Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN E-MODUL BERBANTUAN

APIKASI CANVA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS FABEL

SISWA SMP KELAS VII

SKRIPSI

diajukan untuk Memenuhi sebagian dari Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Riri Rosmayanti

NIM 18210305

S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) SILIWANGI

CIMAHI

2022
A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 secara umum

bertujuan agar siswa mampu menguasai enam aspek keterampilan berbahasa,

yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, menyaji, dan

memirsa. Keenam keterampilan tersebut sangat penting dan saling

berhubungan satu sama lainnya. Di antara keenam keterampilan tersebut,

menulis dianggap sebagai komponen yang sangat penting. Melalui menulis,

seseorang mampu menuangkan imajinasi, ide-ide, pemikiran, dan perasaan ke

dalam bentuk tulisan. Keterampilan menulis dapat dimanfaatkan siswa untuk

mencatat, melaporkan, dan menuangkan gagasan yang dimilikinya dalam

bentuk tulisan yang dapat dipahami oleh pembaca. Berdasarkan hasil

penelitian Ermawati Arief, dkk (2013:161) komunikasi dengan menggunakan

bahasa secara lisan terutama berfungsi sebagai media untuk komunikasi

bersemuka secara langsung, baik komunikasi individual maupun komunikasi

sosial. Sebaliknya, komunikasi tulis digunakan sebagai media komunikasi

tidak langsung. Meskipun demikian, baik dalam komunikasi lisan maupun

tulis, seseorang harus menguasai prinsip-prinsip retorika yang memungkinkan

untuk memilih dan menggunakan bahasa dalam situasi tertentu secara efektif

sehinngga penyampaian dan penerimaan pesan komunikasi berlangsung

dengan baik dan benar.

Menurut penelitian yang dilakukan Maulana (2015:71) pada umumnya

menulis dianggap sebagai suatu keterampilan berbahasa yang sangat sulit dan

dijadikan beban oleh siswa.

1
Kesulitan ini disebabkan oleh faktor psikologis dan metodologis. Secara

psikologis, kebanyakan siswa menganggap bahwa kegiatan menulis sebagai

beban karena merasa kurang mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan

baik dan benar. Secara metodologis, guru umumnya kurang bervariasi dalam

memilih metode yang digunakan. Hal itu tidaklah berlebihan karena menulis

merupakan sebuah kegiatan yang kompleks. Kendala lain adalah kurang

mampunya siswa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar

sesuai dengan kaidah ejaan yang disempurnakan. Pengembangan

keterampilan menulis sebagai wahana pengungkapan pikiran di dalam

Kurikulum 2013 dilakukan dengan berbasis teks. Teks sebagai realisasi

pengungkapan pikiran yang utuh menuntut siswa untuk bisa memahami dan

memproduksi sebuah teks. Hal tersebut disebabkan pengungkapan pikiran

sebagai wujud komunikasi terjadi di dalam teks. Siswa dianggap dapat

mengungkapkan pikirannya dengan baik apabila bisa memahami dan

memproduksi sebuah teks. Siswa dapat memahami sebuah teks apabila telah

membaca teks tersebut. Memproduksi sebuah teks dapat dilakukan melalui

kegiatan menulis. Salah satu keterampilan menulis yang terdapat pada

Kurikulum 2013 revisi 2016 di kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP)

adalah keterampilan menulis teks fabel. Keterampilan menulis teks fabel

adalah keterampilan menulis yang berupaya menceritakan tentang kehidupan

binatang yang berprilaku menyerupai manusia. Fabel termasuk jenis cerita

fiksi, bukan kisah tentang kehidupan nyata. Fabel sering juga disebut cerita

moral karena pesan yang ada di dalam cerita fabel berkaitan erat dengan

2
moral. Teks cerita fabel tidak hanya menceritakan tentang kehidupan

binatang, tetapi juga mengisahkan kehidupan manusia dengan segala

karakternya. Pembelajaran memproduksi teks fabel di sekolah diajarkan pada

siswa kelas VII semester II. Agar informasi di dalam teks fabel dapat

tersampaikan dengan jelas kepada masyarakat, maka keterampilan menulis

teks fabel harus dikuasai dengan baik oleh siswa. Hal ini dinyatakan pada

Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yaitu KI 4 dan KD 4.11.

KI 4 berbunyi “ Mencoba, mengolah, menalar, dan menyaji, dalam ranah

konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi dan membuat)

dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan

mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang

sama dalam sudut pandang teori”. KD 4.11 berbunyi “menceritakan kembali

isi fabel yang dibaca yang didengar. Berdasarkan KI dan KD tersebut,

keterampilan menulis teks fabel harus diajarkan kepada siswa (Harsiati,

Trianto & Kokasih, 2016:105).

Memahami teks fabel merupakan materi pokok yang penting dikuasai oleh

siswa. Hal tersebut terdapat dalam kurikulum 2013 edisi revisi 2016 sesuai

dengan Kompetensi Inti (KI) 3 dan Kompetensi Dasar (KD) 3.12.

Kompetensi Inti (KI) 3 yaitu memahami pengetahuan (factual konseptual, dan

prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

Kompetensi Dasar (KD) 3.21 yaitu menelaah struktur dan kebahasaan

3
fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar (Harsiati, Trianto,

dan Kokasih 2016:105).

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan seorang guru bidang studi

Bahasa Indonesia SMP Negeri 3 Ngamprah, yaitu Ibu Maswenti S.Pd.,

terdapat beberapa kendala siswa dalam menulis teks fabel. Pertama, siswa

masih kesulitan menulis teks fabel berdasarkan struktur teks fabel. Pada

bagian koda siswa sering tidak menuliskannya atau informasi yang ditulis

siswa belum lengkap sesuai dengan pesan moral teks fabel. Hal ini

disebabkan karena siswa kesulitan untuk mengembangkan ide untuk ditulis

sehingga informasi yang disampaikan tidak sesuai dengan struktur teks fabel.

Kedua, siswa kesulitan mengembangkan unsur pembangun teks fabel, seperti

tokoh atau penokohan, alur, latar, dan amanat. Ketiga, siswa kesulitan

menentukan ciri kebahasaan teks fabel.

Salah satu keterampilan yang harus dimiliki siswa sebagai langkah untuk

meningkatkan keterampilan menulis teks fabel adalah membaca pemahaman.

Keterampilan membaca pemahaman dapat mengembangkan kemampuan

berbahasa siswa, khususnya dalam mengenal berbagai bentuk kalimat.

Dengan mengetahui bentuk-bentuk kalimat, siswa dapat mengemukakan

gagasan secara tertentu. Mengemukakan gagasan dengan kalimat yang teratur

dapat menghasilkan tulisan yang baik dan mudah dipahami oleh orang lain.

Pemahaman terhadap teks fabel akan berdampak pada teks yang dihasilkan.

Jika siswa memahami sebuah teks fabel, pembendaharaan kosakata siswa

4
akan bertambah. Pembendaharaan kosakata yang luas akan memudahkan

siswa untuk menuangkan ide atau gagasan ke dalam bentuk teks.

Menurut penelitian Walef dan Rita Arianti (2018:56) berdasarkan fakta

ditemukan berbagai masalah yang dihadapi siswa dalam membaca. Hal ini

dibuktikan dengan masih rendahnya keterampilan membaca pemahaman yang

disebabkan siswa merasa sulit untuk memahami isi dan makna bacaan. Siswa

yang kurang berminat membaca, terutama membaca pemahaman karena

dalam membaca pemahaman dituntut ketelitian dan kemampuan siswa itu

sendiri mengambil makna dari bacaan yang mereka baca.

Triatma (2016:167) mengatakan bahwa pada tahun 2011 UNESCO merilis

hasil survey budaya membaca terhadap penduduk di negara-negara ASEAN.

Budaya membaca di Indonesia berada pada peringkat paling rendah dengan

nilai 0,001. Artinya, dari sekitar seribu penduduk Indonesia, hanya satu yang

memiliki budaya membaca tinggi. Dari penelitian tersebut terlihat bahwa

Indonesia mengalami krisis membaca. Padahal membaca sangat erat

hubungannya dengan menulis. Membaca memberikan peran penting dalam

menulis.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti berasumsi bahwa dengan membaca

pemahaman teks fabel, siswa akan mendapatkan pengetahuan dan informasi

mengenai teks yang dibacanya. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu

membuktikan apakah keterampilan membaca pemahaman berkontribusi

terhadap menulis teks fabel. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3

Ngamprah. dengan alasan bahwa di sekolah tersebut masih banyak siswa

5
yang kesulitan dalam menulis teks fabel. Upaya untuk membuktikan bahwa

keterampilan membaca pemahaman berkontribusi terhadap keterampilan

menulis teks fabel adalah dengan melakukan penelitian berjudul “Kontribusi

Keterampilan Membaca Pemahaman terhadap Keterampilan Menulis Teks

Fabel siswa kelas VII SMP Negeri 3 Ngamprah.”

B. Rumusan Masalah Penelitian

1. Bagaimana Proses pengembangan Bahan Ajar E-Modul berbantuan

Aplikasi Canva terhadap kemampuan menulis teks fabel?

2. Bagaimana kelayakan Bahan Ajar E-Modul berbantuan Aplikasi Canva

terhadap kemampuan menulis teks fabel?

3. Bagaimana respon siswa terhadap Bahan Ajar E-Modul berbantuan

Aplikasi Canva terhadap kemampuan menulis teks fabel?

4. Bagaimana kemampuan menulis teks fabel dengan menggunakan bahan

ajar E-Modul berbantuan aplikasi canva?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perkembangan kemampuan di kelas yang menggunakan E-

Modul dan yang menggunakan pembelajaran biasa.

2. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan siswa dalam pembelajaran menulis

teks febel menggunakan bahan ajar E-Modul di SMP Negeri 3

Ngamprah.

3. Untuk mengetahui perbandingan hasil pembelajaran menulis teks fabel

6
menggunakan E-Modul berbantuan Aplikasi Canva di SMP Negeri 3

Ngamprah.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat praktis

a. Manfaat bagi penulis

Penelitian ini diharapkan mendapat gambaran yang jelas tentang

kemampuan penulis karena telah menguji cobakan pembelajaran

debat dengan menggunakan bahan E-Modul berbasis Aplikasi

Canva.

b. Manfaat bagi guru

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pikiran bagi guru

karena telah melaksanakan pengajaran kearah yang lebih baik

terutama dalam bidang menulis..

c. Manfaat bagi siswa

Penelitian ini dapat memberikan bekal pengetahuan dan

pengalaman, meningkatkan kemampuan belajar dan mempermudah

siswa menyerap ilmu yang didapat disekolah maupun di luar

sekolah.

d. Manfaat bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan umpan balik sehingga

tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien dalam meningkatkan

kualitas pembelajaran menuju prestasi yang lebih baik lagi.

7
e. Manfaat bagi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada

Umumnya

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa

Indonesia dengan bak dan benar, baik secara lisan maupun tulis,

serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya dan kesastraan

manusia Indonesia (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).

Untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia peneliti

menggunakan Pengembangan E-modul berbantuan aplikasi Canva

pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII Semester 2 Tahun

Pelajaran 2022/2023. Dengan menggunakan model pembelajaran

berbasis E-Modul berbantuan Aplikasi Canva, siswa dapat terlibat

total dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dan rasa tanggung

jawab individual siswa dalam melakukan diskusi kelompok dan hal

ini dapat berdampak positif terhadap peningkatan hasil belajar

Bahasa Indonesia.

E. Definisi operasional

Definisi operasional adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri-

ciri spesifik yang lebih substantif dari suatu konsep. Agar tidak salah persepsi

dalam menangkap maksud dari “Pengembangan E-modul Berbantuan

Apikasi Canva terhadap kemampuan Menulis Teks Fabel siswa SMP

Kelas VII ”.

Definisi operasional dirumuskan sebagai berikut:

8
1. R & D

Menurut Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya

Metode Penelitan dan Pendidikan, beliau menyebutkan bahwa Penelitian

dan Pengembangan atau Research and Development (R & D) adalah suatu

proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru

atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Menurut Prof. Dr. Sugiono dalam bukunya Metode Penelitan dan

Pendidikan, beliau menyebutkan bahwa metode Penelitian dan

Pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development

(R & D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R & D)

adalah suatu metode atau langkah untuk menghasilkan produk baru atau

mengembangkan dan menyempurnakan produk yang telah ada, dan

digunakan untuk menguji kefektifan produk tersebut.

2. E-Modul

Modul elektronik merupakan versi elektronik dari sebuah modul

yang sudah dicetak yang dapat dibaca pada komputer dan dirancang

dengan software yang diperlukan. E-modul merupakan alat atau sarana

pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara

mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk

9
mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat

kompleksitasnya secara elektronik. Sedangkan menurut Wijayanto

Modul elektronik atau e-modul merupakan tampilan informasi dalam

format buku yang disajikan secara elektronik dengan menggunakan hard

disk, disket, CD, atau flashdisk dan dapat dibaca dengan menggunakan

komputer atau alat pembaca buku elektronik.

Menurut Cecep, K & Bambang, S. menyatakan bahwa media

elektronik yang dapat diakses oleh siswa mempunyai manfaat dan

karakteristik yang berbeda-beda. Jika ditinjau dari manfaatnya media

elektronik sendiri dapat menjadikan proses pembelajaran lebih menarik,

interaktif, dapat dilakukan kapan dan dimana saja serta dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran. Sebagaimana penelitian yang

dilakukan oleh Salsabila terkait dengan media elektronik, menunjukkan

bahwa penggunaan media pembelajaran berupa modul elektronik dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa dengan persentase rata-rata sebesar

89%. Selain itu, modul elektronik mempunyai karakteristik berupa

ukuran file yang relatif kecil sehingga dapat disimpan dalam flashdisk,

mudah untuk dibawa, bisa digunakan secara offline, dapat dipelajari

kapan dan dimana saja asalkan ada komputer/laptop. Kemudian adanya

link yang membantu untuk menelusuri materi secara linier maupun non

linier sehingga mengarahkan siswa menuju informasi tertentu. Di dalam

modul elektronik juga dilengkapi animasi dan simulasi praktikum serta

siswa dapat mengetahui ketuntasan belajar melalui evaluasi mandiri yang

10
interaktif. Karakteristik modul elektronik seperti di atas perlu dimiliki

oleh siswa, karena modul elektronik berpotensi meningkatkan motivasi

belajar siswa. Selain untuk meningkatkan motivasi belajar siswa modul

elektronik juga sangat mudah dibawa, modul elektronik hanya disimpan

di PC atau laptop dan tidak memerlukan biaya yang sangat mahal.

Pemahaman terhadap media e-modul memerlukan pemahaman awal

definisi dari dua hal yaitu tentang media dan e-Modul. Association of

Education and Commmunication Technology (AECT) memberi batasan

tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk

menyampaikan pesan atau informasi.16 Pada definisi ahli yang berbeda

pula mendefinisikan media adalah berbagai jenis komponen dalam

lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Briggs

mengatakan

bahwa media adalah alat untuk memberikan rangsangan bagi siswa

supaya proses belajar terjadi, hal ini dikemukakan oleh Gagne.

Berdasarkan pemaparan mengenai pengertian modul dan modul

elektronik, tidak terlihat adanya perbedaan prinsip pengembangan antara

modul konvensional (cetak) dengan modul elektronik. Perbedaan terlihat

pada format penyajian secara fisik. Pada umumnya modul elektronik

mengadaptasi komponen-komponen yang terdapat pada modul cetak.

3. Pengembangan modul pembelajaran bahasa Indonesia ini dilakukan

dengan bantuan aplikasi. Selama ini, proses penyusunan modul

umumnya hanya menggunakan Microsoft Word, namun terdapat

11
beberapa kekurangan dalam penggunaannya karena terbatasnya fitur

terutama untuk desain. Sehingga dibutuhkan aplikasi lain yang lebih

mendukung untuk membuat tampilan modul menjadi lebih menarik.

Aplikasi pertama yang digunakan untuk mendesain modul. Modul

yang sebelumnya telah disusun isinya dalam modul disusun dalam

Microsoft Word dapat ditransformasikan ke aplikasi pertama yaitu

aplikasi canva. Aplikasi canva adalah aplikasi gratis yang disediakan

dengan cara mengakses Unifrom Resource Locator (URL)

https://www.canva.com/. URL tersebut dapat diakses oleh siapapun

selama terkoneksi dengan jaringan internet. Penggunaan aplikasi canva

merupakan alternatif untuk mendesain media pembelajaran karena

media mudah untuk digunakan oleh siapapun, tidak berbayar serta

dapat diakses di mana saja selama ada koneksi dengan internet

(Rahmatullah, Inanna & Ampa, 2020). Penemuan ini juga didukung

oleh Rahmasari & Yogananti (2021) yang menyatakan bahwa aplikasi

canva merupakan salah satu aplikasi terbaik yang digunakan untuk

membuat desain karena dilengkapi berbagai fitur yang mendukung,

aplikasi ini juga mudah digunakan, baik melalui desktop maupun

smartphone.

4. Menulis

Menulis adalah salah satu cara seseorang menuangkan ide untuk

melihat kepada orang lain agar semua orang mengetahui apa yang

dipikirkan lalu dituliskan kembali.

12
Menurut Muyati Yeti (Juanda, 2010, hlm. 14) menulis dapat

didefenisikan sebagai suatu kegiatan menyampaikan pesan (komunikasi)

dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat utama medianya.

5. Teks Cerita Fabel

Fabel adalah cerita fiksi, maksudnya khayalan belaka

(fantasi).Kadang fabel memasukkan karakter minoritas berupa

manusiabisa dikatakan sebagai cerita yang mengandung pesan-pesan

moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Cerita

binatang (fabel) adalah salah satu bentuk cerita (tradisional) yang

menampilkan binatang sebagai tokoh cerita.Binatang-binatang tersebut

dapat berpikir dan berinteraksi layaknya komunitas manusia, juga dengan

permasalahan hidup layaknya manusia.Mereka dapat berpikir, berlogika,

berperasaan, berbicara, bersikap, bertingkah laku, dan lain-lain

sebagaimana halnya manusia dengan bahasa manusia. Cerita binatang

seolah-olah tidak berbeda halnya dengan cerita yang lain, dalam arti

cerita dengan tokoh manusia, selain bahwa cerita itu menampilkan tokoh.

13

Anda mungkin juga menyukai