KARAKTERISTIK SASTRA
Disusun oleh
1. Agus Zan Krisman Waruwu.
NIM.212124004.
2. Friska Sotania Bate’e.
NIM. 212124041.
3. Sesiwarniwati Gulo.
Nim. 212124091.
Dosem pengampu
Yanida Bu’ulolo S.Pd.,M.Pd.
Kelompok I.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2
A. Pengertian sastra........................................................................................ 2
B. Fungsi dan manfaat sastra ......................................................................... 3
C. Konsep dasar sastra ................................................................................... 4
D. Karakteristik sastra .................................................................................... 9
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 14
A. Kesimpulan ............................................................................................... 14
B. Saran .......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Melalui karya sastra,
seorang pengarang dapat menuangkan pikiran dan hasil imajinasinya berupa
tulisan maupun lisan. Karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang mengandung
nilai-nilai dan norma yang dapat dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang pengarang menggunakan karya sastra untuk menyampaikan
pandangannya tentang kehidupan yang ada di sekitarnya. Sastra merupakan hasil
dari proses pengolahan jiwa pengarangnya, dihasilkan melalui proses perenungan
yang panjang mengenai hakikat hidup dan kehidupan. Sastra ditulis dengan penuh
penghayatan dan sentuhan jiwa yang dikemas dalam imajinasi yang dalam tentang
kehidupan.
Karya sastra lahir karena adanya keinginan dari pengarang untuk
mengungkapkan eksistensinya yang berisi ide, gagasan, dan pesan tertentu yang
diilhami oleh imajinasi dan realitas sosial budaya pengarang serta menggunakan
media bahasa sebagai penyampainya. Karya sastra merupakan fenomena sosial
budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya satra lahir dari
pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa pengarang secara
mendalam melalui proses imajinasi.
B. Rumusan masalah.
1. Apa pengertian sasta?
2. Apa saja fungsi dan manfaat sastra?
3. Bagaimana konsep dasar sastra?
4. Bagaimana kaakteristik sastra?
C. Tujuan.
1. Mengetahui pengertian sastra.
2. Mengeahui fungsi dan manfaat sastra.
3. Mengetahui konsep dasar sastra.
4. Mengetahui karakteristik dari sastra.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian sastra.
Kata “Sastra” dalam Bahasa Indonesia, sebenarnya mengambil istilah dari
bahasa Sansekerta yaitu “shastra”. Kata “sas” memiliki makna instruksi atau
pedoman, dan “tra” berarti alat atau sarana. Sastra merupakan salah satu hasil dari
cipta, rasa dan karsa manusia. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya
seni.
Karya sastra merupakan media bagi pengarang untuk menuangkan dan
mengungkapkan ide-ide hasil perenungan tentang makna dan hakikat hidup yang
dialami, dirasakan dan disaksikan. Seorang pengarang sebagai salah satu anggota
masyarakat yang kreatif dan selektif ingin mengungkapkan pengalamannya dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari kepada para penikmatnya.
Sebagai karya seni bermediumkan, sastra berisi ekspresi pikiran spontan dari
perasaan mendalam penciptanya. Ekspresi tersebut berisi ide, pandangan,
perasaan, dan semua kegiatan mental manusia, yang diungkapkan dalam bentuk
keindahan. Sementara itu, bila ditinjau dari potensinya, sastra disusun melalui
refleksi pengalaman, yang memiliki berbagai macam bentuk representasi
kehidupan. Sebab itu, sastra merupakan sumber pemahaman tentang manusia,
peristiwa, dan kehidupan manusia yang beragam.
Ada 2 unsur utama dalam karya sastra yaitu :
1. Isi, yaitu sesuatu yang merupakan gagasan/pikiran, perasaan, pengalaman,
ide, semangat, dan tanggapan pengarang terhadap lingkungan kehidupan
sosial yang ingin disampaikan pengarang terhadap pembaca;
2. Bentuk, yaitu media ekspresi yang berbentuk seni sastra, yang pada
umumnya bermediumkan bahasa beserta unsur-unsur yang mendukung
totalitas makna yang terkandung di dalamnya.
Sastra sebagai refleksi kehidupan berarti pantulan kembali
problem dasar kehidupan manusia, meliputi: maut, cinta, tragedi,
harapan, kekuasaan, pengabdian, makna dan tujuan hidup, serta hal-
hal yang transedental dalam kehidupan manusia. Problem kehidupan
itu oleh sastrawan dikonkretisasikan ke dalam gubahan bahasa baik
2
3
dalam bentuk prosa, puisi, maupun lakon (drama). Jadi membaca karya
sastra berarti membaca pantulan problem kehidupan dalam wujud
gubahan seni berbahasa (Santosa, 1993:40).
Dengan demikian, karya sastra adalah suatu hasil karya seni baik
lisan maupun tertulis yang –lazimnya-- menggunakan bahasa sebagai
mediumnya dan memberikan gambaran tentang kehidupan dengan
segala kompleksitas, problema, dan keunikannya baik tentang cita-cita,
keinginan dan harapan, kekuasaan, pengabdian, makna dan tujuan
hidup, perjuangan, eksistensi dan ambisi manusia, juga cinta, benci dan
iri hati, tragedi dan kematian, serta hal-hal yang bersifat transedental
dalam kehidupan manusia. Jadi, karya sastra mengungkapkan gagasan
pengarang yang berkaitan dengan hakikat dan nilai-nilai kehidupan,
serta eksistensi manusia yang meliputi dimensi kemanusiaan, sosial, kultural,
moral, politik, gender, pendidikan maupun ketuhanan atau religiusitas.
B. Fungsi dan manfaat sastra.
Pendapat klasik mengenai fungsi sastra memiliki fungsi menghibur dan
berguna Dengan ungkapan yang berbeda, menyatakan bahwa fungsi sastra adalah
didactic heresy: menghibur sekaligus mengajarkan sesuatu. Jadi, sastra di samping
memberikan kesenangan kepada para pembacanya juga berdaya guna atau
bermanfaat bagi kehidupan batiniah. Pendek kata, sastra berguna untuk
memberikan hiburan sekaligus berguna bagi pengayaan spiritual atau menambah
khasanah batin. Hal itu dapat dipahami, mengingat sastra merupakan wahana
untuk memberikan tanggapan personal tentang isu-isu dalam kehidupan.
Berdasarkan fungsi sastra di atas, ada berbagai manfaat yang dapat diberikan
oleh cipta sastra. Berbagai manfaat yang diperoleh dari karya sastra ini adalah
sebagai berikut.
1. Sastra sebagai Ilmu Artinya sastra sebagai salah satu disiplin ilmu yang
bersifat konventif yang diajarkan di bangku sekolah secara formal, dalam
sub bidang bahasa Indonesia.
2. Sastra sebagai Seni Sastra memiliki semboyan dulce et utile (menghibur
dan berguna). Jadi, sastra di samping memberikan kesenangan kepada para
pembacanya juga berdaya guna atau bermanfaat bagi kehidupan
4
yang terkenal di masa ini, yaitu Nur Iskandar Muda. Nur Iskandar Muda
banyak menghasilkan karya sastra pada periode ini.
Karakteristik atau ciri karya pada periode ini, yaitu gaya bahasa
yang digunakan diungkapkan secara peribahasa, menggunakan alur lurus.
Alur lurus atau alur maju adalah rangkaian peristiwa yang diceritakan
berdasarkan urutan waktu (kronologis). Selain itu, cerita yang ditulis
berdasarkan dengan realita kehidupan pada masa itu. Puisi pada masa ini
berbentuk syair dan pantun.
3. Angkatan Pujangga Baru.
Angkatan Pujangga Baru merupakan sebagai reaksi atau bentuk
protes dari kebijakan balai pustaka. Sastra pada masa ini lebih bersifat
nasionalisme dan kebangsaan. Oleh karena itu, para sastrawan angkatan
ini terdiri dari berbagai keanekaragaman yang ingin membentuk sebuah
kebudayaan persatuan kebangsaan Indonesia. Bahasa yang digunakan
adalah melayu modern dan sudah meninggalkan bahasa klise serta
membuat gaya bahasa sendiri sehingga memunculkan tema baru yaitu
berupa masalah yang kompleks tidak lagi seputar adat. Tema emansipasi
wanita dan kehidupan kaum intelek lebih ditonjolkan pada angkatan ini.
4. Angkatan 1945.
Pada angkatan ini keadaan sastra sangat berbeda dengan tahun-
tahun sebelumnya karena sastra angkatan 45 lahir di tengah pergolakan
politik yang kuat dan itu mempengaruhi corak sastra yang berkembang.
Sastra angkatan 45 ini disebut juga sebagai angkatan Chairil Anwar,
karena beliau sangat berpengaruh pada dalam membentuk angkatan 45.
Pada periode diwarnai dengan banyaknya karya-karya puisi atau sajak.
Para pengarang di era ini lebih bersifat bebas atau lebih berekspresi tanpa
harus mengikuti aturan-aturan yang ada. Contohnya pada puisi Chairil
Anwar yang ditulis pada masa ini adalah puisi bebas yang tidak terikat
oleh struktur dari puisi itu sendiri seperti jumlah baris dan suku kata
karena puisi pada masa ini lebih mementingkan isi. Selain itu, pada
angkatan ini pengarang lebih realistis atau dengan apa adanya tanpa
ditambah emosi dan harapan. Dan lebih berpandangan luas.
12
5. Angkatan 1950.
Pada angkatan ini dipengaruhi oleh partai politik dan menganut
sistem parlementer sehingga setiap partai politik memiliki lembaga
kebudayaan sendiri, seperti PKI dengan lembaga kebudayaannya, yaitu
Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat). Lekra ini bersemboyan "seni untuk
rakyat" dan "politik sebagai panglima" yang mengakibatkan terjadinya
perpecahan antara diantara kalangan sastrawan di Indonesia. Kondisi
tersebut berdampak besar pada kesusastraan Indonesia karena berhentinya
perkembangan sastra yang diakhiri dengan tragedi G30S PKI. Karya sastra
yang paling banyak perkembangan adalah cerpen, balada, dan puisi.
Angkatan ini tidak jauh berbeda dengan angkatan 45 bahkan bisa dibilang
bahwa angkatan 50 adalah lanjutan dari angkatan 45 yang membedakan
hanyalah situasi atau latar belakang pada masa itu.
6. Angkatan 1970.
Angkatan ini ditandai dengan perkembangan puisi kontemporer.
Puisi pada angkatan 70 memiliki kekhasan tersendiri, yaitu dari segi
bentuk dan pemakaian kata. Pada awal 70-an muncul puisi yang bercorak
baru, yaitu puisi mantra, puisi mbeling, puisi imajis, dan puisi prosais.
Dalam periode ini pengarang berusaha melakukan sebuah cara untuk
keluar dari batasan yang telah ada, seperti prosa dalam bentuk cerpen dan
pengarang sudah mulai berani membuat cerpen hanya dengan 1-2 kalimat
dengan demikian terlihat seperti sajak. Perkembangan sastra di angkatan
ini sangat bebas untuk diterbitkan dalam berbagai bentuk.
7. Angkatan 2000.
Angkatan ini menghadirkan pembaharuan yang sangat menarik,
yaitu banyak bermunculan pengarang atau penulis wanita dengan
pandangan yang kritis dan luas, seperti Ayu Utami, Dewi Lestari, dan
Djenar Maesa Ayu. Pada masa ini sastra bersifat kontemporer. Semangat
para penulis di angkatan ini sangat terasa, yaitu dengan membahas hal-hal
yang masih dianggap tabu, seperti membahas masalah seks dan
feminisme. Di samping itu, ada beberapa penulis yang mulai mengangkat
tema religi hal itu sebanding dengan banyak kehadiran para pengarang
13
Islam yang berada di dalam lembaga Forum Lingkar Pena (FLP). Pada era
ini penulis sangat bebas untuk mengemukakan segala hal dengan bahasa
yang modern tidak lagi terpaku dengan bahasa baku.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Kata “Sastra” dalam Bahasa Indonesia, sebenarnya mengambil istilah dari
bahasa Sansekerta yaitu “shastra”. Kata “sas” memiliki makna instruksi atau
pedoman, dan “tra” berarti alat atau sarana. Sastra merupakan salah satu hasil dari
cipta, rasa dan karsa manusia. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya
seni. Pendapat klasik mengenai fungsi sastra memiliki fungsi menghibur dan
berguna Dengan ungkapan yang berbeda. Ada empat konsep , yaitu: (1) kaidah
sastra; (2) ciri-ciri sastra; (3) wilayah studi sastra; dan (4) wilayah kesusastraan.
Sastra di Indonesia selalu mengalami perubahan pada setiap masanya yang
disebabkan oleh keadaan dan peristiwa yang telah terjadi pada saat itu.
1. Angkatan Sastra Indonesia Lama
2. Angkatan Balai Pustaka.
3. Angkatan Pujangga Baru.
4. Angkatan 1945.
5. Angkatan 1950.
6. Angkatan 1970.
7. Angkatan 2000.
B. Saran
Makalah ini dapat dikembangkan lebih baik lagi dengan referensi yang
memadai, dan semoga makalah dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan kami
menharapkan komentar yang membangun agar makalah ini dapat disempurnakan.
14
DAFTAR PUSTAKA.
Prof Dr.Ali Imron Al-ma’aruf, Dr, Farida Nugrahani.2017. PENGKAJIAN
SASTRA teori dan aplikasi. Surakarta: CV.Djiwa Amorto Press.
Efendi agik nur.2020. KRITIK SASTRA pengantar teori,kritik, dan pembelajaran.
Malang: Madza Media.
Suyati suminto. 2021. Konsep dasar teori dan penerapannya pada karya sastra.
Yogyakarta: Gama Media.
Mustadid Ali, dkk. 2021. Filosofi, teori dan kosep bahasa dan sastra Indonesia
sekolah dasar. Yogyakarta: UNY Press.
15