Dosen Pengampu :
NIDN: 1025058802
Disusun Oleh :
Puji syukur hanya berhak disampaikan kepada Allah Swt. yang telah
memberikan ridho dan kekuatan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
buku yang berjudul: “PUISI”.
Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad Saw. yang menjadi uswatun hasanah bagi kita semua.
Selanjutnya, dengan memanfaatkan kemudahan yang ada secara optimal,
kesulitan dan keterbatasan yang menghambat proses penyusunan buku ini dapat
diatasi dengan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Sehubungan dengan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan terima kasih
yang seluas-luasnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan buku ini. Penulis hanya
mampu berdo’a kehadirat Allah, semoga bantuan dan partisipasi dari siapapun
datangnya, mendapat tempat yang layak dan balasan yang berlipat ganda
jazakumullāh ahsan al-jazā’. Akhirnya tiada gading yang tak retak, penulis
sadar buku ini sangat jauh dari kesempurnan dan harapan. Oleh sebab itu,
koreksi, kritik, dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis
harapkan, teriring harapan semoga karya ini bermanfaat untuk menambah
khazanah ilmu pengetahuan. Amin yā rabba al-‘ālamîn..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan dan seni kreatif yang obyeknya
adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai
mediumnya. Sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam
segi kehidupannya maka ia tidak saja merupakan suatu media untuk
menyampaikan ide, teori, atau sistem berpikir, tetapi juga merupakan media untuk
menampung ide, teori, atau sistem berpikir manusia. Sebagai karya kreatif, sastra
harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan
kebutuhan keindahan manusia. Di samping itu, sastra harus pula mampu menjadi
wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh sastrawan tentang
kehidupan umat manusia.
Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama.
Beberapa ahli yang merumuskan pengertian puisi menggunakan berbagai
pendekatan. Batasan puisi dengan menggunakan pendekatan psikolinguistik,
karena puisi merupakan karya seni yang tidak saja berhubungan dengan masalah
bahasa tetapi juga berhubungan dengan masalah jiwa. Dengan pendekatan itu
Slamet Mulyana menyimpulkan bahwa puisi adalah sintesis dari pelbagai
peristiwa bahasa yang telah tersaring semurni-murninya dan pelbagai proses jiwa
yang mencari hakikat pengalamannya, tersusun dengan sistem korespondensi
dalam salah satu bentuk.
B. Rumusan Masalah
Puisi ialah ragam karya sastra yang didalamnya terdapat peristiwa kebahasaan yang tersaring
dengan murni untuk mengekspresikan kepribadian dalam bentuk yang tepat dan selaras
dengan watak yang diungkapkannya. Ragam karya sastra tersebut semula bahasanya terikat
oleh irama, matra, rima,dan tata puitika lainnya (Citraningrum, 2016: 83).
Puisi adalah salah satu jenis karya sastra yang paling tua, oleh sebab itu, dalam pandangan
tradisional akan banyak ditemukan pengertian tentang puisi. Dalam perspektif tradisional,
puisi merupakan jenis karya sastra yang memiliki keterkaitan dengan unsur-unsurnya,
misalnya irama, rima, matra, baris, dan bait. Lebih lanjut, Waluyo (2008:27) menyatakan
bahwa puisi ialah bahasa universal dan kuno, artinya orang yang paling primitif
telahmenggunakannya.
Sayuti (2000:8) menjelaskan bahwa puisi ialah bentuk ekspresi yang memanfaatkan medium
bahasa. Bahasa yang digunakan berguna dalam penyampaian pesan yang akan disampaikan
penyair. Bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dengan pemakaian bahasa pada
umumnya. Oleh sebab itu, bentuk ekspresi bergantung pada tiga hal, yakni dasar ekspresi
yang berupa pengalaman jiwa, teknik ekspresi, dan ketepatan ekspresi.
Sansom (1960:6) berpendapat bahwa puisi mempunyai bentuk pengucapan yang ritmis
(berirama) dan menampilkan pengalaman intelektual yang bersifat imajinatif dan emosional.
Oleh sebab itu, puisi menjadi jenis karya sastra yang memiliki karakteristik tersendiri
dibanding dengan genre sastra lainnya. Baik itu, dalam bentuk dan isinya.
Riffaterre (1978:12) menjelaskan bahwa puisi adalah sebuah ekspresi yang tidak langsung,
artinya dalam menyampaikan suatu hal dengan suatu hal yang lainnya. Ekspresi tidak
langsung tersebut disebabkan karena penggantian arti (displacing of meaning), penyimpangan
arti (distorting of meaning), dan penciptaan arti (creating of meaning). Ekspresi tidak
langsung ini juga menjadikan puisi sebagai sebuah sistem tanda (semiotika).
Suyitno (2009:22) mengungkapkan bahwa puisi adalah ungkapan rahasia hidup yang dihayati
oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa, pengungkapannya langsung, mengental, asosiatif,
dan sama sekali tidak menerangjelaskan. Proses penciptaan puisi berawal dari penyair yang
menangkap suatu rangsangan terhadap objek tertentu dan muncul kekuatan baru yang
dicarikanpenjasmaniannya dengan pemilihan kata-kata. Puisi pada umumnya selalu penuh
dengan lambang-lambang. Ledbetter (2003:19) berpendapat bahwa puisi adalah media untuk
menanamkan pengetahuan faktual, tetapi sifat dari
pengetahuan itu tergantung pada sifat kategori dari objeknya. Artinya, fakta yang disajikan
bisa berasal dari sejarah dan budaya. Puisi memiliki kompleksitas pengungkapan kepribadian
penyair. Kompleksitas tersebut menjadi bahan yang bisa diperluas menjadi dokumentasi dari
sebuah perjalanan hidup penyair dan dapat dikembangkan menjadi sebuah narasi yang
memiliki nilai ilmu pengetahuan.
Samosir (2013:18) menyatakan bahwa puisi ialah sebuah ciptaan manusia berupa ungkapan
jiwa yang ditampilkan secara ekspresif dituangkan dalam bentuk bahasa indah, kata-kata
estetis, rangkaian bunyi yang anggun dan memiliki daya tarik bagi para pembaca. Puisi
menjadi sarana untuk mengekspresikan perasaan penyair. Penyampaian ekspresi tersebut
menggunakan bahasa yang khas.
Wisang (2014:12) mengungkapkan bahwa puisi merupakan salah satu dari tiga bentuk genre
sastra yaitu prosa, puisi, dan drama. Puisi diartikan membuat dan pembuatan karena melalui
puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi
pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah
Berpijak dari pendapat para ahli di atas, dapat disintesiskan bahwa puisi adalah bentuk karya
sastra yang menggunakan kata- kata indah dan kaya makna. Keindahan puisi disebabkan
adanya diksi, majas, dan irama yang terkandung didalamnya. Puisi menggunakan kata-kata
sebagai media penyampaian untuk menghasilkan imajinasi. Hal tersebut merupakan usaha
untuk mengekspresikan penyair yang berisi pesan tertentu.
B. Jenis-jenis Puisi
1. Puisi lama
Puisi lama Indonesia terdiri dari mantra, pantun, karmina, seloka, gurindam, syair, dan
talibun. Hadirnya jenis-jenis puisi banyak dipengaruhi dengan tradisi keagamaan dan
kebudayaan tertentu.
Mantra
Mantra adalah ujaran lisan dengan rima yang ketat. Penyusunan bunyi-bunyian tersebut
tidak selalu mengedepankan arti. Mantra dimitoskan memiliki kekuatan gaib, oleh karena
itu, jenis puisi ini dijadikan sebagai bacaan untuk mengobati orang sakit.
Berikut contoh mantra yang dikutip dari salah satu bait puisi karya Sapardi Djoko Damono:
Gelang-gelang si gali-gali
2. Pantun
Pantun merupakan jenis puisi yang memiliki bentuk dan pola yang tetap. Bentuknya empat baris
untuk tiap baitnya. Masing-masing baris berpolakan a-b-a-b. Tiap baris tersebut, terdiri dari 8-12
suku kata.
Dalam pantun, dua baris berikutnya disebut isi. Pantun berdasarkan isinya dibagi menjadi pantun
anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, dan jenaka.
Contoh pantun:
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
3. Karmina
Karmina merupakan sejenis pantun tetapi isinya lebih pendek. Bentuknya yang pendek membuat
karmina juga disebut sebagai pantun kilat.
Jenis puisi ini juga memiliki pola yang tetap yang terdiri dari dua baris. Baris pertama dalam karmina
disebut sampiran dan baris kedua disebut isi.
Contoh karmina:
4. Seloka
Seloka merupakan puisi dengan pola a-a-a-a yang memiliki sampiran dan sisi. Namun selebihnya,
seloka mirip dengan pantun.
Contoh seloka:
5. Gurindam
Gurindam merupakan jenis puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari dua baris dengan pola a-a-
a-a. Isi gurindam adalah nasihat atau petuah. Berikut salah satu contoh gurindam:
6. Syair
Syair merupakan jenis puisi dengan ciri tiap bait berisi empat baris berpola a-a-a-a. Isi syair
adalah nasihat atau cerita yang berisi hikmah.
Contoh syair:
Contoh talibun:
Lihat Juga :
Puisi baru
Berbeda dengan puisi lama, puisi baru tidak mengenal pola dalam penyusunan
puisinya. Oleh sebab itu, pembagian puisi baru hanya terlihat seperti pembagian puisi
berdasarkan temanya, kecuali pada jenis balada.
Puisi baru Indonesia meliputi romansa, elegi, dan satire. Berikut penjelasannya.
1. Balada
Balada merupakan jenis puisi yang berbentuk kisahan atau cerita. Bentuknya yang
bercerita membuat jenis puisi ini memiliki alur, tokoh, dan latar cerita.
2. Himne
Himne merupakan jenis puisi yang berisi puja-puji kepada Tuhan, tanah air, atau
pahlawan.
3. Ode
Ode merupakan puisi jenis puisi yang berisi sanjungan kepada orang yang berjasa,
baik berjasa kepada dirinya maupun kepada tanah air.
4. Epigram
Epigram merupakan puisi yang berisi tuntunan, ajaran hidup, atau nasihat.
5. Romansa
Romance atau romansa merupakan puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih, baik
berbentuk perasaan rindu, cemburu, bahagia, dan sedih.
Salah satu contoh puisi romansa adalah sebagai berikut yang dikutip dari puisi
Sapardi Djoko Damono:
'Aku Ingin'
6. Elegi
Elegi merupakan puisi yang berisi perasaan sedih, tangis, duka, dan lara. Berbeda
dengan romansa, puisi jenis ini melingkupi perasaan yang lebih luas, misalnya
peperangan, bencana kemanusiaan, kemalangan nasib, dan lain-lain.
7. Satire
Satire merupakan puisi yang berisi sindiran atau kritikan. Sindiran atau kritikan
tersebut dapat ditujukan sebagai suatu kritik sosial terhadap masyarakat ataupun
terhadap pemerintahan.
atas baris-baris bukan bentuk paragraf seperti pada prosa dan dialog seperti pada naskah drama.
2. Diksi yang digunakan dalam puisi biasanya bersifat kias, padat dan indah.
5. Setting, alur dan tokoh dalam puisi tidak begitu ditonjolkan dalam pengungkapan
sebagainya.
1. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang terdapat di dalam karya sastra (puisi). Unsur intrinsik
terbagi menjadi dua yaitu, unsur batin dan unsur fisik. Aminuddin (1991:136) mengutarakan,
ada dua unsur utama dalam puisi, yakni bangun struktur puisi, serta unsur lapis makna puisi.
Pada bangun struktur puisi, disebutkan ada beberapa bagian yang membentuk bangun
struktur puisi, yakni bunyi, kata (termasuk di dalamnya pemilihan diksi dan gaya bahasa),
serta tipografi. Sedangkan dalam unsur lapis makna dibahas mengenai pemaknaan sebuah
puisi dari beberapa sudut pandang.
Pendapat lainnya muncul dari Waluyo (dalam Kosasih, 2008: 32) yang mengatakan bahwa
ada dua unsur utama dalam puisi, yakni unsur fisik, dan unsur batin. Dalam unsur fisik, fokus
bahasannya adalah diksi, imaji, kata konkret, majas, rima dan ritme, serta tipografi.
Sedang dalam unsur batin, terfokus pada tema, rasa, nada dan suasana, serta amanat.
Pada dasarnya puisi memiliki dua unsur besar atau unsur utama, yakni 1) unsur fisik atau
struktur fisik yang mana membahas bentuk fisik (yang tampak) dalam puisi, dan 2)
unsur batin atau struktur batin yang mana membahas bentuk non-fisik pada puisi.
Unsur Batin Puisi
a. Tema/Makna (Sense)
Tema merupakan unsur utama dalam puisi karena dapat menjelaskan makna yang ingin disampaikan
oleh seorang penyair dengan media berupa bahasa. Tema adalah pokok pikiran dasar untuk
mengembangkan dan membuat puisi.
b. Rasa (Feeling)
Rasa adalah sikap sang penyair terhadap suatu masalah yang diungkapkan dalam puisi. Pada
umumnya, ungkapan rasa ini sangat berkaitan dengan latar belakang sang penyair, misalnya agama,
pendidikan, kelas sosial, jenis kelamin, pengalaman sosial, dan lain-lain.
c. Nada (Tone)
Nada merupakan sikap seorang penyair terhadap audiensnya serta sangat berkaitan dengan makna
dan rasa. Melalui nada, seorang penyair dapat menyampaikan suatu puisi dengan nada mendikte,
menggurui, memandang rendah, dan sikap lainnya terhadap audiens. Nada juga berhubungan
dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada yang diinginkannya. Nada
juga digunakan penyair untuk bekerja sama dengan pembaca guna memecahkan masalah, atau
menyerahkan masalah begitu saja kepada pembacanya.
d. Amanat/Tujuan/Maksud (Intention)
Amanat yaitu pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau
pendengar. Amanat bias berupa anjuran, himbauan, ajakan, atau pelajaran hidup
yang dapat diambil dari puisi yang diciptakannya.
e. Imaji
Imaji adalah daya bayang penyair. Penyair juga sering menciptakan pengimajian
atau pencitraan dalam puisinya. Pengimajian dapat berupa kata atau rangkaian
kata-kata yang dapat memperjelas apa yang ingin disampaikan oleh penyair
karena menggugah rasa imajinasi pembaca melalui pengindraan.
f. Kata Konkret
Kata konkret adalah bentuk kata yang bisa ditangkap oleh indera manusia
sehingga menimbulkan imaji. Kata-kata yang digunakan umumnya berbentuk
kiasan (imajinatif), misalnya penggunaan kata "salju" untuk menjelaskan
kebekuan jiwa. Ada keinginan penyair untuk menggambarkan sesuatu secara lebih
konkret atau berwujud. Oleh karena itu, dipilih kata-kata yang membuat segala hal
terkesan dapat disentuh. Bagi penyair, hal itu dirasakan lebih jelas.
2. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik puisi adalah unsur yang terdapat di luar karya sastra (puisi).
Unsur ekstrinsik meliputi:
a. Unsur Biografi
Unsur biografi ini adalah latar belakang pengarang. Latar belakang cukup
berpengaruh dalam pembuatan puisi, misalkan penulis puisi yang latar
belakangnya berasal dari keluarga miskin, maka jika ia membuat puisi akan sangat
menyentuh hati para pembacanya, yang terbawa dari latar belakang penulis
sehingga mampu dikesankan dalam sebuah puisi.
b. Unsur Sosial
Unsur sosial sangat erat kaitannya dengan kondisi masyarakat ketika puisi itu
dibuat. Misalkan puisi itu dibuat ketika masa orde baru menjelang berakhir. Pada
saat itu kondisi masyarakat itu sedang sangat kacau dan keadaan pemerintahan
pun sangat carut-marut, sehingga puisi yang dibuat pada saat itu adalah puisi yang
mengandung sindiran-sindiran terhadap masyarakat.
c. Unsur Nilai
Unsur nilai dalam puisi meliputi unsur yang berkaitan dengan pendidikan, seni,
ekonomi, politik, sosial, budaya, adat-istiadat, hukum, dan lain-lain. Nilai yang
terkandung dalam puisi menjadi daya tarik tersendiri sehingga sangat
memengaruhi baik atau tidaknya puisi
Menurut zamannya puisi di bagi menjadi 2 (dua), yaitu: puisi lama dan puisi
baru. Puisi lama merupakan puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Puisi baru
adalah puisi bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi
jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri.
Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan
santun bahasa, memakai kata-kata yang makin kasar, ejekan, dan lain-lain.
Pemakaian kata-kata simbolik atau lambang intuisi, gaya bahasa, irama, dan
sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
B. Saran
Pelajarilah karya sastra dengan baik agar kita memperoleh pengetahuan
tentang karya sastra terutama puisi.
DAFTAR PUSTAKA
Kodrat Eko Putro Setiawan , M.Pd, Andayani ,M.Pd,2019, Strategi ampuh memahami makna puisi
teori Semiotika Michael Riffaterre dan penerapannya,Eduvision,Jawa Barat.
Aminuddin. 1995. Sekitar Masalah Sastra Beberapa Prinsip dan Pengembangannya. Malang :
Yayasan Asih Asah Asuh