Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia,

karena dengan adanya pendidkan manusia akan mendapatkan ilmu pengetahuan.

Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam segi pengetahuan

bahasa Indonesia untuk menciptakan insan, yang berilmu dan berwawasan

sehingga meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang cerdas.

Selaras dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2013

tentang sistem pendidikan nasional, BAB I pasal 1 yang menyatakan bahwa

“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif untuk mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan dan pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Pendidikan mampu membentuk kepribadian melalui pendidik lingkungan

bisa dipelajari baik secara sengaja maupun tidak. Pendidikan juga mampu

membentuk manusia itu memiliki dispilin, pantang menyerah, tidak sombong,

menghargai orang lain, bertakwa, dan kreatif, serta mandiri. Secara formal

pendidikan itu dilaksanakan sejak usia dini sampai perguruan tinggi. Adapun

secara hakiki pendidikan dilakukan seumur hidup sejak lahir hingga dewasa.

Pembelajaran merupakan kegiatan pendidikan disekolah yang berfungsi

membantu pertumbuhan dan perkembangan anak agar tumbuh kearah yang

positif. Melalui sistem pembelajaran disekolah, anak melakukan kegiatan belajar

1
dengan tujuan akan terjadi perubahan positif pada diri anak menuju kedewasaan.

Di Indonesia pendidikan formal dibagi dalam beberapa jenjang yaitu, pendidikan

dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar

mempengaruhi jenjang pendidikan menengah dan tinggi, karena pendidikan

menengah dan tinggi merupakan kelanjutan dan kesinambungan dari pendidikan

dasar. Ini menjadikan pendidikan dasar sebagai acuan sebelum melangkah ke

jenjang pendidikan selanjutnya. Jika pada tingkat pendidikan dasar kurang

diperhatikan, kemungkinan kualitas pendidikan menjadi kurang baik.

Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan dasar untuk mata pelajaran

lainnya. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu keterampilan yang berperan penting

dalam kehidupan yaitu keterampilan menulis. Selain itu, kegiatan menulis dapat

meningkatkan keterampilan berbahasa, keterampilan menulis merupakan kegiatan

yang produktif dan ekspresif sehingga keterampilan ini tidak datang dengan

sendirinya melainkan membutuhkan latihan. Bahasa juga merupakan hasil budaya

yang hidup dan berkembang dan harus dipelajari. Menurut Tarigan (2008:1).

Salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk dipelajari

adalah menulis. Menulis adalah menurunkan atau meluksikan lambang-lambang

grafik yang menggambarkan suatu suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang,

sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut (Tarigan,

2008:2). Hal ini yang menyebabkan menulis berada pada tingkatan terakhir dalam

ketrampilan berbahasa oleh karena tingkat kesulitan itulah, maka beberapa siswa

yang belum mampu mengungkapkan pikiran atau ide-ide dalam bentuk tulisan.

2
Hal inilah yang dialami oleh siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri 3 Kabupten

Maluku Tengah.

Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan dengan guru bidang

studi bahasa Indonesia pada tanggal 12 April 2022, ada siswa yang mampu

menulis puisi dengan baik, ada juga yang tidak dapat menulis puisi dengan baik,

bahkan diantara siswa-siswa tersebut kesulitan menemukan kata-kata dalam

menulis puisi, bahkan ada yang mengambil hasil karya orang lain dari media

sosial bahkan mereka juga tidak mempunyai kosa kata yang memadai. Dari 20

siswa kelas X IPS-1 hanya 9 orang yang mampu menulis puisi (45% yang

mencapai KKM menulis puisi yaitu 69.

Guru perlu menetapkan model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi

permasalahan di kelas yang dihadapi oleh siswa. Penyebab rendahnya hasil belajar

siswa untuk menulis puisi peneliti menunjukan model pembelajaran cooperative

learning untuk mengatasi permasalahan pembelajaran mata pembelajaran bahasa

Indonesia di kelas X IPS-1 penerapan cooperative Learning diharapkan siswa

dapat mengikuti proses belajar dengan baik sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar menulis puisi. Peneliti memillih model pembelajaran cooperative learning

karena model pembelajaran ini dapat memaksimalkan pemahaman mereka tentang

materi pembelajaran dan jika dilaksanakan dengan benar akan memungkinkan

pendidik mengola kelas dengan lebih efektif.

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tindakan kelas, denga judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi

3
Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Siswa Kelas X IPS-1

SMA Negeri 3 Kabupaten Maluku Tengah”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah kemampuan menulis

puisi dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Cooperative learning siswa

kelas X IPS-1 SMA Negeri 3 Kabupaten Maluku Tengah?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk meningkatan kemampuan menulis puisi

menggunakan model pembelajaran model pembelajaran Cooperative Learning

siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri 3 Kabupaten Maluku Tengah.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Bagi Siswa

Menambah pengalaman belajar yang berguna untuk mengatasi kesulitan

dalam mengawali menulis puisi, menentukan isi puisi, menerapkan gaya

bahasa, dan memperoleh nilai yang sesuai dengan KKM.

b. Bagi Guru

Menambah masukan tentang kelebihan dan kekurangan tentang model

pembelajaran cooperative learning sebagai solusi pemecahan masalah seacara

klasikal, utamanya untuk kemampuan menulis puisi.

4
c. Bagi Sekolah

Peningkatan kualitas pembelajaran menulis puisi yang akhirnya dapat

meningkatkan kualitas produk puisi siswa.

d. Bagi Peneliti

Manfaat yang akan didapat peneliti untuk menambah wawasan tentang

menulis puisi menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1. Hakikat Puisi

Secara etimologi, puisi berasal dari bahasa yunani, yakni poetis, yang berarti

pembangun, pembentuk, dan pembuat, dalam bahasa inggris disebut poem atau

poetry, yang artinya membuat dan pembuatan (Setiawan, 2019:1) sedangkan

dalam bahasa latin, puisi berasal dari kata poeta, yang berarti membangun,

menyebabkan, menimbulkan, dan menyair. Pada perkembangannya, puisi

diartikan sebagai hasil seni sastra yang kata-kata didalamnya disusun sesuai syarat

tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kata kiasan. Melalui puisi,

seseorang dapat menciptakan suatu dunia tersendiri yang berisi pesan atau

gambaran tertentu, baik fisik maupun batin (Aminuddin, 2000:134).

Sukino (2010:111), menjelaskan bahwa puisi merupakan kegiatan kreatif,

sebuah karya seni. Puisi merupakan pengucapan bahasa yang memperhitungkan

adanya aspek-aspek bunyi didalamnya yang mengungkapkan pikiran imajinatif,

emosional, dan intelektual penyair yang ditimbul dari kehidupan individu dan

sosialnya yang diungkapkan dengan teknik tertenu sehingga puisi itu dapat

membangkitkan pengalaman tertentu pula dengan diri pembaca atau

pendengarnya.

Pradopo (2005:5), memberikan defenisi puisi sebagai karangan terikat.

Keterbatasan puisi tersebut berdasarkan keterikatan atas (1) Banyak baris dalam

tiap bait, (2) Banyak kata dalam tiap baris, (3) Banyak suku kata dalam tiap baris,

6
(4) Rima, dan (5) Irama. Puisi ialah ragam karya sastra yang didalamnya terdapat

peristiwa kebahasaan yang tersaring dengan murni untuk mengekspresikan

kepribadian dalam bentuk yang tepat dan selaras dengan watak yang

diungkapkannya.

Menurut Endraswara (2002: 60) sekurang-kurangnya ada dua hal yang harus

diperhatikan dalam pembelajaran sastra termasuk menulis puisi yaitu konteks

pengajaran sastra yang berupaya memberdayakan lingkungan, dan pembelajaran

sastra harus berlangsung dalam suasana yang menyenangkan. Pembelajaran

menulis puisi di sekolah hanya bertujuan untuk mengenalkan karya sastra,

sehingga ruang lingkup yang diajarkan mengenai puisi pun masih dalam bentuk

yang sangat sederhana. Meskipun demikian, pembelajaran menulis puisi

memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa untuk menciptakan karya

karya dalam bentuk puisi, dan dapat menambah kosa kata yang belum pernah

digunakan dalam bahasa umum.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa puisi adalah sebuah karya

seni sastra yang mempunyai aspek-aspek didalamnya dengan menggunakan kata-

kata yang indah atau kata kiasan.

a. Jenis-Jenis Puisi

Menurut Badrun (1989: 115-127), secara umum puisi dapat dibagi

menjadi dua jenis yaitu, jenis puisi berdasarkan isi dan jenis puisi berdasarkan

bahasa yang digunakan. Berdasarkan isi yang dikandung puisi dapat

dibedakan menjadi tiga macam yaitu sebagai berikut:

7
1) Puisi Epik

Puisi epik disebut juga sebagai puisi naratif. Biasanya bentuk puisi ini

agak panjang dan berisi cerita kepahlawanan, tokoh kebangsaan, masalah

surga, neraka, dan kematian. Puisi epik juga bersifat objektif, antara

penyair menceritakan hal-hal di luar dirinya. Adapun yang termasuk

puisi epik dalam sastra Indonesia antara lain syair dan balada.

Syair merupakan salah satu jenis puisi lama yang bersajak a-a-a-a, tiap

bait terdiri empat baris, satu baris terdiri dari delapan sampai dua belas

suku kata, keempat baris kalimatnya mempunyai hubungan arti dan isi.

Syair berisi nasihat dan cerita. Sedangkan balada biasanya berisi

gambaran kehidupan masyarakat, petualangan, perang, cinta, kematian,

dan hal-hal yang bersifat supernatural. Menurut sejarahnya balada dibagi

menjadi dua yaitu, balada yang bersifat nyanyian dan yang bersifat sastra

(modern).

2) Puisi Lirik

Puisi lirik merupakan puisi yang bersifat subjektif, personal. Artinya

penyair menceritakan masalah-masalah yang bersumber dari dalam

dirinya. Puisi ini agak pendek biasanya menggunakan kata ganti orang

pertama. Puisi ini berisi tentang cinta, kematian masalah muda dan tua.

Adapun yang termasuk puisi lirik antara lain soneta, eligi, ode, dan

himne.

8
3) Puisi Dramatik

Puisi dramatik dapat bersifat objektif dan subjektik. Dalam hal ini seolah-

olah penyair keluar dari dirinya dan berbicara melalui tokoh lain. Dengan

kata lain, dalam puisi ini tidak menyampaikan secara langsung

pengalaman yang ingin diungkapkan tetapi disampaikan lewat tokoh lain

sehingga tampak seperti sebuah dialog.

Di atas telah dibicarakan pembagian puisi berdasarkan isi, sekarang kita

membicarakan pembagian puisi berdasarkan bahasa yang digunakan yaitu

dilihat dari jelas atau mudah dan sukarnya puisi itu dipahami. Dalam hal ini

puisi dibagi menjadi dua macam, yaitu puisi transparan dan puisi prismatik.

1) Puisi Transparan

Secara harafiah transparan berarti “tembus pandang, jelas‟. Jadi puisi

transparan adalah puisi yang mudah dipahami, tidak ada kata-kata atau

lambang lambang yang sukar dipahami.

2) Puisi Prismatik

Berbeda dengan puisi transparan, puisi prismatik lebih sukar dipahami.

Hal ini disebabkan karena banyak kata yang memiliki makna ganda dan

kata yang demikian memerlukan penafsira

2.2 Pembelajaran Menulis Puisi

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang

saling bertukar informasi. Menurut Waluyo (1987:25) sebuah puisi adalah sebuah

struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun. Unsur-unsur itu dinayatakan

9
bersifat padu karena tidak dapat dipisahkan tanpa mengaitkan unsur yang lainnya.

Berdasarkan defenisi para ahli diatas puisi adalah hasil karya sastra yang disusun

berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman pengarang dan seseorang dapat

berimajinasi untuk memperoleh ide dan gagasan untuk menciptakan hasil

karyanya. Pembelajaran menulis puisi di sekolah hanya bertujuan untuk mengenal

karya sastra, sehingga ruang lingkup yang diajarkan mengenal puisi masih dalam

bentuk yang sederhana.

2.3 Unsur-unsur Puisi

Unsur puisi terdiri atas unsur intrinsik dan ekstrensik. Unsur intrinsik adalah

unsur yang membangun perwujudan puisi dengan segala makna yang

dikandungnya. Sedangkan unsur ekstrensik adalah unsur luar puisi yang ikut

mempengaruhi “jiwa” puisi itu sendiri (Aminudin, 1991:135).

a. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang terdapat di dalam karya sastra (puisi).

Unsur intrinsik terbagi menjadi dua yaitu, unsur batin dan unsur fisik.

Aminuddin (1991:136) mengutarakan, ada dua unsur utama dalam puisi,

yakni bangun struktur puisi, disebutkan ada beberapa bagian yang

membentuk bangunan struktur puisi, yakni bunyi, kata (termaksud

didalamnya pemilihan diksi dan gaya bahasa), serta tipografi.

1) Struktur Batin Puisi

a) Tema

Tema merupakan unsur utama dalam puisi karena dapat menjelaskan

makna yang ingin disampaikan oleh seseorang penyair dengan media

10
berupa bahasa. Tema adalah pokok pikiran dasatr untuk

mengembangkan dan membuat puisi.

b) Rasa

Rasa adalah sikap sang penyair terhadap suatu masalah yang

diungkapkan dalam menulis puisi. Pada umumnya, ungkapan rasa ingin

sangat berkaitan dengan latar belakang sang penyair, misalnya agama,

Pendidikan, kelas sosial, jenis kelamin, pengalaman sosial, dan lain-

lain.

c) Nada

Nada merupakan sikap seorang penyair terhadap audiensnya serta

sangat berkaitan dengan makna dan rasa. Melalui nada, seorang penyair

dapat menyampaikan suatu puisi dengan nada mimik, menggurui,

memandang rendah, dan sikap lainnya terhadap audiens.

d) Amanat

Amanat yaitu pesan yang ingin disampaikan pengarang terhadap

pembaca atau pendengar. Amanat biasa berupa anjuran, himbauan,

ajakan atau pelajaran hidup yang diambil dari puisi yang diciptakannya.

2) Unsur Fisik Puisi

Struktur fisik suatu puisi disebut juga dnegan metode penyampaian

hakikat suatu puisi, yang terdiri dari beberapa hal berikut ini:

a) Gaya Bahasa

Dalam sebuah puisi akan banyak dijumpai rangkaian kata yang bersifat

konotatif, berlebihan, ataupun, terkesan merendahkan diri.

11
b) Rima atau Irama

Rima atau irama yaitu kesamaan nada atau bunyi. Rima bisa dijumpai

tidak hanya di akhir tiap larik atau baris, namun dapat juga berada di

antara tiap kata dalam baris.

c) Tipografi

Tipografi yaitu bentuk penulisan puisi. Secara umum, sering ditemukan

puisi dalam bentuk baris, namun ada juga puisi yang disusun dalam

bentuk fragmen-fragmen bahkan dalam bentuk yang menyerupai apel,

zig-zag, atau model lainnya.

d) Diksi /Pilihan kata

Diksi adalah pemilihan kata yang dilakukan oleh seseorang penyair

dalam mengungkapkan puisinya sehingga efek yang didapatkan sesuai

dengan yang diingingkan

e) Imaji

Imaji adalah daya bayang penyair. Penyair juga sering menciptakan

pengimajian atau pencitraan dalam puisinya. Pengimajian dapat berupa

kata atau rangkaian kata-kata yang dapat memperjelas apa yang ingin

disampaiakan oleh penyair karena menggungaah rasa imajinasi

pembaca melalui pengindraan.

f) Kata konkret

Kata konkret adalah bentuk kata yang bisa ditangkap oleh indera

manusia sehingga menimbulkan imaji, Kata-kata yang digunakan

umumnya berbentuk kiasan (imajinatif), misalnya penggunaan kata-

12
kata “salju” untuk menjelaskan kebekuan jiwa. Ada keinginan

penyairuntuk menggambarkan sesuai secara lebih konkret atau

berwujud. Oleh karena itu, dipilih kata-kata yang membuat segala hal

terkesan dapat disentuh. Bagi penyair, hal itu dirasakan lebih jelas.

b. Usur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik puisi adalah unsur yang terdapat di luar karya sastra

puisi Unsur ekstrinsik meliputi (aminudin, 1991:137).

1) Unsur Biografi

Unsur biografi ini adalah latar belakang pengarang. Latar belakang

cukup berpengaruh dalam pembuatan puisi, misalkan puisi yang latar

belakangnya berasal dari keluarga miski, maka jika ia membuat puisi akan

sangat menyentuh hati para pembacanya, yang terbawa dari latar belakang

penulis sehingga mampu dikesankan dalam sebuah puisi.

2) Unsur Sosial

Unsur sosial sangat erat kaitannya dengan kondisi masyarakat ketika

puisi itu dibuat. Misalkan puisi itu dibuat ketika masa orde baru menjelang

berakhir.

3) Unsur Nilai

Unsur nilai dalam puisi meliputi unsur yang berkaitan dengan

pendidikan, seni, ekonomi, politik, sosial, budaya, adat-istiadat, hukum,

dan lain-lain. Nilai yang terkandung dalam puisi menjadi daya tarik

tersendiri sehingga sangat mempengaruhi baik atau tidaknya puisi.

13
2.4 Langkah-langkah Menulis Puisi dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Coopeative Learning

Berikut ini merupakan langkah-langkah menulis puisi menggunakan model

pembelajaran cooperative learning:

a. Sebelum memulai kegiatan pembelajaran, guru menyampaikan topik, bahan

pembelajaran dan tujuan pembelajaran pada hari itu yaitu menulis puisi.

b. Guru menjelaskan kepada siswa cara membuat puisi dan cara

mengekspresikan imajinasi kedalaman puisi, guru mengulang sampai siswa

mengerti dan paham;

c. Guru menyiapkan soal atau tugas yang ditulis di papan tulis yaitu membuat

sebuah puisi

d. Siswa dibagi dalam kelompok yang berjumlah 4 samapi 5 orang siswa tiap

kelompok;

e. Siswa mulai mendiskusi membuat puisi, siswa diharapakan saling bertukar

pendapat dan dapat bekerja sama untuk memiih kata yang tepat sehingga

membentuk suatu rangkaian kata yang padu dalam tiap baitnya;

f. Guru memeriksa dengan mendatangi tiap-tiap kelompok untuk menanyakan

kesulitan siswa

g. Setelah siswa selesai mengerjkan tugas membuat puisi, kemudian puisi

dikumpulkan kepada guru.

h. Guru memilih pekerjaan siswa yang dianggap baik dan sesuai dengan aturan

membuat puisi kemudian salah satu anggota kelompok di panggil ke depan

14
untuk membacakan hasil dari kerja kelompok mereka dan memberikan

penghargaan berupa tepuk tangan dari semua siswa.

2.5 Model Pembelajaran Cooperative Learning

Model pembelajaran cooperative learning adalah bekerja sama untuk

mencapai tujuan menurut Jhonson (dalam salihatin dan Raharjo, 2007:36), Model

pembelajaran cooperative learnig, individu mencapai tujuan yang menguntungkan

untuk dirinya dan juga bagi semua anggota kelompok. Selanjutnya dikatakan

model pembelajaran cooperative learning adalah suatu bentuk pembelajaran

dalam kelompok kecil, dimana para siswa bekerja sama untuk memaksimalkan

pemahaman mereka tentang materi pembelajaran.

Menurut Lie (2004:29), Model pembelajaran cooperative learning tidak sama

dengan belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative

learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan

asal-asal. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran cooperative learning dengan

benar akan memungkinkan pendidik mengola kelas dengan lebih efektif.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa

model pembelajaran cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang

membagi siswa dalam kelompok kecil, dimana para siswa bekerja sama untuk

memaksimalkan pemahman mereka tentang materi pembelajaran dalam

menyelesaikan tugas-tugas pembelajarannya.

1. Model Pembelajaran Cooperative learning

Model pembelajaran cooperative learning adalah salah satu bentuk

pembelajaran yang didasari paham konstruktivisme. Model pembelajaran

15
cooperative learning merupakan strategi belajar dengan kelompok kecil yang

tingkat kemapuannya berbeda dalam, menyelesaikan tugas kelompoknya,

setiap anggota bekerja sama saling membantu dalam memahami materi

pembelajaran.

2. Dasar Model Pembelajaran Cooperative Learning sebagai berikut:

a. Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam bersama dan

tenggelam bersama-sama”.

b. Siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam

kelompoknya, selain tanggung jawab pada diri sendiri dalam mempelajari

materi yang dihadapi.

c. Siswa harus berpandangan bahwa mereka memiliki tujuan yang sama.

d. Siswa membagi tugas dan tanggung jawab.

e. Siswa diberikan satu evaluasi pada anggota yang berpengaruh terhadap

evaluasi kelompok.

f. Siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan

bekerja sama selama belajar.

g. Setiap siswa akan diminta mempertanggung-jawabkan secara individu

materi yang ditangani dalam kelompok cooperative learning.

16
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan

kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu

untuk memperoleh data dan informasi yang bermanfaat dan meningkatkan mutu

suatu hal, serta menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah kegiatan

yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, sedangkan kelas adalah

sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama

dari seorang guru (Siswani dan Suwarno,2016). Menurut Suyanto (1995:4)

Penelitian Tindakan Kelas merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif

dengan melakukan Tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau

meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional.

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu kegiatan penelitian yang

berkonteks kelas yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah-masalah

pemebalajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil

pembelajaran dan mencoba hal-hal dalam pembelajaran demi peningkatan mutu

dan hasil pembelajaran. PTK merupakan kegiatan penelitian yang dapat dilakukan

secara individu maupun kalaboratif (widayati, 2008). PTK mempunyai

karakteristik yang berbeda dengan penelitian yang lain, PTK merupakan

penelitian kualitatif meski data yang diperoleh dapat berupa data kuantitatif.

17
3.2 Siklus dan Refleksi Dalam Penelitian

Siklus dalam penelitian tindakan kelas tidak dapat di tentukan atau

direncanakan beberapa siklus, berdasarkan masalah-masalah yang muncul refleksi

hasil penelitian tindakan pada siklus pertama, maka akan diadakan oleh peneliti

apakah tindakan yang dilaksanakan sebagai pemecahan masalah sudah mencapai

tujuan apa belum. Melalui refleksi inilah maka peneliti akan menentukan

keputusan untuk melakukan lanjutan atau berhenti karena masalah telah

terpecahkan.

Susilo (2007:30) memberi penegasan bahwa setidak-tidaknya PTK dilakukan

dalam dua siklus tindakan secara berurutan sebagai sesuatu yang merupakan

informasi dari siklus terdahulu akan sangat menentukan bentuk siklus berikutnya.

Oleh karena itu, pelaksanaan siklus kedua, ketiga dan seterusnya tidak dapat

dirancang sebelum siklus pertma dilakukan, dan tediri atas empat tahap dasar

yang saling berkaitan dan berkesinambungan. Dengan berpedoman pada refleksi

awal tersebut, maka prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi:

1. Perencanaan (planning)

Rencana merupakan tahap awal yang harus dilakukan guru. Diharapkan

rencana awal tersebut berpandangan kedepan, serta fleksibel untuk menerima

efek-efek untuk tak terduga dengan rencana tersebut secara dini dapat

mengatasi hambatan.

2. Pelaksanaan (Implemating)

Tahap ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yang

dapat berupa suatu penerapan metode pembelajaran tertentu yang bertujuan

18
untuk memperbaiki atau menyempurnakan metode yang sedang dijalankan.

Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh mereka yang langsung dalam

pelaksanaan suatu metode pembelajaran yang hasilnya juga akan

dipergunakan untuk menyempurnakan pelaksanaan tugas.

3. Observasi (observating)

Pelaksanaan ini berfungsi untuk melatih dan mendokumentasikan pengaruh-

pengaruh yang diakibatkan oleh Tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini

harus dapat menceritsksn keadaan yang sesungguhnya.

4. Reduplikasi (Reflecting)

Pada tahap ini, refleksi diperlukan untuk mengungkap kembali apa yang telah

dilakukan. Guru dan peserta didik secara bersama-sama membahas hasil

observasi, untuk melihat hasil dari pelaksanaan penelitian. Sehingga

memunculkan kemungkinan untuk memperbaiki supaya lebih baik.

Deskripsi alur PTK yang dapat dilakukan oleh guru, berikut gambaran yang

dibuat oleh Arikunto (2010:17) sebagai berikut:

19
Alur Rancangan Penelitian Tindakan Kelas

Perencanaan

Refleksi Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 3.1 Alur PTK


Sumber: Arikunto (2007:17)

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas X IPS-1 SMA Negeri 3 Kabupaten Maluku

Tengah yang terletak di Desa Suli Jln Raya Tulehu Kabupaten Maluku Tengah.

3.4 Subjek Penelitian

20
Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas X IPS-1 SMA Negeri 3 Maluku

Tengah, yang berjumlah 20 orang.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi (pengamatan)

Peneliti mengadakan pengamatan untuk melihat secara langsung proses

belajar mengajar di kelas X IPS-1 SMA Negeri 3 Maluku Tengah

2. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mewawancarai guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia tentang masalah yang diteliti. Hal ini dimaksudkan untuk

mengetahui bagaimana proses belajar mengajar, metode apa yang dipakai,

dan kendala-kendala apa saja yang dihadapi baik oleh guru maupun siswa

dalam pemebelajaran menulis puisi.

3. Angket

Angket minat siswa terhadap pembelajaran menulis puisi digunakan untuk

meminta pendapat siswa tentang pembelajaran Cooperative Learning sebagai

alternatif memecahkan permasalahan yang dihadapi di kelas.

4. Penugasan

Teknik ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis

puisi dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning.

3.6 Instrumen Penelitian

21
Instrumen penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Lembaran Observasi

Instrumen ini digunakan untuk mengecek dan mencatat hal-hal yang

berkaitan dengan peningkatan kemampuan menulis puisi dengan

menggunakan model pembelajaran Cooperative learning

2. Pedoman wawancara

Instrumen ini digunakan sebagai pegangan bagi peneliti dalam mengajukan

pertanyaan kepada guru mata pelajaan Bahasa Indonesia tersebut tentang

peningkatan kemampuan menulis puisi menggunakan model pembelajaran

cooperative larning

3. Lembar Angket

Angket digunakan untuk melihat minat dan sikap siswa tentang kemampuan

menulis puisi menggunakan model pembelajaran cooperative learning.

4. Tes

Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil kemampuan siswa dalam

menulis puisi.

3.7 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian tindak kelas ini dianalisis melalui tiga

tahap redukasi data, paparan, dan penyimpulan. Ketiga tahap ini dijelaskan

sebagai berikut:

1. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui

seleksi, pemfokuskan, dan pengabstraksian data menjadi informasi yang

bermakna.

22
2. Paparan data adalah proses menampilkan data secara sederhana dalam

bentuk paparan naratif, maupun dalam bentuk numerial.

3. Penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang

lebih formula yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian yang

luas. Berdasarkan Teknik analisis data yang telah disebutkan, maka

analisis data dilakukan pada data penugasan dengan menggunakan rumus

berikut (BSNP,2007:17):

skor perole h an
nilai= x skor ideal
skor maksimun

Keterangan:

Skor pemerolehan : jumlah skor yang diperoleh peserta didik

Skor maksimum : jumlah skor keseluruhan dari tiap indikator.

Skor ideal : 100

Tabel 3.1 Rubrik Penilaian Kemampuan Menulis


No Aspek Despektor Skor

23
Tema a) Puisi yang ditulis sesuai dengan tema 4

1. b) Puisi yang tulis hampir sesuai dengan tema 3

2
c) Puisi yang ditulis kurang sesuai dengan tema
1
d) Puisi yang ditulis tidak sesuai dengan tema

Struktr puisi a. Puisi yang ditulis mencirikan stuktur puisi 4

2. b. Puisi yang ditulis hamper mencirikan struktur puisi 3

2
c. Puisi yan ditulis kurang mencirikan struktur puisi
1
d. Puisi yang dituliskan tidak mencirikan puisi

Koherensi a. Koherensi antar kata cepat 4

3. antar kata b. Koherensi antar kata hampir tepat 3

2
c. Koherensi antar kata kurang tepat
1
d. Koherensi antar kata tidak tepat

(Sumber: BSNP,2007:17)

24
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

1. Siklus I

Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus

terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, tahap

pengamatan, dan tahap refleksi.

a. Perencanaan Tindakan I

Perencanaan dipersiapkan oleh peneliti yang kemudian dikonsultasikan

kepada guru kolaborator. Pada tahap ini peneliti dan guru kolaborator

mempersiapkan hal-hal yang akan dibutuhkan pada saat melakukan tindakan.

Persiapan tersebut meliputi beberapa hal sebagai berikut:

1) Mempersiapkan rancangan pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran cooperative learning yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri 3 dalam memanfaatkan

pemilihan tema, struktur kata dan kohorensi antar kata yang tepat sebagai

bagian dari unsur pembangun puisi.

2) Mempersiapkan media untuk pembelajaran yang berupa power point yang

berisikan konsep puisi, langkah-langkah menulis puisi, dan pembahasan

mengenai pemadatan makna melalui pemilihan kata-kata dalam menulis

puisi.

3) Mempersiapkan instrumen yang berupa tes dan non tes. Instrumen tes

digunakan untuk menilai hasil pekerjaan siswa dalam menulis puisi.

25
Instrumen tes yang disiapkan oleh peneliti berupa lembar kerja bagi siswa

untuk menulis puisi dan pedoman penilaian penulisan puisi. Instrumen non

tes digunakan untuk menilai sikap siswa pada saat proses pembelajaran

menulis puisi berlangsung dan menilai proses pembelajaran itu sendiri.

Instrumen yang peniliti siapkan berupa lembar pengamatan dan cacatan

lapangan.

Persiapan-persiapan tersebut kemudian didiskusikan kepada guru

kolaborator. Tujuannya adalah mendapatkan persamaan persepsi antara peneliti

dengan guru kolaborator. Kegiatan perencaan ini dilaksanakan pada hari Rabu,

3 Agustus 2022. Beberapa hal mengenai perencanaan dibicarakan dan

disepakati bahwa kegiatan tindakan siklus 1 akan dilaksanakan pada tanggal 8

Agustus 2022 dengan alokasi waktu dua jam pelajaran (2 X 45 menit).

b. Pelaksanaan Tindakan I

Sesuai dengan skenario pembelajaran yang ada dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), maka pelaksanaan pembelajaran dalam

rangka penelitian dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh guru pengampu

mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri 3

Kabupaten Maluku Tengah.

Pada pelaksanaan tindakan pada siklus 1 ini penelitian difokuskan untuk

memperbaiki aspek pemilihan tema, struktur kata dan kohorensi antar kata

pada siswa. Langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut adalah sebagai

berikut:

26
1) Guru memberikan apresepsi dengan menggali pengalaman siswa mengenai

puisi.

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

3) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang beberapa hal yang siswa ketahui

tentang memilih tema, struktur kata dan kohorensi antar kata yang tepat.

4) Guru mencontohkan beberapa pilihan kata yang menggambarkan makna

konotatif.

5) Guru menerangkan cara atau teknik agar dapat memantik ide dan bahan

untuk menulis puisi serta mengembangkan ide.

6) Siswa diajak untuk mencoba menulis puisi dengan tema yang dipilih oleh

mereka sendiri.

7) Guru memfasilitasi siswa dalam proses penciptaan puisi. Siswa

diperbolehkan bertanya kepada guru ataupun teman sekelasnya.

8) Setelah proses penciptaan selesai, salah satu siswa diminta membacakan

salah satu puisi dari temannya.

9) Guru dan siswa melakukan refleksi dari proses pembelajaran yang telah

berlangsung.

c. Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan pada proses pembelajaran yang

menggunakan model pembelajaran cooperative learning yang sedang

dilaksanakan. Tujuannya adalah melihat apakah sasaran pembelajaran telah

tercapai atau belum. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan menggunakan

instrumen lembar pengamatan ada beberapa aspek perlu mendapat perhatian.

27
Aspek yang mendapat perhatian tersebut yaitu pengaruh guru dalam

menanamkan pengetahuan kepada siswa dan cara guru dalam memantik

semangat siswa untuk terus belajar menulis puisi.

Peneliti menyatakan bahwa pengaruh guru dalam menanamkan

pengetahuan kepada siswa dalam pelaksanaan siklus 1 masih rendah karena

guru masih kurang dalam memberikan contoh-contoh pemilihan kata-kata

diluar apa yang telah dipersiapkan bersama antara peneliti dengan guru

kolaborator. Guru kolaborator juga sempat meninggalkan tempat pembelajaran

untuk beberapa saat.

Aspek berikunya adalah cara guru dalam memantik semangat siswa dalam

menulis puisi adalah dengan meminta salah seorang siswa membacakan puisi

milik salah satu temannya di depan kelas dan mendapat penghargaan seperti

tepukan tangan atau sorakan dari yang lain. Namun, hal tersebut belum

memacu siswa lain memiliki jiwa kompetitif. Respon siswa saat mengerti

bahwa salah satu dari puisi mereka akan dibacakan cenderung menampakkan

rasa takut dan malu.

Selain melalui lembar pengamatan, peneliti juga menggunakan lembar

catatan lapangan. Hal ini memungkinkan mencatat hal-hal yang belum

tercantum pada tiap aspek di dalam lembar pengamatan. Beberapa hal yang

dapat dicermati melalui catatan lapangan pada tanggal 8 Aggustus 2022 yaitu

guru masih terlihat kesulitan untuk memberikan motivasi kepada siswa. Tujuan

atau manfaat yang didapat dari menulis puisi adalah hal yang dapat memotivasi

siswa untuk berlatih menulis puisi, hal tersebut belum dinyatakan oleh guru

28
pada pelaksanaan siklus 1. Guru belum terbiasa dengan penggunaan model

pembelajaran cooperative learning sebagai metode yang baru untuk diterapkan

pada pembelajaran menulis puisi di SMA Negeri 3.

Pada siklus 1 ini siswa terlihat belum mampu mengembangkan hasil

pengalaman batin mereka dengan daya imajenasi untuk memilih kata-kata yang

tepat untuk menggambarkan ekspresinya pada puisi mereka. Beberapa siswa

masih ada yang mengalamai kesulitan untuk memilih kata-kata yang tepat

untuk puisi mereka. Nilai rata-rata kelas belum mengalami peningkatan.

Hasil yang diperoleh siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri 3 dalam menulis

puisi pada siklus I dapat dilihat melalui tabel lembar penilaian. Berikut adalah

tabel hasil penulisan puisi melalui model pembelajaran cooperative learning.

Tabel 4.1 Hasil menulis Puisi Siswa Pada Siklus I


Aspek yang dinilai
Kode Jumlah
Struktur Kohorensi Nilai Ket
Siswa Tema Skor
Puisi antar kata
S1 3 2 2 7 58 Tidak Mencapai KKM
S2 2 2 2 6 50 Tidak Mencapai KKM
S3 3 3 3 9 75 Mencapai KKM
S4 3 3 2 8 66 Tidak Mencapai KKM
S5 4 3 2 9 75 Mencapai KKM
S6 3 2 2 7 58 Tidak Mencapai KKM
S7 3 2 3 8 66 Tidak Mencapai KKM
S8 2 2 2 6 50 Tidak Mencapai KKM
S9 3 3 3 9 75 Mencapai KKM
S10 2 2 2 6 50 Tidak Mencapai KKM
S11 3 3 3 9 75 Mencapai KKM
S12 3 1 2 6 50 Tidak Mencapai KKM
S13 3 2 2 7 58 Tidak Mencapai KKM
S14 3 2 2 7 58 Tidak Mencapai KKM
S15 3 3 3 9 75 Mencapai KKM
S16 2 2 2 6 50 Tidak Mencapai KKM
S17 3 2 3 8 66 Tidak Mencapai KKM
S18 3 3 3 9 75 Mencapai KKM
S19 3 2 2 7 58 Tidak Mencapai KKM

29
S20 3 2 3 8 66 Tidak Mencapai KKM
Jumlah 1254
Rata-rata Kelas 62,7
Presentase Ketuntasan Belajar 30%

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh kelas

X IPS-1 SMA Negeri 3 masih di bawah standar kelulusan yaitu 69. Nilai rata-rata

yang diperoleh siswa pada siklus I hanya mencapai 62,7. Berdasarkan hal tersebut

dapat dinyatakan bahwa nilai rata-rata kemampuan menulis puisi siswa kelas X

IPS-1 SMA Negeri 3 berada di bawah standar kelulusan, meskipun beberapa dari

siswa sudah dapat mencapai nilai diatas atau melampaui standar kelulusan dengan

nilai sama dengan atau diatas 69.yaitu 6 orang atau 30%, tetapi masih ada 14

orang atau 70% yang mendapat nilai di bawah 69.

Pelaksanaan siklus 1 terlihat belum mengalami peningkatan. Beberapa siswa

terlihat mengalami peningkatan, tetapi beberapa juga masih ada yang di bawah

standar. Kegiatan menulis puisi melalui model pembelajaran cooperative learning

pada siklus 1 dapat dikatakan bahwa kemampuan rata-rata siswa kelas X IPS-1

SMA Negeri 3 belum mengalami peningkatan.

Adapun kendala atau kesulitan yang dialami siswa selama siklus I ini adalah

keadaan siswa yang merasa lapar, capek, dan mengantuk membuat siswa kurang

mampu membuat puisi dan mengakibatkan penciptaan yang asal-asalan. Siswa

pun merasa acuh tak acuh dalam menciptakan puisi karena guru kurang mampu

mengarahkan siswa dalam membuat puisi. Siswa juga masih kurang memahami

tentang bahasa figuratif. Mereka membuat puisi tanpa memperhatikan diksi, gaya

bahasa, apalagi persajakan.

30
Dari sejumlah puisi yang dikumpulkan oleh guru, hanya beberapa orang

yang mampu membuat puisi sesuai terget. Masih jauh lebih banyak siswa yang

membuat puisi yang tampak polos dan tidak memenuhi syarat penilaian. Ketika

siswa diminta untuk membacakan hasil puisi yang dibuat, tidak ada siswa yang

berani mengangkat tangan. Mereka enggan membacakan puisinya karena merasa

malu dan menyadari bahwa pekerjaannya masih perlu diperbaiki.

d. Observasi dan evaluasi

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan kemampuan dan keaktifan

menulis puisi pada siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri 3 pada siklus I belum

mengalami peningkatan yang bagus. Hal ini terbukti siswa yang hanya aktif

menanggapi temannya ketika maju di depan kelas pada siklus I sebanyak 6 siswa

atau 30% dan siswa yang hanya aktif membacakan puisi di depan kelas sebanyak

4 siswa atau 20%. Jadi, jumlah siswa yang dikatakan aktif sebanyak 50% atau 10

siswa. Kemampuan menulis puisi siswa yang mencapai KKM 69 hanya sebanyak

6 siswa atau 30%, sedangkan yang di bawah nilai KKM sebanyak 14 siswa atau

70%.

e. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada pelaksanaan

siklus I dapat direfleksikan dengan uraian sebagai berikut:

1) Guru dan siswa belum terlihat mampu berinteraksi dengan baik pada saat

proses pembelajaran berlangsung.

31
2) Beberapa siswa belum terlihat berani mengemukakan pendapat dan bertanya

kepada guru.

3) Siswa masih terbatas dengan penggunaan bahasa sehari-hari dalam

menciptakan sebuah puisi.

4) Peneliti dan guru merefleksikan hasil siklus 1 yaitu perlu memberikan

pemodelan dengan hal-hal yang praktis dan lebih mudah dimengerti oleh

siswa.

Selain melalui tes kemampuan menulis puisi, peneliti juga membagikan

angket kepada siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri 3. Pembagian angket tersebut

digunakan untuk memperoleh informasi-informasi keadaan siswa mengenai

minat, kemampuan, dan pendapat mereka tentang pembelajaran menulis puisi

yang pernah mereka alami. Pada bagian berikut akan dipaparkan prosentase hasil

pengisian angket yang diisi oleh siswa.

Tabel 4.2 Hasil Angket Minat Siswa Siklus I


Jawaban
No Pertanyaan Siswa
Ya Tidak
1. Apakah Anda menyukai mata pelajaran bahasa 10 10
Indonesia?
2. Apakah mata pelajaran bahasa Indonesia menarik? 12 8
3 Apakah Anda senang dengan materi bahasa Indonesia? 12 8
4. Apakah menulis itu menyenangkan? 11 9
5. Apakah Anda menyukai pembelajaran menulis? 9 11
6. Apakah Anda mengetahui pengertian puisi? 11 9

7. Apakah Anda pernah menulis puisi dengan menggunakan 9 11


model pembelajaran cooperative learning?
8. Apakah Anda tertarik untuk menulis puisi dengan 11 9
menggunakan model pembelajaran cooperative learning?
9. Apakah Anda senang jika mendapat tugas menulis puisi 10 10
dengan menggunakan model pembelajaran cooperative

32
learning?
Apakah Anda mengalami kesulitan dalam menulis puisi
10. dengan menggunakan model pembelajaran cooperative 16 4
learning?
Apakah dalam pembelajaran menulis puisi dengan
11. menggunakan model pembelajaran cooperative learning 10 10
menarik minat siswa untuk menulis puisi?
Apakah Anda merasa bahwa proses pembelajaran
12. menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran 9 11
cooperative learning membuat anda terampil?

Dari tabel diatas informasi awal yang didapat berupa keadaan minat siswa

kelas X IPS-1 SMA Negeri 3 terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, penulisan

puisi dan pembelajaran menulis puisi, kemampuan dalam menulis puisi, dan

proses pembelajaran menulis puisi yang pernah siswa alami. Kemampuan menulis

puisi siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri 3 berdasarkan analisis data angket tersebut

memang belum baik. Hal tersebut karena sebagian besar siswa kelas X IPS-1

SMA Negeri 3 tidak selalu mendapat nilai yang baik apabila mendapat tugas

menulis puisi di sekolah. Selain itu, kurangnya membaca karya-karya puisi yang

ada dan berlatih untuk menulis juga menjadi sebab mengapa hal tersebut terjadi.

Siswa juga menyatakan kesulitan untuk memilih kata yang tepat.

2. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan II

Siklus II direncanakan akan dilaksanakan pada tangal 15 Agustus 2022

dalam satu pertemuan. Sebelum melaksanakan siklus II peneliti dan guru

pada tanggal 10 Agustus bertemu dalam rangka membahas persiapan untuk

pertemuan siklus II. Hal yang dibahas meliputi hasil pelaksanaan pada siklus

1 dan materi yang akan disampaikan pada siklus II. Pertemuan tersebut

33
bertujuan mendapatkan bentuk pembelajaran pada siklus II supaya hasil yang

didapatkan lebih baik dari pada siklus 1.

Berdasarkan pembahasan yang dilakukan peneliti dan guru menyiapkan

rancangan pembelajaran. Target yang dicapai adalah peningkatan kepadatan

bahasa pada puisi siswa dengan menguatkan pemilihan tema, struktur kata

dan kohorensi antar kata yang digunakan. Tahap perencanaan pelaksanaan

tindakan kedua siklus II adalah sebagai berikut:

1) Peneliti dan guru merancang skenario pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran cooperative learning. Tujuan yang

ingin dicapai adalah kepadatan bahasa dalam puisi siswa dengan

menguatkan unsur diksi dan gaya bahasa.

2) Peneliti dan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

sebagai panduan dalam melaksanakan proses pembelajaran menulis

puisi.

3) Peneliti dan guru mempersiapkan media pembelajaran yang berupa

lembaran kertas karton yang ditulisi materi yang ingin disampaikan

kepada siswa.

4) Peneliti menyusun instrumen penelitian yang berupa instrumen tes dan

nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil tes siswa dalam menulis puisi

sedangkan instrumen nontes dinilai dari apa yang terjadi pada saat proses

pembelajar berlangsung.

b. Pelaksanaan Tindakan II

34
Proses pembelajaran pada pertemuan ini bertujuan untuk mendapatkan

peningkatan kemampuan siswa memadatkan bahasa yang mereka ekspresikan

dengan menguatkan unsur pemilihan kata-kata dan gaya bahasa. Proses

pembelajaran dilaksanakan oleh guru. Peneliti mengamati jalannya

pembelajaran, namun peneliti juga diminta untuk mengawasi siswa di ruang

kelas.

Langkah-langkah pada pelaksanaan tindakan II untuk mencapai tujuan

yang diinginkan adalah sebagai berikut:

1) Guru mengkondisikan siswa di dalam kelas dengan posisi nyaman dan

menempatinya dengan penuh perhatian.

2) Guru memberikan apersepsi dengan mengasosiasikan materi yang akan

diberikan dengan pengalaman siswa, guru juga mengingatkan materi

yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

3) Guru memberikan materi kepada siswa. Beberapa contoh diberikan untuk

menjadi gambaran siswa. Contoh dalam memilih kata dan menggunakan

gaya bahasa untuk memadatkan bahasa di dalam sebuah puisi.

4) Guru menjelaskan manfaat dari menulis puisi sebgai upaya memotivasi

siswa.

5) Guru kembali menjelaskan bagaimana cara mengembangkan ide dalam

menulis puisi.

6) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai

penjelasan guru.

35
7) Guru memberikan lembar kerja kepada siswa dan meminta siswa untuk

menulis puisi dengan tema bebas. Guru juga mengarahkan siswa untuk

mencari ide dari apa saja yang siswa lihat disekitarnya.

8) Guru dan siswa bersama-sama merayakan hasil yang mereka kerjakan.

9) Guru dan siswa bersama-sama merefleksikan apa saja yang telah

dilakukan

selama proses pembelajaran.

c. Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan pada jalannya proses pelaksanaan

pembelajaran dalam tindakan siklus II dan kemudian mendeskripsikan apa

saja yang didapatkan, baik kekurangan maupun kelebihan yang ada.

Pengamatan dilakukan sebagai upaya memantau ketercapaian akan tujuan

yang diinginkan pada siklus II.

Siklus ke II ni merupakan lanjutan dari siklus 1 yang telah dilaksanakan

terlebih dahulu. Hal-hal yang dilaksanakan pada siklus II ini adalah hasil dari

analisis dan evaluasi dari siklus 1, termasuk juga materi yang diajarkan pada

siklus II.

Pertemuan tindakan II pada siklus II ini, guru dan siswa bertepuk tangan

untuk mereka yang telah menghasilkan sebuah puisi lagi dan untuk setiap

usaha dari masing-masing siswa, tidak lupa guru memberikan masukan-

masukan kepada beberapa siswa untuk terus mengembangkan

36
keterampilannya tersebut. Adapun hasil menulis puisi siklus II siswa kelas X

IPS-1 SMA Negeri 3 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4 Hasil Kemampuan menulis Puisi Siswa Pada Siklus II


Aspek yang dinilai
Kode Jumlah
Struktur Kohorensi Nilai Ket
Siswa Tema Skor
Puisi antar kata
S1 4 3 3 10 83 Mencapai KKM
S2 3 3 3 9 75 Mencapai KKM
S3 4 3 3 10 83 Mencapai KKM
S4 3 3 3 9 75 Mencapai KKM
S5 4 3 2 9 75 Mencapai KKM
S6 4 3 3 10 83 Mencapai KKM
S7 4 3 3 9 75 Mencapai KKM
S8 3 3 2 8 66 Tidak Mencapai KKM
S9 4 3 3 10 83 Mencapai KKM
S10 4 3 3 10 75 Mencapai KKM
S11 3 3 3 9 75 Mencapai KKM
S12 3 3 3 9 75 Mencapai KKM
S13 4 3 3 10 83 Mencapai KKM
S14 3 3 3 9 75 Mencapai KKM
S15 4 3 3 10 83 Mencapai KKM
S16 3 3 2 8 66 Tidak Mencapai KKM
S17 3 3 3 9 75 Mencapai KKM
S18 3 3 3 9 75 Mencapai KKM
S19 4 3 3 10 83 Mencapai KKM
S20 3 3 3 9 75 Mencapai KKM
Jumlah 1538
Rata-rata Kelas 76,9
Presentase Ketuntasan Belajar 90%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada siklus II rata-rata nilai menulis

puisi kelas X IPS-1 SMA Negeri 3 mengalami peningkatan dari siklus I.

Rata-rata nilai menulis puisi mengalami peningkatan sebesar 14,2% menjadi

76,9 pada siklus II dari 62,7 pada siklus I. Siswa yang mencapai standar

KKM pada siklus II berjumlah 18 orang (90%), sedangkan siswa yang tidak

mencapai standar KKM pada siklus II berjumlah 2 orang siswa. Aspek

37
struktur kata dan kohorensi antar kata juga terlihat meningkat, begitu juga

aspek yang lain menunjukan adanya peningkatan.

Proses pembelajaran pada siklus II ini, siswa dapat lebih terinspirasi

dalam membuat puisi. Siswa dapat membuat puisi dalam keadaan yang

nyaman, senang, dan rileks sehingga dapat lebih mengembangkan ide,

pikiran, gagasan, serta merasakan kebermaknaan dalam belajar. Siswa tampak

lebih serius dalam berdiskusi, lebih leluasa dalam menyampaikan pendapat

dan lebih berani dalam bertanya.

d. Observasi dan evaluasi

Dari hasil pengamatan peneliti pada siklus II ini, keaktifan siswa lebih

meningkat dari proses pembelajaran pada siklus I. Siswa tampak serius dan

asik dalam menulis puisi. Memisahkan dengan temannya ketika menulis puisi

adalah usaha baik yang dilakukan guru karena dapat mengurangi kegiatan

mengobrol dan dapat meningkatkan keseriusan ketika menulis puisi. Hal ini

terbukti siswa yang aktif menanggapi temannya ketika maju di depan kelas

pada siklus II sebanyak 11 siswa atau 55% dan siswa yang aktif membacakan

puisi di depan kelas sebanyak 8 siswa atau 40%. Jadi, jumlah siswa yang

dikatakan aktif sebanyak 95% atau 19 siswa. Terbukti siswa yang mencapai

KKM 69 sebanyak 18 siswa atau 90%.

e. Refleksi

Proses pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model

pembelajaran cooperative learning di SMA Negeri 3 berjalan dengan lancar,

tidak ada hal-hal yang secara signifikan menghambat proses pembelajaran.

38
Siswa mengikuti pembelajaran dengan antusias, materi yang diberikan oleh

guru direspon dengan baik oleh siswa. Hal-hal yang menjadi kekurangan pada

siklus I pada siklus II sudah dapat teratasi. Kualitas puisi siswa kelas X IPS-1

SMA Negeri 3 juga meningkat.

Penerapan model pembelajaran cooperative learning dalam proses

pembelajaran menulis puisi di kelas X IPS-1 SMA Negeri 3 memberikan

perubahan pada proses pembelajaran menjadi lebih interaktif dan

memberikan manfaat bagi siswa. Hal tersebut dilihat dari hasil pengisian

angket minat siswa setelah diberi tindakan. Berikut adalah tabel angket minat

siswa setelah diberi tindakan pada peserta didik kelas X IPS-1 SMA Negeri 3.

Tabel 4.5 Hasil Angket Minat Siswa Siklus II


Jawaban
No Pertanyaan Siswa
Ya Tidak
1. Apakah Anda menyukai mata pelajaran bahasa 20 10
Indonesia?
2. Apakah mata pelajaran bahasa Indonesia menarik? 20 0
3 Apakah Anda senang dengan materi bahasa Indonesia? 19 1
4. Apakah menulis itu menyenangkan? 15 5
5. Apakah Anda menyukai pembelajaran menulis? 14 6
6. Apakah Anda mengetahui pengertian puisi? 18 2

7. Apakah Anda pernah menulis puisi dengan menggunakan 20 0


model pembelajaran cooperative learning?
8. Apakah Anda tertarik untuk menulis puisi dengan 16 4
menggunakan model pembelajaran cooperative learning?
Apakah Anda senang jika mendapat tugas menulis puisi
9. dengan menggunakan model pembelajaran cooperative 16 4
learning?
Apakah Anda mengalami kesulitan dalam menulis puisi
10. dengan menggunakan model pembelajaran cooperative 16 4
learning?
11. Apakah dalam pembelajaran menulis puisi dengan 17 3
menggunakan model pembelajaran cooperative learning

39
menarik minat siswa untuk menulis puisi?
Apakah Anda merasa bahwa proses pembelajaran
12. menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran 18 2
cooperative learning membuat anda terampil?

Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa beberapa permasalahan yang

dialami siswa dalam menuangkan ide, menentukan ide, dan menentukan kata

dengan tepat untuk menulis sebuah puisi sudah dapat teratasi. Meski

demikian beberapa siswa masih mengalami masalah tersebut.

Penggunaan model pembelajaran cooperative learning berpengaruh

terhadap proses pembelajaran dan berdampak baik. Hal tersebeut dapat dilihat

pada uraian pernyataan nomor 7 hingga 12. Kesimpulan dari beberapa siswa

yang memberikan pernyataan adalah siswa menyatakan bahwa proses

pembelajaran menulis puisi menggunakan model pembelajaran cooperative

learning memberikan kenyamanan belajar, memberikan motivasi untuk tetap

mengembangkan kemampuan dan siswa merasa perlu mendapatkan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative

learning.

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini, pembahasan difokuskan pada pelaksanaan tindakan kelas

menulis puisi dengan menggunakan metode cooperative learning, dan

peningkatan kemampuan menulis puisi siswa dengan menggunakan model

cooperative learning. Model pembelajaran cooperative learning dijadikan dasar

proses pembelajaran menulis puisi selama dua siklus karena model ini

mengoptimalkan segala interaksi yang ada dalam kegiatan pembelajaran.

40
Pengoptimalan tersebut bertujuan untuk mengarahkan siswa akan kesadaran untuk

percaya bahwa mereka bisa untuk menulis puisi.

Setelah dilakukan penilaian terhadap puisi siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri

3 Kabupaten Maluku Tengah, diketahui bahwa nilai rata-rata kelas mencapai 62,7

pada siklus I. Namun, ada beberapa hal yang dicermati pada siklus 1. Pemanfaatan

kata-kata dalam membangun sebuah puisi masih dirasa sukar oleh beberapa siswa.

Kata-kata yang dipilih masih cenderung lugas keseharian dan kurang sesuai

dengan tujuan penulisan puisi untuk tingkat SMA yang menekankan pada

permainan kata yang menimbulkan efek estesis.

Peningkatan pada siklus 1 memang belum maksimal, namun peneliti dan guru

kolaborator menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran cooperative

learnig merupakan sebuah tindakan yang baik mengingat keterbatasan

kemampuan serta pengetahuan siswa dalam menulis puisi. Berdasarkan hal

tersebut peneliti dan guru kolaborator sepakat melaksanakan tindakan lanjutan

sebagai penyempuranaan tindakan sebelumnya.

Pelakasnaan siklus II merupakan kelanjutan dari kesepakatan peneliti dan

guru kolaborator untuk menyempurnakan hasil pelaksanaan siklus 1. Melalui

tindakan yang dilakukan diharapkan aspek-aspek yang belum maksimal pada

siklus 1 dapat ditingkatkan pada siklus II. Berdasarkan pengalaman pada siklus 1

guru mengkondisikan siswa dengan cara memberikan arahan, penjelasan, dan

kesepakatan pada siswa sebelum pembelajaran dimulai.

Penyampaian materi pada siklus II mengulas pertemuan pada siklus 1.

Berdasarkan apersepsi yang disampaikan guru menjelaskan mengenai pemadatan

41
bahasa dengan menguatkan pemilihan kata atau diksi. Penyampaian dilakukan

secara interaktif sehingga siswa terlihat antusias untuk mengikuti pembelajaran.

Hasil kemampuan menulis puisi siswa pada siklus II mmengalami

peningkatan dari siklus I. Pada siklus II peningkatan nilai rata-rata siswa

mencapai 76,9. Ada peningkatan sebesar 14,2%. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa keberhasilan siswa pada siklus II sangat baik. Pencapaian ini tidak terlepas

dari peran guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran cooperative learning dalam pembelajaran

menulis puisi memiliki dampak positif dalam hasil belajar siswa. Hal ini dapat

dilihat dari semakin baiknya siswa dalam menulis puisi dan perhatian siswa

terhadap apa yang disampaikan oleh guru (daya serap siswa meningkat dari siklus

I 6 (30%), orang siswa tuntas dan siklus II 18 (90%) orang siswa tuntas. Pada

siklus II ketuntasan belajar siswa telah tercapai.

Dalam penerapan model pembelajaran cooperative learning, guru harus

mempersiapkan lembar umpan balik yang menjelaskan tugas yang harus

dilakukan siswa. Dengan memberikan kriteria evaluasi berupa gambaran siswa

yang sedang beraktivitas, sehingga siswa dapat membedakan bahwa puisi yang

ditulis oleh teman sebaya siswa tersebut itu bagus atau kurang bagus. Deskripsi

seperti ini akan membantu siswa mengasah kemampuan intelektualnya (Rahayu,

2013). Dari uraian tersebut, dapat menunjukkan bahwa model pembelajaran

cooperative learning dapat digunakan sebagai salah satu cara guru dalam

meningkatkan rasa tanggung jawab, kerjasama, serta meningkatkan pemahaman

42
siswa dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran menulis puisi dalam

pembelajaran bahasa Indonesia.

Penggunaan model pembelajaran cooperative learning menunjukkan bahwa

kegiatan belajar mengajar berhasil dan kemampuan menulis puisi dapat meningkat

khususnya pada siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri 3, karena itu dapat diharapkan

kepada para guru bahasa Indonesia untuk dapat menggunakan model

pembelajaran cooperative learning. Demikian dapat disimpulkan bahwa melalui

model pembelajaran cooperative learning dapat meningkatkan kemampuan

menulis puisi pada siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri 3 Kabupaten Maluku

Tengah.

43
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama dua siklus dapat

disimpulkan bahwa:

1. Dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning kemampuan

menulis puisi kelas X IPS-1 SMA Negeri 3 dapat meningkat.

2. Peningkatan kemampuan menulis puisi siswa dapat terlihat pada hasil tes

siswa selama dua siklus. Pada siklus 1, nilai rata-rata menulis puisi adalah 62,7.

Peningkatan terjadi pada siklus 2, dimana nilai rata-rata menulis puisi

meningkat sebesar 8,75 % yang berarti nilai rata-rata kelasnya meningkat

menjadi 76,9. Berdasarkan hal tersebut berarti peningkatan yang terjadi dari

awal sebelum dilakukan tindakan hingga siklus 2 sebesar 15,45%

B. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti kemukakan adalah bagi guru adalah masa

persiapan sebelum melaksanakan pembelajaran hendaknya diperhatikan dan

dipersiapkan dengan baik, untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ada dalam

proses pembelajaran. Guru hendaknya dengan cermat untuk memilih model

pembelajaran yang ada untuk dipraktekan dan terus berupaya untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran. Kemudian bagi siswa, disarankan adanya keterbukaan

antara guru dan siswa mengenai proses pembelajaran. Siswa sebaiknya aktif

dalam proses pembelajaran, namun apabila siswa kurang setuju dengan bentuk

44
pembelajaran yang diberikan guru, maka disarankan siswa mengutarakan atau

memberikan masukan kepada guru. Hal tersebut bertujuan untuk pembelajaran

yang berkualitas. Sedangkan bagi sekolah, Kegiatan pembelajaran di sekolah

sebaiknya ditunjang dengan fasilitas pembelajaran yang memadai. Disarankan

bagi sekolah untuk mendorong setiap tenaga pengajarnya untuk meningkatkan

kinerjanya, melalui kegiatan-kegiatan yang menambah pengetahuan baik dari

materi maupun dari pengetahuan model pembelajaran, seperti seminar, workshop,

penataran, atau melakukan penelitian.

45
DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru


Algesindo.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Anita Lie. 2008. Cooperative Learning. Mempraktekan Cooperative Learning di
Ruang-ruang kelas. Jakarta: PT.Gramedia.
BSNP. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BSNP.
Badrun, A. (1989). Teori Puisi. Jakarta: P2LPTK Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Dini Siswani Mulia, Suawarno. 2016. “PTK (Penilitian Tindakan Kelas) Dengan
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Dan Penulisan Artikel Ilmiah Di SD
Negeri Kalisube, Banyumas.” iImiah Kependidikan 4.
Endraswara, Suwandi. 2002. Metodologi Penelitian Sastra Epistemologi, Model
Teori, Dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kennedy, X.J. 2005. Literature: An Introduction to Fiction, Poety, and Drama


(fourth compact edition). New York: Pearson Longman.

Pradopo, Rachmad Djoko. 2005. Beberapa Teori Sastra. Teori Sastra.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Makatita Rikardo. Peningkatan Menulis Puisi SMA Negeri 8 Ambon dengan


menggunakan teknik personifikasi

Rahmat Djoko Pradopo. 2005. Beberapa Teori Sastra: Metode. Kritik, dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susilo. 2001. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher.
Sukino. (2010). Menulis itu indah. Yogyakarta: Pustaka Populer.
Suyanto. (1996). Pedoman Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: UP35D IKIP
Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. (2008). Menulis Sebagai Sesuatu Keterampilan Bahasa.
Bandung: Angkasa Bandung.
Solahatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model
Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara
Undang-ndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem
Pendidikan Nasional

46
Widayanti Ani. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jurnal Uny, Jurnal
Pendidikan Akuntasi Indonesia.1
Waluyo, Herman J. 1987. Teori Dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga

47
Lampiran 1. Nama-Nama Sampel

No Nama Sampel L/P

1. Aprianti F Dewi H P
2. Avi Nassa Maruapey L
3. Marisa A Letsoin P
4. Mathew R Donda L
5. Rani La Ipa P
6. Prisilya Rumahmitene P
7. Nurul Safa Risahondua P
8. Vernanda Claudia Soplanit P
9. Yani M Manupassa P
10. Rusniyanti P
11. Naila Sina P
12. Mirna Hehamuly P
13. Gilbert Sahuleka L
14. Falentin Suitela L
15. Arsiatika Vanath P
16. Muhammad Rasya L
17. Natalia H Maitimu P
18. Muhammad Rizky L
19. Nolastri Any Souhoka P
20 Wa Ode Yuyun P

48
Lampiran 2. Rubrik Penilaian Menulis Puisi

No Aspek Despektor Skor

Tema a. Puisi yang ditulis sesuai dengan tema 4

1. b. Puisi yang tulis hampir sesuai dengan tema 3

c. Puisi yang ditulis kurang sesuai dengan tema 2

d. Puisi yang ditulis tidak sesuai dengan tema 1

Struktr puisi a. Puisi yang ditulis mencirikan stuktur puisi 4

2. b. Puisi yang ditulis hamper mencirikan struktur puisi 3

c. Puisi yan ditulis kurang mencirikan struktur puisi 2

d. Puisi yang dituliskan tidak mencirikan puisi 1

Koherensi a. Koherensi antar kata cepat 4

3. antar kata b. Koherensi antar kata hampir tepat 3

c. Koherensi antar kata kurang tepat 2

d. Koherensi antar kata tidak tepat 1

49
Lampiran 3. Hasil Menulis Puisi Siswa Siklus I

50
51
52
Lampiran 4. Hasil Menulis Puisi Siswa Siklus II

53
54
Lampiran 5. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

(Untuk Guru mata pelajaran bahasa Indonesia)

1. Bagaimana pendapat Ibu tentang model pembelajaran cooperative

learning dalam menulis puisi?

Jawab: Bagus, anak-anak terlihat senang. Tapi saya perlu mendalami lagi

tentang model pembelajaran cooperative learning.

2. Pernakah siswa dilatih tentang menulis puisi?

Jawab: Ya, pernah.

3. Apakah ada kesulitan yang dihadapi siswa pada saat menulis puisi?

55
Lampiran 5. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

(Untuk Guru mata pelajaran bahasa Indonesia)

1. Bagaimana pendapat Ibu tentang model pembelajaran cooperative

learning dalam menulis puisi?

Jawab: Bagus, anak-anak terlihat senang. Tapi saya perlu mendalami lagi

tentang model pembelajaran cooperative learning.

2. Pernakah siswa dilatih tentang menulis puisi?

Jawab: Ya, pernah.

3. Apakah ada kesulitan yang dihadapi siswa pada saat menulis puisi?

Jawab: Ada. Pertama kali menulis puisi dengan menerapkan model

pembelajaran cooperative learning itu agak kesulitan, masih

bingung. Tapi diakhir sudah mulai bisa, model pembelajaran

cooperative learning ini membantu juga untuk cari judul, cari

kata-kata, dan membuat puisinya.

4. Bagaimana pandangan Ibu terkait dengan fasilitas penunjang yang

tersedia di sekolah ini dalam rangka menunjang proses penulisan

puisi?

Jawab: fasilitas penunjang yang ada di sekolah ini tidak terlalu menunjang

dalam proses penulisan puisi karena fasilitasnya kurang lengkap.

56
5. Kapankah para siswa diberi perhatian dalam menulis puisi?

Jawab: pada saat mereka mulai berimajinasi dalam mencari sebuah tema

untuk dijadikan sebagai judul dalam menullis puisi.

6. Bagaimana motode yang di praktekkan oleh Ibu dalam meningkatkan

kualitas siswa dalam menulis puisi?

Jawab: metoe yang selama ini saya pakai masih tidak terlalau bagus, dan

ini membuat hasil menulis puisi yang dilakukan oleh anak-anak juga tidak

bagus.

7. Adakah prestasi yang pernah diraih siswa sehubungan dengan

penulisan puisi?

Jawab: sejauh ini belum ada.

57
Lampiran 6. Angket Minat Siswa

ANGKET MINAT SISWA

NAMA :

KELAS :

PETUNJUK : pililah jawaban yang anda anggap paling tepat dan berilah tanda

(x) pada jawaban yang tepat dari pertanyaan dibawah ini !

1. Apakah Anda menyukai mata pelajaran bahasa Indonesia?


a. Ya
b. Tidak

2. Apakah mata pelajaran bahasa Indonesia menarik?


a. Ya
b. Tidak

3. Apakah Anda senang dengan materi bahasa Indonesia?


a. Ya
b. Tidak

4 Apakah menulis itu menyenangkan?


a. Ya
b. Tidak

1. Apakah Anda menyukai pembelajaran menulis?


a. Ya
b. Tidak

58
2. Apakah Anda mengetahui pengertian puisi?
a. Ya
b. Tidak

1. Apakah Anda pernah menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran


cooperative learning?
a. Ya
b. Tidak

2. Apakah Anda tertarik untuk menulis puisi dengan menggunakan model


pembelajaran cooperative learning?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah Anda senang jika mendapat tugas menulis puisi dengan menggunakan
model pembelajaran cooperative learning?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah Anda mengalami kesulitan dalam menulis puisi dengan
menggunakan model pembelajaran cooperative learning?
a. Ya
b. Tidak

5. Apakah dalam pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model


pembelajaran cooperative learning menarik minat siswa untuk menulis puisi?
a. Ya

b. Tidak

6. Apakah Anda merasa bahwa proses pembelajaran menulis puisi dengan


menggunakan model pembelajaran cooperative learning membuat anda
terampil?
a. Ya
b. Tidak

59
Lampiran 7. Silabus
SILABUS

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Tahun Pelajaran : 2021/2022

Materi Pokok : Menulis Puisi

Kelas/Semester :X IPS-1/Genap

Alokasi Waktu : 2 X 40 menit (1 X pertemuan)

A. Kompetensi Inti

1. Menghargai dan Menghayati ajaran agama yang dianutnya

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli

(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi

secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan keberadaannya.

3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,

seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,


mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (
menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.

60
Alokasi
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Penilaian Sumber Belajar
Waktu

3.9 Menelaah unsur-unsur 1. Merumuskan unsur- 1.Penilaian 2x40  Buku bahasa


pembangunan teks puisi unsur pembentuk puisi 1.Menulis Unsur puisi pengetahuan dilakukan indonesia
perjuangan lingkungan (imaji, kata konkret) dengan teknik tes tulis kelas X
hidup, kondisi sosial, dan 2.Mengidentifikasi isi, 2.Pengungkapan 2.penilaian Kemendikbud
lain-lain yang di penggunaan bahasa , gagasan, perasaan, keterampilan dilakukan  Lingkungan
perdengarkan atau di baca. kata-kata ( konotasi dan pandangan penulis. dengan teknik kinerja setempat
denotasi ) dalam teks 3.Pembacaan puisi  internet
4.8 puisi (ekspresi, lafal,
Menyajikan gagasan, dan tekanan, intonasi).
pendapat dalam bentuk 3. menulis puisi
teks puisi secara tulis/lisan berdasarkan konteks
dengan memperhatikan 4. membaca puisi yang
unsur-unsur pembangunan di tulis dan
puisi menanggapinya

61
Lampiran 8. RPP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP )

Satuan Pendidikan :SMA Negeri 3 Maluku Tengah

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Materi Pokok : Menulis Puisi

Kelas/Semester :X IPS-1/Genap

Alokasi Waktu : 2 X 40 menit (1 X pertemuan)

A . Kompetensi Inti

1 Menghargai dan Menghayati ajaran agama yang dianutnya

2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli

(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi

secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan keberadaannya.

3 Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,

seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah kongkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak

(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai

62
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam

sudut pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

KI Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi

(IPK)

1 3.8 Menelaah unsur-unsur 3.8.1 Mampu memgungkapkan unsur-

membangun teks puisi unsur teks puisi yang diperdengarkan

(perjuangan, linkungan hidup, dan dibaca

kondisi sosial, dan lain-lain). 3.8.2 Mampu menjelaskan unsur-unsur


2
yang diperdengarkan atau dibaca teks puisi yang diperdengarkan dan

4.8 Meyajikan gagasan, dibaca

perasaan,dan pendapat dalam 4.8.1 Mampu menulis puisi dengan

bentuk teks puisi secara memperhatikan unsur-unsur pembangun

tulisan/lisan dengan puisi

memperhatikan unsur-unsur puisi 4.8.2 Mampu mempresentasikan teks

puisi dengan memperhatikan unsur-

unsur puisi.

C. Karakter

Jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, dan percaya diri dalam

berinteraksi dengan lingkungan sosial.

63
C. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu mengungkapkan unsur-unsur pembangun puisi yang

diperdengarkan dan dibaca

2. Siswa mampu menjelaskan unsur-unsur pembangun puisi yang

diperdengarkan dan dibaca

3. Siswa mampu menulis puisi dengan memperhatikan unsur-unsur

pembangun puisi

4. Siswa mampu mempresentasikan teks puisi dengan memperhatikan unsur-

unsur pembangun puisi

D. Materi Pembelajaran

1.Pengertian Puisi

2. Unsur-unsur puisi

3. Langkah-langkah menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran

cooperative learning

4. Model pembelajaran cooperative learning

F. Metode Pembelajaran

1. Model Pembelajaran : Cooperative Learning

2. Metode : kerja kelompok,

G. Media dan Bahan

1. Media : Labtop

2. Bahan : Buku guru, LKS, Contoh Puisi

64
H. Sumber Belajar

Buku Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.

 Internet

 Sumber lain yang relevan

I. Langkah-langkah Pembelajaran

1.Pertemuan ke-1 (2 x 40 menit)

Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)

1.Guru memberikan slam dan berdoa untuk memulai pembelajaran

2. Menyiapkan fisik peserta didik dalam mengawali pembelajaran

3. Memberikan apresiasi dengan mengungkapkan pertayaan yang ada

keterkaitan dengan pembelajaran yang akan dilakukan

4. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang akan

berlangsung

5. memberitahukan materi pembelajaran yang akan dibahas pada

pertemuan saat itu

6. Memberitahukan tentanhg kompetensi inti, kompetensi dasar,indikator.

2.Kegiatan Inti (15menit)

1. Sebelum memulai kegiatan pembelajaran, guru menyampaikan topik,

bahan pembelajaran dan tujuan pembelajaran pada hari itu yaitu

65
menulis puisi

2. Guru menjelaskan kepda siswa cara membuat pusi dan cara

mengekspresikan imajinasi kedalam puisi, guru mengulang samapi

siswa mengerti dan paham;

3. Guru menyiapakn soal atau tugas yang ditulis di papan tulis yaitu

membuat sebuah puisi

4. Siswa dibagi dalam kelompok yang berjumalah 4samap 5 orang siswa

tiap kelompok;

5. Siswa mulai mendiskusi membuat puisi, siswa diharapkan saling

bertukar pendapat dan dapat bekerja sama untuk memilih kata yang

tepat sehingga membentuk suatu rangkaian kata yang padu dalam tiap

baitnya

Penutup (10)

1. Setelah siswa selesai mengerjakan tugas membuat puisi, kemudian puisi

dikumpulkan kepda guru,

2. Guru memilih pekerjaan siswa yang diaangap baik dan sesuai dengan

aturan membuat puisi kemudian salah satu anggota kelompoknya

dipanggil ke depan untuk membacakan hasil dari kerja kelompok

mereka dan memberikan penghargaan berupa tepuk tangan dari semua

siswa.

3. Guru menginformasikan materi pembelajaran yang akan diajarkan pada


pertemuan berikutnya

66
4. Berdoa

J. Penilaian

 Penilaian sikap

Pada dasarnya semua peserta didik memiliki sikap yang baik. Penilaian

sikap hanya dilakukan berdasarkan pengamatan/ observasi terhadap

tingkah laku peserta didik yang sangat baik dan yng kurang baik selama

proses pembelajaran yag berlangsung yang mencakup sikap santun,

disiplin, dan bertanggungjawab.

 Penilaian pengetahuan

Penilaian pengtahuan dilihat dari hasil menulis puisi dengan menggunakan rubrik
penilaian menulis puisi.

67
Lampiran 9. Dokumentasi

Proses pembelajaran pada siklus I

68
Proses pembelajaran pada siklus II

69

Anda mungkin juga menyukai