Anda di halaman 1dari 34

Unit 9

DEKALAMASI DAN PEMENTASAN


KARYA SASTRA ANAK-ANAK

Abd. Halik

M endeklamasikan dan mementaskan sasra anak-anak merupakan unit IX


mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia di SD. Unit ini terdiri atas 2
subunit yaitu: (1) Mendeklamasikan puisi-anak-anak, dan (2) mementaskan
drama anak-anak. Dengan memahami materi ini, diharapkan Anda mampu
mendeklamsikan dan mementaskan drama anak-anak dengan baik. Secara
khusus setelah mempelajari unit ini diharapkan Anda dapat:
1. Menjelaskan pengertian baca puisi dan perbedaannya dengan deklamasi
puisi;
2. Syarat-syarat menjadi deklamator puisi;
3. Mengemukakan unsur penilaian deklamasi sastra anak-anak;
4. Menjelaskan pengertian drama;
5. Menjelaskan teknik-teknik mementaskan drama anak-anak;
6. Mengemukakan dasar-dasar penguasaan pementasan drama anak-anak.
Materi ini menjadi modal awal bagi Anda yang ingin menjadi pengajar
bahasa Indonesia yang baik di SD, karena dengan dikuasainya materi ini Anda
telah memiliki kemampuan yang dapat mendukung tugasnya dalam
membimbing anak didiknya sehingga semakin mahir mengapresiasi sastra
anak-anak seara produktif. Selain itu, Anda akan semakin luas wawasannya
tentang nilai-nilai pengalaman kemanusiaannya dan semakin tumbuh sikap
positifnya terhadap sastra anak-anak.
Setelah memahami tujuan mempelajari unit ini, ikutilah bagian-bagian
bahan ajar ini secara bertahap-berkesinambungan. Pelajari setiap bagian secara
cermat dan saksama. Mulailah dengan membaca konsep, uraian, dan contoh-

Kajian Bahasa Indonesia di SD 9- 1


contoh yang terdapat di dalamnya. Untuk menambah pemahaman dan wawasan
Anda, pelengkap materi unit ini juga terdapat di web-site. Bukalah web-site.
Masih ingat kan, caranya? Jangan lupa mengerjakan latihan/tugas. Setiap
latihan/tugas disertai dengan rambu pengerjaan atau jawaban latihan. Rambu-
rambu tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada Anda tentang
bagaimana latihan dikerjakan dan seperti apa hasil pengerjaan latihan yang
dianggap benar. Tapi ingat, jangan terburu-buru membuka rambu-rambu atau
kunci jawaban. Karena, bila hal itu Anda lakukan, Anda akan terbiasa tidak
akan pernah belajar.
Jangan lupa pula membaca rangkuman. Pahamilah rangkuman dengan
baik. Bila Anda mendapat kesulitan dalam memahami kata atau istilah yang
terdapat pada unit ini, lihatlah glosarium dalam unit ini atau manfaatkanlah
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Setelah melakukan kegiatan secara bertahap-berkelanjutan seperti
disebutkan di atas, dan merasa telah menguasai materi unit ini, sekarang
kerjakan soal-soal tes formatif. Setelah itu, cocokkan jawaban tes formati Anda
dengan kunci jawaban yang tersedia di akhir unit ini sehingga dapat mengetahui
kemampuan Anda yang sesungguhnya. Analisislah materi mana yang telah
Anda kuasai dengan baik dan materi mana yang belum Anda kuasai. Untuk
materi yang belum Anda kuasai, bacalah kembali konsep, uraian, contoh-
contoh, dan rangkuman yang ada.
Selamat berlatih mendeklamasi dan mementaskan sastra anak-anak
dengan baik! Semoga Anda kelak sukses menjadi deklamator dan aktor yang
baik dan mampu memukau penonton !

9 - 2 Unit 9
Subunit 1

Deklamasi Karya Sastra Anak-Anak

A pakah Anda ingin menjadi deklamator/pembaca puisi yang hebat? Tentu,


karena menjadi pemabca puisi yang baik, di samping dapat menyenangkan
bagi diri sendiri juga dapat menghibur orang lain. Namun permasalahannya,
sekarang sudahkah Anda memahami perbedaan antara deklamasi puisi dan baca
puisi, serta aspek-aspek apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam
mendeklamasikan puisi dengan baik. Untuk memperoleh pemahaman tentang
deklamasi puisi dan aspek yang perlu diperhatikan agar pada
saat mendeklamasikan puisi supaya dapat terasa indah bagi penikmat,
ikuti dengan sungguh-sungguh uraian berikut.

Pengertian Deklamasi
Kata deklamasi berasal dari bahasa Inggris declamation yang
berarti penyuaraan sesuatu lewat suara. Secara umum, deklamasi merupakan
suatu kegiatan membawakan atau menyampaikan puisi atau prosa secara lisan
disertai mimik, intonasi, dan gerak jasmaniah yang wajar sesuai konteks makna
larik atau yang dituturkan. Aspek-aspek tersebut harus saling menunjang dan
atau saling melengkapi dalam menciptakan suasana deklamasi yang dapat
memukau para penonton.
Secara umum saat ini, yang membedakan dengan deklamasi adalah baca
puisi poetry reading disampaikan dengan memegang naskah, sedangkan
deklamasi dilaksanakan dengan menghafal sajak yang akan dideklamasikan
tersebut. Selanjutnya, Junaedi (1989) mengemukakan beberapa perbedaan antara
baca puisi dan deklamasi dari berbagai segi: (1) baca puisi sipembaca
memegang naskah puisi sedang deklamasi tidak memegang naskah puisi
sehingga dapat berkonsentrasi dengan baik melakukan gerak jasmaniah secara
bervariasi, (2) pada baca puisi, jumlah dan panjang puisi yang dibaca lebih
banyak dan panjang daripada deklamasi, (3) pada baca puisi faktor
suara/intonasi banyak berperan, sedang deklamasi disamping intonasi juga
faktor mimik dan gestur atau gerak jasmaniah, (4) baca puisi relatif untuk diri
sendiri dan orang lain, sedang deklamasi semata-mata untuk orang lain.

Kajian Bahasa Indonesia di SD 9- 3


Meskipun banyak segi yang membedakan deklamasi dan baca puisi, tak
perlu ditonjolkan, seperti yang dikatakan oleh Ali (1982) bahwa perbedaan
tersebut tidak merupakan suatu ketentuan yang definitif dan bersifat mengikat.
Kalau deklamator menghafal sajak, tidak lain hanyalah persoalan teknis,
sekedar untuk memberikan kekebasan kepada si deklamator untuk
berimprovisasi. Dengan kata lain, deklamasi dan baca puisi, pada hakikatnya
sama, yakni keduanya menyampaikan puisi secara lisan kepada khalayak
penonton untuk dinikmati nilai-nilai estetis dan nilai-nilai humanistik puisi
tersebut.

Syarat Mendeklamasikan Puisi


Menjadi pendeklamasi puisi yang baik ada sejumlah syarat yang perlu
dipenuhi. Syarat-syarat tersebut sifatnya saling menunjang. Salah satu syarat
yang kurang dipenuhi akan berpengaruh secara totalitas terhadap taraf
kemenarikan deklamasi puisi yang ditampilkan. Menurut Ali (1982) syarat yang
harus dipenuhi seorang pembaca/deklamasi pusi adalahsebagaia berikut.

a. Mempunyai kemampuan teknis


Kemampuan teknis yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang pem-
baca atau deklamator puisi yang baik adalah suara yang jelas, vokal yang
sempurna, mahir membentuk irama, mamp mengubah warna suara secara
teat dan menarik.

b. Penguasaan mimik
Seorang deklamator harus memiliki kemampuan mengubah-ubah raut
muka yang alamiah dan wajar sesuai makna larik atau bait puisi yang
dideklamasikan, mimik marah, mimik takut, mimik terharu, mimik sedih,
mimik.heran, dan sebagainya
c. Penguasaan gestur
Seorang pembaca atau deklamator puisi harus memiliki penguasan
gerak anggota tubuh (gestur) secara reflek dan pantas sesuai isi larik puisi
yang dideklamasikan. Fungsinya sebagai komplementer bagi pelafalan dan
intonasi larik/baik yang dilantunkan.

d. Penguasaan memahami puisi dengan tepat


Salah memahami isi suatu sajak yang dideklamasikan akan
berpengaruh terhadap lafal-intonasi, mimik, dan gerak tubuh yang

9 - 4 Unit 9
ditampilkan. Karena itu, seorag pembaca/deklamator puisi harus memiliki
kemampuan memahami isi, suasana, sikap pengarang yang tersembunyi
dalam puisi yang dideklamasikan.

Deklamsi dan Unsur Penilaiannya


Menilai dan menentukan suatu deklamasi yang baik perlu
memperhatikan berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut, menurut Ali (1984)
meliputi aspek interpretasi dan presentasi. Interpretasi meliputi: visi, artikulasi,
dan intonasi, sedang presentasi meliputi: vokal, gestur atau gerak, tekanan,
volume suara, ekspresi mimik. Sedangkan menuurut Aminuddin (2004) bahwa
aspek-aspek yang diiperhatikan dalam menilai suatu deklamasi adalah (1) aspek
pemahaman dan penghayatan tentang makna, suasana penuturan, sikap
pengarang, dan intensi pengarang, (2) aspek pemaparan yang meliputi: kualitas
ujaran, tempo, durasi, pelafalan, ekspresi wajah., kelenturan tubuh, dan
konversasi.
Sasaran penilaian deklamasi di atas adalah untuk orang dewasa. Yang
diperlukan adalah aspek penilaian untuk keperluan deklamasi anak usia Sekolah
Dasar. Namun demikian, aspek penilaian di atas tetap dijadikan acuan, hanya
saja mengalami penyederhanaan. Penilaian deklamsi puisi untuk keperluan
anak usia Sekolah Dasar adalah terdiri atas lima aspek.
Kelima aspek tersebut dapat dilihat secara utuh pada skema berikut.

Mimik
pelafalan

Penilaian
Gestur
deklamasi
di SD Intonasi
Konversasi

a. Pelafalan
Pelafalan yang dimaksud adalah pelafalan bunyi vokal, konsonan secara
tepat, misalnya makan tidak diucapkan makang tetapi makan, cepat tidak
dilafalkan cepa tetapi cepat, kemana tidak dilafalkan kEmana tetapi kemana,
kiri tidak dilafalkan keri tetapi kiri dan sebagainya. Di samping itu, pelafalan
menyangkut pula dengan masalah kejelasan, yakni pelafalan bunyi vokal,

Kajian Bahasa Indonesia di SD 9- 5


konsonan, dengan volume suara yang jelas dan sempurna, misalanya vokal /o/
dilafalkan denga suara yang keras atau jelas serta dengan bentuk mulut yang
tidak setenga bundar.

b. Intonasi
Intonasi yang dimaksud kaitannya dengan deklamasi puisi bukan hanya
berkaitan dengan aspek panjang pendeknya suara (tempo), tinggi rendahnya
suara (nada) melainkan juga termasuk keras lembutnya suara (tekanan) dan
perhentian suara sejenak (jeda) pada saat mendeklamasikan larik atau bait
puisi. Keseluruhan aspek tersebut tentu nampak secara keseluruha sebagai suatu
komponen yang saling berhubungan secara utuh.
Intonasi yang dimaksud di atas beranjak dari pengertian yang
dikemukakan oleh Keraf (1980:43) bahwa intonasi adalah kerjasama antara
tekanan, nada, tekanan waktu, dan perhentian (jeda) yang menyertai suatu tutur
dari awal hingga akhir. Pengertian tersebut sejalan dengan pengertian intonasi
yang disampaikan oleh Asmara (1981:26) dengan istilah lagu tutur, yang
meliputi: aksen, nada, irama, timbre, tempo, dan jeda.
Pemaparan intonasi yang tepat dan sesuai pada saat mendek-lamasikan
suatu puisi tentu mencerminkan kualitas pemahaman dan penghayatan
deklamator tentang makna, suasana penuturan, dan sikap pengarang. Puisi yang
bersuasana sedih seperti puisi doa dan puisi yang berisi penderitaan,
intonasinya adalah nada rendah, tekanan lembut, tempo lambat. Puisi yang
bersuasana marah atau tegas seperti puisi kepahlawanan, intonasinya: nada
tinggi, tempo cepat, dan tekanan keras. Sedangkan puisi yang bersuasana
gembira seperti puisi yang mendeskripsikan keindahan alam, intonasinya: nada
sedang (tidak tinggi dan tidak rendah, tempo sedang, dan tekanan sedang).
Berdasarkan hal tersebut, puisi yang berjudul Doa jika dibaca dengan
intonasi tegas/marah seperti puisi kepahlawanan, tentu hilang nilai estetisnya
dan maknanya Demikian pula sebaliknya, puisi kepahlawan dibaca dengan
intonasi sedih tentu hilang pula nilai estetis dan makna yang dikandungnya.
Bahkan lebih dari itu akan menimbulkan kelucuan atau bahan tertawaan bagi
pendengar

c. Ekspresi Wajah (mimik)


Mimik adalah perubahan raut wajah sesuai konteks makna dan suasana
puisi atau prosa yang dibaca. Penampakan mimik yang tepat merupakan
cerminan dari tingkat pemahaman dan penghayatan makna dan suasana
penuturan, dan sikap pengarang karya sastra tersebut.
Ekspresi wajah (mimik) dalam deklamasi sastra dapat terdiri atas
beberapa macam, antara lain, mimik sedih, mimik marahh/tegas, mimik
gembira, dan sebagainya. Menurut Remelan, (1982) mengungkapkan berbagai
ciri mimik sebagai berikut.

Mimik sedih: wajah tampak muram, pandangan mata


kelihatan sayu , bibir mengatup rapat. Mimik marah: mata
membelalak , tampak galak, dahi berkerut. Mimik gembira:
pandangan mata bercahaya, muka berbinar-binar, bibir
merekah tersenyum.

Kemampuan seorang pemain dalam menunjukkan mimik yang sesuai


tuntutan peran dalam naskah merupakan suatu hal yang turut menentukan taraf
keberhasilan suatu pementasan; kapan mimik atau ekspresi wajah pemain
khususnya pemain utama kurang sesuai, penonton akan memberi penilaian
kurang menyenangkan.

d. Gestur (kelenturan tubuh)


Yakni kemampuan pembaca menguasai anggota tubuh dalam
menggerakkannya secara lentur, refleks namun kelihatan wajar dan alamiah
sebagai sarana penunjang. Gestur atau gerak jasmaniah harus selalu sejalan
dengan pemaparan intonasi dan perasaan pembaca, misalnya saat membaca larik
puisi gunung yang tinggi, tangan menunjuk ke atas secara lentur dan refleks,
pada saat membaca larik /sungai yang berkelok-kelok/ tangan bergerak
berkelok-kelok secara lentur dan refleks dan sebagainya

e. Konversasi
Berdeklamasi di hadapan khalayak penonton secara langsung menurut
Aminuddin (2004) pada hakikatnya sedang berkomunikasi dengan penikmat itu
sendiri. Olehnya itu, deklamator selayaknya memperhatikan sikap yang dapat
menumbuhkan suasana simpatik dan keakraban antara dirinya dengan khalayak
penonton, misalnya penciptaan kontak lewat pandangan mata, pengaturan
posisi tubuh, pengaturan gerak-gerik tubuh secara wajar. Kepribadian
deklamator yang gampang demam panggung, pemalu, dan tidak percaya diri,
tentu sulit menampilkan kesan yang simpati yang dapat memukau bagi khalayak
penonton. Kompersasi mengindikasikan bahwa deklamator mampu tampil di
atas pentas dengan sikap dan penampilan yang komunikatif dan menarik bagi
penonton.
Anda telah mencermati kelima aspek penilaian deklamasi puisi di
atas, bukan! Bagaimana mendeklamasikan puisi yang berjudul Di Kala
Kuberdoa berikut ini?

Di Kala Kuberdoa
Elviani
Dikala kuberdoa
Ada rasa damai di hati
Di kala kuberdoa
Air mata ini jatuh
Satu-satu di pipi
Di kala kuberdoa
Kusadari siapa diriku
Tidak putih, Tuhan
Ketika kuberdoa
Kudengar bisikanmu menyejukkan
Sekan menghapus keresahan hatiku
Terima kasih Tuhan
Atas kasih sayang-Mu padaku

Dengan memperhatikan secara kritis puisi di atas, maka berikut


dipaparkan hal hal yang perlu diperhatikan saat membaca puisi di atas,
khususnya dari segi intonasi, mimik, gestut tubuh, dan konversasi.
- Pembacaan puisi Di Kala Keberdoa dominan menggunakan intonasi
.sedih: tempo lambat, nada rendah, dan tekanan dinamik yang lembut
- Pembacaan puisi Di Kala Kuberdoa menggunakan mimik sedih pada
bait kedua, ketiga, keempat, dan mimik gembira pada bait pertama dan
larik kedua bait ke-4 .
- Gerak refleks anggota tubuh saat mendeklamasikan puisi di atas
adalahSaat membaca bait I, kedua tangan diangkat ke atas seperti berdoa
lalu diletakkan di atas dada
- Saat membaca bait II, kedua tangan diangkat seperti berdoa lalu
telunjuk menunjuk ke mata lalu ke pipi secara berulang-ulang
- Saat membaca bait III, kedua tangan diangkat seperti saat berdoa lalu
tangan diletakkan di kening lalu telapak digerakkan ke kiri-kanan tanda
menolak.
- Saat membaca bait IV, kedua tangan diangkat ke atas seperti saat berdoa
lalu tangan kanan didekatkan ke telinga selanjutnya tangan disilangkan
lalu digerakan kedepan simbol menghapus.
- Saat membaa bait V, tangan kanan diangkat keatas lalu badan
membungkuk tanda hormat.
- Konversasi deklamator saat menampilkan puisi di atas tidak banyak
bergerak ke sana kemari secara cepat. Namun boleh juga pindah dari
depan ke belakang atau kiri ke kanan secara perlahan.

Anda telah perhatikan penjelasan di atas, bukan? Bagaimana? Sudah


memahami tentang deklamasi dan baca puisi serta unsur penilaiannya? Apakah
sudah bisa mendeklamasikan puisi dengan baik? Kalau ya, silakan kerjakan
latihan berikut!

(1) Jelaskan perbedaan antara baca puisi dan deklamasi puisi!


(2) Unsur apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam deklamasi puisi dan
bagaimana perbedan antara unsur penilaian tersebut?
(3) Pilihlah salah satu puisi yang Anda senangi berikut ini untuk
dideklamasikan!

Alam Indonesia
Karina Kencana
Alangkah indah alam Indonesia
Gunung-gung menjulang tinggi
Sungainya tampak berliku-liku
Sawah dan ladang luas membentang
Nyiur melambai di pantai
Angin bertiup sepoi-spoi
Hawa pun terasa sejuk
Ombak memecah di tengah laut
Matahariari terbit di lereng gunung
Merah menyala pantulkan sinarnya
Burung-burung berkicau merdu mengasyikkan
Seakan memberi salam pada-Nya.
Harian Pedoman Rakyat , 22 April 2004

Engkau Yang Berjasa


S. Pebriani
Kupuji tugasmu
Kuhormati dirimu
Kukagumi ketabahanmu
Kuhargai pengabdianmu
Hidupmu yang penuh kesederhanaan
Hatimu yang penuh keikhlasan
Kata-katamu yang berisi nasihat dan saran
Bagaikan pelita di dalam kegelapan
Engkaulah pahawan tanpa tanda jasa
Engkaulah penunjang kemajuan bangsa
Engkau sumbangkan jiwa dan raga
Untuk tanah air tercinta
Guru.
Betapa mulia tugasmu
Tanpa keikutsertaanm
Tak mungkin negaraku maju

Rambu-rambu pengerjaan latihan


(1) Untuk mengerjakan latihan bagian pertama perlu Anda memiliki
pemahaman berbagai aspek terkait kedua hal tersebut dengan baik, yakni
memahami arti dasar kedua kata tersebut!
(2) Sebelum Anda mengerjakan latihan bagian kedua, Anda perlu mencermati
dan membayangkan dirinya sedang mengikuti atau menonton perlombaan
baca puisi di suatu tempat!
(3) Kalau Anda akan mendeklamasikan puisi di atas, baca secara berlang-
ulang lalu berkonsentrasi dengan sungguh-sungguh. Pahami dengan baik
makna kata demi kata dan suasana penuturannya. Selanjutnya, perhatikan
pelafalan, intonasi, mimik, gestur dan konversasi Anda di atas pentas.
Rangkuman

Deklamasi puisi atau prosa anak-anak merupakan suatu kegiatan


penyampaian sajak atau prosa melalui suara secara langsung atau secara
lisan di depan khalayak.
Syarat yang perlu dipenuhi untuk menjadi pembaca puisi yang baik
adalah kemampuan teknis, gestur tubuh yang wajar, pengugasaan mimik,
dan pemahaman isi sajak.
Unsur-unsur yang dinilai dalam deklamasi puisi adalag aspek
pelafalan atau volume suara yang sempurna, (2) intonasi yakni penuturan
suatu larik atau kalimat yang di dalamnya merangkaikan secara harmonis
antara tempo, nada, tekanan sesuai konteks makna kalimat/larik yang
dilafalkan, (3) mimik yakni perubahan raut wajah atau ekspresi wajah sesuai
konteks makna larik/kalimat yang mendukung intonasi yang dituturkan, (4)
gestur yakni gerak tubuh secara refleks dan wajar sesuai konteks makna
larik/kalimat untuk mendukung mimik yang dipaparkan, (5) konversasi
adalah sikap deklamator di atas pentas yang dapat menumbukan keakraban
dan simpati para penonton.
Tes Formatif 1

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan!
1. Deklamasi berasal kata...
A. deklamation
B. declamation
C. declamatio
D. declamatisation
2. Saat deklamator membaca larik puisi /lari ke kiri ke kanan/ lalu tangannya
bergerak kiri ke kanan. Gerak deklamator tersebut dinilai dari segi...
A. ekspresi
B. gestur
C. konversasi
D. intonasi
3. Mimik sedih ditandai dengan dengan ciri-ciri......
A. Muka bercahaya, pandangan mata bercahaya, mulut tersenyum
B. Muka tanpak muram, mulut terbuka, dan pandang mata sayu
C. muka tanpak muram, pandangan mata sayu, mulut tertutup
D. Mata terbelalak/melotot, muka kemerah-merah, dan kening berkerut.
4. Indahnya negeriku
Alanya hijau
Bertaburan bunga mewangi
...................
Saat membaca penggalan puisi diatas sebaiknya dengan intonasi. yang ...
A. Tempo cepat, nada tinggi, tekanan lembut
B. Tempo sedang, tekanan sedang, nada sedang
C. Tempo lambat, nada rendah. tekanan lembut
D. Tempo cepat, nada tinggi, tekanan dinamik keras

5. Matanya membelalak-melotot, mukanya kemerah-merahan, dan keningnya


berkerut adalah ciri-ciri....
A. Mimik marah
B. Mimik humor
C. Mimik sedih
D. Mimik gembira
6. Pada saat membaca larik puisi / Aku sedih/ , /Ibu telah tiada/ raut wajahnya
kelihatan muram, pandangan matanya sayu dan mulutnya tertutup, peristiwa
deklamasi puisi tersebut dinilai dari segi
A. Mimik
B. Gestur
C. Konversasi
D. Intonasi
7. Untuk kepeluan baca puisi anak SD, unsur yang dinilai dalam baca puisi
terdiri atas
A. Dua unsur
B. Tiga unsur
C. Empat unsur
D. Lima unsur
8. Berikut ini adalah aspek yang membedakan deklamasi puisi dan baca puisi,
KECUALI ....
A. Baca puisi pegang naskah sedang deklamasi puisi hapal naskah
B. Baca puisi relatif lebih panjang/banyak , deklamasi puisi terbatas
C. Intonasi merupakan penekanan dalam baca puisi , penekanan deklamsi
puisi adalah intonasi, mimik, dan gestur
D. Baca puisi lebih mudah dan menyenangkan , deklamasi puisi lebih sulit
dan kurang menyenangkan.
9. Unsur-unsur yang dinilai saat deklamasi sastra (prosa puisi) anak-anak
adalah....
A. Pelafalan mimik artikulasi pengayatan - gestur
B. Pelafalan intonasi mimik ekspresi - konversasi
C. Pelafalan - tempo - artikulasi - intonasi - mimik
D. Pelafalan intonasi - mimik gestur - konversasi
10. Kerja secara proporsional antara nada, tempo tekanan dinamik, jeda yang
menyertai suatu tutur disebut ....
A. Intonasi
B. mimik
C. Gestur
D. Konversasi
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
Apakah semua soal sudah Anda kerjakan dengan baik? Sudah, kan!.
Kalau sudah, sekarang cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes
formatif subunit 1 ini yang terdapat pada bagian akhir Unit 1 ini. Hitunglah
jawaban Anda yang benar, kemudian gunakanlah rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi subunit 1.

Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100%
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 100% = baik sekali
80 89% = baik
70 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, selamat! Anda
sukses! Anda dapat terus mempelajari subunit berikutnya. Bila tingkat
penguasaan Anda masih di bawah 80%, jangan putus asa. Ulangilah
mempelajari subunit 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
Subunit 2

Pementasan Drama

B iasa Anda mementaskan drama? Atau, sering menoton pementasan drama?


Anda sangat menikmatinya sekaligus memperoleh pengalaman yang dapat
memperkaya kepribadian Anda, bukan! Yah, oleh karena itu, mungkin Anda
bertanya dalam hati, apa itu drama dan teknik pementasannya, teknik-teknik apa
saja yang perlu dipahami sebagai pemain drama, serta adakah dasar-dasar
apresiasi drama anak-anak yang perlu dikuasai? Untuk memahami hal tersebut
ikuti uraian berikut dengan teliti dan saksama.

Pengertian Drama
Apakah yang disebut drama? Drama adalah suatu genre sastra yang
ditulis dalam bentuk dialog yang tujuannya bukan untuk dibaca melainkan untuk
dipertunjukkan oleh aktor di atas pentas. Hal tersebut sejalan dengan Hermawan
(1988:2) bahwa drama merupakan cerita konflik manusia dalam bentuk dialog
yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action
di hadapan penonton. Sehubungan dengan drama sebagai salah satu karya
sastra, oleh Sumardjo (1984) memiliki unsur-unsur: tema, plot, latar, karakter,
dialog, pembagian waktu, efek, dan retorika. Unsur-unsur tersebut saling
mendukung dalam membentuk suatu sistem yang kompak. Namun demikian
Japi Tambojang (dalam Tjahyono dan Setiawan, 1998: 6.3) menyatakan bahwa
secara teknis naskah drama dibangun dua komponen penting yaitu wawancang
dan kramaagung.
Wawancang adalah suatu percakapan yang harus dihapal oleh aktor yang
disertai pemahaman intonasi yang tepat. Dalam wawancang atau dialog tentu
harus dipahami suasana emotif yang menyertainya sepoerti jengkel, terharu,
marah, sedih, bangga, bimbang, dan sebagainya. Sedangkan kramagung
merupakan instruksi yang membantu aktor untuk berakting di atas panggung
dengan tepat sekaligus sebagai rambu-rambu atau petunjuk bagi penata
panggung mempersiapkan tempat pementasan yang sesuai latar adegan atau
babak yang akan dipentaskan. Misalnya:
LISWATY DUDUK DI KURSI BELAKANG. IA ADALAH GADIS
JELITA, BERUSIA SEKITAR 20 TAHUN, MENGENAKAN PAKAIAN DAN
DANAN MUTKHIR. TAS DAN SATU EKS BUKU DIKTAT YANG
DIBAWA, RTERLETAK DI KURSI KIRI. SEKARANG IA SEDANG
MEMBACA KORAN SAMBIL SESEKALI MENOLEHH ARAH PINTU
BELAKANG.
KEMUDIAN SAPARI MUNCUL DAR IP INTU BELAKANG
DENGAN TERSENYUM. IA BERUSIA SEKITAR 27 TAHUN UMURNYA...

Lisawaty : Bagaimana si Orok. Tak perlu bantuanku, bukan?


Sapari : O, tidak Dsudah beres. Tidur pulas ia sekarang. Jadinya lega
aku.
Lisawaty : Tak kusangka engkau seterampil itu.
Sapari : (MELANGKAH KE KURSI DEKAT MEJA) Ucapan orang
bijaksana memang selalu benar.

(Drama PendekTanpa Pembantu, oleh A.Adjib Hamzah, 1985)

Naskah yang ditulis dengan huruf kapital dan dalam kurung disebut
kramagung sedangkan yang bagimana naskah yang ditulis dengan huruf kecil
disertai tanda petik adalah contoh wawancang atau dialog.

Teknik Mementaskan Drama


Dalam mementaskan atau bermain drama perlu memahami berbagai
teknik. Menurut Rendra (1978) ada beberapa teknik yang perlu diperhatikan
dalam mementaskan drama Teknik tersebut dilihat secara jelas dan utuh pada
skema berikut.
Teknik Muncul

Teknik Pengembangan

Teknik Memberi Isi

Teknik Pengembangan

TEKNIK Teknik Timing


BERMAIN
DRAMA
Teknik Penonjolan

1. Teknik Muncul
Cara pemain memunculkan diri pada saat tampil pertama kalinya di
atas pentas dalam satu drama babak, atau adegan. Pemunculan tersebut
memberi kesan pada para penonton sesuai peran yang dimainkan. Jika
memerankan seorang ustadz, dia harus memperlihat diri sebagaimana
layaknya ustadz, berpakaian muslim dengan tutur kata yang lemah lembut
sesuai dan prilaku kelihatan sopan dan santun kepada siapa pun.

2. Teknik memmberi Isi


Pengucapan suatu kalimat dengan penekanan makna tertentu melalui
tempo, nada, dinamik, misalnya :
DIA sangat baik padaku (bukan saya atau mereka)
Dia SANGAT baik padaku (bukan kurang atau cukup)
Dia sagat BAIK padaku ( bukan tidak baik )
Dia sangat baik PADAKU (bukan orang lain tapi padaku)
Teknik ini harus terpadu dengan teknik jasmaniah seperti mimik, sikap,
gerak anggota badan lainnya (gestur)
3. Teknik Pengembangan
Teknik membuat drama bergerak dinamis menuju klimas atau drama
tidak datar. Teknik terbagi atas beberapa teknik yang intinya menyangkut
penggunan pengucapan dan jasmaniah,
(a) Teknik pengembangan pengucapan: seperti menaikkan volume suara
atau sebaliknya, menaikkan tinggi nada suara atau sebaliknya,
menaikkan kecepatan tempo suara atau sebaliknya
(b) Teknik pengembangan jasmaniah, yakni
- Menaikkan posisi jasmaniah, dari duduk menjadi berdiri lalu
berjongkok dan seterusnya
- Dengan cara memalingkan kepala, tubuh atau seluruh tubuh
- Dengan cara berpindah tempat dari kiri ke kanan , dari belakang ke
depan, dan sebagainya.
- Dengan cara menggerakan anggota badan tanpa berubah tempat
seperti menggerakkan kaki atau jari
- Dengan ekspresi wajah (mimik) untuk mencerminkan emosi
tertentu, misalnya mata sendu, muram untuk mengekspresikan
kesedihan dan sebagainya.

4. Teknik Timing
Tekni ini merupakan ketepatan hubungan antara gerakan jasmaniah
dengan kata-kata atau kalimat yang diucapkan dalam waktu yang singkat
atau sekejap, misalnya:
- Bergerak sebelum mengucapkan kata-kata tertentu, seperti menepuk
kepala aku lupa, maaf!
- Bergerak sambil mengucapkan sesuatu seperti menepuk kepala sambil
mengucapkan Aku lupa, maaf!
- Bergerak setelah mengucapkan sesuatu seperti Aku lupa, maaf! lalu
menepuk kepala.

5. Teknik Penonjolan
Penonjolan isi merupakan teknik dimana seorang pemain harus
memahami pada bagian mana suatu kalimat yang perlu ditonjolkan pada
saat diucapkan. Seterusnya pada bagian mana dalam suatu adegan/babak
yang perlu ditonjokan. Hal ini agar penonton dapat menikmati pementasan
dengan penuh keharuan.
Dasar-dasar Pementasan Drama Anak-anak
Sebelum bermain drama anak-anak, Junaedi (1989) dan Ramelan (1982)
mengemukakan beberapa dasar-dasar pementasan yang perlu dikuasai dengan
baik supaya pemntasan dapat menarik simpati penonton. Dasar-dasar tersebut
sebagai berikut.

(1) Penguasaan Vokal


Seorang calon pemain drama harus menguasai pelafalan bunyi
konsonandan vokal sesuai artikulasinya secara tepat dan sempurna. Disertai
suara yang jelas dan keras.. Penguasaan vokal ini biasanya di tempat
terbuka untuk mengulang-ulang vokal tertentu sampai sempurna
pengucapannya.

(2) Penguasaan Mimik.-Intonasi Dasar


Seorang calon pemin harus menguasai mimik dasar seperti mimik
sedih, gembira, marah. Mimik marah biasa ditandai dengan mata melotot,
muka kemerah-merahan, kening berkerut, mimik sedih ditandai dengan
wajah muram, pandangan mata sayu, dan mulut tertutup, sedang mimik
gembira ditandai muka yang bercahaya, mata bersinar, dan mulut
terseyum.. Di samping mimik harus pula menguasai intonasi dasar sedih
(tempo lambat-nada rendah- tekanan lembut) intonasi marah (tempo cepat-
nada tinggi- tekanan keras) dan intonasi gembira (tempo-nada-tekanan
bersifat sedang).Mimik dan intonasi sangat mendukung peran yang
dimainkan.

(3) Penguasan Kelenturan Tubuh


Tubuh seorang pemain drama harus lentur atau elastis sehingga
dalam memainkan peran tertentu tidak kelihatan kaku. Untuk mencapai
penguasaai tubuh yang elastis, perlu melakukan serangkaian gerakan
seperti berlari cepat dalam jarak dekat, bolak balik ke utara, selatan, timur,
barat, ke segala penjuru. Berjalan dengan menggambarkan perasaan sedih,
jalan kepayahan membayangkan berjalan di padang pasir hingga jatuh
bergulingan, dan seterusnya.

(4) Penguasaan Pemahaman Watak Peran


Suatu peran menjadi hidup bila aktornya memiliki penguasaan
pemahaman dan penghayatan watak peran yang tepat. Untuk memperoleh
pemahaman watak peran yang tepat, perlu mengadakan analisis peran
berdasarkan naskah, seperti memahami alur cerita, pengenalan, permasalahan,
klimaks , dan penyelesaian lalu mencatat peran yang akan dimainkan.
Selanjutnya, mencatat secara lengkap tentang umur, pekerjaan, ligkungan
keseharan, latar belakang keluarga, tingkat pendidikan dan kepribadian peran
yang akan dimainkan. Watak tersebut dibayangkan sedalam-dalamnya sehingga
pda saat memainkan peran tersebut, watak pribadi aktor terganti dengan watak
peran yang semestinya diperankan.

(5) Penguasaan pemanggungan


Penuguasaan pemanggungan sebagai suatu yang harus dimiliki oleh
setiap pemain dama, antara lain berkaitan dengan:
(a) teknik muncul pada saat pertama kali aktor tampil di panggung
sesuai peran yang dimainkan Pemunculan itu befungsi memberi
kesan simpati bagi penonton;
(b) bloking, yakni penguasaan masing-masing aktor tentang daerah
gerakannya di atas panggung sehingga panggung kelihatan tak berat
sebelah;
(c) penguasaan cahaya dan bunyi, yakni aktor perlu penguasaan
menyesuaikan diri dengan perubahan cahaya dan bunyi (sound
system) di atas panggung.
Sebelum mementaskan drama tentu harus membaca dan menelaah
naskah secara cermat supaya bisa beracting sesuai peran yang ditugaskan
oleh sutradara. Namun demikian, agar kita mampu memainkan peran
diberikan perlu mengetahui langkah-langkah mementaskan drama, yakni
sebagai berikut.
(a) Menganalisis dan menyimpulkan bentuk tindakan pokok yang akan
diperankan dalam pementasan di atas panggung, misalnya
menendang kaki seseorang hingga terjatuh, menangis tersedu-sedu
saat menyaksikan ibunda tercinta di rumah sakit sedang diopename
dan kaget saat melihat suatu peristiwa tertentu, sebagainya.
(b) Menganalisis dan menyimpulkan sifat atau watak yang akan diperan
dalam pementasan misalnya sebagai ibu yang lembut atau ibu yang
keras dalam mendidik anaknya, atau bapak yang penuh perhatian
kepada anak-anaknya dan sebagainya.
(c) Mencari dalam naskah atau adegan/babak tentang bagian-bagian
yang perlu yang ditonjolkan, baik dalam bentuk penonjolan
pengucapan maupun dalam bentuk penonjolan jasmaniah.
(d) Menciptakan ekspresi wajah atau mimik muka, atau sikap yang
mendukung watak peran yang dimainkan sehingga peranan yang
dibawakan memukau penonton.
(e) Menganalisis naskah untuk menciptakan timing (berbicara sebelum
bergerak, bergerak sambil, bicara, atau bergerak lalu berbicara) yang
tepat dan sempurna saat pementasan. Sehinga penonton dapat
menikmati keindahan pementasan yang di dalamnya terkandung pesan
yang dapat memperkaya rokhaninya.

Tata Artistik Pementasan Drama


Pementasaan drama memerlukan tata artistik agar nampak memakau
penonton. Tata artistik menurut Tjokroatmojo dkk (1984) yang perlu
diperhatikan dalam pementasan drama ada lima macam. Kelima jenis tata
artistik tersebut dapat dilihat secara utuh dan jelas pada skema berikut.

Tata rias wajah

Tata rias wajah


TATA
ARTISTIK Tata rias wajah
PEMENTASAN
DRAMA Tata rias wajah

Tata rias wajah

(a) Tata artistik rias wajah


Tata rias merupakan salah satu bagian yang menunjang pemain
dalam memerankan suatu peran. Dengan tata rias wajah, membantu
mengubah aktor muda memerankan aktor yang kelihatan tua sekali ,
aktor yang sehat kelihatan sakit, atau aktor muda kelihatan sangat
tampan atau sangat cantik sehingga semakin menarik perhatian
penonton
(b) Tata artisitik busana
Dengan tata busana yang relevan dengan peran yang
dimainkan, secara tak langung mencerminkan karakter atau pribadi
pemain bersangkutan. Melalui tata busana yang tepat, seorang aktor
diketahui kepribadian atau karakternya, profesi, pendidikan,
kegemaran, umur dan sebagainya. Di samping itu, tata busana akan
semakin memberikan nilai keindahan, efek visual yang menarik saat
pementasan.
(c) Tata artistik musik
Apa yang dimaksud dengan tata musik? Tata musik merupakan
iringan musik atau ilustrasi seni suara yang mengantar suatu adegan /
babak sehingga peristiwa yang digambarkan semakin hidup, jelas dan
menarik. Misalnya, drama yang mengisahkan kepahlawanan akan
lebih menarik jika diringi dengan lagu-lagu kepahlawan, drama yang
berkisah tentang percintaan akan lebih menarik jika diiringi lagu-lagu
percintaan, atau drama yang mengisahkan nilai-nilai spiritual
penonton akan lebih tertarik jika diiringi lagu yang bersyahdu rebana
atau keagamaan.
(d) Tata artistik sinar /cahaya
Suatu drama yang menggunakan tata artisitik sinar yang
berwarna-warni akan memberikan efek estetis yang memukau
dibanding drama tanpa penataan cahaya. Melalui tata cahaya
membantu permainan dalam menggambarkan peristiwa tertentu,
seperti malam, pagi, sore. Selain itu, atata cahaya dapat membantu
pada saat menjelang memasuki pembukaan, lampu di panggung
padam sambil layar tertutup. Bersamaan layar terbuka, lampu menyala
diiringi suara musik yang sesuai serta munculnya pelaku yang
berdialog/ monolog .
(e) Tata artistik suara (sound system)
Seni artistik suara (sound system) juga perlu dipersiapkan
dengan cermat. Dengan seni artistik suara yang baik, suara musik,
dialog atau -monolog pemain akan terdengar jernih, jelas, dan
menarik, baik penonton yang berada di depan maupun yang ada di
belakang.
Masalah tata suara sering dianggap remeh padahal fungsinya
tidak kalah pentingnya dengan aspek lainnya. Tata artsitik suara yang
terganggu akan menimbulkan bebagai efek sampingan, bahkan akan
menyebabkan gagalnya suatu pementasan secara total.

Sutradara dan Pementasan Drama


Tak dapat dipungkiri bahwa peran sutradara dalam pementasan drama
sangat penting. Keberhasilan suatu pementasan drama tak lepas dari kreatifitas
sutradara. Mengapa demikian? Menurut Tambojan (1981) sutradara bertang-
gungjawab atas beberapa peran vital yang menentukan taraf keberhasilan suatu
pementasan drama. Peran sutradara tersebut adalah sebagai beikut.
(1) Memilih naskah bermutu
Sutradara memilih naskah bermutu dengan berlandas pada nilai
filsafati yakni naskah tersebut mengandung perenungan yang hakiki, segi
artistik yakni naskah tersebut memiliki nilai estetis yang tinggi, segi etis-
humanistik, yakni naskah tersebut memiliki nilai moral yang dapat
memperkaya rokhani penonton, segi komersil yakni naskah itu memiliki
daya minat yang mampu memacing penonton.
(2) Menentukan penafsiran naskah
Naskah yang akan dipentaskan harus sesuai keinginan penafsiran
sutradara berdasarkan naskah. meskipun penafsiran itu kadangkala
merupakan hasil diskusi bersama dengan para aktor. Semua akting dan
dialog merupakan anjuran atau persetujuan sutradara karena berhasil atau
gagalnya banyak ditentukan oleh kreativitas, etos kerja, dan
tangungjawabnya.
(3) Memilih aktor
Berdasarkan hasil penafsiran terhadap naskah, sutradara memilih
dan menentuan aktor esuai postur tubuh, umur, dan jenis kelamin dan
keahlian tokoh yang dinginkan dalam naskah.
(4) Melatih aktor
Setelah memilih aktor, tugas sutradara adalah menentukan jadwal
latihan untuk melatih aktor kepiawian aktor dalam memainkan peran yang
diembannya sebagai prapementasan final. Hal ini agar pagelaran drama
berjalan dengan tepat dan menarik.
(5) Bekerjasama dengan tim
Sutradara juga harus mampu menentukan tim yang dapat
membantunya mempersiapkan tata artistik: sinar, rias, busana, musik,
panggung. Tim tersebut haris memiliki jiwa kreatif dan semangat kerja
yang tinggi.
Anda sudah mempelajari dengan baik materi di atas? Terntu
sudah! Kalau sudah, untuk lebih memantapkan pemahaman Anda terhadap
materi subunit 2 ini cobalah kerjakan latihan berikut.
1. Ada berapa macam teknik yang perlu dikuasai sebelum tampil di atas
pentas? Sebutkan dan jelaskan satu demi satu !
2. Jelaskan 4 jenis dasar-dasar penguasaan panggung yang harus
dimiliki oleh seorang pemain drama!
3. Pementasan drama didukukung oleh berabagai tata artistik: musik,
rias wajah, busana, dan cahayasuara (sound system). Jelaskan tata
artistik tersebut menurut pemahaman Anda.
4. Sutradara memiliki peran vital terhada keberhasilan suatu
pementasan drama. Kemukakan peran sutradara tersebut
5. Bentuklah kelompok di kelasnya lalu Anda pentaskan drama tiga
babak secara kelompok berikut ini.

Penyesalan RIO
Tokoh:
- Rio sebagai adik,
- Raka (aku dalam cerita sebagai kakak)
- Bibi, Ibu, dan Ayah
Babak I
Disebuah ruangan di rumah sakit, tampak Rio tidur pada sebuah
tempat tidur yang diberi seperei berwarna putih, dan selimut berwarna hijau.
Di sebelah kiri atas tempat tidur terdapat meja kecil yang berhias bunga. Di
sebelah kanan atas tempat tidur terdapat sebuah meja kecil yang berisi
sekeranjang buah-buahan. Ruang tersebut disekat dengan kain berwarna hijau
.
Rio terbaring di tempat tidur. Di sampingnya berdiri seorang perawat
yang baru saja selesai mengukur suhu tubuhnya. Dari pintu, masuk bibi dan
Raka dengan membawa bungkusan buat RIO.
Bibi : Hai Rio! Bagaimana, sudah makin baik? (tangannya mengusap
tangan Rio)
Rio : Lumayan Bi!
Raka : Wah, kamu kelihatan sudah sehat! Sebentar lagi bisa pulang, ya!
Nih, kakak bawakan sankis buah kesukaan kamu! (Raka menuju
meja menyimpan bawaannya)
Rio : Iya, kak! Terimakasih!
Rio : Bi, maafkan Rio ya! (memelas)
Bibi : Lho, memang mengapa? Sudah, kamu jangan punya pikiran yang
bukan-bukan, biar cepat sembuh!
Rio : Iya, Bi! Tapi Bibi mememaafkan Rio, kan?
Bibi : Bibi sangat sayang kepadamu, sebelum kau minta bibi sudah
memaafkanmu!
Raka : Bagaimana ? Apa sekarang masih akan tidur dengan kucing?
Rio : No way! (sambil menggerakkan telapak tangannya menyata-
kan tidak).
Raka : Bagus, kamu memang anak yang baik! (Bibi tersenyum meman-
dang dua kakak beradik itu dengan penuh sayang)
Raka : Kucingmu boleh tetap dipelihara, asalkna tidak diajak bermain di
dalam dan diajak tidur.
Rio : Walaupun aku tetap sayang sama kuccing tapi sekarang kucingku
harus tidur di rumah-rumahannya. Dan bibi tak usah segan
mengepruknya ke luar, jika kucing itu masuk rumah kita (sambil
memandang ke arah bibi).
Bibi :Iya, sayang! Sekarang, Rio tidur, ya! Bibi dan Raka harus segera
pulang supaya tidak kemalaman. (mengusap kepala Rio).
Raka : Ayo, (tangannya melakukan salam tepuk dengan adiknya) kak
pulang dulu , ya!
Rio : Ya,......Terima kasih ,Bi, Kak!

Babak II
Di sebuah ruang tengah seorang ayah dan seorang ibu sedang duduk
beristirahat. Ayah tampak membaca. Di atas meja terhidang te hangat dan kue.
Ayah :Bagaimana belajar anak-anak, Bu?
Ibu :Bagus, Pk! Malah sekarang juga mereka sedang (Rio datang mengam-
piri orang tuanya, sambil mengelus sekor kucing).
Rio :Bibi nakal, bu! Kucing Rio selalu dipukul sapu lidi, dan tak boleh ke
dalam. (Ayah melihat ke arah bibi menggerakan tangannya)
Ayah : Ada apa lagi, sudah ke sana! (mengibaskan tangannya).
Bibi :Kak, sekarang kucing itu berak, mengotori rumah ini!
Ayah :Apa! Berak? (Ayah melihat ke arah Rio)
Ayah :Ccoba lihat tanganmu kucing itu pasti belum bersih!
Rio :O, iya ada kotorannya di tanganku. (Rio meninggalkan kembali orang
tuanya).
Ayah :Nin, dimana beraknya kucing itu?
Bibi :Disana! Di kamar Rio dan koridor, lihatlah!
Ibu :Kucing berak, malah nyuruh kakakmu melihatnya! Gimana kamu ini?
(marah)
Ayah :Bersihkan kotoran itu! (bangkit,meninggalkan ruangan diikuti
dan bibi)
____________________________________________

Babak III
Di sebuah ruangan di rumah sakit. Dekorasi sama dengan babak satu.
Ditambah kopor kecil yang diletakkan di atas tempat tidur. Rio duduk
bersama Ibu, disaksikan Raka dan Bibi.
Raka :Wah sekarang sudah siap untuk tidur dengan si Meng lagi nihh!
(tersenyum sambil melihat Rio)
Rio :Jangan gitu, Kak. Rio kan sudah janji pada Bibi, kaka, dan diriku
sendiri. Tidur sama kucing. No way! No way! (semua tertawa)
Raka :Benar kamu sdah janji dan sampai dalam hati?
Rio :Kak jangan ragu, insyaallah akan saya buktikan nanti!
Rio :Terima kasih, kalau adik sudah sadar!
Ayah :Mari ita pulang ke rumah, nak! (wajah mereka tanpa bahagia )
(Karya Mien R. dalam Apresiasi Drama anak-anak, 2000)

Rambu-rambu pengerjaan latihan subunit 2.


1. Untuk mengerjakan latihan bagian pertama perlu Anda memahami
secara mendalam arti dasar setiap jenis teknik bermain drama.
2. Sebelum Anda mengerjakan latihan bagian kedua pahami dahulu satu
demi satu dasar-dasar pemanggungan tersebut dengan ccara membuat
skema. Dengan skema tersebut memudahkan Anda memahami materi
tersebut.
3. Untuk mengerjakan latihan pementasan drama anak-anak di atas, perlu
Anda memperhatikan dengan sungguh-sungguh teknik muncul, teknik
pengembangan isi, teknik penonjolan, dan teknik timing. Di samping itu
Anda jangan lupa melatih dasar-dasar penguasaan vokal, mimik, gestur
dan, pemahaman watak peran, dan penguasaan pemanggungan.

Rangkuman

Drama adalah suatu cerita konflik tentang kehidupan manusia yang


ditulis dfalambntuk dialog. Secara teknis unsur r drama meliputi wawancang
atau dialo dan kramagung yang merupakan pentunjuk bagi aktor , penata
panggung, dan sutradara melaksanakan tugasnya dengan baik
Beberapa teknik yang perlu dipahami setiap calon aktor agar dapat
tampil di pentas dengan baik, yakni: teknik timing, teknik muncul, teknik
penonjolan isi, dan teknik pengembangan. Di samping itu, seorang calon aktor
perlu pula memiliki penguasaan vokal, penguasaan mimik, penguasaan gestur
atau kelenturan tubuh, dan penguasan peanggungan yang meliputi blocking,
cahaya dan bunyi atau sound system.
Tata artistik pementasan drama meliputi tata artistik rias wajah, tata
artistik busana, tata artistik cahaya atau lampu, tata artistik musik, dan tata
artistik suara (sound system).
Peran vital seorang sutradara terhada keberasila suatu pementasan
drama adalah: memilih naskah bermutu, menentukan penafsiran naskah yang
tepat, memilih dan melatih pemain, dan bekerjasama dengan seluruh tim.
Tes Formatif 2
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan!
1 Suatu cerita konflik tentang kehidupan manusia yangn ditulis dalam bentuk
dialog untuk dipertunjukkan disebut
A. Esay
B. Drama
C. Puisi
D. Prosa.
2. Berikut ini berkaitan erat dengan kramagung KECUALI...
A. Petunjuk bagi aktor untuk berakting dengan tepat
B. Petunjuk bagi penata panggung mempersiapkan panggung yang sesuai
C. Petunjuk bagi sutradara mengarahkan para aktor bermain dengan baik
D. Petumjuk bagi penonton memberi tanggapan yang tepat kepada
sutradara.
3. Cara simpati menampilkan diri pada saat pertama kali tampil di panggung
adalah......
A. Teknik memberi isi
B. Teknik muncul
C. Teknik pengembangan
D. Teknik timing
4. Menurut Japi Tambojan, drama secara teknis terdiri atas.......
A. dua unsur
B. tiga unsur
C. empat unsur
D. lima unsur
5. Teknik yang mengarahkan agar terjadi hubungan yang tepat antara gerak
dengan kalimat yang diucapkan dalam waktu sepintas adalah...
A. teknik Pengembangan
B. teknik penonjolan
C. teknik timing
D. Teknik muncul
6. Penguasaan blocking berkaitan dengan....
A. Agar setiap pemain memahami daerah geraknya di panggung
B. Agar setiap pemain memahami peran yang dibawakan
C. Agar setiap pemain menguasai pengaturan cahaya saat acting
D. Agar sutradara mampu mengontrol setiap dengan
7. Teknik yang mengarahkan drama bergerak menuju klimaks, tidak monoton
adalah....
A. Teknik muncul
B. Teknik pengembangan
C. Teknik timing
D. Teknik penonjolan isi
8 . Artikulasi merupakan salah satu aspek yang perlu dikuasai oleh calon aktor,
yang intinya tentang
A. Melafalkan vokal-konsonan secara jelas dan sempurna
B. Memahami jiwa dan arti setiap kata yang diucapkan
C. Memahami bentuk perubahan raut muka sesuai kalimat yang diucapkan
D. Memahami gestur tubuh secara tepat sesuai kalimat yang dilafalkan
9. Aktor yang mampu menunjukkan perubahan raut muka muram, sedih,
gembira berkaitan dengan.....
A. Penguasaan mimik
B. Penguasaan artikulasi
C. Penguasaan pemanggungan
D. Penguasaan gestur tubuh
10. Unsur yang membangun suatu drama sebagai suatu kesatuan utuh
adalah.......
A. Tema, latar, alur penokohan, amanat
B. Tema. latar, penokohan, sudut pandang
C. Tema, plot alur, penokohan, gaya bahasa
D. Tema, latar, alur, penokohan, dialog
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
Saya yakin Anda telah mengerjakan semua soal di atas dengan baik.
Anda memang pebelajar yang tekun dan cerdas. Jika demikian halnya, sekarang
cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif subunit 2 ini
yang terdapat pada bagian akhir Unit 2 ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar,
kemudian gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat pemahaman
Anda terhadap materi subunit 2.

Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100%
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 100% = baik sekali
80 89% = baik
70 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, selamat dan


sukses! Hal itu menunjukkan bahwa Anda telah mempelajari materi dengan
saksama sehingga pemahamannya optimal, khususnya subunit 2 dari Unit
terakhir modul ini. Sekali lagi, Anda patut mendapat pujian. Namun demikian,
bilamana tingkat penguasaan Anda ternyata masih di bawah 80%, tidak apa-
apa, masih ada kesempatan mengulang-ulangi materi itu sampai Anda kuasai
dengan baik, khususnya materi-materi yang dianggap belum dipahami dengan
baik.
Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1

1. B Dari segi struktur fonetis bahasa Inggris, istilah yang benar


declamation
2. B Salah keahlian yang perlu dikuasai pembaca puisi adalahpenguasan
gerak jasmaniah atau disebut juga gestur.
3. C Saat marah muka merah dan mata melotot; sedang saat sedih mata
sayu dan muka muram; saat gembira muka bercahaya dan mata
bersinar
4. B Puisi itu harus dibacadengan suasana gembira. Jad,i tempo, nada,
tekanan harus sadang; bukan tempo cepat/lambat, nada tinggi atau
rendah, tekanan keras atau lembut.
5. A Mimik marah mata melotot, muka agak kemerah-merahan, dan
kening berkerut. Sedangkan mimik sedih wajah kelihatan murung.
Adapun mimik gembira, wajah kelihatan bersinar.
6. A Mimik atau ekspresi wajah berkaitan perubahan raut wajah sesuai
makna larik/bait yang dibaca, apakah mimik sedih, marah atau
gembira
7. D Untuk kebutuhan anak SD, unsur yang dinilai adalah pelafalan,
intonasi, mimik, gestur, dan konversasi/sikap
8. D Baca puisi atau deklamasi puisi keduanya dapat menyenangkan bagi
khalayak penonton
9. D Yang dinilai saat deklamasi puisi untuk kepeluan anak sekolah dasar
meliputi aspek: pelafalan, intonasi, mimik, gestur dan konversasi
10. A Intonasi adalah kerja secara harmonis antara nada, tempo tekanan
dinamik, jeda yang menyertai suatu tutur
Tes Formatif 2

. B: Aspek menonjol yang membedakan puisi, prosa, dengan drama


adalah dari karya itu bukan untuk dibaca tetapi untuk dipentaskan
di atas panggung.
. B: Kramagung tak ada hubngannya dengan penonton; hanya
berkaitan dengan sutradara, aktor, penata artistik rias wajah, sinar,
musik, dan penata pangung.
. B: Teknik yang mengarahkan pemain agar pada saat petama tampil
berkesan simpati bagi penonton adalah teknik muncul.
. A: Drama secara teknis terdiri atas dua komponen utama yakni
wawancang dan kramagung. Wawancang berkaitaan dengan dialog
sedang kramagung berkaitan dengan petunjuk pelaksanaan
pementasan.
. C: Teknik yang mengarahkan agar terjadi hubungan yang tepat antara
gerak dengan kalimat yang diucapkan dalam waktu sepintas
adalah teknik timing.
. A: Latihan Bloking mengarahkan para pemain memanfaatkan
panggung secara berimbang saat pentas; panggung tidak tidak
berat sebelah.
. B: Agar para pemain dapat mengembangkan lakon secara klimaks
dan menarik, aktor perlu memiliki penguasaan teknik pnonjolan
8. A: Kemampuan melafalkan bunyi vokal dan konsonan secara
sempurna disebut kemampuan artikulasi.
9. A: Aktor yang mampu mengubah-ubah ekspresi wajah atau raut muka
sesuai makna dialog/monolog yang ditampilkan adalah
kemampuan berkaitan dengan penguasaan mimik.
10. D: Unsur utama yang membedakan genre sastra drama dengan puisi
dan prosa adalah unsur dialog; unsur yang sama adalah alur, tema,
dan latar.
Glosarium

artistik : berkaitan dengan keindahan


improvisasi : gerak yang secara refleks saat mengucapkan seuatu
dalam pentas tanpa persiapan sebelumnya secara
matang
optimal : pencapaian sesuatu secara maksimal
khalayak : orang banyak pada suatu kegiatan tertentu
konversasi : percakapan atau komunikasi dengan orang lain.
proporsional : secara seimbang
gestur : gerak tubuh yang lentur
larik : baris puisi dalam bait
bait : beberapa larik membentuk suatu kesatuan makna
dalam suatu puisi
tempo : panjang pendeknya suara saat mengucapkan susuatu
nada : berkaitan tinggi rendahnya suara saat pengucapan
sesuatu
tekanan dinamik : tekanan keras lembutnya suara saat mengucapkan
sesuatu
busana : berkaitan dengan pakaian
rambu-rambu : tanda atau petunjuk tentang sesuatu
konflik : peselisihan tentang sesuatu
efek : pengaruh negatif atau positif
karakter : watak atau prilaku seseorang
kompelementer : saling melengapi atau menunjang
emotif : perasaan tertentu
dinamik : tekanan suara yang keras
simpati : rasa suka atau suka kepada
naskah : karangan yang masih ditulis denga tangan
afektif : masalah sikap atau kepribadian
vital : penting
sutradara : orang yang bertanggung jawab atas masalah artistik
dan teknis dalam pementasan drama
Daftar Pustaka

Ali, Muhammad. 1982. Teknik Berklamasi dan Baca Puisi. Surabaya: CV.
Warga

Aminuddin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru


Algesindo

Asmara, Adhy.1982. Apresiasi Puisi bagi Pemula. Yogyakarta: CV Nur Cahaya

Hamzah, A.Ajib. 1985. Pengantar Bermain Drama. Bandung: Rosda Karya

Hermawan. 1988. Dramaturgi. Bandung:Rosda Karya

Junaedi, Moha. 1982. Apresiasi Sastra II. Ujung Pandang: FPBS IKIP Press

Mien, Rukmieni..2000. Apresiasi Drama Secara Produktif. Jakarta: Depdikbud

Keraf, Gorys. 1980. Tatabahasa Indonesia. Ende Flores:Nusa Indah

Ramelan, Kastoyo. 1980. Seni Drama. Jakarta: Tiga Serangkai

Rendra, W.S. 1978. Tentang Bermain Drama. Jakarta: Pustaka Jaya.

Tambojan, Japi. 1981. Dasar-dasar Dramatugi. Bandung: Putaka Prima

Tjahjono, T. dan Setiawan, W. 1998. Sanggar Bahasa dan Sastra Indonesia.


Jakarta: Depdikbud

Tjokroatmodjo dkk. 1985. Pendidikan Seni Drama Suatu Pengantar. Surabaya:


Usaha Nasional

Sumardjo, Yakob. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung Perbi Alumni.

Anda mungkin juga menyukai