PENDAHULUAN
Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa, yang dimaksud “pikiran” disini
manusia. Secara etimologis sastra berasal dari bahasa Sansekerta, dibentuk dari akar
kata “Sas-“ yang berarti mengarahkan, mengajar, dan memberi petunjuk. Akhiran “-
tra” yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk. Secara harfiah kata sastra
berarti huruf, tulisan atau karangan. Kata sastra ini kemudian diberi imbuhan su-(dari
bahasa Jawa) yang berarti baik atau indah, yakni baik isinya dan indah bahasanya.
pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat dan
keyakinan dalam bentuk suatu gambaran yang membangkitkan pesona dengan alat
bahasa.” Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan sastra adalah suatu hasil karya
yang diciptakan oleh daya imajinasi manusia sebagai bentuk dari ungkapan
perasaannya.
pengertiannya dari pada karya fiksi. Karya sastra merupakan sebuah struktur
yang bermakna. Hal ini disebabkan karya sastra merupakan sistem tanda yang
1
Selanjutnya Sugono, (2008:629) menyatakan, “Karya sastra dibagi menjadi tiga
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan, karya sastra adalah hasil proses
ekspresi kreatif yang bersumber dari pikiran maupun perasaan pengarang yang
Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat karya sastra yang baik adalah
karya sastra harus selalu memberikan kesan kepada pembacanya untuk berbuat yang
lebih baik. Karya sastra yang baik selalu mengajak pembaca untuk menjunjung nilai-
pembaca.
Salah satu karya sastra adalah puisi. Kehadiran sebuah puisi merupakan
sebagai hasil proses kreatif terhadap suatu objek. Sayuti (2008:24) menyatakan,
“Puisi adalah karya estetis yang memanfaatkan sarana bahasa secara khas.” Edgar
Allan Poe dalam Tarigan (1984:4), membatasi “Puisi kata sebagai kreasi keindahan
yang berirama (the rhythymical creation of beauty). Ukuran satu-satunya untuk itu
adalah rasa. Dengan intelek ataupun kesadaran, puisi itu hanyalah memiliki
hubungan sekunder. Apabila tidak bersifat insidental, puisi itu tidaklah mempunyai
Coulter dalam Pasaribu (2015:3) menyatakan, “Kata puisi yang dalm bahasa
Inggrisnya “poetry”, erat berhubungan dengan poet dan poem. Kata poet berasal
2
dari kata Yunani yang berarti membuat, mencipta. Dari pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa unsur utama dari puisi adalah keselarasan atau keharmonisan.
mendalam.
mengganti bentuk batin atau isi puisi dan metode puisi untuk mengganti bentuk fisik
puisi. Diperinci pula bentuk batin yang meliputi perasaan (feeling), tema (sense),
nada (tone), dan amanat (intention). Sedangkan bentuk fisik atau metode puisi terdiri
atas diksi (diction), kata konkret (The concrete word), majas atau bahasa figuratif
(figurative Language), dan bunyi yang menghasilkan rima dan ritma (rhyme and
rhytm).”
Puisi sebagai salah satu karya sastra yang dibangun dari struktur fisik dan
struktur batin juga menampilkan nilai-nilai yang bermanfaat bagi pembaca atau
penikmat sastra. Salah satu jenis nilai-nilai dalam puisi adalah nilai-nilai agama,
3
Menurut Soekadijo, (199:196) menyatakan, “Nilai religius adalah nilai-nilai
yang dapat dipandang sebagai kepercayaan dan pola perilaku, yang oleh manusia
dikendalikannya.”
Pada kajian ini, puisi-puisi Abdul Hadi Widji Muthari terkenal karena
mengandung nilai religius. Oleh sebab itu, dia disebut pencipta puisi sufis. Puisi yang
ditulis berisikan tentang kesepian, kematian, dan waktu. Seiring dengan waktu, karya-
karyanya kian kuat diwarnai oleh tasawuf Islam. Dengan puisi yang ia tulis, dia
mengajak orang lain untuk mengalami pengalaman religius yang dia rasakan. Peneliti
mengkaji Analisis Hakekat Puisi dan Nilai-nilai Religius pada Puisi “Tuhan,
Kita Begitu Dekat dan Meditasi” karya Abdul Hadi Widji Muthari.
B. Rumusan Masalah
4
2. Nilai-nilai religius apa saja yang terdapat dalam puisi “Tuhan, kita begitu
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan hakekat puisi yang terdapat dalam puisi “Tuhan, kita
kita begitu dekat dan Meditasi” karya Abdul Hadi Widji Muthari.
D. Manfaat Penelitian
bermanfaat secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini
adalah :
yang diteliti.
5
d. Dapat memberikan kontribusi terhadap pembaca khususnya mahasiswa
program studi Pendidikan Bahasa Indonesia tentang hakekat puisi dan nilai-
E. Definisi Istilah
jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan dan pengertian ganda oleh pembaca.
puisi. Unsur-unsur ini meliputi: tema, perasaan, nada, dan amanat (Richards
3. Puisi adalah karya estetis yang memanfaatkan sarana bahasa secara khas
(Sayuti, 2008:24).
dan pola perilaku, yang oleh manusia digunakan untuk mengendalikan aspek
5. Puisi “Tuhan, kita begitu dekat dan Meditasi” karya Abdul Hadi Widji
Muthari.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Secara etimologi apresiasi berasal dari bahasa latin aprecation yang berarti
karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan
pengalaman yang jelas, sadar, serta kritik.” Selanjutnya Effendi dalam Aminuddin
pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.”
adalah kegiatan menggali nilai-nilai yang terkandung di dalam karya sastra tersebut
secara kritis sehingga tumbuh pengertian dan pengharapan pembaca terhadap karya
sastra.
7
B. Pengertian Puisi
Secara etimologi istilah puisi berasal dari bahasa yunani “poisesi” yang berarti
dalam bahasa Inggris adalah poetry yang erat hubungannya dengan kata poet yaitu
adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya
makna.” Hal ini dikatakan dengan lewat puisi pada dasarnya seseorang telah
menciptakan dunianya sendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana
Puisi adalah karya sastra yang bersifat imajinatif dan bahasa sastra bersifat
konotatif karena banyak digunakan makna kias dan makna lambang (majas). Hal ini
lebih jauh lagi dikemukakan bahwa pengulangan kata itu menghasilkan rima, ritma,
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi adalah bentuk karya
sastra yang di dalamnya mengandung segi keindahan dan peluapan yang spontan dari
8
C. Hakekat Puisi
Ada empat unsur batin puisi, yakni: tema (sense), perasaan penyair (feeling),
nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention) (Waluyo,
1987 : 106).
1. Tema (Sense)
dalam puisinya yang berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam puisinya.
Tema itulah yang menjadi kerangka pengembangan sebuah puisi. Jika landasan
awalnya tentang ketuhanan, maka keseluruhan struktur puisi itu tidak lepas dari
diungkapkan oleh penyair. Pokok persoalan atau pokok pikiran itu begitu kuat
penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa
9
a. Tema Ketuhanan
b. Tema Kemanusiaan
Puisi bertema ini berisikan gelora dan perasaan cinta penyair akan bangsa
dan tanah airnya. Puisi ini mungkin pula melukiskan perjuangan para
kesengsaraan rakyat. Puisi- puisi demonstrasi yang terbit sekitar tahun 1966
10
2. Perasaan (Feeling)
Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan penyair.
Ekspresi itu dapat berupa kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan kepada kekasih,
kepada alam, atau sang Khalik. Jika penyair hendak mengagungkan keindahan alam,
maka sebagai sarana ekspresinya ia akan memanfaatkan majas serta diksi yang
kegelisahan dan kerinduan kepada sang Khalik, maka bahasa yang digunakan
Puisi tersebut merupakan wujud kerinduan dan kegelisahan penyair untuk bertemu
sang Khalik. Kerinduan dan kegelisahan itu diekspresikannya melalui kata hanyut,
11
3. Nada dan Suasana
apakah dia ingin bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap
lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca
ini disebut nada puisi.Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi
itu. Suasana merupakan akibat yang ditimbulkan puisi itu terhadap jiwa pembaca.
Nada dan suasana puisi saling berhubungan dan menimbulkan suasana tertentu
terhadap pembaca. Nada duka yang diciptakan penyair dapat menimbulkan suasana
iba hati pembaca, nada kritik yang diberikan penyair dapat menimbulkan suasana
Contoh puisi “Hendak Tinggi” karya Usman bernada sinis untuk mewakili
Hendak Tinggi?
Mau Tinggi,
Di muka bumi???
Panjat kelapa
Sampai kepuncak!!!
Alangkah tinggi
Di muka bumi!!!
12
4. Amanat
Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita
memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Tujuan atau amanat merupakan hal yang
yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan. Amanat yang
hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar berada dalam pikiran
penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang diberikan
mereka yang berada dalam situasi demikian biasanya merasa bahwa menulis puisi
disetiap karyanya pasti mengandung amanat yang berguna bagi pembaca (Waluyo,
1987 : 130).
atau alternatif jawaban sebagai pemecahan terhadap tema yang disajikannya. Pesan-
yang ingin disampaikan penyair kepada para pembaca lewat puisinya. Amanat
tersebut tersirat dalam kata-kata yang dirangkai dan juga dalam tema yang
diungkapkan.
Tema berbeda dengan amanat, tema berhubungan dengan arti karya sastra,
significance). Arti karya sastra bersifat lugas, obyektif, dan khusus, sedangkan makna
13
karya sastra bersifat kias, subyektif dan umum. Makna berhubungan dengan orang
D. Nilai-Nilai Religius
tindakan alternatif.”
tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan atau
religius adalah nilai yang dapat memberikan atau memancarkan petuah atau ajaran
14
Menurut Setiadi (2006:119), nilai-nilai kerohanian dapat dibedakan ke dalam
empat macam:
1. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.
2. Nilai keindahan, atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur perasaan
(esthetis, gevoel, rasa) manusia.
3. Nilai kebaikan, atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak
(will, wollen, karsa) manusia.
4. Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak.
Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan dan keyakinan manusia.
atas berlaku untuk semua agama. Tidak ada satu pun agama yang mengajarkan
saling mengasihi, tolong menolong, saling menghormati antar sesama. Ini sesuai
keterkaitan manusia secara vertikal dengan Tuhannya. Agama hanya sebatas aliran
dan ajaran-ajaran. Tetapi lebih luas dari itu, religius juga menyangkut hubungan-
hubungan dalam konsekuensi, yaitu antara manusia dengan penciptanya serta dengan
15
E. Puisi “Tuhan kita begitu dekat dan Meditasi” karya Abdul Hadi Widji
Muthari
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dengan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padammu
(Abdul Hadi Widji Muthari)
16
Meditasi
I
Kupeluk sinar bulan. Tubuhku kedinginan.
Di gerbang cahaya yang berkilauan akan segera nampak di depan kita sebuah gereja
tua. Ketika lonceng berbunyi beribu burung terbang ke sana hendak mensucikan diri.
Sebab selalu ditempuhnya jalan yang sama, selalu dinyanyikannya lagu yang sama
dan sesat di sarang yang sama.
Lalu kita dengar paduan suaranya. Seperti deru angin di pantai. “Demi Jesus, pahala
sorga dan kenikmatan, akan kami hapuskan dosa kami seluruhnya,” begitu nyanyian
mereka. “Tuhan, pujaan Ayub dan Yusuf, gembala Musa dan Muhammad –
bentangkanlah pada kami jalan yang benar dari aroma bintang dan buah-buahan.”
O, burung-burung, sudahkah kau baca Farid Attar?
Yerussalem dan Mekkah tidak seluas hati dan jiwa ini.
Pohon-pohon rindang lebat tumbuh juga dalam hatimu.
Nyanyikanlah itu sepanjang pagi sepanjang sore.
II
Di sini semenjak lama aku aku adalah seorang rahib yang mengheningkan
cipta dalam sebatang kayu.
Kebenaran kudapat dari embun dan mawar.
Abadi.
Seperti ciuman perempuan dan bintang-bintang.
Tapi perempuan tua ini selalu merayuku dan minta aku menyusu pula
hingga kering dan mandul teteknya.
Itulah dunia.
17
III
Akupun sudah letih naik turun candi, ke luar masuk gereja dan mesjid.
Tuhan makin sempit rasa kebangsaannya,
“Musa! Musa! Akulah tuhan orang Israel!” teriaknya
Di mesjid, di rumah sucinya yang lain ia berkata pula:
“Akulah hadiah seluruh dunia, tapi sinarku memancar di Arab.”
Aku termenung. Apa kekurangan orang Jawa?
Kunyanyiakn Bach dalam tembang kinanti dan kupulas Budha jadi
seorang dukun di Madura.
Aku menemu sinar di mata kakekku yang sudah mati.
Bila hari menahun dan kota jadi benua, aku akan bikin negeri di sebuah
flat karena aku pun adalah rumah-Nya.
IV
Bercakap-cakap dari pintu ke pintu. Bernyanyi dari pintu ke pintu. Mengetuknya
berkali-kali. Sudah lama aku tak tahu di mana Dia sebenarnya, di mesjid, di kuil
ataukah di gereja.
Pernah aku percaya benar pada cinta dan kebijaksanaan yang jauh dari kemauanku
sendiri. Kata mereka, “Berbaiklah kepada semua orang dan berjalanlah di jalan suci!”
Bagai seekor keledai aku pun melenggang membawa beban berisi hartanya dan
sampai di sebuah gurun.
Kafilah tidak bisa menunjukkan jalan lagi. Kemi berpisah tengah malam. Bintang-
bintang berloncatan gembira di langit yang tinggi. Tapi di tengah kelaparan dan panas
aku pun menjelma seekor singa. Aku tak mau lagi mendengarkan khotbah dan
nasehat. Sakramenku ialah ketiadaan. Sahabatku perobahan yang terus-menerus. Dan
kota suciku ialah hati. Kalau di menara itu nanti kuteriakkan azan cacing-cacing akan
berkumpul mendatangiku di waktu magrib bersembahyang berzikir mendoakan
ketentraman dunia yang baru.
18
V
Tidak. Sebaiknya kau datang saja di sore hari di saat aku bercermin.
Tapi jangan lagi mewujud atau menjelma.
Tuhan, siapakah namaMu yang sebenarNya? Dari manakah asalMu?
Apakah kebangsaanMu? Dan apa pula agamaMu?
Manusia begitu ajaib. Mereka pandai benar membuat ratusan teori
tentang Aku dengan susah payah. Tapi siapa Aku yang sebenarnya
Aku sendiri pun tidak pernah tahu siapa sebenarnya Aku, dari mana
dan sedang menuju ke mana.
19
F. Biografi Pengarang
Prof. Dr. Abdul Hadi W. M atau nama lengkapnya Abdul Hadi Wiji Muthari
(lahir di Sumenep, 24 Juni 1946; umur 69 tahun) adalah salah satu sastrawan,
1. Masa kecil
Abdul Hadi W. M terlahir dengan nama Abdul Hadi Wijaya. Ketika dewasa ia
mengubah nama Wijaya menjadi Wiji. Ia lahir dari garis keturunan peranakan
Tionghoa di wilayah Sumenep, Madura. Ayahnya, saudagar dan guru bahasa Jerman
bernama K. Abu Muthar, dan ibunya adalah putri keturunan Mangkunegaran bernama
20
RA Sumartiyah atau Martiyah. Mereka dikaruniai sepuluh orang anak dan Abdul
Hadi adalah putra ketiga, tetapi kedua kakaknya dan empat adiknya yang lain
meninggal dunia ketika masih kecil. Anak sulung dari empat bersaudara (semua laki-
laki) ini pada masa kecilnya sudah berkenalan dengan bacaan-bacaan yang berat dari
Muhammad Iqbal. Sejak kecil pula ia telah mencintai puisi dan dunia tulis menulis.
Anwar. Bersama teman-temannya Zawawi Imron dan Ahmad Fudholi Zaini. Hadi
mendirikan sebuah pesantren di kota kelahirannya tahun 1990 yang diberi nama
"Pesantren An-Naba", yang terdiri dari masjid, asrama, dan sanggar seni tempat para
santri diajari sastra, seni rupa (berikut memahat dan mematung), desain, kaligrafi,
2. Pendidikan
kota kelahirannya, pergi ke Surabaya untuk menuntut ilmu di kota itu. Ia kemudian
hingga tingkat sarjana muda, lalu pindah ke studi Filsafat Barat di universitas yang
21
Selama setahun sejak 1973-1974 Hadi bermukim di Iowa, Amerika Serikat untuk
Jerman selama beberapa tahun untuk mendalami sastra dan filsafat. Pada tahun 1992
ia mendapatkan kesempatan studi dan mengambil gelar master dan doktor Filsafat
dari Universiti Sains Malaysia di Penang, Malaysia, di mana pada saat yang
3. Karier
diawali sejak menjadi mahasiswa, di mana Hadi menjadi redaktur Gema Mahasiswa
Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) (1979-1981), redaktur Balai Pustaka (1981-
1983) dan redaktur jurnal kebudayaan Ulumul Qur'an. Sejak 1979 sampai awal 1990-
dilantik menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta dan ketika reformasi bergulir, dalam
pemilu multi partai 1999, atas desakan rekannya Dr. H. Hamzah Haz, Abdul Hadi
didesak maju sebagai wakil daerah wilayah pemilihan Jawa Timur dari Partai
22
Sensor Film dan sampai saat ini dia menjabat Ketua Dewan Kurator Bayt al-Qur'an
Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan anggota Dewan Penasihat
Mahasiswa Islam (HMI) selama menjadi mahasiswa di UGM, kemudian ikut merintis
Sebagai pengajar, saat ini tercatat sebagai dosen tetap Fakultas Falsafah
Ismail, Sutardji Calzoum Bachri, Hamid Jabar dan Leon Agusta menggerakkan
Pendidikan Nasional dan Yayasan Indonesia, dengan sponsor dari The Ford
Foundation.
23
4. Karya
Sekitar tahun 1970-an, para pengamat menilainya sebagai pencipta puisi sufis.
Ia memang menulis tentang kesepian, kematian, dan waktu. Seiring dengan waktu,
religius. Namun ia membantah. “Dengan tulisan, saya mengajak orang lain untuk
mengalami pengalaman religius yang saya rasakan. Sedang Taufik menekankan sisi
moralistisnya.”
Saat itu sejak 1970-an kecenderungan estetika Timur menguat dalam sastra
mainstream cukup dominan dan cukup banyak pengaruh dan pengikutnya. Tampak ia
ikut menafasi kebudayaan dengan puitika sufistik dan prinsip-prinsip seni Islami,ikut
mendorong masyarakat ke arah pencerahan sosial dan spiritual yang dianggap sebagai
penyeimbang pengaruh budaya Barat hedonis dan sekuler. Sampai saat ini Abdul
Hadi telah menulis beberapa buku penelitian filsafat di antaranya Kembali ke Akar
Kembali ke Sumber: Esai-esai Sastra Profetik dan Sufistik (Pustaka Firdaus, 1999),
Islam: Cakrawala Estetik dan Budaya (Pustaka Firdaus, 1999), Tasawuf Yang
Tertindas, serta beberapa buku kumpulan puisi antara lain At Last We Meet Again,
Laut Belum Pasang, Meditasi, Cermin, Tergantung pada Angin, Potret Panjang
24
Seorang Pengunjung Pantai Sanur, Anak Laut Anak Angin, Madura: Luang
Prabhang dan Pembawa Matahari, sejumlah karya terjemahan sastra sufi dan sastra
dunia, terutama karya Iqbal, Rumi, Hafiz, Goethe, penyair sufi Persia dan penyair
modern Jepang. Selain itu, ia juga menulis beberapa buku dongeng anak-anak untuk
Balai Pustaka.
Jepang, Jerman, Cina, Thailand, Arab, Bengali, Urdu, Korea dan Spanyol.
5. Penghargaan
2010 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut Menteri Kebudayaan dan
penerima memiliki jasa besar di bidang kebudayaan yang telah mampu melestarikan
kebudayaan daerah atau nasional serta hasil karyanya berguna dan bermanfaat bagi
masyarakat, bangsa, dan negara. Pada tahun 2014, Abdul Hadi memperoleh Habibie
Daftar penghargaan
25
d. S.E.A. Write Award, Bangkok, Thailand (1985)
(2010)
6. Kehidupan pribadi
Tedjawati atau akrab dikenal sebagai Atiek Koentjoro. Atiek adalah saudara sepupu
budayawan Umar Kayam. Mereka dikarunia tiga orang putri yaitu Gayatri Wedotami
(atau juga dikenal sebagai Chen Chen, seorang cerpenis dan aktivis di bidang
di Paris), dan Ayusha Ayutthaya (seorang guru bahasa Mandarin). Saat ini Abdul
Hadi WM memperoleh tiga orang cucu, dua orang anak perempuan dari Gayatri dan
seorang dari Ayusha. Sewaktu masih tinggal di Jakarta, Abdul Hadi WM hidup
bertetangga dengan saudara sepupu ibunya, Soetarni, istri dari tokoh PKI Nyoto. Dari
sini keluarga Sutarni maupun keluarga Abdul Hadi WM menjadi dekat. Abdul Hadi
WM menyukai karya Bach, Beethoven, dan The Beatles. Selain membaca buku, ia
26
7. Referensi
April 2011.
c. ^ "Harian Suara Karya - Pengukuhan Prof. Dr. Abdul Hadi W.M.". Diakses
3 April 2011.
8. Pranala luar
c. (Indonesia) Era Muslim: Abdul Hadi WM: Islam itu Bukan Kebudayaan
Arab
27
G. Kerangka Berpikir
Untuk dapat memahami puisi, pembaca harus mampu menelaah isi yang
Analisis sulit untuk dilakukan, terutama menganalisis karya sastra yang sifatnya fiksi
atau khayalan.
kehidupan manusia yang berkaitan dengan makna (tata nilai) dari situasi sosial dan
historis yan terdapat dilingkungannya. Karya sastra yang baik harus mengajak
berupa puisi, prosa, maupun lakon. Karya satra yang akan peneliti adalah puisi.
sehingga saat dibaca akan memengaruhi pembacanya. Puisi juga terbentuk dari dua
struktur yaitu struktur fisik dan batin. Richard dalam Waluyo (1987 : 24)
menyatakan, “Hakekat puisi disebut juga bentuk batin atau isi puisi, dan metode
disebut juga bentuk fisik puisi. Bentuk batin puisi meliputi perasaan (feeling), tema
(sense), nada (tone), dan amanat (intention). Sedangkan bentuk fisik atau metode
28
puisi terdiri atas diksi (diction), kata konkret (The concrete word), majas atau bahasa
figuratif (figurative Language), dan bunyi yang menghasilkan rima dan ritma (rhyme
Pada kajian ini, struktur yang akan dianalisis adalah hakekat puisi dan nilai-
nilai religius dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Menurut Ary (1984 :
lebih mendalam tentang hakekat puisi dan nilai-nilai religius “Tuhan, Kita Begitu
membandingkan analisis dari puisi tersebut serta menyimpulkan hasil analisis puisi
29
Bagan 1
Kerangka Berpikir
Analisis Puisi
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode merupakan cara yang dilakukan untuk memahami objek yang menjadi
peneliti mengetahui dan memahami objek yang diteliti serta memperluas wawasan
tentang apa yang diteliti. Oleh karena itu, metode penelitian memegang peranan yang
penting dalam mencapai suatu tujuan penelitian. Hal di atas sejalan dengan pendapat
Ary, dkk. (1984:50) yang mengatakan bahwa, “Metode penelitian adalah strategi
umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna
menjawab persoalan yang dihadapi. Ini adalah rencana pemecahan bagi persoalan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif Ary
(1984: 415). Metode deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang suatu
gejala pada saat penelitian dilakukan. Dengan kata lain metode deskriptif digunakan
untuk mendeskripsikan keadaan objek yang menjadi pasal perhatian dan mendukung
deskriptif agar diperoleh pembahasan yang lebih mendalam tentang struktur yang
meliputi hakekat puisi dan nilai-nilai religius dalam puisi “Tuhan, kita begitu dekat”
31
Pendeskripsian data-data dilakukan dengan cara menunjukkan fakta-fakta yang
puisi tersebut. Pendeskripsian seperti ini mendekati deskripsi yang dinyatakan bahwa
deskripsi dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung antara lain sugesti
1. Membaca puisi “Tuhan, kita begitu dekat” dan “Meditasi” karya Abdul
dalam puisi “Tuhan, kita begitu dekat” dan “Meditasi” karya Abdul
Hadi W. M.
puisi “Tuhan, kita begitu dekat” dan “Meditasi” karya Abdul Hadi W.
M.
32
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Pengumpulan data dilakukan selama kurang lebih dua bulan terhitung dari Juli
2016 sampai bulan September 2016. Tempat penelitian yang digunakan untuk
begitu juga dengan penelitian sastra. Penelitian sastra juga memerlukan data tetapi
dalam bentuk verbal, yaitu berujud kata, frasa atau kalimat. Data adalah keterangan
yaitu data primer dan data sekunder.” Data primer adalah data dalam bentuk verbal
atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan
oleh subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian yang
berkenaan dengan variabel yang diteliti. Data sekunder adalah data yang diperoleh
33
Adapun data primer dan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
a. Data primer, yakni puisi berjudul “Tuhan, kita begitu dekat” dan “Meditasi”
b. Data sekunder, meliputi kumpulan sajak, referensi berupa buku terkait unsur
fisik, batin, nilai religius, dan sumber lainnya yang terkait dengan data primer.
Sumber data diperoleh dari kumpulan sajak “Aku Ini Binatang Jalang” karya
Chairil Anwar. Secara khusus data yang dianalisis berupa kata-kata dan frase
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan.”
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode
kepustakaan. Hal ini dengan mencatat seluruh informasi yang ada hubungannya
34
dengan masalah yang diteliti di perpustakaan FKIP Universitas HKBP Nommensen
Pematangsiantar.
Melalui buku yang ada hubungannya dengan penelitian ini, maka akan
1) Menyiapkan data terkait hakekat puisi dan nilai-nilai religius “Tuhan, kita
struktur fisik, batin dan nilai-nilai religius puisi “Tuhan, kita begitu dekat”
dan “Meditasi” Karya Abdul Hadi W. M. Adapun aspek hakekat puisi dan
1) Tema
2) Rasa
3) Nada
4) Amanat
b. Nilai-nilai religius.
35
4) Menarik kesimpulan siklus data reduction pada puisi “Tuhan, kita begitu
puisi “Tuhan, kita begitu dekat” dan “Meditasi” Karya Abdul Hadi W. M.
uraian,sehingga dapat ditemukan pokok persoalan dan pada akhirnya dapat ditarik
ini,maka teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis konteks
“Meditasi.”
2. Menganalisis data primer yaitu puisi “Tuhan, kita begitu dekat” dan
“Meditasi.”
3. Mengaitkan data primer dengan hakekat puisi dan nilai-nilai religius yang
4. Menganalisis data sesuai kategori yakni yang berkategori hakekat puisi, dan
36
BAB IV
Puisi berbeda dari novel, drama, atau cerita pendek. Perbedaannya terletak
pada kepadatan komposisi dengan konvensi yang ketat, sehingga puisi tidak memberi
ruang gerak yang longgar kepada penyair dalam berkreasi secara bebas. Richard
dalam Waluyo (1987:24) mengemukakan, puisi terdiri atas dua struktur yaitu
struktur fisik (metode) dan struktur batin (Hakekat). Struktur batin puisi meliputi
perasaan (feeling), tema (sense), nada (tone), dan amanat (intention). Sedangkan
struktur fisik terdiri atas diksi (diction), kata konkret (The concrete word), majas atau
bahasa figuratif (figurative Language), bunyi yang menghasilkan rima dan ritma
(rhyme and rhytm) serta metrum dan juga tipografi. Puisi “Tuhan, Kita Begitu Dekat
dan Meditasi” karya Abdul Hadi W. M ditulis dengan menggunakan dengan bahasa
yang padat, menggunakan gaya bahasa yang unik berkenaan dengan religiusitas Si
Pengarang, sehingga harus jeli memahaminya dan membuat pembaca tertarik untuk
membacanya.
Puisi “Tuhan, Kita Begitu Dekat” dan “Meditasi” dibangun dari Hakekat
Puisi serta menyajikan nilai-nilai religius. Bahasa dalam puisi ini merupakan
ekspresi jiwa atau ungkapan perasaan pengarang yang melahirkan aspek nilai
37
A. Larik Puisi Abdul Hadi Widji Muthari
Larik adalah baris, leret, deret dan bait yang berjumlah tertentu dalam puisi.
1. Tuhan
2. Kita begitu dekat
3. Sebagai api dengan panas
4. Aku panas dalam apimu
5. Tuhan
6. Kita begitu dekat
7. Seperti kain dengan kapas
8. Aku kapas dalam kainmu
9. Tuhan
10. Kita begitu dekat
11. Seperti angin dengan arahnya
12. Kita begitu dekat
13. Dalam gelap
14. Kini aku nyala
15. Pada lampu padammu
(Abdul Hadi Widji Muthari)
38
2. Meditasi
II
16. Di sini semenjak lama aku aku adalah seorang rahib yang mengheningkan
17. cipta dalam sebatang kayu.
18. Kebenaran kudapat dari embun dan mawar.
19. Abadi.
20. Seperti ciuman perempuan dan bintang-bintang.
21. Tapi perempuan tua ini selalu merayuku dan minta aku menyusu pula
22. hingga kering dan mandul teteknya.
23. Itulah dunia.
39
III
24. Akupun sudah letih naik turun candi, ke luar masuk gereja dan mesjid.
25. Tuhan makin sempit rasa kebangsaannya,
26. “Musa! Musa! Akulah tuhan orang Israel!” teriaknya
27. Di mesjid, di rumah sucinya yang lain ia berkata pula:
28. “Akulah hadiah seluruh dunia, tapi sinarku memancar di Arab.”
29. Aku termenung. Apa kekurangan orang Jawa?
30. Kunyanyiakn Bach dalam tembang kinanti dan kupulas Budha jadi
31. seorang dukun di Madura.
32. Aku menemu sinar di mata kakekku yang sudah mati.
33. Bila hari menahun dan kota jadi benua, aku akan bikin negeri di sebuah
34. flat karena aku pun adalah rumah-Nya.
IV
35. Bercakap-cakap dari pintu ke pintu. Bernyanyi dari pintu ke pintu.
36. Mengetuknya berkali-kali. Sudah lama aku tak tahu di mana Dia sebenarnya,
37. di mesjid, di kuil ataukah di gereja.
38. Pernah aku percaya benar pada cinta dan kebijaksanaan yang jauh dari
39. kemauanku sendiri. Kata mereka, “Berbaiklah kepada semua orang dan
40. berjalanlah di jalan suci!”
41. Bagai seekor keledai aku pun melenggang membawa beban berisi hartanya
42. dan sampai di sebuah gurun.
43. Kafilah tidak bisa menunjukkan jalan lagi. Kemi berpisah tengah malam.
44. Bintang-bintang berloncatan gembira di langit yang tinggi. Tapi di tengah
45. kelaparan dan panas aku pun menjelma seekor singa. Aku tak mau lagi
46. mendengarkan khotbah dan nasehat. Sakramenku ialah ketiadaan. Sahabatku
47. perobahan yang terus-menerus. Dan kota suciku ialah hati. Kalau di menara
48. itu nanti kuteriakkan azan cacing-cacing akan berkumpul mendatangiku di
40
49. waktu magrib bersembahyang berzikir mendoakan ketentraman dunia yang
baru.
V
50. Tidak. Sebaiknya kau datang saja di sore hari di saat aku bercermin.
51. Tapi jangan lagi mewujud atau menjelma.
52. Tuhan, siapakah namaMu yang sebenarNya? Dari manakah asalMu?
53. Apakah kebangsaanMu? Dan apa pula agamaMu?
54. Manusia begitu ajaib. Mereka pandai benar membuat ratusan teori
55. tentang Aku dengan susah payah. Tapi siapa Aku yang sebenarnya
56. Aku sendiri pun tidak pernah tahu siapa sebenarnya Aku, dari mana
57. dan sedang menuju ke mana.
B. Parafrase Puisi
bertujuan untuk menjelaskan makna yang tersembunyi. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, parafrase adalah penguraian kembali suatu teks (karangan dalam bentuk
susunan kata) yang lain, dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang
tersembunyi. Larik puisi “Tuhan, Kita Begitu Dekat” dan “Meditasi” merupakan
puisi yang bercerita tentang kereligiusitasan seorang legioner yang dapat kita contoh
41
Puisi “Tuhan, Kita Begitu Dekat”
Oleh: Abdul Hadi Widji Muthari
42
Puisi “Meditasi”
Oleh: Abdul Hadi Widji Muthari
43
Bait Larik Puisi Parafrase Puisi
2. Di sini semenjak lama aku aku Pada bait ini dijelaskan tentang
adalah seorang rahib yang Seseorang yang percaya pada ajaran
mengheningkan kuno, yang masih percaya pada sebatang
cipta dalam sebatang kayu/ pohon kayu, suatu hal yang gaib.
Kebenaran ia dapat dari alam, yang
Kebenaran kudapat dari embun menawarkan hari yang cerah dan bunga
dan mawar/ yang indah. Tetapi terkadang selalu saja
ada hal yang menggodanya untuk
Abadi/ berbuat hal yang hina, tetapi ia tak
menghiraukannya karna ia menganggap
Seperti ciuman perempuan dan cobaan memang selalu ada dalam dunia
bintang-bintang/
Itulah dunia/
3. Akupun sudah letih naik turun Pada bait ini dijelaskan bahwa Ia sudah
candi, ke luar masuk gereja dan sering masuk kerumah ibadah dan ia
mesjid/ sudah etih dalam menjalaninya tetapi
hal yang sama selalu didapati didalam
Tuhan makin sempit rasa rumah ibadah selalu saja ajaran agama
kebangsaannya/ tertentu menganggap bahwa ajaran
agamanya lah yang paling benar .
“Musa! Musa! Akulah tuhan
orang Israel!” teriaknya/ Ia selalu termenung dan memikirkan
lantas apa salah para budaya jawa yang
Di mesjid, di rumah sucinya yang masih menganut ajaran kuno
lain ia berkata pula/
ia berjanji pada dirinya ketika dia sudah
“Akulah hadiah seluruh dunia,
dewasa kelak ia akan menjadikan negri
tapi sinarku memancar di Arab.”/
ini menjadi negri dengan sejuta gedung
karna ia juga mengangapp bahwa dia
Aku termenung. Apa kekurangan
sendiri adalah bait sucinya Allah
orang Jawa?/
44
Bait Larik Puisi Parafrase Puisi
45
Bait Larik Puisi Parafrase Puisi
5. Tidak. Sebaiknya kau datang saja Pada bait ini dijelaskan bahwa ia selalu
di sore hari di saat aku bergumul dan penasaran ia bertanya
bercermin/ pada hatinya, siapakah sebenarnya
Tuhan, dari manakah asalnya dan dari
Tapi jangan lagi mewujud atau bangsa apakah Ia.
menjelma/ tetapi dalam pergumulannya itu ada
sesuatu yang menjawab pertanyaannya
Tuhan, siapakah namaMu yang
sebenarNya? Dari manakah Manusia memang selalu seperti itu
asalMu?/ mereka pandai dalam membuat banyak
teori tentang Aku.
Apakah kebangsaanMu? Dan apa
pula agamaMu?/
46
C. Analisis Hakekat Puisi “Tuhan, Kita Begitu Dekat”
Ada empat unsur hakekat puisi, yakni: tema (sense), perasaan penyair
(feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention)
(Waluyo, 1987:106).
penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa
Pada puisi “Tuhan, Kita Begitu Dekat” karya Abdul Hadi Widji Muthari terdapat
tema “Ketuhanan, karena terdapat pada beberapa bait sang menyair mengatakan
“Tuhan, Kita Begitu Dekat.” Bait “Tuhan, Kita Begitu Dekat” dalam puisi tersebut
diulang tiga kali, hal ini menunjukkan bahwa antara penyair dan Tuhan telah terjalin
komunikasi yang erat. Kita dapat merasakan dekat atau tidaknya dengan Tuhan
ukuranya adalah selalu berbuat baik dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa pun,
karena merasa dirinya selalu diawasi Tuhan dimana saja ia berpijak. Hal ini terdapat
pada keseluruhan bait puisi yang bercerita tentang Tuhan telah terjalin komunikasi
1. Tuhan
2. Kita begitu dekat
3. Sebagai api dengan panas
4. Aku panas dalam apimu
47
5. Tuhan
6. Kita begitu dekat
7. Seperti kain dengan kapas
8. Aku kapas dalam kainmu
9. Tuhan
10. Kita begitu dekat
11. Seperti angin dengan arahnya
12. Kita begitu dekat
13. Dalam gelap
14. Kini aku nyala
15. Pada lampu padammu
penyair perlu menghayati puisi agar pada saat membacanya, pembaca juga dapat
menghayati puisi tersebut. Suasana hati atau perasaan penyair harus dapat ia
ekspresikan dengan jelas agar pesan tersampaikan kepada pembaca. Perasaan yang
terdapat dalam puisi Tuhan, Kita Begitu Dekat karya Abdul Hadi Widji Muthari
adalah :
1. Tuhan
2. Kita begitu dekat
3. Aku panas dalam apimu
4. Seperti kain dengan kapas
5. Seperti angin dengan arahnya
48
dengan Tuhan bagaikan hubungan sahabat. Karna pada larik pertama ia tidak sungkan
Larik keempat dan ketujuh pada puisi tersebut, sang penyair mengungkapkan
kedekatannya dengan Tuhan disetiap detik perjalanan hidupnya dan dimana pun dia
berada. Sang penyair juga mengungkapkan bahwa kedekannya dengan Tuhan tidak
dapat dipisahkan karena Tuhan merupakan pelindung bagi dirinya seperti pada larik
ketujuh. Dan kedekatannya dengan Tuhan sampai membuat jalan hidupnya lurus di
jalan Tuhan. Seperti dalam larik kesebelas yang berbunyi, “Seperti angin dengan
arahnya.”
nada puisi. Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu.
Suasana merupakan akibat yang ditimbulkan puisi itu terhadap jiwa pembaca. Nada
dan suasana puisi saling berhubungan dan menimbulkan suasana tertentu terhadap
Jika diperhatikan nada atau sikap penyair terhadap pembaca sesuai dengan
pokok pikiran yang disampaikan. Maka nada pada puisi “Tuhan, Kita Begitu Dekat”
karya Abdul Hadi Widji Muthari adalah tenang dan tulus karena dia mengungkapkan
49
betapa dekatnya dia dengan Tuhannya. Seperti pada perumpamaan yang tuliskan pada
puisi di atas.
atau alternatif jawaban sebagai pemecahan terhadap tema yang disajikannya. Pesan-
tema, rasa dan nada maka dapat diketahui bahwa yang menjadi amanat yang
disampaikan penyair melalui puisinya yang berjudul “Tuhan, Kita begitu dekat”
adalah hendaknya kita selalu meningkatkan rasa keimanan kepada Tuhan. Hubungan
kedekatan antara manusia dengan Tuhan dapat terjalin erat yang didasarkan pada
dimensi keimanan manusia kepada Tuhan. Hanya rasa keimananlah yang mampu
mendekatkan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Hal ini dapat dilihat pada
data:
50
D. Analisis Nilai-Nilai Religius Puisi “Tuhan, Kita Begitu Dekat”
tiga macam:
1. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.
2. Nilai keindahan, atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur perasaan
(esthetis, gevoel, rasa) manusia.
3. Nilai kebaikan, atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak
(will, wollen, karsa) manusia.
Puisi “Tuhan, kita begitu dekat” mengandung banyak nilai religius yakni nilai
9. Tuhan
10. Kita begitu dekat
11. Seperti angin dengan arahnya
12. Kita begitu dekat
13. Dalam gelap
14. Kini aku nyala
15. Pada lampu padammu
Data 9-15 mengandung nilai keindahan karena ini merupakan unsur luapan
51
E. Analisis Hakekat Puisi “Meditasi”
Ada empat unsur hakekat puisi, yakni: tema (sense), perasaan penyair
(feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention)
(Waluyo, 1987:106).
penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa
Pada puisi “Meditasi” karya Abdul Hadi Widji Muthari terdapat tema “Pemusatan
pikiran untuk mencapai Tuhan” karena terdapat beberapa bait sang penyair
baris ketiga pada meditasi bait kedua, “Kebenaran ku dapat dari embun dan mawar.”
Serta pada bait ketiga baris kesembilan. “Aku menemu sinar dimata kakekku yang
sudah mati.” Kemudian baris kesepuluh hingga baris kesebelas, “bila hari menahun
dan kota jadi benua, aku akan bikin negri di sebuah flat karna aku pun adalah
rumahNya.”
52
2. Analisis Perasaan Puisi “Meditasi”
harus dihayati oleh pembaca. Pada puisi “Meditasi” sang penyair merasa untuk
mencapai Tuhan itu tidaklah mudah, pasti ada rintangan-rintangan yang harus
Pada baris pertama dalam Meditasi bait III, “Aku pun sudah letih naik turun
candi, keluar masuk gereja dan mesjid.” Kemudian dinyanyikannya pada baris
ketujuh sampai baris kedelapan. “Kunyanyikan bach dalam tembang kinanti dan
kupulas budha jadi seorang dukun di madura.” Pada meditasi bait IV, “Bercakap-
cakap dari pintu ke pintu. Bernyanyi dari pintu ke pintu.” Baris kedua sampai baris
ketiga. “Mengetuknya berkali-kali. Sudah lama aku tak tau di mana dia sebenarnya,
di mesjid, dikuil ataukah di gereja.” Kemudian pada baris keempat hingga baris
kedelapan. “Kata mereka, berbaiklah kepada semua orang dan berjalanlah di jalan
suci!” terdapat perumpaan yakni dapat kita lihat pada kata “Bagai seekor keledai
akupun melenggang membawa beban berisi hartanya dan sampai disebuah gurun“
kesepuluh, “Kafilah tidak bisa menunjukkan jalan lagi. Kami berpisah tengah malam
Pada bait V baris ketiga sampai kedelapan dapat kita lihat, “Tuhan, siapakah
apa pula agamaMu? Manusia begitu ajaib. Mereka pandai benar membuat ratusan
53
teori tentang Aku dengan susah payah. Tapi siapa Aku yang sebenarnya Aku sendiri
pun tak pernah tau siapa sebenarnya Aku, dari mana dan sedang menuju kemana.”
Jika diperhatikan nada atau sikap penyair terhadap pembaca sesuai dengan
pokok pikiran yang disampaikan maka nada pada puisi “Meditasi” karya Abdul Hadi
Widji Muthari adalah mengajak untuk terus bertanya tentang diri sendiri. Sedangkan
suasana, keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi merasakan kerisauan atau
mencapai sebuah keimanan sangatlah sulit dan penuh liku. Seperti nada puisi ini
Bait I
Bait II
Bait IV
Pernahkah aku percaya benar pada cinta dan kebijaksanaan yang jauh
dari kemauanku sendiri. Kaa mereka, “Berbaiklah kepada semua orang
dan berjalanlah dijalan suci!” Bagai seekor keledai aku pun
melenggang membawa beban berisi hartanya dan sampai di sebuah gurun.
54
Bait V
Manusia begitu ajaib. Mereka pandai benar membuat ratusan teori tentang
Aku dengan susah payah. Tapi siapa aku sebenarnya
Aku sendiri pun tidak tau siapa sebenarnya Aku, dari mana
Dan sedang menuju ke mana.
Setelah mengetahui tema, rasa dan nada maka dapat diketahui bahwa yang
menjadi amanat yang disampaikan penyair melalui puisinya yang berjudul “Meditasi”
adalah pada bait kedua tergambar bagaimana ketergantungan penyair (manusia pada
umumnya) pada dunia (alam semesta). Ia mengibaratkan wanita sebagai dunia yang
mestinya. Sebuah isyarat lain, bahwa pemanfaatan alam untuk kehidupan manusia
tanpa diimbangi dengan upaya pelestarian akan membuat alam murka dan kehabisan
sumber daya dan mandul. Sedangkan pada bait ketiga dan keempat tergambar
55
F. Analisis Nilai-Nilai Religius Puisi “Meditasi” Karya Abdul Hadi Widji
Muthari
tiga macam:
1. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.
2. Nilai keindahan, atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur perasaan
(esthetis, gevoel, rasa) manusia.
3. Nilai kebaikan, atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak (will,
wollen, karsa) manusia.
Puisi “Meditasi” mengandung banyak nilai religius yakni nilai kebaikan, nilai
1. Di gerbang cahaya yang berkilauan akan segera nampak di depan kita sebuah
2. Gereja tua. Ketika lonceng berbunyi beribu burung terbang ke sana hendak
3. Mensucikan diri.
34. Flat karena aku pun adalah rumah-Nya
38. Kemauanku sendiri. Kata mereka, “Berbaiklah kepada semua orang dan
39. Berjalanlah di jalan suci!”
46. Mendengarkan khotbah dan nasehat. Sakramenku ialah ketiadaan. Sahabatku
47. Perobahan yang terus-menerus. Dan kota suciku ialah hati. Kalau di menara
54. Manusia begitu ajaib. Mereka pandai benar membuat ratusan teori
Data puisi di atas menampilkan sebuah nilai tentang kebenaran, kebenaran ini
dituliskan berdasarkan realita yang dilihat dan disaksasikan bahwa ketika Di gerbang
gereja tua. Ketika lonceng berbunyi beribu burung terbang ke sana hendak
56
mensucikan diri burung-burung di atas digambarkan sebagai jemaat yang datang
Begitupun dengan flat karena aku pun adalah rumah-Nya, data tersebut
menunjukkan bahwa sesungguhnya diri kita lah bait sucinya Allah dan Manusia
begitu ajaib. Mereka pandai benar membuat ratusan teori bahwa realita yang terjadi
manusia begitu pandai dalam berkomentar dengan banyak teori dalam mengeritik
38. Kemauanku sendiri. Kata mereka, “Berbaiklah kepada semua orang dan
Data 38, dan 39 di atas mengandung nilai makna kebaikan. Dimana kita harus
menabur benih kebaikan kepada semua orang supaya benih yang kita tabur, dapat
47. Perobahan yang terus-menerus. Dan kota suciku ialah hati. Kalau di menara
54. Manusia begitu ajaib. Mereka pandai benar membuat ratusan teori
57
BAB V
A. Kesimpulan
“Meditasi” karya Abdul Hadi Widji Muthari dari segi hakekat puisi dan nilai-nilai
1. Karya sastra
b. Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang selalu memberikan
kesan kepada pembacanya untuk berbuat yang lebih baik atau yang
2. Hakekat Puisi
amanat (intention).
58
- Puisi “Tuhan, Kita Begitu Dekat” bertemakan “Ketuhanan.” Tema
59
mengibaratkan wanita sebagai dunia yang seolah-olah mendorong
mandul.
3. Nilai-nilai Religius
kebaikan.
Dekat” dan “Meditasi” karya Abdul Hadi Widji Muthari, terdapat nilai
B. Saran
kehidupannya.
60
4. Dalam mengajarkan apresiasi sastra guru hendaknya memperkenalkan
kepada anak didik, bahwa puisi sebagai salah satu karya sastra memiliki
struktur pembangun yakni struktur fisik dan struktur batin. Hal ini perlu
diperkenalkan karena merupakan salah satu hal yang perlu dikaji untuk
mengapresiasi sastra.
61