Dalam kehidupan sehari-hari, kita memerlukan suatu media atau alat untuk
menyampaikan pesan kepada orang lain. Alat yang paling sering dan mudah digunakan adalah
bahasa. Selain dapat mendeskripsikan sesuatu dengan jelas, bahasa juga dimiliki dan dikenal
oleh individu sejak lahir. Sehingga, seseorang tidak memiliki banyak kesulitan dalam
penggunaannya.
Teks sastra sebagai media komunikasi dapat diungkapkan melalui berbagai karya, salah
satunya adalah puisi. Kemampuan seseorang dalam sastra bisa kita lihat dari bahasanya,
termasuk bagaimana orang tersebut mengolah kata untuk mendeskripsikan apa yang
dipikirkannya. Dan kita juga akan lebih menikmati sastra yang diciptakan seseorang yang ahli di
bidangnya. Sastra menjadi bahasa untuk berkomunikasi dengan bidang-bidang lainnya yang
berkembang sesuai dengan perubahan masyarakat dimana ia hidup. satu wujud karya seni yang
bermediumkan bahasa. karya sastra merupakan komunikasi antara sastrawan dan pembacanya.
sastrawan dalam menyampaikan idenya tidak bisa dipisahkan dari latar belakangnya dan
lingkungannya (alam semesta) (Wahyudi:178). dalam sastra juga memasukkan prinsip-prinsip
komunikasi, seperti komunikator, media atau saluran, komunikan, pengaruh, dan umpan balik.
Secara sederhana karya sastra dapat dikatakan sebagai sarana untuk berkomunikasi.
Karya sastra berisi tentang makna dan nilai-nilai bahkan pendapat-pendapat yang dikemukakan
oleh pengarang, dan berisi suatu misi tertentutu dari pengarang. Misi ini menjadi sebuah nyawa
dalam karya sastra yang membuat karya sastra terasa hidup setelah dibaca dan dipahami
maknanya. Komunikasi sastra merupakan komunikasi tertinggi, sebab mekanisme unsur-unsur
yang paling luas. Schmidt misalnya, menjelaskan bahwa komunikasi sastra melibatkan proses
total yang meliputi : 1) Produksi teks, yaitu aktivitas pengarang dalam menghasilkan teks
tertentu; 2) Teks itu sendiri dengan berbagai problematikanya; 3) Transmisi teks, yaitu melalui
editor, penerbit, toko-toko buku, dan pembaca; dan 4) Penerima teks, yaitu melalui aktivitas
pembaca (Ratna, 2003:136). Jadi untuk mengetahui nilai yang tersirat dalam karya sastra, perlu
kiranya mempertimbangkan hubungan karya sastra dengan proses produksi dan konsumsi sastra
di samping teks yang tertuang dalam karya sastra, lalu mencermati penjelasan dalam teks sastra.
Komunikasi senantiasa membutuhkan lebih dari satu elemen. Dalam hal ini, dapat kita
sebutkan sender (pengarang), receiver (pembaca atau penikmat), media (karya
sastra), dan message (nilai-nilai yang terkandung di dalam karya). Nilai-nilai yang
dikomunikasikan bukan hanya sekedar makna puisi, tetapi juga nilai dan pesan moral, yang
terkandung di dalam tiap bait puisi, baik itu secara eksplisit maupun secara implisit. Para
pengarang memilih “ber-sastra” untuk mengkomunikasikan makna dan nilai. Makna-makna
tertera pada ungkapan-ungkapan, dan nilai-nilai yang hanya akan bisa ditemukan melalui proses
konkretisasi. Dengan demikian, sastra adalah strategi komunikasi.