). MASA MODERR Sebagaimana telah dijelaskan di muka behwa kata "Adab" (Sastra) itu batasan artinya telah dipengaruhi oleh perkem= bangan kebudayaan sampai waktu yang lama dan faktor-faktor lain yang mompengaruhi dalam kebudayaan itu. Maka telah tampak penelitian kesusastraan yang baru atas usaha para Orientalis dan mereka menetapkan metode ilmiah untuk seja~ rah sastra sebagai dacar penelitian klasifikasi dan kritile, maka kata "Adab" (Sastra) berdiri sendiri dengan arti pro- duk-produk puisi dan prosa yang indah. Dan seseorang yang abli dalam bidang nachwu, sharf, balaghah dan *ariidh tidak dinamakan "Adib", meskipun seorang "Adib" itu harus menge- tahui kebudayaan secara umum baik ilmu-ilmu yang telah di- sebutkan di atas maupun ilmu-ilmu yang lain. Tidak ragu lagi bahwa orientasi ini merupakan metode yang sesuai dengan citra ilmiah pada masa modern, karena masa modern merupakan masa spesialisasi dalam segala hal. Padahal sebelum ini ilmu-ilmu pengetahuan itu sangat ter- bates dan saat ini ilmu-ilmu teleh banyak berkembang dan bercabang-cabang serta tersebar pada budaya yang berbeda- 25 beda. Orientasi baru tentang penelitian eastra ini sesuat dengan masa sekarang dan terpecah-pecah menjadi bercabang- cabang. Masing-nasing cabang berdiri sendiri dan menpunyad metode yang khusus dan objek sendiri-gendiri yang khusus Pula, maka ada penelitian tentang teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra (Aly Abubakar Basalamah, 1984:12). Dari penjelasan tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa kata "Adab" (Sastra) itu batasan artinya mengalamd Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan masanya. Maka batasan artinya dapat kita lihat sebagai berikut: 1.Pada masa Jahily kata "Adab" (Sastra) berarti undangan makan dan budi pekerti yang baik atau terpuji. 2.Pada masa permulaan Islam kata "Adgb" (Sastra) berarti budi pekerti yang baik atau mulia, pendidikan dan penga- jaran serta setiap aktivitas yang terpuji yang dilakukan oleh manusia. 3.Pada masa permulaan daulah Umayah kata "Adab" (Sastra) berarti studi tentang puisi dan prosa yang indah dan hal- hal yang berhubungan dengannya. 4.Pada masa berakhirnya daulah Umayah dan berdirinya da- lah Abbasiyah kata "Adab" (Sastra) berarti studi yang mencakup ilmu-ilmu bahasa Arab seperti Rachwu, sharf, dalaghah,’ariidh dan lain sebagainya, disamping studi tentang puisi dan prosa yang indah. Dan juga mencakup semua ilmu yang dihasilkan oleh manusia seperti kedok- teran, ekonomi, politik, hukum, geografi dan lain~lain. 26 5.Masa modern kata "Adab" (Sastra) berarti produk-produk puisi dan proga yang indah. Ttulah arti "Adab" (Sastra) yang berbeda-beda menurut masanya. Adapun dalam pembahasan disini kita pakai arti ka~ ta "Adab" (sastra) pada masa Modern mengenai puisi dan pro- sa yang indah. B,JENIS KARYA SASTRA Kalam Arab (jonis karya/cipta sastra) itu dibagi men- jadi 2 (dua) macam yaitu puisi dan. prosa. Pudsi adalah ben~ tuk karya (cipta) sastra yang terikat oleh wazan dan gavity.. Sedangkan yang disebut prosa adalah bentuk karya (cipta) sastra yang tidak terikat oleh ma dan gawafy. Dengan per- kataan lain behwa yang dinamakan puisi itu adalah bentuk yang selalu terikat oleh aturan-aturan banyaknya baris, ira- ma jumlah suku kata terakhir, banyaknya kata pada tiap barie dan lain sebagainya. Sedangkan prosa adalah kesusastraan yang ditulis dengan bahasa bebas (Suratno, 1970:4h,, 45). Untuk le- bib Jelasnya berikut ini penjelasan mengenai puisi dan prosa. B.1,PUISI Suatu puiei tidak perlu samar karena bukanlah kepopuler- an yang merupakan tujuan utamanya, Sudah cukup bila karya tersebut jelas bagi orang tertentu eaja. Tetapi pendapat int tidak dapat disetujui semua terutama pada kalimat ke-2, ka- rena puisi-puisi itu ditulis buat masyarakat, bukan’ untuk 27 orang-orang tertentu, Pendapat Robert C-Pooley: "Orang yang menutup telinga akan puisi akan terpencil dari suatu wilayah yang penuh harta kekayaan berupa pengertian manusia, pandangan pero- rangan, sensitifitas yang menonjol, upaya yang dituntut un- tuk memahami serta menghayati puisi-puisi itu sama beratnya dengan upaya yang dituntut oleh setiap bentuk kehidupan ma- nusiawi lainnya (Guntur Tarigan, 1985:2,3). B.1.1,.PENGERTIAN PUISI Kata puisi berasal dari bahasa Yunani Polesis yang berarti Penciptaan, kemudian dipersempit menjadi hasil se- ni sastra. Ralph Waldo Baerson menjelaskan bahwa puisi me- rupakan upaya abadi untuk mengekspresikan jiwa sesuatu, un- tuk menggerakkan tubub yang kasar dan mencari kehidupan serta alasan yang menyebabkannya ada; karena bukannya ira- ma melainkan argumen yang membuat irama (yaitu ide atau Gagasan) yang menjilmakan suatu Ppuisi. Pendapat lain yaitu Matthew Arnold mengatakan bahwa puisi adalah satu-satunya cara yang paling indah, impresif dan yang paling efektif untuk mendengarkan sesuatu. Puisi dapat dihayati dengan ja- lan memahami apa hakikatnya, bagaimana metodenya, bagaimana hubungan antara hakikat dengan metode, apa makeud dan tuju-, an puisi; maka terbukalah jalan untuk mengerti, menikmati dan menghayati. Samuel Johnson juga berpendaret bahwa puisi adalah perulangan spontan dari perasaan-perasaan yang penuh 28 daya, dia bercikal bakal dari emosi yang berpadu kembali dari kedamaian, Dan bagi Byron berpendapat bahwa puiei me- rupakan lava imajinasi, yang letusannya mencegak timbulnya gempa bumi. Sedangkan Percy Byssche berpendapat bahwa puisi adalah rekaman dari saat-saat yang paling baik, dan paling * @enyenangkan dari pikiran-pikiran yang paling baik dan pa~ ling menyenangkan. Sedangkan keterangan yang diberikan oleh Emily Dickinson agak berlawanan, dan menyatakan demikian: "Bila daku membaca sebuah buku dan (bila) dia dapat membu- at tubuhku begitu sejuk (sehingga) tiada api yang dapat me- manaskan daku, maka daku tahu bahwa itu adalah puisi, kalau daku secara fisik merasa seolah-olah ubun-ubunku berdenyut- denyut, maka daku tahu bahwa tiu adalah puisi, hanya dengan cara inilah daku ngenal puisi (Guntur Tarigan, 1985:4,5). Dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa ukuran yang dipakai untuk menilei suatu puisi adalah perasaan. Jadi sa- ma dengan pendapat Edgar Allan Poe yang mengatakan bahwa Ukuran satu-satunya adalah rasa. Beberapa pendapat mengatakan bahwa puisi adalah ekepre- si dari pengalaman manusia, antara lain pendapat Watts-Dun- ston dan Lascelles Abercrombi. Puisi adalah ekepresi yang kongkrit dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama, ini pendapat Dunston. Sedang Lascelles mengatakan bahwa puisi adalah ekepresi da- ri pengalaman yang bersifat imaginatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat 29 Kenasyarakatan, yang diutarakan dengan bahasa, yang menan- faatkan setiap rencana dengan matang dan tepat guna. Kedua batasan pengertian puisi tersebut di atas mem- beri tekanan pada segi ekspresi, Dunston menitik beratkan pada ekspresi dari pikiran manusia. Sedangkan Lascelles memberi tekanan pada ekspresi dari Pengalaman imaginasi manusia. Tetapi keduanya sependapat bahwa sarana untuk itu adalah bahasa emosional, bahasa berirama Yang matang dan tepat guna. Lascelles berpendapat bahwa puisi adalah eks- presi dari pengalaman. Oleh karena itu setiap puisi merupakan ekspresi dari Pengalaman imaginatif pembaca, maka pertama sekali yang di- Peroleh jika seseorang membaca puisi adalah pengalaman (Guntur Tarigan, 1985: ). Itu sedikit uraian tentang puisi secara umum dan se- lanjutnya sampailah kepada timbulnya puisi Arab, B.1.2.TIMBULNYA PUISI ARAB Timbulnya puisi Arab jauh terbelakang daripada prosa Arab. Hanya saja kapankeh mulai timbulnya puisi Arab ? Da- lem hal ini para ahli sastra berpendapat bahwa puisi Arab. telah ada beberapa abad sebelum Masehi. Namun sayang sekali pulei Arab yang timbul sebelum Masehi itu semuanya telah jenyap ditelan masa. Adapun puiei yang ada sekarang adalah puisi yang dihasilkan oleh bangsa Arab yang lahir dua abad sebelum Islam. Dan itupun tidak merupakan keseluruhan puisi yang dihasilkan oleh bangsa Arab di masa itu, Jadi puisi Jahiliyah yang dapat sampai kepada kita sekarang, hanyalah sebagian kecil saja dari puiei Arab Jabiliyah yang dapat dilestarikan dari kepunahan. Puiei Jahiliyah yang sempat dihafal oleh generasi yang datang_ di masa Islam akhirnya dicatat dan dibukukan dalam cata~ tan pribadi, kemugian diajarkan kepada generasi berikut- nya sehingga puisi itu tersebar luas di kalangan orang Arab di masa Islam, Dari suku-euku Arab itu muncul puisi- puiei yang maeih mereka hafal dan dikumpulkan oleh para penyair yang terkenal seperti Hammad Arrowy, Al-Asmaiy, Khallaf bin Amru dan Abubakar Hawarizmy. Selanjutnya ha- sil sastra Arab yang telah dibikukan itu kelek akan dija- dikan sandaran bahasa Arab (Yunus Ali Al Muhdar, 1983:33). B.1.3.MACAM DAN TUJUAN PUISE ARAB Telah menjadi kebiasaan bagi setiap bangsa untuk mem- bagi puisinya menurut tujuannya masing-masing. Puisi Arab menurut tujuannya dibagi menjadi 9 (sembilan) macam dan setiap bentuk dan coraknya akan berlainan yang satu dengan lainnya yang semuanya akan mewarnai coraknya sesuai dengan tujuannya macing-masing. Kesembilan macam tujuan itu insya- Alloh akan penulis berikan contoh puisi dari berbagai macam masa dan bukan hanya satu macam masa Jahily saja. Berikut ini uraian-uraiannya: 1.Nasib, Tasybib, Taghazzul: adalah bentuk puisi yang di BL dalamnya monyebutkan wanita dan budi pekertinya, keindah- an-keindahannya, menerangkan koadaannya, mengenag tempaty tempat, kedatangan dan kerinduan zaman cintanya serta menceritakan hal-hal yang berhubungan. dengan kisah cinta- nya, seperti: tiupan angin, percikan air, cuilan petir, segarnya udara dan lain sebagainya, Misalnya ucapan Mura~ qasyu ’l-Akbar yaitu sebagai berikut: Som eleel, 5b ods ts ap - sae pay Keel 3,1, dbus spi ot og. 289 aby VI ode Ices pW Waioigh _ 28. My LG BUA oe be tle - ws MeV wht ee IY ely - SappSly debe spas Legally be coy Saal BE ly eabd y wAlehy bby Se - aly, LIL by Seto bey GIL bs - etd Md tae Sonal dei, - aul, SI bah, wilt on BU; luca - Artinya: ~ Khayalanku tentang wanita yang bernama Sulaima mela- Yang-layang di suatu malam, maka aku dan teman-teman- ku tak dapat tidur. ~ Semalaman aku memikirkan keadaanku (dengan Sulaima) setiap saat, dan memperhatikan keluarganya padahal mereka itu berada di tempat yang jauh. ~ Khayalanku semakin bergejolak bagaikan api yang men- JilateJilat, dia berada di benakku Padahal aku sedang 2. 32 duduk di bawah pohon Arths. ~ Di sisinya (Sulaima) ada binatang buas (Laki-laki) la- in yang siap menerkam, menjaga dan melindunginya, pada- hal wanita cantik itu sedang terlena (tidur nyenyak). ~ Kenikmatan-kenikmatan itu tak dapat menyembuhkan ke- sengearaan hidupku, dan kejinakkannya tak dapat ditak- lukkan. ~ Mereka pergi pada malam hari dengan jalannya yang lan- bat sehingga terlibat betisnya yang padat pekat, dan mereka itu memakai baju yang penuh wewangian yang me- nyejukkan. ~ Mereka (Sulaima dan keluarganya) tinggal di suatu ne~ geri sedangkan aku berada di negeri lain, sehingga janji-janjinya terputus. - Apa peduliku aku menjadi orang yang memenuhi janji atau menjadi orang yang mengkhianati janji, dan apa Peduliku aku tidak diburu dan aku tidak memburu. ~ Betapa banyak pipi seorang gadis yang menyemburat me- rah, dan nampaknya merupakan kenikmatan baginya. ~ Alu bersenang-senang (berangan-angan) sepuasku ber- sama dia sepanjang masa waktu mudeku, dan gadis can~ tik itu telah memperoleh unta-unta yang cerdik dan lincah serta qasidah-qasidah dariku (Muhamad Hasan, 1964:47). Washf: adalah bentuk puisi yang di dalamnya menggambar- kan sesuatu kejadian atau pun segala hal yang menarik, seperti menggambarkan jalannya peperangan, keindahan 33 alam, meneifati unta atau kuda. Atau bisa juga dikatakan puisi yang mensifati terhadap sesuatu maupun apa-apa yang mereka lihat atau sesuatu yang berkecamuk dalam Jiwanya. Misalnya penyair yang pernah mensifati Unaizah (kekasihnya) yang nampak dalam bait di bawah ini: BELG We yicut ly Ly eel WIL bel Cb] dat Cy CASI pe gle Sh lel, pope yan — drat Use Gatls Rolin jab “logy Uigipe - dey Os yw I sale pill ans sey ear UI 3S st CU plo oe Ey - Artinva: ~ Ketika kami berdua telah lewat dari Perkampungan, dan sampai di tempat yang aman dari intaian orang kampung.. - Maka kutarik kepalanya sehingga ia (Unaizah) dapat me- letakkan dirinya kepadaku seperti pohon yang lunak. ~ Wanita itu langsing, perutnya ramping dan dadanya pu- tih bagaikan kaca. ‘ - Lehernya jenjang seperti lehernya kijang, Jjika dipan- Jangkan tidak bercacat sedikitpun, karena lehernya di- Penuhi kalung permata. ~ Rambutnya yang Panjang dan hitam bila terurai di bahunya bagaikan mayang korma (Yunus Ali Al Muhdar, 1983:427,48). Di samping contoh di atas ada contoh lain yang menggam- barkan Peperangan yaitu ucapan *Antarah dan keadaan kudanya adalah sebagai berikut: 3h phe ea S agp bc, peed yWlayl WW. PAN ol y5 pt oll Lee cll, reagan wk de OW, 1 At pemyledjl — ps rane II Wey bb LUI Gy & 5354 - wl pI be Jo, SAl LL Uy oS J - Artinya: ~ Tatkala aku melihat sekelompok kaum yang memintaku, untuk membangkitkan semangat berperang, maka aku mengulangi (membangkitkan semangat) tanpa henti-hen- tinya. ~ Mereka meminta *Antarah sedangkan tombaknya seperti, tali sumur (pelana) yang berada di dada kuda. ~ Aku selalu melempar mereka ke arah dadanya, sebingga tombak itu berlumpuran darah. ~ Aku mengunjungi orang-orang yang dadanya kena tombak, dan merintik dengan air mata yang meleleh kepadaku serta ringkikan kudanya ketika melihat pemiliknya mati. ~ Seandainya kuda itu mengetahui apa yang diperdebat- kan pasti dia akan mengeluh dan merintih, dan seanda- Anya kuda itu mengetabui apa yang dibicarakan paeti dia akan berbicara (Muhamad Hesan, 1964:48). 3-Madich, Madch: adalah bentuk puisi yang di dalamnya me- muji kepada orang yang mempunyai kelebihan baik itu da- ri segi akhlak, budi pekerti, kecerdasan, keberanian, keadilan, kedermawanan dan segala macam sifat yang dimi- 35 iikinya. Masalah ini pembahasanya kadang-kadang sempit dan kadang-kadang luas menurut situasi dan kondisi. Pem- bahasannya sempit disebabkan penyair-penyair Jahily ha- nya menghargai pada dirinya sendiri, sedang pembahasan- nya menjadi luas setelah sebagian penyair banyak mengung= kapkan pujian-pujian dan juga setelah datangnya Islam. Dalam riwayat disebutkan bahwa ada seorang penyair yang bernama Nabighah yang ingin memuji seorang Raja yaitu Nu'man bin Munzir. Penyair Arab itu mengkhayalkan sesuatu Yang paling tinggi di sekitarnya, maka yang dilihatnya ha- nyalah matahari. Karena itu penyair tersebut memujinya de- ngan memisalkan raja itu bagaikan matahari yang sedang ter- bit di ufuk. Bila matahari itu sedang terbit maka ribuan bintang yang menghiasi langit tidak akan tampak sinarnya lagi. Jadi seolah-olah penyair berkata bahwa raja yang di- pujinya itu adalah seorang yang paling mulia dan lebih agung dari semua raja yang ada di dunia. Bila kekuasaan ra- ja itu telah timbul maka kekuasaan raja yang lain akan sir- ta. Oleh karena itu berikut ini ucapan Nabighah: SS Sete any plealb 5 SSIS, pdb - Artinya: - Sesungguhnya engkau bagaikan matahari, sedang raja~ raja yang lain bagaikan bintang-bintang; seolah-olah bila matahari itu terbit, maka akan sirnalah sinar da~ ri bintang-bintang itu (Yunus Ali Al Muhdar, 1983:30). 36 4eHija': adalah bentuk puisi yang di dalamnya membicara~ kan kejelekan-kejelekan seseorang, menginkari kemuliaan- kemuliaan, kebaikan, keberanian, kecerdasan yang biea digunakan untuk mengejek seseorang atau qabilah lain. Dengan perkataan lain bahwa yang dinamakan hija’ adalah Jenis puisi yang digunakan untuk mencaci dan mengejek se- seorang musuh atau qabilah lain dengan menyebutkan kebu- rukkannya. lS ptt dle gi WeJB BS ple gb . celal, Se SSeS Ips lows si daisess _ vhod wd Al cleb dla cacy, - eIlek yi cul I als yi plos, ebb _ Artinya: - Apabila Amir itu telah berkata secara bodoh, maka sumber keliodohan itu terletak pada masa mudanya. ~ Jadilah kamu seperti ayahmu atau seperti ayah Bara’, maka pemerintah akan menyetujuimu dan membenarkanmu. ~ Janganlah kamu pergi dengan impianmu yang penuh kha- yalan, maka tak ada pemecahannya sama sekali. ~ Sesungguhnya kamu itu hanya bermimpi atau berangan- angan saja, apabila kamu tidak berkhianat, maka kamu bagaikan burung gagak yang banyak bicara tetapi tak ada ieinya sama sekali (Muhamad Hasan, 1964:51). 5-Roted!: adalah bentuk puisi yang di dalamnya menggan- barkan ratapan seseorang terhadap orang yang telah me- ninggal. Di samping itu juga menampakkan kekagetan, ke- susahan dan memperbesar musibah yang menimpanya. Sebaga- mana ucapan Abu Al-’Ala' Al-Ma’ary di bawah ini: ok BY, dk Es SUS BS peloye ld! ak £5 bk co Ska ob - Bo Lely th gi ame pt BN atloye wuey BPS! Goes! SANS bys ia cl 37 DLE aba VE ee re she EV glen wl ol easy - sls cb ke Vialy Langs NygSl gd Subatel gg! pe OLY pols ged Lip bb ae, - SUV cL NI Lsb yi Ge UU gleoais 5 ~ rtd - Bagiku suara tangis dan tawa itu tek ada gunanya. Suara berita kematian apabila dibandingkan dengan su- ara berita kegembiraan pada setiap orang-orang yang berkumpul itu adalah serupa. - Tebaklah burung merpati yang sedang bertengger di da- han itu sedang menangis atau menyanyi.. - Wahai temanku . . . ini kuburan-kuburan kita sudah memenuhi bumi, kalau begitu di mana kuburan-kuburan nenek moyang kita sejak zaman bangea *Ad. - Ringankanlah pijakmu . . . karena aku yakin bumi ini terjadi dari campuran jasad-jasad yang pérnah dikubur di dalemnya. - Tercela sekali kita, walaupun zaman telah lampau; ka~ lau kita menghina nenek moyang kita yang telah me- ninggal. - Jalanlah di atas angin dengan pelan-pelan seandainya 38 kau mampu, jangan takkebur dengan sisa-sisa tulang belulang nenek moyang kita. - Banyak liang kubur yang terus menerus menjadi liang kubur, dia tertawa dari desakan musuh-musuhnya. - Yang dikubur tetap dikubur sejak zaman dahulu kala (Taufiq Akmad Dardiri, 1982:11). 6.Fakhr, Chimagab: adalah bentuk puisi yang di dalamnya menggambarkan kebanggaan, keberanian, kecerdasan, ke- tangkasan yang dimiliki oleh dirinya, bangeanya, nega- ranya maupun qabilahnya. Dengan perkataan lain yang dinamakan Fakhr, Chimaeah adaleh puisi yang digunaken untuk membanggakan segala macam kelebihan dan keunggul- an yang dimiliki oleh suatu kaum atau qabilah. Pada umumnya juga digunakan untuk menyebutkan keberanian, ketangkasan dan kemenangan yang diperoleh dalam pepe~ rangan. Sebagai contoh ucapan Antarah bin Syadad Al- Abehi di bawah imi: weal J ly th boas y! Mb iethd wt 2 pS SUSI oy bs ap LVL, dhs. pret qos! ae Husk Ty by GULLY oj Usb paedt ase ely ty)! yee! pl ESS eos - pe, Lod ip TLS ay - | Deep gue ley Tabdely JS J ool - (oe el Sd ls Peel Ss prety ay oe Cua sak CLAN sje oS} 39 Artinya: - Wahai putri Malik tidakkah engkau tanyekan kepada ke- satria itu tentang diriku dalam medan juang, jika eng~ kau tidak tehu ? - Tidakkeh engkau tanyakan pada kesatria itu tentang di- riku ketika aku selalu berada di atas kuda yang dilukei oleh musuh. = Adskalaya kuda itu aku bawa untuk menyerang musuh na- mun adakalanya aku bawa kudaku bergabung dengan pasukan yang banyak. - dika engkau bertanya tentang diriku pada orang-orang yang hadir delam peperangan itu, maka mereka akan men- beritahumu bahwa aku adalah orang yang selalu maju da- lam peperangan dan orang yang tidak tamak dalam pemba- gian harta rampasan. Adekelanya ada kesatria yang berani dan sangat ditakuti oleh musuhnya dan tidak mau menyerah, - Namun tanganku cepat-cepat menerkamnya dengan tusukan tombak yang kuat. ~ Ketika kesatria itu aku tusuk dengan tombak yang keras, maka dapat menembus bajunya dan orang bangsawan pun ti- dak mustahil untuk terbunuh. ~ Setelah kesatria itu terbunuh maka aku tinggalkan be- gitu saja agar jadi mangea binatang buas yang akan meng- hancurkan jari tangannya dan lengannya yang bagus (Yu- nus Ali Al Muhdar, 1983:73, 74). 40 7-Lttidgar: adalah jenis puisi yang digunakan untuk me- ngajukan penolakkan dan alasan dalem suatu perkara de- ngan jalan mohon maaf serta mengakui kesalahan yang te- lah diperbuatnya. Bisa juga dikatakan behwa d’tidzar adalah penolakkan atau tidak mau menerima atas pujian maupun sanjungan yang diberikan kepadanya. Misalnya pujian atau sanjungan Nabighah A'dz-Dzibyany kepada re- ja Numan bin Munzir yaitu sebagai berikut: SS ode ae cab BI SSA gISI, ee be Artinya ~ Sesungguhnya engkau bagaikan matahari dan raja-raja selainmu adalah bintang-bintang. Bila matahari itu terbit maka bintang-bintang itu akan hilang dari peng- lihatan, Nu'man bin Mungir tidak mau menerima atas pujian yang telah diberikan oleh Nabighah A'dz-Dzibyany, maka Nu'man mengajuken i’tidzar (penolakkan) atas pujian atau sanjungan yang telah diberikan kepadanya. Penolakkan yang diajukan Nu'man kepada Nabighah itu sebagai berikut: gets aI global, Spe pe gJILUELE _ Artinya: ~ Sesungguhnya engkau seperti malam yang mengenaiku, jika aku berkhayal menjauhkan darimu maka itu suatu kelapangan atau kelonggaran (Ahmad Iskandary, 1978:67). 4 8.Chikkam:sebetulnya ada 2 (dua) jenis ghikam yaitu yang berbentuk puisi dan yang berbentuk prosa. Dalam kaitannya dengan masalah ini kita bahas yang berbentuk puisi. Maka dari itu chikkam adalah perkataan yang in- dah yang mengandung hukum yang benar dan dapat diteri- ma oleh akal. Berikut ini contoh chikkam yang berben- tuk puisi. WS Wldss ad, Wael LS LS ol, Groghds bs ov - bbs eri we ol Lye 6 sly - dee eye 1S tae SUN edee J SE GT ola et SLI leo I BI. ASIEN Tee le by Gigs, - ple LI! le Yo pte ey aye ce oe lw - Artinya: = Telah dikatakan apa yang dikatakan baik itu benar maupun dusta, sungguh keberatanmu itu terletak pada kata-kata yang: telah diucapkannya. Berdustalah terhadap jiwa jika kamu berbicara dengan- nya, sungguh kejujuran jiwa itu menghina cita-cita. Orang yang mulia itu tidak mudah tercela dari cela- an, setiap hal yang dicapainya adalah serba indah. Apabila tidak bisa menyimpan perkataan, maka tidak bisa lagi yang dapat disimpannya. Barang siapa yang tidak mau menjaga beliknya (sumur) dengan senjatanya (kekuatan), maka akan dihancurkan dan barang siapa yang tidak mau menganiaya seseorang ka maka akan dianieya (Ahmad Iskandary, 1978:18, 19). Q-Amts&l: sebagaimana ghikkam, amteal juga mempunyai dua Jenis yaitu yang berbentuk puisi dan yang berbentuk prosa. Dalan kaitannya dengan masalah ini kita bahas yang berbentuk puisi saja. Amtsal adalah perumpamaan atau kata-kata tiruan yang bertujuan menyerupakan kea- daan yang ditiru dengan keadaan lain yang menimbulken diucapkannya peniruan tersebut. Berikut ini contoh amtsil yang berbentuk puisi. abe oe tel ay bs ae Le pet GO - Lt AL gsi LecsS ol Yess ANI 3 elds V - Pb ol Wey eT A KL gly sl - sal BU eB J oY” sil rly topsoil - Artinya: ~ Nikmatilah sesuatu sebelum hilang (Ciumlah bunga se~° belum layu), karena sesuatu yang telah basi itu tak ada gunanya. ~ Jangan kau potong ekor ular itu lalu kau pisahkan, kalau kau pandai sertakan (gabungkan) ia untuk mem~ bongkar akar kejahatan. ~ Pembunuhan terhadap Sulaikan selanjutnya harus diikat (hukum orang besar untuk menundukkan orang kecil) bagaikan banteng yang dihukum (ditahan) karena lembu itu telah lenyap. - Perumpamaan bagi orang yang tidak mau menerima pe- ringatan, maka tak dosa bagiku karena aku telah mengu- 43 capkan kepada suatu kaum (Ahmad Iskandary, 1978:17)« Itulah sedikit uraian tentang makeud dan tujuan puisi Arab yang tentunya ada hal-hal yang terasa janggal atau bahkan tak dapat difehami. Hal tersebut penulis sadari ka~ rena memahami suatu cipta sastra, terutama puisi itu memer- lukan perasaan yang dalam dan pengalaman yang luas. Oleh karena itu penikmat puiei dapat melihat, merasakan, mende- ngar, menyentuh dan bahken perlu mengalami segala sesuatu yang terdapat dalam puisi. Sekarang sampailah pembahasan. selanjutnya yaitu prosa. B.2.PROSA Prosa dalam bahasa Arabnya disebut dengan a'n-natsru adalah jenis karya (cipta) sastra yang tidak terikat oleh Wazan dan gawafy. Para ahli sependapat bahwa timbulnya prosa itu lebih dahulu dari pada timbulnya puisi, sebab prosa Arab tidek terikat oleh sajak dan irama. Prosa itu bebas bagaikan derasnya air. Mengapa demikian ? karena prosa itu berdasarkan akal dan hal-hal yang nampek dalam pikiran, Sedangkan puiei itu berdasarkan perasaan yang dalam, daya kKhayal yang tinggi dan pengalaman yang banyak. Oleh karena itu wajar kalau prosa itu timbulnya lebih awal daripada puisi (Toha Husain, 1969:326). B,2.1.CIRI-CIRI PROSA JAHILY Telah kita ketahui bahwa kalam Arab itu dibagi menja- di 2(dua) macam yaitu puisi dan prosa. Mereka dapat membe~ bh daken keduanya dari segi wagan dan gawgfinya. Puisi itu te~ rikat oleh wagan dan gawafi, sedangkan prosa itu tidak teri- kat oleh wazen dan gawafi. Dalam kaitannya dengan masalah yang penulis behas dalam penelitian ini, penulis ingin sedi- kit mengutarakan tentang ciri-ciri khas proga Jabily yaitu sebagai berikut: 1.Kurang ketelitian mereka dalam memilih kata-kata yang se- suai dengan wazan dan iramanya. Mereka menggunakan kata- kata yang artinya menurut apa adanya. 2.Jarang menggunakan kalimat-kalimat dan ungkapan-ungkapan yang mempunyai satu arti. 3.Sedikit kecenderungan mereka dalam membentuk ungkapan-ung- kapan dan gaya bahasa serta sajak-sajak mereka kecuali sa~ jak para dukun atau peramal. 4eKalimat mereka pendek-pendek dan sering menggunakan chikkam, mutsul dan washiyat.. 5.Mereka mempunyai kecenderungan dalam menggunakan kata-ka- ta yang singkat tanpa meninggalkan arti. 6.-Mereka banyak menggunakan kindyah (sindiran) yang mendekati kenyataan pada hal-hal yang mereka anggay jelek atau mengge- rakkan jiwa dalam memberikan gambaran sindiran dengan meng- gunakan sifat yang khas. ?-Mereka kurang memperdalam arti kata-kata yang jauh dan ju- ga kurang memperdalam pemikiran-pemikiran yang sulit dife- hami sehingga membutuhkan pemikiran dan penelitian ilmiah (Ahmad Iskandary, 1978:21, 22).

Anda mungkin juga menyukai