Anda di halaman 1dari 3

A.

Apresiasi Puisi
Sebelum memahami mengenai arti apresiasi puisi, perlulah untuk mengetahui apa
itu apresiasi, dan puisi, kemudian barulah apresiasi puisi itu sendiri.

1. Apresiasi
Apresiasi adalah kegiatan atau usaha merasakan dan menikmati hasil-hasil karya
sastra. Apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-
sungguh sehingga menumbuhkan, pengertian, penghargaan, kepekaan perasaan yang
baik terhadap karya sastra.
Apresiasi sastra merupakan hasil usaha pembaca dalam mencari dan menemukan
nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran sistematik yang dapat
dinyatakan dalam bentuk tertulis (Sayuti, 2009:16).
S. Effendi (1982:5) berpendapat bahwa apresiasi adalah kegiatan menggauli cipta
sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan
pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
a. cara mengapresiasi sastra
Dalam mengapresiasikan karya sastra pada umumnya, hendaknya
mempunyai sikap-sikap sebagai berikut:
1) bersikap terbuka, tanpa prasangka.
2) Memandang karya sastra sebagai subjek.
Dengan demikian, kegiatan apresiasi sastra secara tidak langsung pada
gilirannya akan ikut berperan dalam mengembangkan kemampuan
apresiasi jika bahan bacaan yang ditelaah nya itu memiliki relevansi
dengan kegiatan apresiasi (Handayani, 2004:67).
Dengan demikian,kegiatan apresiasi sastra secara tidak langsung
itu pada gilirannya akan ikut berperan dalam mengembangkan
kemampuan apresiasi sastra jika bahan bacaan tentang sastra yang telah
ditelaahnya itu memiliki relevansi dengan kegiatan apresiasi sastra.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa apresiasi dapat dilakukan
melalui: pengamatan, penghayatan, pemahaman, penanggapan, penilaian,
dan implementasi atau penerapan.
2. Puisi
Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang paling tua menurut
sejarahnya. Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan
kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima, dan irama
yang terkandung dalam karya sastra itu. Adapun kekayaan makna yang terkandung
dalam puisi disebabkan oleh pemadatan segala unsur Bahasa (Kosasih, 2012:97).
Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan
Bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya (Waluyo,
1987:25).
3. Apresiasi Puisi
Kinayati Djojosuroto (2006:29) berpendapat bahwa apresiasi puisi berati
kemampuan atau ketrampilan yang dimiliki tiap orang dalam memahami makna puisi,
Objek apresiasi pada dasarnya adalah nilai-nilai dan makna yang terkandung dalam
teks. Mengapresiasikan puisi berarti kesanggupan dalam mengenal, memahami,
menghargai, menilai dan memberi makna terhadap puisi yang dibaca. Apres asi dapat
juga diartikan sebagai kegiatan memberikan penaksiran terhadap karya sastra dengan
nilai yang wajar, sadar serta kritis.
Kegiatan mengapresiasi puisi melibatkan tiga aspek, yaitu:
a. Aspek Kognitif: berkaitan dengan keterlibatan intelektual pembaca dalam
upaya memahami unsur-unsur puisi yang bersifat objektif.
b. Aspek Emotif: Aspek ini berkaitan dengan unsur emosi pembaca dalam upaya
menghayati unsur-unsur keindahan yang bersifat subjektif, seperti Bahasa
paparan yang mengandung makna konotasi, atau simbolis.
c. Aspek Evaluatif: Aspek ini berkaitan dengan kegiatan penilaian baik dan
buruk, indah atau tidak indah.

Perhatikan dua puisi di bawah ini.


Puisi berikut ditulis tatkala rezim militer Soeharto bertindak sewenang-wenang
dan berlindung di balik tameng Pancasila sebagai dasar negara. Pada saat itu rakyat
yang tidak sepaham dengan pemerintah akan dipojokkan bahkan dianggap sebagai
tindakan 'makar, akibatnya mereka harus diamankan' dilenyapkan dari permukaan
bumi.

Sajak Dor Dor Hure Dua


Dor!
Hidup Ketuhanan Yang Maha Esa!
Dor! Dor!
Hidup Kemanusiaan yang Adil dan Beradap!
Dor! Dor! Dor!
Hidup Persatuan Indonesia!
Dor! Dor! Dor! Dor!
Hidup Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
Kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!
Hidup Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia!
Dor!
Dor!
Dor Pancasila!
Dor! Dor!
(K.H.A Mustofa Bisni)
Bandingkan dengan puisi di bawah ini!

Sajak Prihatin
Katakan kawan apa yang mesti kulakukan
Bila setiap saat mesti kusaksikan
Demi perut tega saling sikut
Demi uang dan sejumput kenikmatan orang
O, katakan kawan apa mesti kulakukan
Karena diam menganggapnya drama kehidupan
Aku disiksa jerit nurani kemanusiaan
Sementara menulisnya di koran
Hanya kertas pembungkus kacang
(Aji Sayekti, Purworejo)

Apa yang Anda dapatkan dari kesan puisi yang kedua tadi, semua berisi sebuah
keprihatinan yang mendalam terhadap keadaan di era Orde Baru Pemerintah telah
menindas kebebasan rakyatnya untuk berekspresi, dalam memberikan teguran, kritik
melalui lisan dan karya sastra. Aroganisme seakan sebuah benteng baja yang sulit
ditembus oleh kebenaran. Seniman hanya bisa berekspresi dalam diam, sementara
yang kuat saling menindas kepada sesama, apalagi kepada yang lemah. Tulisan hanya
berakhir sebagai pembungkus kacang. Tidak pernah dibaca, kemudian dibuang tanpa
makna.

Anda mungkin juga menyukai