Pengertian Deklamasi
Kata “deklamasi“ berasal dari bahasa Inggris “declamation” yang
berarti penyuaraan sesuatu lewat suara. Secara umum, deklamasi merupakan
suatu kegiatan membawakan atau menyampaikan puisi atau prosa secara lisan
disertai mimik, intonasi, dan gerak jasmaniah yang wajar sesuai konteks makna
larik atau yang dituturkan. Aspek-aspek tersebut harus saling menunjang dan
atau saling melengkapi dalam menciptakan suasana deklamasi yang dapat
memukau para penonton.
Secara umum saat ini, yang membedakan dengan deklamasi adalah baca
puisi “poetry reading” disampaikan dengan memegang naskah, sedangkan
deklamasi dilaksanakan dengan menghafal sajak yang akan dideklamasikan
tersebut. Selanjutnya, Junaedi (1989) mengemukakan beberapa perbedaan antara
baca puisi dan deklamasi dari berbagai segi: (1) baca puisi sipembaca
memegang naskah puisi sedang deklamasi tidak memegang naskah puisi
sehingga dapat berkonsentrasi dengan baik melakukan gerak jasmaniah secara
bervariasi, (2) pada baca puisi, jumlah dan panjang puisi yang dibaca lebih
banyak dan panjang daripada deklamasi, (3) pada baca puisi faktor
suara/intonasi banyak berperan, sedang deklamasi disamping intonasi juga
faktor mimik dan gestur atau gerak jasmaniah, (4) baca puisi relatif untuk diri
sendiri dan orang lain, sedang deklamasi semata-mata untuk orang lain.
b. Penguasaan mimik
Seorang deklamator harus memiliki kemampuan mengubah-ubah raut
muka yang alamiah dan wajar sesuai makna larik atau bait puisi yang
dideklamasikan, mimik marah, mimik takut, mimik terharu, mimik sedih,
mimik.heran, dan sebagainya
c. Penguasaan gestur
Seorang pembaca atau deklamator puisi harus memiliki penguasan
gerak anggota tubuh (gestur) secara reflek dan pantas sesuai isi larik puisi
yang dideklamasikan. Fungsinya sebagai komplementer bagi pelafalan dan
intonasi larik/baik yang dilantunkan.
9 - 4 Unit 9
ditampilkan. Karena itu, seorag pembaca/deklamator puisi harus memiliki
kemampuan memahami isi, suasana, sikap pengarang yang tersembunyi
dalam puisi yang dideklamasikan.
Mimik
pelafalan
Penilaian Gestur
deklamasi
Intonasi
di SD
Konversasi
a. Pelafalan
Pelafalan yang dimaksud adalah pelafalan bunyi vokal, konsonan secara
tepat, misalnya makan tidak diucapkan makang tetapi makan, cepat tidak
dilafalkan cepa’ tetapi cepat, kemana tidak dilafalkan kEmana tetapi kemana,
kiri tidak dilafalkan keri tetapi kiri dan sebagainya. Di samping itu, pelafalan
menyangkut pula dengan masalah kejelasan, yakni pelafalan bunyi vokal,
b. Intonasi
Intonasi yang dimaksud kaitannya dengan deklamasi puisi bukan hanya
berkaitan dengan aspek panjang pendeknya suara (tempo), tinggi rendahnya
suara (nada) melainkan juga termasuk keras lembutnya suara (tekanan) dan
perhentian suara sejenak (jeda) pada saat mendeklamasikan larik atau bait
puisi. Keseluruhan aspek tersebut tentu nampak secara keseluruha sebagai suatu
komponen yang saling berhubungan secara utuh.
Intonasi yang dimaksud di atas beranjak dari pengertian yang
dikemukakan oleh Keraf (1980:43) “bahwa intonasi adalah kerjasama antara
tekanan, nada, tekanan waktu, dan perhentian (jeda) yang menyertai suatu tutur
dari awal hingga akhir. Pengertian tersebut sejalan dengan pengertian intonasi
yang disampaikan oleh Asmara (1981:26) dengan istilah “lagu tutur, yang
meliputi: aksen, nada, irama, timbre, tempo, dan jeda.”
Pemaparan intonasi yang tepat dan sesuai pada saat mendek-lamasikan
suatu puisi tentu mencerminkan kualitas pemahaman dan penghayatan
deklamator tentang makna, suasana penuturan, dan sikap pengarang. Puisi yang
bersuasana sedih seperti puisi doa dan puisi yang berisi penderitaan,
intonasinya adalah nada rendah, tekanan lembut, tempo lambat. Puisi yang
bersuasana marah atau tegas seperti puisi kepahlawanan, intonasinya: nada
tinggi, tempo cepat, dan tekanan keras. Sedangkan puisi yang bersuasana
gembira seperti puisi yang mendeskripsikan keindahan alam, intonasinya: nada
sedang (tidak tinggi dan tidak rendah, tempo sedang, dan tekanan sedang).
Berdasarkan hal tersebut, puisi yang berjudul “Doa” jika dibaca dengan
intonasi tegas/marah seperti puisi kepahlawanan, tentu hilang nilai estetisnya
dan maknanya Demikian pula sebaliknya, puisi kepahlawan dibaca dengan
intonasi sedih tentu hilang pula nilai estetis dan makna yang dikandungnya.
Bahkan lebih dari itu akan menimbulkan kelucuan atau bahan tertawaan bagi
pendengar
9 - 6 Unit 9
Mimik adalah perubahan raut wajah sesuai konteks makna dan suasana
puisi atau prosa yang dibaca. Penampakan mimik yang tepat merupakan
cerminan dari tingkat pemahaman dan penghayatan makna dan suasana
penuturan, dan sikap pengarang karya sastra tersebut.
Ekspresi wajah (mimik) dalam deklamasi sastra dapat terdiri atas
beberapa macam, antara lain, mimik sedih, mimik marahh/tegas, mimik
gembira, dan sebagainya. Menurut Remelan, (1982) mengungkapkan berbagai
ciri mimik sebagai berikut.
e. Konversasi
Berdeklamasi di hadapan khalayak penonton secara langsung menurut
Aminuddin (2004) pada hakikatnya sedang berkomunikasi dengan penikmat itu
sendiri. Olehnya itu, deklamator selayaknya memperhatikan sikap yang dapat
menumbuhkan suasana simpatik dan keakraban antara dirinya dengan khalayak
penonton, misalnya penciptaan kontak lewat pandangan mata, pengaturan
posisi tubuh, pengaturan gerak-gerik tubuh secara wajar. Kepribadian
Di Kala Kuberdoa
Elviani
Dikala kuberdoa
Ada rasa damai di hati
Di kala kuberdoa
Air mata ini jatuh
Satu-satu di pipi
Di kala kuberdoa
Kusadari siapa diriku
Tidak putih, Tuhan
Ketika kuberdoa
Kudengar bisikanmu menyejukkan
Sekan menghapus keresahan hatiku
Terima kasih Tuhan
Atas kasih sayang-Mu padaku
9 - 8 Unit 9
- Saat membaca bait II, kedua tangan diangkat seperti berdoa lalu
telunjuk menunjuk ke mata lalu ke pipi secara berulang-ulang
- Saat membaca bait III, kedua tangan diangkat seperti saat berdoa lalu
tangan diletakkan di kening lalu telapak digerakkan ke kiri-kanan tanda
menolak.
- Saat membaca bait IV, kedua tangan diangkat ke atas seperti saat berdoa
lalu tangan kanan didekatkan ke telinga selanjutnya tangan disilangkan
lalu digerakan kedepan simbol menghapus.
- Saat membaa bait V, tangan kanan diangkat keatas lalu badan
membungkuk tanda hormat.
- Konversasi deklamator saat menampilkan puisi di atas tidak banyak
bergerak ke sana kemari secara cepat. Namun boleh juga pindah dari
depan ke belakang atau kiri ke kanan secara perlahan.
Alam Indonesia
Karina Kencana
Alangkah indah alam Indonesia
Gunung-gung menjulang tinggi
Sungainya tampak berliku-liku
Sawah dan ladang luas membentang
Nyiur melambai di pantai
Angin bertiup sepoi-spoi
Hawa pun terasa sejuk
Ombak memecah di tengah laut
Matahariari terbit di lereng gunung
Merah menyala pantulkan sinarnya
9 - 10 Unit 9
Rangkuman