Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Pesona Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm.

31- 42

PESAN-PESAN MORAL DALAM PISAAN DAN WAYAK

Muntazir
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Muhammadiyah Pringsewu
email: muntazir@gmail.com

Abstract

Through mass media, literture can be enjoyed both in spoken literture and written
literature. One of litertures which can be expressed orally is poetry. In this study, the
researcher tried to understand the moral messages of Lampung poetry, in nature
aspect and language methode. The Lampung poetry choosen is “Pisaan”which
originally from Way Kanan and “Wayak” from Liwa. Both of them are included in
Lampung Pesisir. The data analysis were focused on the from of Pisaan and Wayak
poetry which were analysed based on the moral messages that included physical
structure meaning and internal structure meaning.

Keywords: Moral Message, Poetry, Pisaan, Wayak, Lampung.

1. PENDAHULUAN segala kekuatan bahasa dan gagasannya


Karya sastra merupakan salah satu untuk melahirkan puisi.
bentuk hasil budaya manusia yang Bahasa dalam puisi membuka peluang
menggunakan bahasa sebagai media untuk ditafsirkan sesuai dengan berbagai
ungkapannya. Melalui media bahasa, makna yang menyertainya. Oleh sebab
sastra dapat dinikmati dalam suatu itu, dibutuhkan dari berbagai upaya agar
bentuk, baik sastra lisan maupun tulisan. pembaca dapat memahami makna puisi,
Salah satu karya sastra yang dapat sehingga karya puisi dapat dipahami oleh
diwujudkan dalam bentuk tulisan yaitu setiap pencinta karya sastra dan setiap
puisi. Puisi adalah bentuk karya sastra pembaca puisi memiliki hak untuk
yang indah. Sejak lahir puisi memang memberikan makna teks puisi yang
telah menunjukkan ciri-ciri khas seperti dihadapinya. Dalam mengungkapkan
yang kita kenal sekarang, meskipun puisi makna puisi diperlukan pengetahuan
selalu mengalami perkembangan dan tentang pendekatan analisis atau apresiasi
perubahan. Sejak dalam konsepnya, puisi yang dapat dilakukan dengan
seorang penyair telah mengonsentrasikan memahami struktur puisi.

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona


Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 31
Jurnal Pesona Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 31- 42

Karya sastra puisi adalah urutan bunyi manusia dengan objek, antara objek
yang menghasilkan makna, Wellek dan dengan objek lainnya, di dalam sebuah
Austin (1993:1960). Puisi adalah luapan totalitas komunikasi yang di dalamnya
perasaan yang spontan yang berpangkal juga digunakan totalitas bahasa. Hanya
pada emosi kemudian berpadu kembali dengan memperluas medan bahasa dan
dalam kedamaian. Menurut Herman J. medan semantik, penyair bersama-sama
Waluyo (2001 : 34) puisi adalah bentuk dengan dunia membangun komunikasi
karya sastra yang mengungkapkan bermakna. Perluasan medan bahasa,
pikiran dan perasaan penyair secara komunikasi dan semantika itu hanya
imajinatif dan disusun dengan dibangun melalui kekuatan imajinasi
mengkonsentrasikan semua kekuatan penyair. Di dalam perluasan semantik
bahasa dengan pengkonsentrasian inilah penyair mampu berkata-kata
struktur fisik dan struktur batinnya. dengan sebuah dunia yang di dalamnya
Sementara itu, menurut Blair dan belum adanya bahasa yang menjelaskan.
Chandler dalam Sumardjo, Jacob dan Dalam sebuah puisi, kita tidak hanya
Saini. KM, 1998: 3), puisi merupakan berhadapan dengan unsur kebahasan yang
upaya abadi untuk mengekspresikan jiwa meliputi serangkaian kata-kata indah,
sesuatu untuk menggerakkan tubuh yang namun juga merupakan kesatuan bentuk
kasar dan mencari kehidupan dan alasan pemikiran atau struktur makna yang
yang menyebabkan ada. hendak diucapkan oleh penyair. Pada
Berdasarkan pendapat para ahli, intinya puisi dibangun oleh dua unsur
peneliti menyimpulkan bahwa puisi pokok yaitu struktur fisik yang berupa
adalah ungkapan suatu perasaan melalui bahasa yang digunakan dan struktur batin
pengalaman-pengalaman yang dijadikan atau struktur makna yakni pikiran dan
sebagai suatu yang bermakna dengan perasaan yang diungkapkan oleh penyair.
menggunakan bahasa yang estetis serta Kedua unsur tersebut merupakan
menggunakan pengkonsentrasian struktur kesatuan yang mengikat keterjalinan dari
fisik dan struktur batinnya. Puisi juga semua unsur yang membentuk totalitas
memperluas medan komunikasi, sehingga makna yang utuh.
komunikasi tidak lagi sekedar antara Herman J. Waluyo (1996:25)
manusia dan manusia, tetapi juga antara mengemukakan bahwa dalam memahami

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona


Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 32
Jurnal Pesona Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 31- 42

puisi tidak terlepas dari pengetahuan berhubungan dengan ajaran moral


tentang unsur yang membangun karya tertentu yang bersifat praktis yang dapat
sastra itu, yaitu unsur ekstrinsik (fisik) diambil lewat karya sastra. Moral
yang meliputi diksi (diction), bahasa merupakan petunjuk yang sengaja
figuratif (figurative language), diberikan pengarang tentang kehidupan
pengimajian, kata konkret (the concrete yang ideal.
word), versifikasi (rima, ritma dan Jenis ajaran moral mencakup masalah
metrum), dan tata wajah (Tipografi), yang sangat luas, seluas kehidupan
sedangkan unsur instrinsik (batin) manusia itu sendiri, yaitu seluruh
meliputi tema (sense), perasaan (feeling), persoalan yang menyangkut harkat dan
nada (tone) dan amanat (intention). martabat manusia. Secara garis besar
Moral merupakan tinjauan dari aspek persoalan hidup itu dapat dibedakan ke
isi dalam karya sastra. Moral merupakan dalam ”Hubungan manusia dengan
sesuatu yang ingin disampaikan oleh dirinya, hubungan manusia dengan
pengarang kepada pembaca. Secara manusia lain dalam lingkup sosial
umum menyarankan kepada pengertian termasuk hubungan dengan lingkungan
(ajaran baik buruk) yang diterima umum alam, dan hubungan manusia dengan
menenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan Tuhan (Burhan N., 2009:323)”.
sebaginya; akhlak, budi pekerti, susila Kehadiran religius dan keagamaan
(KBBI, 2009:889). Pandangan seseorang dalam sastra adalah suatu keberadaan
tentang moral, nilai-nilai, dan karya sastra itu sendiri. Bahkan, sastra
kecenderungan-kecenderungan biasanya tumbuh dari sesuatu yang bersifat
dipengaruhi oleh pendangan hidup. relegius. Pada awal mula sastra adalah
Moral dalam karya sastra biasanya religius (Mangunwijaya dalam Burhan N,
mencerminkan pandangan hidup 2009:326). Agama lebih menunjukkan
pengarang yang bersangkutan, kepada kelembagaan kebaktian kepada
pandangannya tentang nilai-nilai Tuhan dengan hukum-hukum yang resmi.
kebenaran, dan itulah yang ingin Relegiusitas melihat aspek yang di lubuk
disampaikan pengarang (Burhan N, hati, riak getaran nurani pribadi, totalitas
2009:321). Moral yang dimaksudkan kedalaman pribadi manusia. Seorang
adalah sebagai suatu saran yang relegius adalah orang yang mencoba

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona


Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 33
Jurnal Pesona Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 31- 42

memahami dan menghayati hidup dan Dalam artikel ini peneliti berupaya
kehidupan ini lebih dari sekedar yang untuk memahami pesan-pesan moral
lahiriah saja. Jadi, moral religius puisi daerah Lampung. Untuk
menjunjung tinggi sifat-sifat manusiawi, memahaminya dilakukan pendekatan
hati nurani yang dalam, harkat dan analisis struktur puisi, yaitu dari aspek
martabat serta kebebasan pribadi yang hakikat dan metode. Sementara itu, puisi
dimiliki oleh manusia. yang dipilih adalah puisi ”pisaan” yang
Pesan moral dapat berwujud pesan berasal dari daerah Wai Kanan dan
kritik sosial. Wujud kehidupan sosial ”Wayak” yang berasal dari daerah Liwa,
yang dikritik dapat bermacam-macam keduanya masih dalam dalam satu
seluas lingkup kehidupan sosial itu rumpun Lampung Pesisir.
sendiri. Sastra yang mengandung pesan
kritik biasanya lahir di tengah masyarakat 2. PEMBAHASAN
jika terjadi sesuatu yang kurang baik a. Pisaan
dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Ilak – ilukni sungai
Pengarang umumnya tampil sebagai Nyak gila pandai reti
pembela kebenaran dan keadilan, ataupun Niku ngunut galih wai
sifat-sifat kemanusiaan yang lain. Sai benar batang hari
Puisi daerah Lampung pada dasarnya Radu kena pungguk
adalah puisi yang berkembang dan Mak guna helau bunyi
dipelihara oleh masyarakat Lampung Niku burung di laok
dengan cara diwariskan dari generasi ke Mak kurang batang hari
gernerasi berikutnya. Pewarisan ini tentu Nyeberang biduk batu
mempunyai tujuan yang luhur yaitu nilai- Cawang pulappah lihai
nilai budaya asli daerah tetap hidup di Penebong bulung layu
lingkungan masyarakat Lampung. Jak kapan dapok sampai
Melalui pesan-pesan dalam puisi, nilai- Cak hulun mak tipakai
nilai luhur yang terkandung diwariskan Nyawik bintang di langik
seperti Pesan Moral dalam karya sastra Siji ku abai-abai
termasuk di dalam puisi. Pembuyu lancang jahik

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona


Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 34
Jurnal Pesona Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 31- 42

Terjemahan: Sekam luwar jak pekon


Liku-likunya sungai Olehni nuntut ilmu
Saya sungguh tahu maknanya Mirak gegoh di hulun
Kau mencari terasnya air Lain olehni mampu
Yang benar sungai Terjemahan:
Sudahlah burung pungguk Air tempat bermain ituk
Tak guna merdukan suara Tempat mandi kayu merawan
Engkau burung dilaut Sengsara dari kecil
Takan kurang di sungai Setelah besar kurang beruntung
Nyeberang perahu batu Sengsara dari kecil
Tiang layarnya lidi Pergi mengasingkan diri
Meluruskan daun layu Sanak saudara ditinggalkan
Sampai kapan dapat terwujud Menuntut yang berguba kelak
Ucapan orang tidak dihiraukan Sanak saudara ditinggalkan
memetik bintang di langit Entah kapan akan kembali
Ini yang kucoba Kami keluar dari kampung halaman
Penjolok batang jahe Penuh harap akan berhasil
Kami keluar dari kampung
b. Wayak halaman
Wai lunik kicak itik Karena menuntut ilmu
Pangkalan kayu merawan Ingin seperti orang lain
Musakik kanjak lunik Bukan karena mampu
Balak kurang bagian
Musakin kanjak lunik 1) Makna puisi dilihat dari struktur
Lijung ngebuang diri fisik puisi
Minak muwari tipik a) Diksi (Pilihan Kata)
Nuntut sai beguna nanti Kata-kata yang dipilih oleh
Minak muwari tipikkon pengarang dalam puisi ”Pisaan”
Induh kapan ga mulang menggunakan kata konotatif serta
Sekom luwar jak pekon mengandung nada perjuangan yang
Kalau nihan musenang optimis meskipun peluang sedikit. Hal

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona


Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 35
Jurnal Pesona Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 31- 42

tersebut dipantulkan dalam biduk batu, sebagai kiasan yang cukup


cawang, pulappah lihai, penebong menghidupkan suasana serta lambangnya
bulung layu, pembuyu, lancang jahik. juga dapat menghidupkan karena tidak
Kata-kata dalam puisi ini yang termasuk mengganggu keharmonisan komposisi
dalam kata konotatif. Hal ini dapat dilihat puisinya. Majas yang digunakan pada
pada bait ke-1, bait ke-2, bait ke-3, dan puisi ”Pisaan” dan ”wayak” yaitu:
bait ke-4 pada puisi pisaan di atas. (1) Majas Metafora
Kata-kata yang digunakan dalam Majas metafora yang terdapat pada
wayak lebih didominasi makna denotasi. puisi ini yaitu:
Makna yang terkandung di dalam wayak Ilak –ilukni sungai
menunjukkan bahwa tantangan dalam (liku-likunya sungai)
mengarungi kehidupan harus Nyak gila pandai reti
dimenangkan dan untuk menggapainya (saya sungguh tahu maknanya)
harus dengan ilmu. Hal tersebut terpancar Niku ngunut galih wai
dalam kata mesakik, kurang bagian, (Kau mencari terasnya air)
tepik, luar jak pekon (Sengsara, miskin, Sai benar batang hari
terlantar, keluar dari kampung halaman) (Yang benar sungai)
perjuangan harus dimenangkan seperti
dalam luar jak pekon (meninggalkan - Ilak-ilukni sungai, Nyak gila pandai
kampung halaman), nuntut ilmu, kalau reti
mu senang (semoga bahagia, mirak Artinya: Liku-liku kekehidupan, agar
(ingin, gegoh (sama) lain mampu (bukan dimengerti dan dimaknai
karena mampu). Hal tersebut tertuang - Niku ngunut galih wai , sai benar
dalam bait ke-1, bait ke-2, bait ke-3, dan batang hari
bait ke- 4. Artinya: Jika kita ingin mencari arti
sebuah perjalanan kehidupan,
b) Bahasa Figuratif (Majas) sebagaimana pada perjalanan sebuah
Bahasa figuratif yang digunakan juga sungai dalam mencapai tujuan.
cukup memperjelas dan tidak - Nyeberang biduk batu, cawang
mengganggu pemahaman makna. pulappah lihai
Ungkapan-ungkapan dapat kita pandang

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona


Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 36
Jurnal Pesona Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 31- 42

Artinya: Dalam mencapai tujuan Ilak –ilukni sungai


perjalanan bagaikan menyeberang liku-likunya sungai
menggunakan perahu batu dan dibantu Radu kena pungguk
tiang layar dari lidi, betapa lemahnya Sudahlah burung pungguk
kemampuan manusia, namun petapapun Mak guna helau bunyi
sulitnya hidup harus tetap berjalan, usaha Tak guna merdukan suara
mesti maksimal meskipun jalan yang Nyeberang biduk batu
ditempuh begitu sulit, peluang Nyeberang perahu batu
keberhasilan minim, tetapi syariat mesti Cawang pulappah lihai
dijalankan. Tiang layarnya lidi

(2) Majas Personifikasi Pada bait tersebut bermaksud bahwa


Majas personifikasi pada puisi liku-liku hidup sebagai dinamika
”Pisaan” mapun ”Wayak” tidak kehidupan harus dijalani sebagimana
ditemukan. perjalanan sungai/batanghari yang tidak
(3) Majas Repetisi (pengulangan kata, kenal berhenti dalam mencapai tujuan.
frase, atau baris tertentu untuk Pada ”Wayak” imaji visual tampak pada
memberikan penekanan) ”Balak kurang bagian” (besar kurang
Dalam puisi pisaan tidak terdapat beruntung), keadaan ini terlihat keadaan
pengulangan kata, frase, atau baris yang tidak juga berubah dalah kehidupan
tertentu untuk memberikan penekanan. sosiaanya. Pada puisi ini juga terdapat
Tetapi pada ”wayak” repetisi dilakukan imaji taktil (cita rasa) yang terdapat pada
secara sistematik, baris ketiga pada bait bait ke-4 yang berbunyi:
pertama akan diulang menjadi baris Cak hulun mak tipakai
pertama pada bait berikutnya, demikian Ucapan orang tidak dihiraukan
berulang hingga selesai. Nyawik bintang di langik
memetik bintang di langit
c) Pengimajian Siji ku abai-abai
Pada puisi “Pisaan” ini terdapat imaji Ini yang kucoba
visual, imaji auditif Hal ini dapat dilihat
pada kutipan puisi pada yang berbunyi:

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona


Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 37
Jurnal Pesona Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 31- 42

Pada bait ke-4 bermaksud bahwa memaknainya), /penebong bulung layu,


suatu perasaan kecewa yang dalam atas Jak kapan dapok sampai/ (menegakkan
diabaikannya semua ucapan yang daun layu, kapan dapat berhasil).
dilakukan ibarat ”Nyawik bintang di Ilustrasi tersebut memperjelas betapa sulit
langik” bagai memetik bintang dilangit menegakkan kebenaran dalam hidup
yaitu usaha yang sia-sia. Pada Wayak
bait pertama baris ketiga ”mesakik kanjak (2) Versifikasi (Rima dan Ritma)
lunik” kemiskinan baik harta mapun ilmu Puisi ini menggunakan rima akhir dan
digambarkan dengan sakit, tanpa daya, menurut susunannya menggunakan rima
lemah. Pada puisi ini juga terdapat imaji perulangan dengan pola yang sama setiap
auditif (suara) yang terdapat pada bait ke- baitnya yaitu /ab ab/ sebagaimana
2 baris ke-2 yang berbunyi : lazimnya dalam puisi lama jenis pantun,
Radu kena pungguk ,mak guna helau baik dalam “wayak” mapun dalam
bunyi. Maksud dari baris tersebut bahwa “Pisaan”.
jangan terlalu tinggi berharap dan
malakukan pekerjaan yang di luar (3) Tata Wajah (Tipografi)
kemampuan yang akan menghasilkan sia- Tata wajah (Tipografi) puisi ini
sia dan kekecewaan, setelah orang tahu adalah tipografi puisi konvensional,
bahwa apa yang dilakukan penuh kepura- artinya tidak menyimpang dari tipografi
puraan. puisi pada umumnya seperti yang
terdapat pada bait ke-1, bait ke-2, bait ke-
(1) Kata Konkret 3 dan bait ke 4 dari kedua puisi di atas.
Kata konkret tersebut dapat
menimbulkan pengimajian dalam 2) Makna puisi dilihat dari struktur batin
bayangan pembaca. Jadi, dalam puisi ini puisi yaitu :
penyair menggambarkan keadaan batin a) Tema
seseorang dalam ketegunan hati dalam Pada puisi “Pisaan” bertema
mencapai cita, yang dikonkretkan perjuangan mencapai cita-cita. Dengan
dengan /ilak ilukni sungai/ nyak gila filosofi tentang kehidupan seperti ”Galih
pandain reti/ (Kehidupan bagaikan liku- wai”, bahwa dalam mengarungi perjalan
liku sungai, saya (kita) dapat hidup penuh dengan liku-liku, untuk

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona


Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 38
Jurnal Pesona Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 31- 42

meraih keberhasilan seseorang dituntut tingginya agar derajat kehidupan


untuk arif dalam menyikapi situasi. Hal seseorang dapat berubah tinggi.
ini terdapat pada bait ke-1 yang berbunyi:
b) Perasaan
Ilak –ilukni sungai Perasaan yang diungkapkan pada
liku-likunya sungai puisi Pisaan dan Wayak yaitu perasaan
Nyak gila pandai reti prihatin dengan hidup yang dialami.
saya sungguh tahu maknanya Kesulitan, peluang keberhasilan yang
Niku ngunut galih wai kecil tetap dapat diwujudkan asalkan
Kau mencari terasnya air dapat menyiasatinya dengan petunjuk
Sai benar batang hari yang benar. Hal ini terdapat pada bait ke-
Yang benar sungai 4 yang berbunyi :
Pada puisi Wayak memiliki tema yang
sejalan dengan tema pada Pisaan. Puisi Minak muwari tipikkon
Wayak temanya adalah perjuangan Sanak saudara ditinggalkan
mengubah nasib. Hal ini tampak pada Induh kapan ga mulang
bait ke-4, yaitu: Entah kapan akan kembali
Sekom luwar jak pekon
Sekam luwar jak pekon Kami tinggalkan kampung halaman
Kami keluar dari kampung halaman Kalau nihan musenang
Olehni nuntut ilmu Penuh harap akan berhasil
Karena menuntut ilmu
Mirak gegoh di hulun c) Nada
Ingin seperti orang lain (yang sukses) Nada puisi Pisaan dan Wayak adalah
Lain olehni mampu nada bercerita dengan penuh kegalauan
Bukan karena mampu hidup dalam meraih kesuksesan dalam
menggapai tujuan. Penyair menceritakan
Nasib dapat diubah oleh manusia betapa sulitnya hidup tanpa landasan
mana ada usaha yang sungguh-sungguh. yang kokoh. Betapa besarnya kendala
Caranya dengan menuntut ilmu setinggi- yang menerpa, semua dapat diatasi jika
berlandaskan pada penguasaan ilmu.

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona


Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 39
Jurnal Pesona Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 31- 42

Hal ini terdapat pada bait ke-1, dalam yang dimaksudkan adalah suatu saran
Pisaan dan bait ke- 4 dalam Wayak. yang disampaikan melalui puisi yang
berhubungan dengan petunjuk dalam
menyikapi sesuatu dalam hidup dan
Ilak –ilukni sungai kehidupan.
liku-likunya sungai Dalam puisi ini, isi puisi Pisaan adalah
Nyak gila pandai reti agar manusia dapat menggunakan
saya sungguh tahu maknanya lambang-lambang ciptaan Tuhan sebagai
Niku ngunut galih wai petunjuk. Pesan moral tersebut adalah
Kau mencari terasnya air sebagai berikut.
Sai benar batang hari a) Untuk mencapai tujuan seseorang
Yang benar sungai perlu petunjuk atau ilmu sebagai
pegangan. Hal ini terdapat pada bait
Minak muwari tipikkon pertama yaitu; /Niku Ngunut Galih
Sanak saudara ditinggalkan wai/ Sai benor batanghari/ (Jika kamu
Induh kapan ga mulang mencari teras air/ yang benar adalah
Entah kapan akan kembali sungai).
Sekom luwar jak pekon b) Jujurlah dalam segala hal jangan
Kami keluar dari kampung halaman berpura-pura sebab akan berdapak
Kalau nihan musenang negatif bagi diri sendiri maupun bagi
Penuh harap akan berhasil orang lain. Hal ini tertuang dalam bait
ke-2 yaitu /Radu kena pungguk/ mak
3) Pesan-pesan Moral dalam Pisaan dan guna helau bunyi/ niku burung
Wayak duilawok/ mak kurang batanghari/
Moral dalam karya sastra biasanya (sudahlah hai burung pungguk/ tak
mencerminkan pandangan hidup guna memerdukan suara/ (merasa diri)
pengarang yang bersangkutan, burung dilaut/ tidaklah kurang burung
pandangannya tentang nilai-nilai di sungai).
kebenaran, dan itulah yang ingin c) Pesan moral selanjutnya adalah
disampaikan pengarang (Burhan N, pantang berputus asa. Usaha dalam
2009:321). Puisi Pisaan pesan moral menjalani kehidupan harus maksimal

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona


Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 40
Jurnal Pesona Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 31- 42

meskipun hasil yang diperoleh beguna nanti/ (Menderita sejak kecil/


kemungkinan minim. Hal ini tertuang besar kurang beruntung/ (Sanak
dalan bait ke-3 yaitu /Nyeberang biduk saudara ditinggalkan/ mencari yang
batu/ cawang pulappah lihai/ berguna kelak/)
Panebong bulung layu/ Jak kapan b) Dalam mencapai cita-cita/tujuan pasti
dapok sampai/ (menyeberang perahu ada pengorbanan baik bagi dirinya
batu/ tiang layar dari lidi/ maupun bagi makhluk yang ada di
menegaggkan daun layu/ kapan dapat sekelilingnya. Hal ini terdapat dalam
sampai/. bait ke-4 berikut.
d) Ikuti semua petunjuk hidup (ilmu /Sekam luwar jak pekon (Kami keluar
pengetahuan) jangan mengutamakan dari kampung halaman)/ Olehni nuntut
egois pribadi agar terjaga ilmu (Karena menuntut ilmu)/ Mirak
keseimbangan dalam hidup. /Cak gegoh di hulun (Ingin seperti orang
hulun mak tipakai/ nyawik bintang lain)/ Lain olehni mampu (Bukan
dilangik/ siji kuabai-abai/ pembuyu karena mampu)/.
lancang jahik/ (perkataan orang tidak
3. SIMPULAN
diindahkan/ memetik bintang di langt/
Puisi itu mengekpresikan pemikiran
inilah yang kulaklukan/ (bagai)
yang membangkitkan perasaan, yang di
menjolok dengan batang jahe/.
dalamnya tersirat pesan-pesan moral.
Pesan moralnya yang terkandung dalam
Pesan moral yang terdapat dalam
”pisaan” bahwa dalam hidup seseorang
Wayak adalah sebagai berikut.
perlu pandangan dan sikap hidup yang
a) seseorang tidak akan berubah nasibnya
mampu menuntun untuk hidup jujur,
manakala manusia tidak berusaha
tidak kenal menyerah, dan terhindar dari
untuk mengubahnya. Agar usaha
sifat-sifat egois.
menjadi mudah hanya dapat dilakukan
Pada puisi ”Wayak” terkandung pesan
dengan mengusai ilmu pengetahuan
moral bahwa manusia tidak boleh
yang berguna. Hal Ini tertuang dalam
menyerah dengan dalih nasib, usaha
bait ke-1 dan ke-2 yaitu /Mesakik
harus maksimal, konsekuensi dalam
kanjak lunik/ Balak kurang bagian/,
menggapai cita-cita atau tujuan adalah
/Minak muwari tipik/ nuntut sai

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona


Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 41
Jurnal Pesona Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 31- 42

pengorbanan baik perasaan, waktu, harta


bahkan nyawa dipertaruhkan.

4. DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 2009. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Hilman Hadikusuma. 1982. Bahasa dan


Sastra Budaya Lampung. Bandar
Lampung.

Herman J. Waluyo. 1996. Teori dan


Apresiasi Puisi. Bandung: Pustaka
Jaya.

Nurgiantoro, Burhan, 2009: Teori


Pengkajian Fiksi, Gajan Mada
University Press, Yogyakarta

Rene Wellek & Austin Werren, 1993,


Teori Kesusastraan, Jakarta,
Gramedia.

Sumardjo, Jacob dan Saini. KM, 1998.


Apresiasi Kesusateraan. Jakarta:
Gramedia

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona


Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 42

Anda mungkin juga menyukai