Anda di halaman 1dari 6

Subunit 1

Pengertian, Tingkatan, Dan Manfaat Apresiasi


Sastra Anak-Ana

I stilah apresiasi dan sastra anak-anak tentu bukan merupakan hal yang baru
bagi Anda, bukan? Istilah tersebut setiap saat selalu kita dengar, baca, atau
bahkan menggunakan istilah tersebut dalam berkomunikasi baik lisan maupun
tulisan. Bukan hanya itu, hampir setiap saat dalam kehidupan sehari-hari, kita
menggunakan apresiasi dan sastra anak-anak. Begitu seringnya kita
menggunakan istilah sastra anak-anak dan apresiasinya maka terkadang kita
lupa untuk memahami apa sesungguhnya hakikat apresiasi dan sasatra anak-
anak, tingkatan dan manfaat apresiasi sastra anak . Untuk memperoleh
pemahaman tentang pengertian, tingkatan, dan manfaat apresiasi dan sastra
anak-anak, baca baik-baik uraian berikut.

Pengertian Apresiasi Sastra Anak-anak


Untuk mehamai apresiasi sastra anak-anak perlu dipahamai dengan baik
kata apresiasi dan sastra anak-anak. Apresiasi berasal dari bahasa Latin
apreciatio yang berarti “mengindahkan” atau menghargai”. Berarti secara
harpiah apresiasi sastra adalah penghargaan terhadap karya sastra. Munculnya
penghargaan (yang positif) terhadap karya sastra merupakan manifestasi dari
adanya pengetahuan tentang sastra, sejumlah pengamalan emosional dan
penajaman kognitif di bidang sastra, serta pengalaman keterampilan bersastra,
baik secara reseptif maupun secara produktif . Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Disick yang menyatakan bahwa “aspek apresiasi yang berkaitan
dengan sikap penghargaan atau nilai berada pada domain afektif merupakan
tingkatan terakhir yang dapat dicapai...pencapaiannya memerlukan waktu yang
sangat panjang serta prosesnya berlangsung terus setelah pendidikan formal
berakhir” (dalam Wardani, 1981:1)
Sedangkan sastra anak-anak merupakan karya yang dari segi bahasa
memiliki nilai estetis dan dari segi isi mengandung nilai-nilai yang dapat
memperkaya pengalaman ruhani bagi kalangan anak-anak. Pramuki (2000)
mengungkapkan bahwa sastra anak-anak adalah karya sastra (prosa, puisi,
drama) yang isinya mengenai anak-anak; sesuai kehidupan, kesenangan, sifat-

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 3


sifat, dan perkembangan anak-anak. Sedang manurut Solchan dkk (1994:225)
membagi pengertian sastra anak-anak atas dua bagian, yakni sebagai berikut.
“Pertama sastra anak-anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang
yang usianya remaja atau dewasa yangisi dan bahasanya
mencerminkan corak kehidupan dan kepribadian anak. Kedua, sastra
anak anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usianya
masih tergolong anak-anak yang isi dan bahasanya mencerminkan
corak kehidupan dan kepribadian anak.

Dengan demikian, sastra anak-anak dapat dikatakan bahwa suatu karya


sastra yang bahasa dan isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak,
baik ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja atau oleh anak-anak itu
sendiri. Karya sastra yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk puisi dan
prosa, melainkan juga bentuk drama.
Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan apresiasi sastra anak-anak?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut lebih dahulu kita pahami pengertian
apresasi sastra menurut S.Effendi (1980:24) bahwa apresiasi sastra adalah
“suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh
pengertian, pengehargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang
baik terhadap cipta sastra.” Definisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

PENGERTIAN

PENGHARGA
B
AN
A
Meng-
I
gauli KEPEKAAN
K CIPTA
Sastra PIKIRAN

KEPEKAAN
PERASAAN

Pendapat S.Effendi tersebut sejalan dengan Squire dan Taba (dalam


Aminuddin, 1987:34) yang menyatakan bahwa “apresiasi sastra mengandung
tiga unsur inti: (a) aspek kognitif, (b) aspek emotif, (c) aspek evaluatif”. Aspek
kognitif sejalan pengertian , aspek emotif sejalan dengan kepekaan perasaan,

7 - 4 Unit 7
(c) aspek evaluatif berkaitan dengan kepekaan pikiran perasaan dan
penghargaan yang positif.
Lalu apa yang dimaksud dengan pengertian, penghargaan, kepekaan
pikiran kritis, dan kepekaan perasaan? Pertama, pengertian berkaitan dengan
pemahaman tentang teori-teori dasar sastra, seperti pengertian puisi, unsur-
unsur instrinsik prosa, dan lain-lain. Kedua, penghargaan berkaitan dengan
sikap pandang positif terhadap sastra bahwa sastra memiliki nilai-nilai positif
yang bermanfaat bagi penjernihan batin, peningkatan harkat kehidupan
individual-sosial. Ketiga, kepekaan pikiran kritis berkaitan dengan kemampuan
memahami dan mengungkapkan sinstesis tentang makna atau nilai-nilai yang
dikandung suatu karya sastra setelah mengadakan analisis yang teliti, saksama
dan menyeluruh. Adapun kepekaan perasaan berkaitan dengan kemampuan
menikmati dan menampilkan nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam karya
sastra, seperti rasa senang tidak senang, berkenaan dengan cerita dan tokoh,
perasaan terharu dan gembira berkenaan dengan nasib tokoh, persaan takut,
kecewa, dan kagum berkenaan dengan gambaran peristiwa dalam cerita yang
tergambar pada ekspresi wajah, gestur tubuh dan atau intonasi pada saat
pembacaan karya sastra tertentu.
Berdasar pengertian yang dikemukakan oleh S. Effendi, dapatlah kita
mengatakan bahwa apresiasi sastra anak-anak merupakan serangkaian kegiatan
bermain dengan sastra sehingga tumbuh pemahaman, penghargaan, kepekaan
pikiran kritis, kepekaan persaan yang baik bagi anak terhadap karya sastra anak-
anak.

Tingkatan Apresiasi Sastra


Adapun tingkatan apresiasi sastra, Wardani (1981) membagi tingkatan
apresiasi sastra ke dalam empat tingkatan sebagai berikut.
(1) Tingkat menggemari, yang ditandai oleh adanya rasa tertarik kepada buku-
buku sastra serta keinginan membacanya dengan sungguh-sungguh, anak
melakukan kegiatan kliping sastra secara rapi, atau membuat koleksi
pustaka mini tentang karya sastra dari berbagai bentuk.
(2) Tingkat menikmati, yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra karena mulai
tumbuh pengertian, anak dapat merasakan nilai estetis saat membaca puisi
anak-anak, atau mendengarakan deklamasi puisi/prosa anak-anak, atau
menonton drama anak-anak.
(3) Tingkat mereaksi yaitu mulai ada keinginan utuk menyatakan pendapat
tentang cipta sastra yang dinikmati misalnya menulis sebuah resensi, atau

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 5


berdebat dalam suatu diskusi sastra secara sederhana. Dalam tingkat ini
juga termasuk keinginan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
sastra.
(4) Tingkat produktif, yaitu mulai ikut menghasilkan ciptasastra di berbagai
media masa seperti koran, majalah atau majalah dinding sekolah yang
tersedia, baik dalam bentuk puisi, prosa atau drama.
Berbeda dengan P. Suparman (Tarigan, 2000) membagi tingkatan
apresiasi sastra atas lima tingkatan, yakni sebagai berikut:
(1) Tingkat penikmatan, misalnya menikmati pembacaan/deklamasi puisi,
menonton drama, mendengarkan cerita.
(2) Tingkat penghargaan, misalnya memetik pesan positif dalam cerita,
mengagumi suatu karya sastra, meresapkan nilai-nilai humanistik dalam
jiwa; menghayati amanat yang terkandung dalam puisi yang dibacanya atau
yang dideklamasikan.
(3) Tingkat pemahaman, misalnya mengemukakan berbagai pesan-pesan yang
terkandung dalam karya sastra setelah menelaah atau menganalisis unsur
instrinsik-ekstrinsiknya, baik karya puisi, prosa maupun drama anak-anak.
(4) Tahap penghayatan, misalnya melakukan kegiatan mengubah bentuk karya
sastra tertentu ke dalam bentuk karya lainnya (parafrase), misalnya
mengubah puisi ke dalam bentuk prosa, mengubah prosa ke dalam bentuk
drama, menafsirkan menemukan hakikat isi karya sastra dan argumen-
tasinya secara tepat.
(5) Tingkat implikasi, misalnya mengamalkan isi sastra, mendayagunakan hasil
apresiasi sasatra untuk kepentingan peningkatan harkat kehidupan,
Tingkatan apresiasi yang dipaparkan dia atas mendorong kita untuk tidak
sekedar menghasilkan karya sastra tetapi yang lebih penting adalah untuk
dihayati dan diamalkan oleh peserta didik dalam kehidupannya.

Manfaat Apresiasi Sastra


Apresiasi sastra memiliki berbagai manfaat. Moody dan Leslie S. (dalam
Wardani,1981) mengemukakan manfaat apresiasi sastra: (a) melatih keempat
keterampilan berbahasa, (b) menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup
manusia seperti adat istiadat, agama, kebudayaan, dsb, (c) membantu
mengembangkan pribadi, (d) membantu pembentukan watak, (e) memberi
kenyamanan, (f) meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru. Hal
tersebut sejalan dengan Huck (1987) yang mengemukakan dua manfaat
apresiasi sastra, yakni:

7 - 6 Unit 7
(1) nilai personal: memberi kesenangan, mengembangkan imajinasi,
memberi pengalaman yang dapat terhayati, mengembangkan
pandangan ke arah persoalan kemanusiaan, menyajikan pengalaman
yang bersifat emosional;
(2) Nilai pendidikan: membantu perkembangan bahasa, meningkatkan
kelancaran-kemahiran membaca, meningkatkan keterampilan
menulis, mengembangkan kepekaan terhadap sastra.
Manfaat apresiasi sastra yang dikemukakan tersebut, hanya manfaat (1)
mengembangkan imajinasi, (2) mengembangkan pandangan ke arah persoalan
kemanusiaan, (3) meningkatkan keterampilan membaca-menulis yang akan
diuraikan secara singkat.

a. Mengembangkan Imajinasi
Salah satu tujuan utama pembelajaran bahasa/sastra adalah
terbentuknya kemampuan siswa yang kreatif. Untuk menjdi kreatif, salah satu
aspek mutlak yang harus dimiliki adalah daya imajinasi yang memadai.
Akhadiah (1992:3) menyatakan bahwa “sesuangguhnya hanya dapat menjadi
kreatif jika siswa memiliki daya imajinasi.” Sebagaimana yang dikemukakan
Huck (1987) bahwa mengapresiasi sastra dapat mengembangkan imajinasi
siswa. Imajinasi yang dimaksud adalah daya pikir untuk membayangkan
(dalam angan) atau menciptakan sesuatu (gambar, karangan,dan sejenisnya)
berdasarkan kenyataan atau pengalaman sesorang (dalam KBBI, 1994:372).
Mengapa apresiasi sastra dapat meningkatkan imajinasi siswa?
Sebagai jawaban yang bersifat tentatif atas pertanyaan ini adalah dalam
bersastra daya pikir didorong untuk mengalami kebebasan berkhayal tanpa
kekangan aturan yang kaku “licentie puetica”. Kebebasan itu bukan berarti
sebebas-bebasnya tanpa batas dan tidak berakar pda dunia nyata yang bersifat
logis, luwes, dan dinamis. Dengan batas yang demikian orang yang bergelut
dalam dunia sastra dapat menciptakan kreasi yang di dalamnya selalu ada
unsur kebaruan, baik dari segi isi maupun dari segi bentuk. Misalnya, karya
Sutan Takdir Alisyahbana, Nur Sutan Iskandar, dan seniman lainnya.

c. Meluaskan pandangan tentang kemanusiaan


Melalu pergaulan dengan karya sastra berbagai pengalaman dapat
diperoleh yang kelak bisa berfungsi untuk meluaskan pandangan tentang
kemanusian sekaligus berkaitan dengan pembentukan watak dan pribadi yang
baik dalam mengarungi kehidupan masyarakat. Misalnya dalam puisi POT

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 7


oleh Sutarji Kalsum Bachri, memberi perluasan wawasan dan pengalaman
kejiwaan bahwa kita harus menjadi ibu, ibu yang mampu melahirkan generasi
yang berkualitas, generasi dapat mengharumkan bangsa di tingkat
internasional. Puisi Chairil “Sekali berarti/ Sudah itu mati” jika kita cermati
dengan sedalam-dalamnya, akan mendorong kita untuk memperbanyak amal
saleh, agar kita dapat memperoleh derajat yang tinggi di sisi-Nya, tidak
sederajat binatang atau lebih rendah lagi.

d. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa


Tujuan utama pembelajaran BI di SD adalah untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa. Kaitannya dengan apresiasi sastra yang dapat
meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemanfaatan karya sastra dalam pembelajaran dapat
meningkatkan keterampilan berbahasa. Misalnya, Lehman menemukan
bahwa siswa yang menggunakan karya sastra dalam membaca memperoleh
nilai yang lebih tinggi dalam hal kosa kata dan pemahaman isi bacaan
dibandingkan siswa yang bukan menggunakan karya sastra sebagai bahan
bacaan ( dalam Rofi’uddin,1997).
Adapun hubungannya dengan peningkatan keterampilan menulis
dengan memanfaatkan karya sastra sebagai bahan pembelajaran. Agustina
(1997) menemukan dalam penelitiannya bahwa anak kelas tiga SD yang
diajar menulis cerita melalui jurnal pribadi menunjukkan peningkatan
kelancaran dan keterampilan menulis. Oleh karena itu, Gani (1988:3)
mengungkapkan bahwa di negara-negara maju pembelajaran apresiasi
sastra tidak dipisahkan dengan pengajaran membaca dan menulis. Hal ini
sejalan dengan pendekatan terpadu bahwa pembelajaran kiranya komponen
bahasa disajikan secara terpadu seperti dalam pembelajaran sastra dipadukan
antara membaca, dan menulis .

7 - 8 Unit 7

Anda mungkin juga menyukai