Abd. Halik
9 - 2 Unit 9
Subunit 1
Pengertian Deklamasi
Kata deklamasi berasal dari bahasa Inggris declamation yang
berarti penyuaraan sesuatu lewat suara. Secara umum, deklamasi merupakan
suatu kegiatan membawakan atau menyampaikan puisi atau prosa secara lisan
disertai mimik, intonasi, dan gerak jasmaniah yang wajar sesuai konteks makna
larik atau yang dituturkan. Aspek-aspek tersebut harus saling menunjang dan
atau saling melengkapi dalam menciptakan suasana deklamasi yang dapat
memukau para penonton.
Secara umum saat ini, yang membedakan dengan deklamasi adalah baca
puisi poetry reading disampaikan dengan memegang naskah, sedangkan
deklamasi dilaksanakan dengan menghafal sajak yang akan dideklamasikan
tersebut. Selanjutnya, Junaedi (1989) mengemukakan beberapa perbedaan antara
baca puisi dan deklamasi dari berbagai segi: (1) baca puisi sipembaca
memegang naskah puisi sedang deklamasi tidak memegang naskah puisi
sehingga dapat berkonsentrasi dengan baik melakukan gerak jasmaniah secara
bervariasi, (2) pada baca puisi, jumlah dan panjang puisi yang dibaca lebih
banyak dan panjang daripada deklamasi, (3) pada baca puisi faktor
suara/intonasi banyak berperan, sedang deklamasi disamping intonasi juga
faktor mimik dan gestur atau gerak jasmaniah, (4) baca puisi relatif untuk diri
sendiri dan orang lain, sedang deklamasi semata-mata untuk orang lain.
b. Penguasaan mimik
Seorang deklamator harus memiliki kemampuan mengubah-ubah raut
muka yang alamiah dan wajar sesuai makna larik atau bait puisi yang
dideklamasikan, mimik marah, mimik takut, mimik terharu, mimik sedih,
mimik.heran, dan sebagainya
c. Penguasaan gestur
Seorang pembaca atau deklamator puisi harus memiliki penguasan
gerak anggota tubuh (gestur) secara reflek dan pantas sesuai isi larik puisi
yang dideklamasikan. Fungsinya sebagai komplementer bagi pelafalan dan
intonasi larik/baik yang dilantunkan.
9 - 4 Unit 9
ditampilkan. Karena itu, seorag pembaca/deklamator puisi harus memiliki
kemampuan memahami isi, suasana, sikap pengarang yang tersembunyi
dalam puisi yang dideklamasikan.
Mimik
pelafalan
Penilaian
Gestur
deklamasi
di SD Intonasi
Konversasi
a. Pelafalan
Pelafalan yang dimaksud adalah pelafalan bunyi vokal, konsonan secara
tepat, misalnya makan tidak diucapkan makang tetapi makan, cepat tidak
dilafalkan cepa tetapi cepat, kemana tidak dilafalkan kEmana tetapi kemana,
kiri tidak dilafalkan keri tetapi kiri dan sebagainya. Di samping itu, pelafalan
menyangkut pula dengan masalah kejelasan, yakni pelafalan bunyi vokal,
b. Intonasi
Intonasi yang dimaksud kaitannya dengan deklamasi puisi bukan hanya
berkaitan dengan aspek panjang pendeknya suara (tempo), tinggi rendahnya
suara (nada) melainkan juga termasuk keras lembutnya suara (tekanan) dan
perhentian suara sejenak (jeda) pada saat mendeklamasikan larik atau bait
puisi. Keseluruhan aspek tersebut tentu nampak secara keseluruha sebagai suatu
komponen yang saling berhubungan secara utuh.
Intonasi yang dimaksud di atas beranjak dari pengertian yang
dikemukakan oleh Keraf (1980:43) bahwa intonasi adalah kerjasama antara
tekanan, nada, tekanan waktu, dan perhentian (jeda) yang menyertai suatu tutur
dari awal hingga akhir. Pengertian tersebut sejalan dengan pengertian intonasi
yang disampaikan oleh Asmara (1981:26) dengan istilah lagu tutur, yang
meliputi: aksen, nada, irama, timbre, tempo, dan jeda.
Pemaparan intonasi yang tepat dan sesuai pada saat mendek-lamasikan
suatu puisi tentu mencerminkan kualitas pemahaman dan penghayatan
deklamator tentang makna, suasana penuturan, dan sikap pengarang. Puisi yang
bersuasana sedih seperti puisi doa dan puisi yang berisi penderitaan,
intonasinya adalah nada rendah, tekanan lembut, tempo lambat. Puisi yang
bersuasana marah atau tegas seperti puisi kepahlawanan, intonasinya: nada
tinggi, tempo cepat, dan tekanan keras. Sedangkan puisi yang bersuasana
gembira seperti puisi yang mendeskripsikan keindahan alam, intonasinya: nada
sedang (tidak tinggi dan tidak rendah, tempo sedang, dan tekanan sedang).
Berdasarkan hal tersebut, puisi yang berjudul Doa jika dibaca dengan
intonasi tegas/marah seperti puisi kepahlawanan, tentu hilang nilai estetisnya
dan maknanya Demikian pula sebaliknya, puisi kepahlawan dibaca dengan
intonasi sedih tentu hilang pula nilai estetis dan makna yang dikandungnya.
Bahkan lebih dari itu akan menimbulkan kelucuan atau bahan tertawaan bagi
pendengar
e. Konversasi
Berdeklamasi di hadapan khalayak penonton secara langsung menurut
Aminuddin (2004) pada hakikatnya sedang berkomunikasi dengan penikmat itu
sendiri. Olehnya itu, deklamator selayaknya memperhatikan sikap yang dapat
menumbuhkan suasana simpatik dan keakraban antara dirinya dengan khalayak
penonton, misalnya penciptaan kontak lewat pandangan mata, pengaturan
posisi tubuh, pengaturan gerak-gerik tubuh secara wajar. Kepribadian
deklamator yang gampang demam panggung, pemalu, dan tidak percaya diri,
tentu sulit menampilkan kesan yang simpati yang dapat memukau bagi khalayak
penonton. Kompersasi mengindikasikan bahwa deklamator mampu tampil di
atas pentas dengan sikap dan penampilan yang komunikatif dan menarik bagi
penonton.
Anda telah mencermati kelima aspek penilaian deklamasi puisi di
atas, bukan! Bagaimana mendeklamasikan puisi yang berjudul Di Kala
Kuberdoa berikut ini?
Di Kala Kuberdoa
Elviani
Dikala kuberdoa
Ada rasa damai di hati
Di kala kuberdoa
Air mata ini jatuh
Satu-satu di pipi
Di kala kuberdoa
Kusadari siapa diriku
Tidak putih, Tuhan
Ketika kuberdoa
Kudengar bisikanmu menyejukkan
Sekan menghapus keresahan hatiku
Terima kasih Tuhan
Atas kasih sayang-Mu padaku
Alam Indonesia
Karina Kencana
Alangkah indah alam Indonesia
Gunung-gung menjulang tinggi
Sungainya tampak berliku-liku
Sawah dan ladang luas membentang
Nyiur melambai di pantai
Angin bertiup sepoi-spoi
Hawa pun terasa sejuk
Ombak memecah di tengah laut
Matahariari terbit di lereng gunung
Merah menyala pantulkan sinarnya
Burung-burung berkicau merdu mengasyikkan
Seakan memberi salam pada-Nya.
Harian Pedoman Rakyat , 22 April 2004
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan!
1. Deklamasi berasal kata...
A. deklamation
B. declamation
C. declamatio
D. declamatisation
2. Saat deklamator membaca larik puisi /lari ke kiri ke kanan/ lalu tangannya
bergerak kiri ke kanan. Gerak deklamator tersebut dinilai dari segi...
A. ekspresi
B. gestur
C. konversasi
D. intonasi
3. Mimik sedih ditandai dengan dengan ciri-ciri......
A. Muka bercahaya, pandangan mata bercahaya, mulut tersenyum
B. Muka tanpak muram, mulut terbuka, dan pandang mata sayu
C. muka tanpak muram, pandangan mata sayu, mulut tertutup
D. Mata terbelalak/melotot, muka kemerah-merah, dan kening berkerut.
4. Indahnya negeriku
Alanya hijau
Bertaburan bunga mewangi
...................
Saat membaca penggalan puisi diatas sebaiknya dengan intonasi. yang ...
A. Tempo cepat, nada tinggi, tekanan lembut
B. Tempo sedang, tekanan sedang, nada sedang
C. Tempo lambat, nada rendah. tekanan lembut
D. Tempo cepat, nada tinggi, tekanan dinamik keras
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100%
10
Pementasan Drama
Pengertian Drama
Apakah yang disebut drama? Drama adalah suatu genre sastra yang
ditulis dalam bentuk dialog yang tujuannya bukan untuk dibaca melainkan untuk
dipertunjukkan oleh aktor di atas pentas. Hal tersebut sejalan dengan Hermawan
(1988:2) bahwa drama merupakan cerita konflik manusia dalam bentuk dialog
yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action
di hadapan penonton. Sehubungan dengan drama sebagai salah satu karya
sastra, oleh Sumardjo (1984) memiliki unsur-unsur: tema, plot, latar, karakter,
dialog, pembagian waktu, efek, dan retorika. Unsur-unsur tersebut saling
mendukung dalam membentuk suatu sistem yang kompak. Namun demikian
Japi Tambojang (dalam Tjahyono dan Setiawan, 1998: 6.3) menyatakan bahwa
secara teknis naskah drama dibangun dua komponen penting yaitu wawancang
dan kramaagung.
Wawancang adalah suatu percakapan yang harus dihapal oleh aktor yang
disertai pemahaman intonasi yang tepat. Dalam wawancang atau dialog tentu
harus dipahami suasana emotif yang menyertainya sepoerti jengkel, terharu,
marah, sedih, bangga, bimbang, dan sebagainya. Sedangkan kramagung
merupakan instruksi yang membantu aktor untuk berakting di atas panggung
dengan tepat sekaligus sebagai rambu-rambu atau petunjuk bagi penata
panggung mempersiapkan tempat pementasan yang sesuai latar adegan atau
babak yang akan dipentaskan. Misalnya:
LISWATY DUDUK DI KURSI BELAKANG. IA ADALAH GADIS
JELITA, BERUSIA SEKITAR 20 TAHUN, MENGENAKAN PAKAIAN DAN
DANAN MUTKHIR. TAS DAN SATU EKS BUKU DIKTAT YANG
DIBAWA, RTERLETAK DI KURSI KIRI. SEKARANG IA SEDANG
MEMBACA KORAN SAMBIL SESEKALI MENOLEHH ARAH PINTU
BELAKANG.
KEMUDIAN SAPARI MUNCUL DAR IP INTU BELAKANG
DENGAN TERSENYUM. IA BERUSIA SEKITAR 27 TAHUN UMURNYA...
Naskah yang ditulis dengan huruf kapital dan dalam kurung disebut
kramagung sedangkan yang bagimana naskah yang ditulis dengan huruf kecil
disertai tanda petik adalah contoh wawancang atau dialog.
Teknik Pengembangan
Teknik Pengembangan
1. Teknik Muncul
Cara pemain memunculkan diri pada saat tampil pertama kalinya di
atas pentas dalam satu drama babak, atau adegan. Pemunculan tersebut
memberi kesan pada para penonton sesuai peran yang dimainkan. Jika
memerankan seorang ustadz, dia harus memperlihat diri sebagaimana
layaknya ustadz, berpakaian muslim dengan tutur kata yang lemah lembut
sesuai dan prilaku kelihatan sopan dan santun kepada siapa pun.
4. Teknik Timing
Tekni ini merupakan ketepatan hubungan antara gerakan jasmaniah
dengan kata-kata atau kalimat yang diucapkan dalam waktu yang singkat
atau sekejap, misalnya:
- Bergerak sebelum mengucapkan kata-kata tertentu, seperti menepuk
kepala aku lupa, maaf!
- Bergerak sambil mengucapkan sesuatu seperti menepuk kepala sambil
mengucapkan Aku lupa, maaf!
- Bergerak setelah mengucapkan sesuatu seperti Aku lupa, maaf! lalu
menepuk kepala.
5. Teknik Penonjolan
Penonjolan isi merupakan teknik dimana seorang pemain harus
memahami pada bagian mana suatu kalimat yang perlu ditonjolkan pada
saat diucapkan. Seterusnya pada bagian mana dalam suatu adegan/babak
yang perlu ditonjokan. Hal ini agar penonton dapat menikmati pementasan
dengan penuh keharuan.
Dasar-dasar Pementasan Drama Anak-anak
Sebelum bermain drama anak-anak, Junaedi (1989) dan Ramelan (1982)
mengemukakan beberapa dasar-dasar pementasan yang perlu dikuasai dengan
baik supaya pemntasan dapat menarik simpati penonton. Dasar-dasar tersebut
sebagai berikut.
Penyesalan RIO
Tokoh:
- Rio sebagai adik,
- Raka (aku dalam cerita sebagai kakak)
- Bibi, Ibu, dan Ayah
Babak I
Disebuah ruangan di rumah sakit, tampak Rio tidur pada sebuah
tempat tidur yang diberi seperei berwarna putih, dan selimut berwarna hijau.
Di sebelah kiri atas tempat tidur terdapat meja kecil yang berhias bunga. Di
sebelah kanan atas tempat tidur terdapat sebuah meja kecil yang berisi
sekeranjang buah-buahan. Ruang tersebut disekat dengan kain berwarna hijau
.
Rio terbaring di tempat tidur. Di sampingnya berdiri seorang perawat
yang baru saja selesai mengukur suhu tubuhnya. Dari pintu, masuk bibi dan
Raka dengan membawa bungkusan buat RIO.
Bibi : Hai Rio! Bagaimana, sudah makin baik? (tangannya mengusap
tangan Rio)
Rio : Lumayan Bi!
Raka : Wah, kamu kelihatan sudah sehat! Sebentar lagi bisa pulang, ya!
Nih, kakak bawakan sankis buah kesukaan kamu! (Raka menuju
meja menyimpan bawaannya)
Rio : Iya, kak! Terimakasih!
Rio : Bi, maafkan Rio ya! (memelas)
Bibi : Lho, memang mengapa? Sudah, kamu jangan punya pikiran yang
bukan-bukan, biar cepat sembuh!
Rio : Iya, Bi! Tapi Bibi mememaafkan Rio, kan?
Bibi : Bibi sangat sayang kepadamu, sebelum kau minta bibi sudah
memaafkanmu!
Raka : Bagaimana ? Apa sekarang masih akan tidur dengan kucing?
Rio : No way! (sambil menggerakkan telapak tangannya menyata-
kan tidak).
Raka : Bagus, kamu memang anak yang baik! (Bibi tersenyum meman-
dang dua kakak beradik itu dengan penuh sayang)
Raka : Kucingmu boleh tetap dipelihara, asalkna tidak diajak bermain di
dalam dan diajak tidur.
Rio : Walaupun aku tetap sayang sama kuccing tapi sekarang kucingku
harus tidur di rumah-rumahannya. Dan bibi tak usah segan
mengepruknya ke luar, jika kucing itu masuk rumah kita (sambil
memandang ke arah bibi).
Bibi :Iya, sayang! Sekarang, Rio tidur, ya! Bibi dan Raka harus segera
pulang supaya tidak kemalaman. (mengusap kepala Rio).
Raka : Ayo, (tangannya melakukan salam tepuk dengan adiknya) kak
pulang dulu , ya!
Rio : Ya,......Terima kasih ,Bi, Kak!
Babak II
Di sebuah ruang tengah seorang ayah dan seorang ibu sedang duduk
beristirahat. Ayah tampak membaca. Di atas meja terhidang te hangat dan kue.
Ayah :Bagaimana belajar anak-anak, Bu?
Ibu :Bagus, Pk! Malah sekarang juga mereka sedang (Rio datang mengam-
piri orang tuanya, sambil mengelus sekor kucing).
Rio :Bibi nakal, bu! Kucing Rio selalu dipukul sapu lidi, dan tak boleh ke
dalam. (Ayah melihat ke arah bibi menggerakan tangannya)
Ayah : Ada apa lagi, sudah ke sana! (mengibaskan tangannya).
Bibi :Kak, sekarang kucing itu berak, mengotori rumah ini!
Ayah :Apa! Berak? (Ayah melihat ke arah Rio)
Ayah :Ccoba lihat tanganmu kucing itu pasti belum bersih!
Rio :O, iya ada kotorannya di tanganku. (Rio meninggalkan kembali orang
tuanya).
Ayah :Nin, dimana beraknya kucing itu?
Bibi :Disana! Di kamar Rio dan koridor, lihatlah!
Ibu :Kucing berak, malah nyuruh kakakmu melihatnya! Gimana kamu ini?
(marah)
Ayah :Bersihkan kotoran itu! (bangkit,meninggalkan ruangan diikuti
dan bibi)
____________________________________________
Babak III
Di sebuah ruangan di rumah sakit. Dekorasi sama dengan babak satu.
Ditambah kopor kecil yang diletakkan di atas tempat tidur. Rio duduk
bersama Ibu, disaksikan Raka dan Bibi.
Raka :Wah sekarang sudah siap untuk tidur dengan si Meng lagi nihh!
(tersenyum sambil melihat Rio)
Rio :Jangan gitu, Kak. Rio kan sudah janji pada Bibi, kaka, dan diriku
sendiri. Tidur sama kucing. No way! No way! (semua tertawa)
Raka :Benar kamu sdah janji dan sampai dalam hati?
Rio :Kak jangan ragu, insyaallah akan saya buktikan nanti!
Rio :Terima kasih, kalau adik sudah sadar!
Ayah :Mari ita pulang ke rumah, nak! (wajah mereka tanpa bahagia )
(Karya Mien R. dalam Apresiasi Drama anak-anak, 2000)
Rangkuman
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100%
10
Tes Formatif 1
Ali, Muhammad. 1982. Teknik Berklamasi dan Baca Puisi. Surabaya: CV.
Warga
Junaedi, Moha. 1982. Apresiasi Sastra II. Ujung Pandang: FPBS IKIP Press