Gunta Wirawan1)
1)
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Singkawang
E-mail:gwirawan91@gmail.com
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur fisik dan struktur batin puisi yang terdapat dalam
kumpulan puisi Hujan Lolos di Sela Jari karya Yudhiswara. Metode yang digunakan adalah deskriptif berbentuk
kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah analisis struktural. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan beberapa hal
yang berkenaan dengan struktur fisik yakni, kumpulan puisi Hujan Lolos di Sela Jari karya Yudhiswara menggunakan
struktur fisik kecuali metrum. Pada struktur batin sebagian besar bertema ketuhanan dan kemanusiaan. Perasaannya
menunjukkan rasa religius. Nada atau sikap yang diperlihatkan melalui kata-kata yang lugas berupa kritik dan
menasehati. Amanatnya adalah mengajak kepada kebaikan, mencegah kemunkaran sebagai cerminan beriman kepada
Tuhan.
39
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume 1 Nomor 2 September 2016. Page 39-44
p-ISSN: 2477-5932 e-ISSN: 2477-846X
adalah supaya kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang mengatakan bahwa rima merupakan pengulangan bunyi
menyeluruh. dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi.
Imagery (pengimajian) dapat diartikan pula sebagai kata Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga
atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan
sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan [9]. kalimat. Menurut Slamet Muljana (dalam Waluyo, 1991)
Menurut Kosasih (2012) membagi pengimajian menjadi ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/rendah,
imaji auditif, imaji visual, dan imaji taktil. panjang/pendek, keras/lemah, yang mengalur dengan teratur
Majas (figurative language) adalah bahasa yang dan berulang-ulang sehingga membentuk keindahan. Dalam
digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara puisi Indonesia modern tidak dikenal adanya metrum.
membandingkan dengan benda atau kata lain. Majas Luxemburg (1986) mengatakan bahwa metrum itu
mengiaskan atau mempersamakan sesuatu dengan hal lain sebetulnya hanya suatu skema yang abstrak, sebuah pola
[2]. Bahasa figuratif (majas) merupakan cara penyair dasar bagi irama yang bergelombang, tetapi dalam puisi
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginannya tradisional memang sangat ditaati.
melalui kata-kata yang dipilihnya. Menurut Kosasih (2012) tipografi merupakan pembeda
Kiasan atau gaya bahasa digunakan untuk menciptakan yang sangat penting antara puisi dengan prosa dan drama.
efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf, melainkan
bahasa puisi. Pradopo (2009) menyatakan bahwa adanya berbentuk bait. Martono (2009) mengatakan yang dimaksud
bahasa kiasan menyebabkan sajak menjadi menarik tipografi puisi adalah penyusunan baris dan bait puisi.
perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup, dan terutama Tipografi juga sering disebut ukiran bentuk, yang
menimbulkan kejelasan gambaran angan. didalamnya terdapat kata, frase, baris, bait, dan akhirnya
Menurut Waluyo (1991), bahasa kiasan terdiri dari: (1) menjadi sebuah puisi.
metafora, (2) perbandingan, (3) personifikasi, (4) hiperbola, Struktur batin puisi terdiri dari tema, rasa, nada, dan
(5) sinekdoke, (6) ironi. amanat. Tema merupakan gagasan pokok yang diungkapkan
Metafora adalah gaya bahasa yang memperbandingkan penyair dalam puisinya. Sehingga tema itulah yang menjadi
sesuatu hal dengan hal lainnya yang pada dasarnya tidak kerangka (landasan utama) pengembangan sebuah puisi [2].
serupa [4]. Perbandingan (simile) adalah bahasa kias yang Rasa (feeling) yaitu sikap penyair terhadap pokok
membandingkan dua hal yang secara hakiki berbeda, tetapi permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Waluyo (1991)
dipersamakan dengan menggunakan kata-kata seperti, serupa, mengatakan bahwa dalam menciptakan puisi, suasana
bagaikan, laksana, dan sejenisnya [4]. Dengan kata lain, perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati
dalam simile bentuk perbandingannya bersifat eksplisit, oleh pembaca. Nada (tone) yaitu sikap penyair terhadap
yang ditandai oleh pemakaian unsur konstruksional pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa.
semacam kata: seperti, sebagai, serupa, bagai, laksana, Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui,
bagaikan, bak, dan ada kalanya juga morfem se- [7]. mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan
Personifikasi dapat diartikan sebagai pemanusiaan. Artinya masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca,
jika metapora-simile merupakan bentuk pembandingan tidak dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah
dengan manusia, personifikasi merupakan pemberian sifat- pembaca, dan lain-lain [8]. Amanat yang hendak
sifat manusia pada suatu hal [7]. Hiperbola adalah kiasan disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah memahami
yang mengungkapkan suatu hal atau keadaan secara tema dan nada puisi itu. Tujuan/Amanat merupakan hal yang
berlebih-lebihan. Hiperbola tradisional dapat dijumpai dalam mendorong penyair untuk menciptakan puisinya [2].
bahasa sehari-hari, seperti bekerja membanting tulang,
menunggu seribu tahun, hatinya bagai diiris sembilu, rambut II. METODE
dibelah tujuh, dan sebagainya [9]. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Sinekdoke menurut Luxemburg (1986) dapat dibagi deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode yang
menjadi dua macam yaitu part pro toto (menyebutkan mengungkapkan, menggambarkan, mendeskripsikan,
sebagian untuk maksud keseluruhan), dan totem pro parte menguraikan, dan memaparkan objek penelitian.
(menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian). Adapun bentuk penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian
Ironi adalah gaya bahasa yang menyatakan makna yang sastra lebih sesuai menggunakan penelitian kualitatif karena
bertentangan, dengan maksud berolok-olok [4]. Menurut sastra merupakan bentuk karya kreatif yang bentuknya
Waluyo (1991) ironi yaitu kata-kata yang bersifat senantiasa berubah dan tidak tetap yang harus diberikan
berlawanan untuk memberikan sindiran. Lambang ialah penafsiran. Moleong (2000), menyatakan bahwa penelitian
suatu pola arti, sehingga antara apa yang dikatakan dan apa kualitatif lebih banyak mementingkan proses daripada hasil.
yang dimaksudkan terjadi suatu hubungan asosiasi. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang
Lambang sendiri tidak langsung menunjukkan sesuatu. sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam
Kitalah yang menghubungkan lambang dan apa yang proses.
dilambangkan [3]. Ratna (2012) mengemukakan bahwa ciri-ciri metode
Versifikasi terdiri dari rima, ritma dan metrum. kualitatif (1) memberikan perhatian utama pada makna dan
Luxemburg (1986) mendefinisikan rima sebagai kemiripan pesan, sesuai dengan hakikat objek, yaitu sebagai studi
bunyi antara suku-suku kata. Sedangkan Waluyo (1991) kultural. Hal ini berkesesuaian dengan metode analisis
40
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume 1 Nomor 2 September 2016. Page 39-44
p-ISSN: 2477-5932 e-ISSN: 2477-846X
hermeneutika yang mengkaji makna karya sastra. (2) Lebih membentuk keutuhan puisi. Struktur batin dalam kumpulan
mengutamakan proses dibandingkan dengan hasil penelitian puisi Hujan Lolos di Sela Jari karya Yudhiswara merupakan
sehingga makna selalu berubah. Hal ini berkaitan dengan ungkapan batin penyair terhadap realita kehidupan yang
alat pengumpul data yaitu peneliti itu sendiri, di mana setiap dijalaninya. Puisi-puisi yang terdapat dalam kumpulan ini
peneliti tentu akan berbeda dalam menerjemahkan karya adalah representase kehidupan penyair dalam pencariannya
sastra. (3) Tidak ada jarak antara subjek peneliti dengan kepada Tuhan yang secara spesifik memunculkan persoalan
objek penelitian, subjek peneliti sebagai instrument utama, religius dan kemanusiaan.
sehingga terjadi interaksi langsung di antaranya. Subjek
penelitian adalah alat pengumpul data yaitu peneliti, PEMBAHASAN
sedangkan objek penelitian adalah sumber data yaitu karya Hasil analisis mengenai struktur fisik kumpulan
sastra. (4) Desain dan kerangka penelitian bersifat sementara puisi Hujan Lolos di Sela Jari karya Yudhiswara, sebagai
sebab penelitian bersifat terbuka. (5) Penelitian bersifat berikut.
alamiah, terjadi dalam konteks sosial budayanya masing- 1. Diksi
masing. a. Diksi Sufistik
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pada puisi berjudul Kubersujud dapat dilihat kata-
analisis struktural. Pendekatan struktual sering juga kata puitis. Penyair memilih diksi religius seperti
dinamakan pendekatan objektif, pendekatan formal, atau berikut ini.
pendekatan analitik, bertolak dari asumsi dasar bahwa karya Dalam sujudku selalu bertanya aku hambamu
sastra kreatif memiliki otonomi yang penuh yang harus sebab kuragu seluruh suaraku menjadi yatim
dilihat sebagai suatu sosok yang berdiri sendiri terlepas dari ditengah orang-orang pasar sebagian tipudaya
hal-hal lain yang berada di luar dirinya. diri letih mengambang dibelantara maafku
Sumber data dalam penelitian ini adalah antologi keinginanku kehadiratMu biar lebih dekat
puisi karya Yudhiswara yang berjudul Hujan Lolos di Sela hamba
Jari yang berjumlah 63 judul puisi. Kumpulan ini diterbitkan Puisi ini merupakan kegelisahan aku-lirik terhadap
oleh Yassin Kalbar (Yayasan Sastra Indonesia Kalimanatan dirinya sendiri yang merasa jauh dari Tuhan
Barat) Pontianak tahun 1996. meskipun dalam keadaan bersujud. Padahal,
Data berupa nilai yang terkandung dalam karya sastra seharusnya seorang hamba merasa tidak berjarak
yaitu teks yang menunjukkan nilai yang melingkupi karya ketika sujud, sebab penghambaan yang paling
sastra tersebut. Dalam penelitian ini yang menjadi data sempurna adalah ketika manusia merendahkan diri
adalah teks puisi dari antologi puisi tersebut yang serendah-rendahnya dihadapan sang Penciptanya
berhubungan dengan struktur fisik dan struktur batin. yaitu ketika sujud, posisi di mana kepala lebih
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi rendah dari pantat dan sejajar dengan tanah.
dokumenter. Alat pengumpul datanya adalah peneliti sendiri b. Kata Konkret
sebagai instrument kunci dengan dibantu kertas pencatat Kata-kata dalam puisi yang diperjelas (diperkenkret)
yang berisi data-data untuk mempermudah menyelesaikan oleh penyair maksudnya adalah supaya kata-kata itu
pokok permasalahan dalam penelitian ini. Langkah-langkah dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh.
pengumpulan datanya adalah 1) membaca secara intensif Misalnya simak petikan puisi berjudul Tuhan.
kumpulan puisi Hujan Lolos di Sela Jari karya Yudhiswara, Untuk memperkonkret bahwa aku-lirik sudah
2) mengidentifikasi bagian-bagian yang akan dianalisis, 3) memasuki usia tua, penyair menggunakan diksi
hasil identifikasi ditulis pada kartu pencatat data, 4) dalam perjalanan semakin tua saja/redup sudah
mengklasifikasi data berdasarkan masalah penelitian dan 5) warna lampuku/cahaya sebentarkan gelap. Umur
menguji keabsahan data melalui diskusi teman sejawat dan yang sudah dilalui dalam kehidupannya,
triangulasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam diperkonkret oleh penyair dengan kata perjalanan,
penelitian ini adalah menganalisis dan menginterpretasikan usia tua diungkapkan dengan redup sudah warna
data yang telah diklasifikasikan sesuai dengan masalah lampuku dan kesadaran aku-lirik akan dekatnya
penelitian dan mendiskusikan hasil analisis dengan teman kematian diperkonkret dengan kata cahaya
sejawat serta menarik kesimpulan akhir dari penelitian. sebentarkan gelap/isyarat cahaya semakin dekat.
2. Kumpulan Puisi Hujan Lolos di Sela Jari karya
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Yudhiswara menggunakan ketiga citraan, baik secara
bersama-sama maupun hanya satu aspek citraan saja.
HASIL a. Imaji Auditif
Penelitian ini membahas masalah struktur fisik dan Berdasarkan data penelitian imaji auditif berjumlah
struktur batin dalam kumpulan puisi Hujan Lolos di Sela 17 judul puisi. Perhatikan kutipan puisi berjudul
Jari karya Yudhiswara. Struktur fisik mencakup seluruh Kucari Engkau berikut ini: diriku tersedu
puisi yang terdapat dalam kumpulan puisi tersebut. Struktur bermacam-macam wajah menuntutku/saling
fisik yang terdapat dalam kumpulan puisi Hujan Lolos di tersungkur menatap cermin/dengan seribu ringkik
Sela Jari karya Yudhiswara saling terkait satu sama lain. suara kuda/sarat dengan beban.
Keterkaitan ini bersifat saling membangun untuk
41
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume 1 Nomor 2 September 2016. Page 39-44
p-ISSN: 2477-5932 e-ISSN: 2477-846X
Pembaca seolah-olah mendengar seseorang sedang sebagaimana jiwa yang harus tabah (Nelayan),
tersedu-sedu dan suara ringkik kuda yang keletihan 5. Personifikasi
karena membawa banyak beban. Puisi yang judul Personifikasi merupakan gaya bahasa yang
Menterjemahkan Wajah Sendiri ini adalah kritik mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda
pedas terhadap manusia pada umumnya yang mati dapat berbuat, berpikir seperti manusia.
mempunyai perangai buruk. Penyair mengingatkan Dunia yang tua dan retak-retak (Catatan Pada
bahwa sesungguhnya manusia adalah makhluk Sebuah Zaman),
yang lemah, tidak ada tempat kembali kecuali menerobos cahaya suar menulis warna (Nyanyian
hanya kepada Tuhan. Sore),
b. Imaji Visual bibir pantai adalah persinggahanmu (Nelayan),
Berdasarkan data penelitian imaji visual berjumlah pelajari bahasa ikan ikan (Nelayan),
22 judul puisi. Berikut ini petikan puisi sunyi melayat dengan kerudung hitam hitam
Memandang Potret berikut ini: Kupuaskan rinduku (Sesaat Lagi),
dengan wajah sahaja/anakku/………/sampai aku 6. Hiperbola
puas menggodamu/dari wajahmu jelmakan Simaklah hiperbola yang digunakan penyair pada
ibumu/kekasih ayah. petikan puisi berikut ini.
Penyair mengungkapkan bahwa wajah anak aku- bila saatnya nanti matahari tumbuh di atas
lirik serupa dengan ibunya yaitu kekasih si ayah kepalamu (Catatan pada Sebuah Zaman),
karena itu Kupuaskan rinduku dengan wajah menghalau jiwa kapur mengunyah setan setan
sahaja/anakku. Anak baginya adalah potret (Isyarat),
kehidupannya sendiri. dengan seribu beban di kranjang rumah
C. Imaji Taktil (Nyanyian Sore),
Berdasarkan data penelitian imaji taktil berjumlah akulah terbang mengarungi langit/…/sampai
33 judul puisi. Perhatikan petikan ini akhirnya ke matahari (Bapak),
di rumahku ini aku galau bila suatu ketika kutanam telingaku/…/langit
mengukir sepi di atas puncak begitu biru di dalam jantungku (Cahaya Malam)
menggigil menantikan tamu, kalau kalau 7. Sinekdoke
datang mengetuk pintu /…. 1. Part pro toto
dalam gigil dingin dan gemetar pisau buah Perhatikan pula puisi Nyanyian Sengsara
semakin saja aku rindu suaraMu berikut ini.
Penyair mengumbar perasaannya dengan kata-kata Ini hanya sedikit keprihatinanku
yang miris dan prihatin. Kegelisahan yang dialami Tentang gadis gadis tertipu
aku-lirik berbaur dengan kerinduannya pada Tuhan: Dengan nafsunya sendiri
semakin saja aku rindu suaraMu. Meregang dalam kedinginan bulan
3. Metafora Dan terbang bersama kunang
Berdasarkan data penelitian metapora berjumlah 19 Penyair menyebut keprihatinannya dengan
judul puisi. Perhatikan cuplikan puisi Rumah berikut ini: diksi sedikit, padahal maksudnya justru
Rumahku perempuan, bila tak ada bertentangan. Penggunaan majas part pro toto
tak ada mengurusi rumah untuk memberikan sekat atas sangat prihatinnya
tentulah gelap hilang kebaikan aku-lirik terhadap salah satu persoalan kehidupan
kebaikan itu bagi karuniaMu karena membandingkan dengan keprihatinan yang
Metapora tampak pada rumahku perempuan. Penyair lainnya.
menyamakan rumah dan perempuan untuk menyatakan 2. Totem pro parte
seolah-olah rumah identik dengan perempuan. Artinya, Perhatikan petikan puisi berjudul Kubersujud
tanggung jawab mengurus rumah ada pada perempuan berikut ini.
baik sebagai istri maupun sebagai ibu. Sebab, bila tak Di mana kubergerak kubersujud padaMu
ada/tak ada mengurusi rumah/tentulah gelap hilang dalam setiap kerja menyenangakan
kebaikan/kebaikan itu bagi karuniaMu. Karunia Ilahi hambamu
akan turun pada rumah-rumah yangmenempatkan peran dari ketidaktahuanku pada gelap pekat
ibu sebagaimana mestinya dengan berlandaskan iman kuterus bersujud menzikirkan perasaanku
dan amal. Penyair mengungkapkan bahwa Di mana pun
4. Perbandingan (Simile) kubergerak kubersujud padaMu. Maksudnya
Berdasarkan data penelitian terdapat 15 simile dalam adalah aku-lirik merasa selalu sebagai hamba
kumpulan puisi Hujan Lolos di Sela Jari. Perhatikan Tuhan, sebab tidak mungkin setiap detik (setiap
puisi berjudul berikut ini: bergerak) sang aku selalu bersujud. Penyair
aku seperti bisa terlahir kembali (Isyarat), mengungkapkan keseluruhan geraknya untuk
bagai kapal tak berbahan bakar (Tangga tangga), maksud sebagian
seperti ibu aku juga cahaya (Cahaya Malam),
42
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume 1 Nomor 2 September 2016. Page 39-44
p-ISSN: 2477-5932 e-ISSN: 2477-846X
43
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume 1 Nomor 2 September 2016. Page 39-44
p-ISSN: 2477-5932 e-ISSN: 2477-846X
44