Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Pembelajaran bahasa berfungsi untuk meningkatkan keterampilan
berbahasa, kemampuan berpikir dan bernalar serta daya intelektual seseorang.
Pembelajaran bahasa Indonesia di kampus pada dasarnya bertujuan membekali
peserta didik dalam kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien dalam
bahasa Indonesia lisan dan tulis serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya
kesastraan Indonesia (Depdiknas, 2006). Kemampuan mahasiswa untuk
berkomunikasi secara tertulis yang dimaksudkan tersebut adalah kemampuan
menulis.
Kegiatan menulis dalam dunia pendidikan dipandang sangat penting
karena dapat melatih para mahasiswa berpikir secara produktif. Untuk dapat
berpikir kreatif, mahasiswa memerlukan latihan terus-menerus agar mencapai efek
tertentu. Oleh karena itu, mahsiswa dalam melakukan aktivitas menulis tidak
menyelesaikan tulisannya dalam waktu yang singkat. Kegiatan menulis bagi
seorang penulis pemula harus dilakukan terus-menerus tanpa mengenal kebosanan
dan putus asa, sehingga ia dapat mencapai suatu kesuksesan yang diinginkan.
Wujud gagasan yang dituangkan dalam tulisan harus dilakukan revisi atau
perbaikan seperlunya. Proses revisi tulisan harus dilakukan berulang-ulang
sampai mencapai kesempurnaan.
Keterampilan menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa produktif dan
paling kompleks membutuhkan beberapa syarat, antara lain kemampuan
berbahasa, pengetahuan struktur bahasa, kemampuan memilih dan menentukan
tema tulisan. Oleh karena itu, mahasiswa sangat dituntut untuk menguasai aspek-
aspek yang termuat dalam keterampilan menulis agar dapat menuangkan gagasan
secara sistematis dalam bahasa tulis yang dapat dimengerti oleh pembacanya.
Sejalan dengan hal di atas, The Liang Gie (2002) berpendapat bahwa menulis
adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan buah
pikirannya melalui bahasa tulis untuk dbaca dan dimengerti oleh orang lain.
Dalam pembelajaran menulis salah satu unsur yang perlu diperhatikan
adalah penyusunan karangan dalam bentuk paragraf. Kompetensi yang diharapkan
2

dimiliki mahasiswa adalah kemampuan menulis karangan dalam bentuk paragraf-


paragraf. Oleh karena itu, pembelajaran menulis tidak terlepas dari latihan
bagaimana mengembangkan paragraf yang baik menjadi sebuah karangan yang
utuh. Apabila mahasiswa telah mahir menuangkan gagasannya dalam paragraf-
paragraf yang padu, maka penulisan karangan dalam bentuk wacana pun akan
mudah dilakukannya. Adapun, bentuk-bentuk paragraf atau karangan yang sering
dibahas dalam pembelajaran menulis, yakni argumentasi, eksposisi, persuasi,
deskripsi, dan narasi.
Bentuk-bentuk karangan tersebut diajarkan pada mahasiswa semester
pertama dalam pembelajaran Mata Kuliah Umum Bahasa Indonesia. Tiap capaian
pembelajaran membahas satu jenis karangan. Salah satu jenis karangan yang
dipelajari mahasiswa di semester awal dalah menulis paragraf argumentasi.
Argumentasi adalah penyampaian gagasan dalam bentuk paragraf atau karangan
yang berisi sejumlah argumen yang berusaha mengubah keyakinan pembaca
dengan jalan menunjukkan fakta-fakta untuk membuktikan kebenaran
pendapatnya. Pengertian tersebut sejalan dengan yang tersurat dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, argumentasi adalah pemberian alasan untuk memperkuat
atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan (Depdikbud, 1997).
Pemilihan jenis paragraf argumentasi dari kelima jenis karangan di atas
dengan pertimbangan bahwa tulisan argumentasi merupakan bentuk tulisan yang
mampu membantu mahasiswa mengatasi kesulitan yang berkaitan penulisan
pengalaman mereka. Pengalaman yang dimiliki oleh mahasiswa bisa berupa
pengalaman pribadi di lingkungan keluarga, kampus, dan masyarakat. Peristiwa
yang dialami mahasiswa di lingkungan keluarga merupakan sumber tulisan
argumentasi yang paling menarik dan mudah dikembangkan. Hal ini relevan
dengan misi pendidikan sekarang, yang mengharuskan mahasiswa untuk
mengonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna kehidupannya melalui
pengalaman yang nyata.
Sesungguhnya banyak hal faktual yang menjadi bahan penulisan
argumentasi yang diamati dari lingkungan kehidupan manusia. Akan tetapi, masih
banyak calon penulis yang kebingungan untuk mengimplementasikan suatu
3

peristiwa itu menjadi suatu tulisan yang argumentatif. Pada umumnya penulis
pemula belum tahu cara menulis yang sistematis, bagaimana memulai menuliskan
idenya atau menuangkan buah pikirannya dalam kalimat yang efektif.
Kebanyakan mahasiswa kurang berminat dalam mengikuti kegiatan
menulis. Mereka tampaknya lebih gemar berkomunikasi secara lisan karena lebih
mudah dibandingkan menuangkan gagasan melalui tulisan. Mahasiswa merasa
asing atau terkadang tidak mampu melakukan aktivitas menulis sebagai
perwujudan komunikasi tertulis. Kendala inilah yang sering dialami oleh
mahasiswa dalam pembelajaran menulis.
Kondisi pembelajaran menulis di jenjang pendidikan Indonesia pernah
diargumentasikan oleh Ismail (dalam Salam,1999) bahwa pada umumnya
produktivitas menulis anak didik kita, baik yang ada di sekolah menengah
maupun di perguruan tinggi sangat rendah jika dibandingkan dengan produktivitas
menulis siswa dan mahasiswa yang sederajat di luar negeri, seperti di Malaysia,
Jepang, Australia, bahkan di Filipina. Umumnya mereka menghasilkan karya tulis
ilmiah antara 5 buah sampai 9 buah karya tulis sebelum masuk ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, bahkan siswa-siswa di Amerika Serikat menulis
karya tulis ilmiah mencapai 12 sampai 14 buah.
Masalah rendahnya mutu keterampilan menulis peserta didik selama ini,
ternyata merupakan kendala pembelajaran menulis yang secara global telah
melanda dunia pendidikan di Indonesia. Hal ini bukan saja dialami oleh peserta
didik di sekolah dasar dan sekolah menengah, melainkan masalah tersebut telah
mewabah sampai di kalangan pendidikan tinggi. Hal itu dibuktikan dengan hasil
penelitian terhadap sejumlah mahasiswa yang mengikuti mata kuliah umum di
kampus Poltekkes Makassar ditemukan bahwa minat dan kreativitas mereka
dalam menulis sangat rendah, karya tulis yang mereka buat hanyalah karya tulis
yang ditugaskan oleh dosen dalam mata kuliah menulis. Kualitas keilmiahannya
buruk sekali, tidak ada dinamika, dan cenderung plagiat (Salam, 1999).
Mencermati fenomena tersebut, maka calon peneliti melakukan observasi
awal di program studi PGSD kampus Unismuh Makassar pada bulan September -
November ditemukan pula masalah pembelajaran menulis bahwa mahasiswa
4

jurusan PGSD semester satu, belum memiliki keterampilan menulis yang


memadai. Hal ini bukan semata-mata disebabkan rendahnya kemampuan
mahasiswa menguasai materi pembelajaran menulis, tetapi juga kurang tepatnya
memilih metode pembelajaran menulis oleh pengampu mata kuliah bahasa
Indonesia. Di samping itu, pengajar dalam pembelajaran menulis masih lebih
menekankan hasil daripada proses penulisan, dan belum memfokuskan mahasiswa
sebagai subjek pembelajaran.
Kondisi tersebut menggugah perhatian calon peneliti untuk mengatasi
masalah pembelajaran menulis dengan menawarkan suatu solusi kepada pengajar
atau dosen bahasa Indonesia yang mengajar mahasiswa semester satu jurusan
PGSD kampus Unismuh Makassar, agar berkolaborasi untuk melakukan
penelitian tindakan kelas. Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi mahasiswa
dalam membangkitkan minat menulis kreatif. Untuk dapat meningkatkan
kreativitas menulis mahasiswa semester satu jurusan PGSD kampus Unismuh
Makassar, maka dalam melaksanakan pembelajaran menulis di kelas digunakan
metode konstruktivistik.
Metode konstruktivistik merupakan salah satu metode pembelajaran
kontekstual yang menitikberatkan mahasiswa sebagai subjek pembelajaran,
mahasiswa harus menemukan dan mengonstruksi sendiri pengetahuan yang
diperolehnya. Dengan demikian, mahasiswa akan terlatih menyelesaikan sendiri
setiap masalah yang dihadapi, menemukan dan mentransformasikan suatu
informasi yang didapatnya ke dalam situasi nyata berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang dimilikinya.
Dengan pembelajaran menulis paragraf argumentasi yang berbasis
konstruktivistik dapat membangkitkan minat dan kesungguhan mahasiswa
mengikuti proses pembelajaran menulis. Bila motivasi dan minat belajar menulis
mahasiswa telah ditumbuhkan, maka masalah pembelajaran menulis pada
umumnya dan menulis paragraf argumentasi khususnya yang selalu menghantui
pengajar dan mahasiswa segera dapat diatasi.
Asumsi di atas didasarkan pada karakteristik metode konstruktivistik,
yaitu (1) penyajian isi menekankan pada penggunaan pengetahuan secara
5

bermakna mengikuti urutan dari keseluruhan menuju bagian, (2) pembelajaran


lebih banyak diarahkan untuk meladeni pertanyaan atau pandangan mahasiswa,
(3) aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada data primer dan bahan
manipulatif dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis mahasiswa, (4)
pembelajaran menekankan pada proses, dan (5) pengajar sebagai fasilitator dan
motivator selama mahasiswa mengikuti proses pembelajaran di kelas.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian tindakan kelas tentang pembelajaran
menulis paragraf argumentasi berbasis konstruktivistik perlu dilakukan
mahasiswa semester satu jurusan PGSD kampus Unismuh Makassar Penelitian ini
dengan judul ”Penerapan Metode Konstruktivistik dalam Pembelajaran
Keterampilan Menulis Paragraf Argumentasi mahasiswa semester satu jurusan
PGSD kampus Unismuh Makassar”.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah umum yang diangkat
dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian pembelajaran keterampilan menulis paragraf argumentasi mahasiswa
semester satu jurusan PGSD kampus Unismuh Makassar, yang berbasis
konstruktivistik?”
I.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode
konstruktivistik dalam pembelajaran keterampilan menulis paragraf argumentasi
mahasiswa semester satu jurusan PGSD kampus Unismuh Makassar.

I.4 Target Luaran Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan peneliti dalam publikasi
ilmiah di jurnal lokal dan nasional yang ber ISSN, juga sebagai bahan
pengembangan buku ajar mengenai metode pembelajaran di sekolah dasar, serta
penerapan metode pembelajaran yang tepat, menarik, dan memotivasi peserta
didik dalam kegiatan menulis khususnya pembelajaran bahasa Indonesia.
Tabel 1.4.1. Rencana Target Capaian
6

Indikator Capaian
No Jenis Luaran
TS-0 TS+1 TS+2
1 Publikasi ilmiah Lokal Draf Reviewed Published
(Jurnal) Nasional (ber Draf Reviewed Published
ISSN)
2 Pemakalah dalam Nasional Draf Terdaftar -
pertemuan ilmiah Lokal Draf Terdaftar -
3 Buku ajar Belum Draf Produk
4 Luaran lainnya jika ada Penerapan - -
5 Tingkat kesiapan teknologi (TKT) Tidak ada

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Paragraf
Kata paragraf dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara tersurat
dinyatakan bahwa paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan dan biasanya
mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru
(Depdikbud,1997). Paragraf adalah suatu pengungkapan gagasan yang terjalin
dalam beberapa kalimat yang memiliki kesatuan ide. Sejalan dengan Syafi'ie
(1988) yang menyatakan bahwa paragraf adalah sebagai karangan utuh dalam
bentuk miniatur karena ciri-ciri utama suatu karangan dipunyai oleh suatu
paragraf. Suatu karangan mempunyai perihal pokok yang dikemukakan sebagai isi
pokok komunikasi. Begitu pula yang dimiliki paragraf. Penulisan paragraf yang
baik dan efektif harus memenuhi syarat-syatat tertentu, yaitu (1) kelengkapan
paragraf, (2) keruntutan paragraf, (3) keutuhan paragraf, dan (4) koherensi
paragraf (Syafi'ie, 1988; Mc Crimmon, 1963).
Pengembangan paragraf mencakup dua persoalan utama, yakni: Pertama,
kemampuan memerinci gagasan utama paragraf ke dalam gagasan-gagasan pen-
jelas. Kedua, kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan penjelas ke dalam urut-
an yang teratur. Pertama, pola kronologis digunakan untuk mengemukakan
gagasan berupa urutan peristiwa. Pengembangan paragraf dengan pola kronologis
meliputi:(1) paragraf narasi dan (2) paragraf deskripsi. Kedua, pola kausalitas
digunakan untuk mengemukakan gagasan yang berhubungan dengan masalah
mengenai sebab-akibat suatu kejadian. Pengembangan paragraf dengan pola
7

kausalitas meliputi: (1) paragraf eksposisi, dan (2) paragraf argumentasi. Paragraf
eksposisi adalah paragraf yang memaparkan atau menerangkan suatu hal atau
objek, agar para pembaca dapat memahami hal atau objek itu dengan sejelas-
jelasnya. Untuk memaparkan masalah yang dikemukakan dalam paragraf
menggunakan contoh, grafik, serta berbagai bentuk fakta dan data lainnya.
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan alasan, contoh, dan
bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan. Alasan-alasan, bukti, dan sejenisnya,
digunakan penulis untuk memengaruhi pembaca agar mereka menyetujui
pendapat, sikap, atau keyakinan penulis.
Dalam beberapa hal terdapat persamaan dan perbedaan antara paragraf
argumentasi dengan paragraf eksposisi. Persamaannya, sama-sama menjelaskan
pendapat, gagasan, dan keyakinan. Sama-sama memerlukan fakta yang diperkuat
atau diperjelas dengan angka, peta, grafik, diagram, gambar. Sama-sama
memerlukan analisis dan sintesis dalam pembahasannya. Sama-sama menggali
idenya dari pengalaman, pengamatan dan penelitian, sikap dan keyakinan.
Perbedaannya, tujuan eksposisi menjelaskan dan menerangkan sehingga pembaca
memperoleh informasi sejelas-jelasnya.
Argumentasi bertujuan untuk memengaruhi pembaca sehingga pembaca
menyetujui bahwa pendapat, sikap, dan keyakinan kita benar. Eksposisi
menggunakan contoh, grafik, untuk menjelaskan sesuatu yang kita kemukakan.
Argumentasi memberi contoh, grafik, untuk membuktikan bahwa sesuatu yang
kita kemukakan itu benar. Penutup pada akhir eksposisi biasanya menegaskan lagi
dari sesuatu yang telah diuraikan sebelumnya. Pada karangan argumentasi
biasanya diakhiri dengan kesimpulan sebagai penegasan atas pernyataan yang
telah diuraikan sebelumnya.
2.2. Prosedur menulis argumentasi
Penulisan suatu argumen bertolak dari suatu topik. Topik, yang sering
disebut pokok persoalan merupakan tempat mencari argumen. Keraf (1994)
menyatakan bahwa pokok persoalan terdiri atas bagian-bagian pengalaman yang
diumumkan yang berupa kesatuan proposisi bagi suatu argumen. Dalam praktik-
nya, kenyataan-kenyataan yang ada mengenai sebuah topik dirumuskan dalam
8

pernyataan faktual yang mencerminkan kembali persepsi penulis mengenai


kenyataan itu. Dengan kenyataan yang faktual itu, berarti proposisi haruslah
mengandung kebenaran.
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang dalam menulis
argumentatif adalah kemampuan berpikir logis. Kemampuan ini penting dikuasai
karena menulis merupakan perwujudan retorika. Unsur pokok retorika adalah
kemampuan berpikir logis atau kemampuan berpikir rasional. Menurut Syafi'ie
(1988) seorang penulis harus memiliki kemampuan penalaran yang baik dalam
menyusun karangan, sehingga membuat karangan yang disusunnya menjadi
kompak dan meyakinkan. Selanjutnya, Kahane (1978) menyatakan bahwa
argumen yang valid dibagi dalam dua jenis penalaran, yakni deduktif dan induktif.
Model deduktif dan induktif merupakan pola yang sangat banyak digunakan.
Struktur ini sangat umum sifatnya dan biasanya ditemukan dalam model penulisan
sehari-hari. Pola model deduktif-induktif dalam penelitian ini digunakan untuk
melihat variasi pola paragraf yang disusun siswa dikaitkan dengan penempatan
unsur-unsur argumen.
2.3. Evaluasi proses pembelajaran menulis paragraf argumentasi
Penilaian kegiatan menulis dalam pembelajaran dengan menerapkan
metode konstruktivistik menekankan pada proses yang dilakukan siswa ketika
mereka melakukan kegiatan menulis. Menurut Latief (1999) penilaian proses atau
asessment informal adalah penilaian yang dilakukan saat pembelajaran
berlangsung. Sejalan dengan hal tersebut, Rofi'uddin dan Dimiyati (1998)
menyatakan bahwa evaluasi proses diorientasikan pada kesulitan-kesulitan siswa
dalam belajar menulis dan dapat memberikan balikan kepada guru. Beberapa
assesment yang relevan dapat digunakan dalam pembelajaran menulis paragraf
argumentasi melalui penilaian proses; Observasi informal, catatan anekdot,daftar
cek, dan wawancara atau konferensi klinis
Dalam menilai kualitas tulisan paragraf argumentasi mahasiswa dapat
dilakukan dengan bermacam-macam sistem penilaian bergantung pada tujuan
pemberian penilaian itu sendiri. Menurut Tompkins dan Hoskisson (1994) ada
9

tiga sistem pendekatan, yaitu (l) penilaian holistik, (2) penilaian analitik, dan (3)
penilaian aspek utama.
2.4. Hakikat Konstruktivistik
Asumsi sentral metode konstruktivistik adalah ide bahwa belajar itu
menemukan. Mereka melakukan proses mental atau kerja atas informasi itu agar
masuk ke dalam pemahaman. Konstruktivistik dimulai dari masalah (sering
muncul dari siswa sendiri) selanjutnya membantu siswa meneyelesaikan dan
menemukan langkah pemecahan masalah tersebut. Metode konstruktivistik
didasarkan pada teori belajar kognitif yang menekankan pada pembelajaran
kooperatif, pembelajaran generatif, strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan
dan keterampilan metakognitif lainnya (belajar bagaimana seharusnya belajar).
Menurut Piaget dan Vigotsky (dalam Degeng, 1997) menekankan bahwa
perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami
sebelumnya diolah melalui proses ketidakseimbangan dalam upaya memperoleh
informasi baru.
Untuk itu, dalam konstruktivistik terdapat empat aspek yang penting dalam
pengembangan perubahan kognitif yang bertumpu dari aspek sosial dalam belajar.
Keempat aspek itu adalah (1) pembelajaran sosial, (2) zona perkembangan
terdekat, (3) pemagangan kognitif, dan (4) dukungan tahap demi tahap dan
pemecahan masalah.
Penggunaan teori konstruktivisme dalam pembelajaran dapat melatih daya
pikiran para siswa dengan memastikan mereka tidak bergantung sepenuhnya pada
guru untuk mentransfer ilmu pengetahuan. Selain itu, penggunaan teori tersebut
juga melahirkan sikap yang positif di kalangan siswa untuk menimba ilmu. Di
samping itu, para siswa akan mendapatkan pembelajaran yang lebih menyeluruh
di mana mereka dilatih dari segi praktik, sosial dan juga sikap mereka dalam
berkelompok. Akhirnya, pembelajaran konstruktivistik menumbuhkan budaya
pembelajaran seumur hidup “lifelong learning” meneruskan penerapan semangat
inquiri dan ingin tahu dalam diri para siswa.
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subjek
aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan
10

lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subjek menyusun


pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut
disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subjek itu sendiri. Struktur
kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan
lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi
secara terus-menerus melalui proses rekonstruksi.
Hal yang terpenting dalam teori konstruktivistik adalah mahasiswalah
yang harus mendapatkan penekanan selama proses pembelajaran. Merekalah yang
harus aktif mengembangkan pengetahuan sendiri, bukan guru atau orang lain.
Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajar. Penekanan belajar
siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan
membantu untuk mandiri dalam kehidupan kognitifnya

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian
Penelitan ini adalah penelitian tindakan (action research). Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode konstruktivistik dalam
kegiatan pembelajaran menulis paragraf argumentasi mahasiswa semester satu
jurusan PGSD kampus Unismuh Makassar. Penelitian tindakan kelas (PTK)
adalah penelitian yang dirancang untuk membantu guru menemukan dan
memecahkan masalah-masalah pembelajaran menulis yang terjadi di kelas.
Bentuk kajian PTK bersifat reflektif oleh pelaku tindakan dengan tujuan
untuk memperbaiki kondisi praktik pembelajaran yang dilakukan di kelas.
Berkaitan dengan hal itu, Supardi dkk. (2008) menyatakan bahwa penelitian
tindakan kelas sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipatif,
kolaboratif dan spiral, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem,
metode kerja, proses, isi, kompetensi, dan situasi.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian tindakan
kelas. Dengan rancangan penelitian tindakan ini peneliti bermaksud
meningkatkan kualitas praktik para pengajar dan peneliti dalam situasi nyata.
11

Elliot (1982) menyatakan bahwa penelitian tindakan sebagai kajian sosial yang
bermaksud meningkatkan kualitas praktik.
Prosedur pelaksanaan penelitian ini mengikuti prinsip dasar penelitian
tindakan kelas. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas terdiri atas beberapa tahap
yang berlangsung dalam bentuk siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat
tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Prosedur ini
berdasarkan pendapat Kemmis dan McTaggart (dalam Zuriah, 2003) yang
menyatakan bahwa proses penelitian tindakan merupakan proses daur ulang atau
siklus yang dimulai dari aspek mengembangkan: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan tindakan/melakukan tindakan sesuai rencana, (3)
pengamatan/melakukan observasi terhadap tindakan, dan (4) melakukan refleksi.
Kegiatan penelitian ini dimulai dari refleksi awal untuk melakukan kajian
pendahuluan tentang kondisi objektif di lapangan. Langkah ini dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang kesulitan yang dialami oleh guru dan siswa untuk
dicarikan pemecahannya. Kemudian dilakukan kegiatan perencanaan, tindakan,
observasi, analisis, dan refleksi. Kegiatan pada setiap siklus dimungkinkan diikuti
dengan perencanaan ulang, pengamatan ulang, dan refleksi ulang. Namun, bila
hasil yang diperoleh mangalami perubahan cenderung frekuensi persentasenya
meningkat dibandingkan dengan siklus sebelumnya, maka pelaksanaan pada
siklus berikutnya tidak perlu dilanjutkan.
Untuk memudahkan memahami alur penelitian ini, maka peneliti
menggambarkannya dalam bentuk bagan berikut.
12

Studi pendahuluan
mengidentifikasi Rencana tindakan
masalah pembelajaran siklus 1
menulis Mahasiswa
Unismuh Makassar Pelaksanaan
Pengamatan tindakan siklus 1
Refleksi pelaksanaan
tindakan siklus 1

Rencana tindakan
silklus 2

Pelaksanaan
Pengamatan tindakan siklus 2
Refleksi pelaksanaan
tindakan siklus 2

Rencana tindakan
siklus 3

Pelaksanaan
Pengamatan tindakan siklus 3
Refleksi
pelaksanaan
tindakan siklus 3

Gambar 2. Siklus pelaksanaan kaji tindak


Simpulan (adaptasi model siklus Kemmis dan McTaggart)
3.3 Subjek Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di mahasiswa semester satu jurusan
PGSD kampus Unismuh Makassar tahun pelajaran 2017/2018.
3.4 Prosedur Penelitian
1. Studi pendahuluan
Hasil studi pendahuluan peneliti mahasiswa semester satu jurusan PGSD
kampus Unismuh Makassar menunjukkan bahwa keterampilan menulis siswa
masih sangat rendah. Temuan tersebut berdasarkan: (1) pengamatan peneliti
dalam pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf argumentasi di mahasiswa
semester satu jurusan PGSD kampus Unismuh Makassar ditemukan rancangan
13

pembelajaran belum sesuai dengan situasi nyata dunia siswa, pembelajaran


masih berfokus pada guru, dan guru masih menggunakan buku teks tertentu
sebagai acuan belajar mahasiswa, (2) hasil wawancara peneliti dengan guru
bahasa Indonesia diperoleh informasi bahwa kurangnya sumber bacaan siswa
yang disediakan di perpustakaan kampus, (3) hasil wawancara dengan
mahasiswa semester satu jurusan PGSD kampus Unismuh Makassar, diperoleh
informasi bahwa sulitnya melakukan kegiatan menulis karena mereka belum
pernah dibimbing dalam melaksanakan proses pembelajaran menulis, siswa
hanya diarahkan menentukan topik dan menyusun kerangka karangan, dan guru
menyuruh siswa melanjutkan proses penulisan serta mengumpulkannya sesuai
target waktu yang ditentukan.
2. Rencana tindakan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut peneliti dan guru sepakat
berkolaborasi menyusun perencanaan tindakan. Penyusunan rencana tindakan
dilakukan secara kolaboratif dan kooperatif antara peneliti dan pengajar
mahasiswa semester satu jurusan PGSD kampus Unismuh Makassar. Hal ini
sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, yaitu kolaboratif dan
kooperatif, artinya dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas selalu terjadi
kerja sama antara peneliti dan guru (kolaborator) demi keabsahan tercapainya
tujuan penelitian (Depdiknas, 2005).
Bertolak dari uraian di atas, peneliti dan guru berkolaborasi menyusun
rencana tindakan sebagai berikut.
a. Peneliti dan guru melakukan diskusi menentukan rancangan pembelajaran
menulis paragraf argumentasi dengan menggunakan metode
konstruktivistik. Rancangan tindakan ini disusun dalam bentuk Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rancangan tindakan ini terlebih dahulu
disimulasikan secara bergantian antara peneliti dan guru sebelum tindakan
dilaksanakan. Simulasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan
keterampilan kepada guru tentang pelaksanaan pembelajaran menulis
paragraf argumentasi dengan menggunakan metode konstruktivistik;
b. Merancang pengorganisasian kelas;
14

c. Menetapkan dan menyusun deskriptor serta indikator sebagai kriteria untuk


mengukur keberhasilan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran menulis paragraf argumentasi;
d. Menyusun rambu-rambu alat perekam data meliputi: pedoman observasi,
pedoman wawancara, format catatan lapangan, dan dokumentasi.
3. Pelaksanaan tindakan
Bagian ini peneliti dan pengajar dapat melaksanakan rencana tindakan
yang telah disusun dalam bentuk siklus tindakan. Adapun, prosedur pelaksanaan
tindakan, yaitu (1) pengajar melaksanakan kegiatan pembelajaran harus sesuai
RPP yang telah disusun, dan bila memungkinkan pelaksanaan pembelajaran dapat
dilakukan secara bergantian antara pengajar dan peneliti, (2) peneliti mengamati
proses pembelajaran menulis paragraf argumentasi yang dilakukan pengajar dan
pengelolaan pembelajaran menulis tersebut yang dilakukan oleh mahasiswa
dalam kelompok kerja. Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran dilakukan
secara sistematis, cermat, dan objektif. Bila perlu pengamatan dilakukan secara
bergantian antara peneliti dan pengajar secara komprehensif untuk merekam
gejala-gejala yang muncul baik yang mendukung maupun menghambat proses
pembelajaran. (3) Peneliti dan pengajar berkolaborasi mengevaluasi hasil
pembelajaran menulis paragraf argumentasi mahasiswa. Kemudian, hasil tersebut
dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan keberhasilan yang telah dicapai
dan yang belum tercapai.
Pelaksanaan tindakan pembelajaran menulis paragraf argumentasi melalui
metode konstruktivistik oleh mahasiswa dilaksanakan sebanyak tiga kali
pertemuan dalam setiap siklus. Pertemuan pertama berisi materi pramenulis,
pertemuan kedua berisi kegiatan menulis dan pertemuan ketiga pascamenulis.
Pada setiap tindakan pembelajaran menulis siswa diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan dalam menerapkan aspek retorika. Aspek retorika meliputi unsur
paragraf dan unsur argumen. Unsur paragraf meliputi: kelengkapan, keruntutan,
keutuhan, dan koherensi dalam penulisan paragraf, sedangkan unsur argumen
meliputi: pernyataan (claim), data (ground),pembenaran (warrant), penunjang
(backing/support), kualifikasi (qualifier), penolakan (rebuttal) pada tulisan
15

argumentasi.
Hasil pengamatan direkam melalui alat pengumpulan data. Peneliti dan
pengajar melakukan diskusi untuk menentukan tindakan selanjutnya. Adapun,
bentuk pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Pelaksanaan tindakan pembelajaran menulis paragraf argumentasi
Tahap Fokus Tindakan
Pra-
Pembelaiaran
1. Menentukan topik 1. Membuka pelajaran 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran
menulis 2. Mengembang 2. Membangkitkan 2. Meminta siswa menentukan topik.
kan topik. skemata siswa 3. Meminta siswa mengembangkan topik
3. Menetukan judul. 3. Menjelaskan/mendisk dengan membuat pertanyaan dan
4. Menyusun usikan tentang cara jawaban.
kerangka paragraf menentukan topik, 4. Meminta siswa menentukan judul dan
mengembangkan menyusun kerangka paragraf.
topik, menentukan
judul, menyusun
kerangkaparagraf.

Menulis 1.Menulis draf 1.Melalui curah 1. Meminta siswa menulis


paragraf pendapat/konferen- draf paragraf argumentasi
argumentasi. si guru dan siswa, dengan penalaran deduktif
2.Melakukan siswa melakukan 2.Meminta siswa memperhatikan kriteria
perevisian draf pengedrafan. paragraf
paragraf 2.Melalui diskusi (kelengkapan, keruntutan,
argumentasi. kelompok siswa keutuhan, dan koherensi)
3.Melakukan melakukan dan menempatkan unsur
penyuntingan perevisian. argumen sesuai dengan
tulisan paragraf 3.Melalui kesejawatan pola argumen dalam menulis paragraf
argumentasi. dalam bentuk argumentasi.
sharing, siswa 3.Meminta siswa melakukan
Pasca- Pemublikasian melakukan
1.Melalui kesejawatan penyuntingan
1.Meminta siswasesuai
membacakan tulisannya
menulis Tulisan penyuntingan.
dalarn bentuk dengan ejaan dan tandamenyuarakan
berdasarkan ketepatan baca.
sharing, siswa tulisan.
membacakan tulisan 2.Meminta siswa menuliskan kembali
di depan kelas. hasil dari komentar kelompok lain yang
2.Menuliskan kembali dianggap perbaikan kesalahan.
tulisan atas 3.Meminta siswa memajankan tulisannya
rekomendasi di papan buletin.
perbaikan dari teman
sejawat.
3.Memajankan
Keterangan: 1: Sangat Kurang tulisan
(SK) 3: Cukup (C) 5: Sangat Baik (SB)
2: Kurang (K)di papan buletin.
4: Baik (B)
4. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Pada saat pembelajaran menulis dilaksanakan segera
dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan. Direncanakan pengamatan
dilakukan mulai pada siklus 1, siklus 2, dan sampai siklus 3. Pengamatan yang
16

dilakukan pada siklus 1 memberi masukan pada perencanaan tindakan pada siklus
berikutnya. Hasil dari pengamatan pada setiap siklus tersebut akan didiskusikan
dengan guru sehingga menghasilkan hasil yang optimal, serta dapat
menyempurnakan perencanaan pada siklus berikutnya.
5. Refleksi
Refleksi dalam penelitian tindakan kelas adalah upaya mengkaji apa yang
telah dan/atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil
dituntaskan oleh tindakan perbaikan yang telah dilakukan secara bersama-sama
antara guru dan peneliti. Secara garis besar alur refleksi adalah analisis, sintesis,
memaknai, menerangkan, dan akhirnya menyimpulkan semua informasi yang
diperoleh dari mahasiswa semester satu jurusan PGSD kampus Unismuh
Makassar, ketika melaksanakan pembelajaran menulis paragraf argumentasi.
Hasil refleksi dalam siklus 1 untuk mengungkapkan hasil yang dicapai,
keterbatasan, hambatan, konsekuensi, implikasi, dan simpulan temuan. Simpulan
yang diperoleh dari siklus 1 dijadikan dasar pijakan untuk menyusun rencana
pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya. Pelaksanaan tindakan pada siklus 2
sama seperti siklus sebelumnya dengan pengamatan yang lebih akurat lagi. Daur
ulang tindakan dihentikan apabila hasil pembelajaran menulis mahasiswa telah
menunjukkan kemajuan yang signifikan (tidak melanjutkan tindakan ke siklus
3).
3.5. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam suatu penelitian dikemukakan untuk
menghindari salah pengertian. Adapun, istilah-istilah khusus yang digunakan
dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Penerapan berarti penggunaan, pemasangan, atau memberlakukan sesuatu
dalam kondisi tertentu.
2. Metode Konstruktivistik adalah salah satu metode pembelajaran yang
menganut aliran filsafat pengetahuan yang beranggapan bahwa pengetahuan
itu merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang sedang belajar (siswa).
3. Pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreativitas berpikir siswa dalam meningkatkan kemampuan
17

mengonstruksi pengetahuan baru.


4. Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang digunakan
untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan
orang lain.
5. Paragraf argumentasi adalah bentuk paragraf yang mengemukakan alasan,
contoh, dan bukti yang kuat dan meyakinkan.
3.6. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen
kunci di samping dibantu dengan instrumen penunjang. Instrumen kunci dalam
penelitian ini adalah peneliti sendiri. Bogdan dan Biklen (1992) menyatakan
bahwa peneliti sebagai instrumen kunci, karena dianggap orang yang paling
mengetahui sejumlah data dan cara menyikapinya. Adapun, instrumen penunjang
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman
wawancara, pedoman catatan lapangan, dan dokumentasi.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diklasifikasikan
berdasarkan rumusan masalah penelitian yang difokuskan dalam tiga tahapan,
yaitu data pada tahap: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Adapun, rincian
dari ketiga tahapan tersebut disajikan
3.7. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan,
mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematik dan rasional untuk
bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap suatu
penelitian tindakan. Prinsipnya adalah analisis yang berguna untuk mendukung
pemecahan masalah yang telah dirumuskan. Menurut Milles dan Huberman
(dalam Sugiyono, 2007) bahwa langkah-langkah analisis data meliputi: (1)
mereduksi menampilkan data, (2) menyajikan data, dan (3) menyimpulkan data.
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Rofi’uddin (1994) bahwa analisis data
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang
bersifat linier (mengalir) maupun yang bersifat sirkuler. Secara garis besarnya
mencakup langkah-langkah sebagai berikut: (1) menelaah data terkumpul, (2)
mereduksi data, (3) menyimpulkan, dan (4) verifikasi.
18

Menelaah data, yaitu kegiatan menelaah data yang dikumpulkan hasil


observasi, catatan lapangan dan dokumentasi. Kegiatan menelaah data
dilaksanakan dengan melakukan proses transkripsi hasil observasi, catatan
lapangan, dan dokumentasi (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan hasil tes
menulis paragraf argumentasi mahasiswa). Pengumpulan data dilaksanakan, yaitu
selama dan setelah tindakan diberikan. Misalnya, data aktivitas mahasiswa pada
setiap siklus dikelompokkan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan
analisis berikutnya.
Mereduksi data adalah kegiatan meneliti data yang berkaitan dengan
menulis paragraf argumentasi yang diperoleh melalui tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Kegiatan mereduksi data melibatkan pengategorian
dan pengklasifikasian. Pada tahap ini, peneliti melakukan reduksi dari berbagai
sumber, misalnya data hasil pengamatan berupa data perilaku empirik dan data
hasil pekerjaan siswa berupa jawaban, data diperoleh dari hasil wawancara,
observasi, dan catatan lapangan. Setelah data siklus 1 terkumpul, kemudian
dilakukan klasifikasi dengan cara menyeleksi data yang relevan dengan fokus
penelitian untuk kemudian dimaknai dan dijadikan dasar untuk melakukan
tindakan pada siklus selanjutnya. Proses pembelajaran menulis paragraf
argumentasi dikategorikan berhasil jika hasil pembelajaran minimal telah
mencapai 70 % dari jumlah siswa yang terteliti. Bila hasilnya kurang dari itu,
maka hasil reduksi dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun RPP siklus
berikutnya.
Menyimpulkan dan memverifikasi data. Kegiatan penyimpulan akhir yang
selanjutnya diikuti dengan kegiatan verifikasi atau pengujian. Artinya, data yang
sudah lengkap akan dilakukan penafsiran data dan penarikan simpulan. Kemudian
dilakukan verifikasi untuk menguji temuan data penelitian tersebut. Kegiatan ini
dilakukan secara partisipatori, kolaboratif, dan kooperatif antara peneliti dan
pengajar sebagai praktisi.
19

BAB IV BIAYA DAN JADUAL PENELITIAN


4.1. Anggaran Biaya
No Jenis Pengeluaran Biaya yang
Diusulkan(Rp))
1 Gajih dan Upah (Maks. 20%) Ketua Peneliti Rp. 5.000.000
Anggota Peneliti Rp. 3.000.000
2 Bahan habis pakai dan peralatan(40-60%) Rp. 7.696.400
3 Perjalanan/Validasi Rp. 5.400.000

4 Lain-lain(Publikasi,seminar,laporan,lainnya Rp. 2.903.600


sebutkan)(Maks10-15%)
Jumlah Rp. 24.000.000
Justifikasi anggaran biaya dirinci dan dijelaskan pada lampiran 1
4.2. Jadual Penelitian

No. Bulan
JenisKegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pemilihan tempat riset
2 Pemasukan proposal
3 Pelaksanaan seminar
4 Validasi instrument penelitian oleh
ahli pembelajaran bahasa

5 Pelaksanaan monitoring
pembelajaran tahap awal
6 Revisi hasil penilaian awal
7 Pembelajaran monitoring tahap
akhir
8 Revisi hasil penilaian akhir

9 Menulis laporan hasil


penelitian
10 Seminar untuk
mempresentasikan hasil
penelitian
20

Daftar Pustaka

19 Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka


Alwi, Hasan., dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa

Arifin, Bustanul. 1996. Pokok-pokok Analisis Wacana. Malang: Universitas


Negeri. Fak. Sastra dan filsafat, Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia..

Hasnah, 2006. Tingkat Keterbacaan Wacana, Buku Teknik Pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia untuk kelas X SMA. Tesis tidak diterbitkan.
Makassar. PPs UNM.

Hernowo, 2005. Quantum Reading, Cara Cepat dan Bermanfaat untuk


Merangsang Munculnya Potensi Membaca. Bandung: Mizan
learning Centre.
Rohani. 2006. Peningkatan Kecepatan dan Keefektifan Membaca melalui Model
Pengembangan Baca Cepat siswa Kelas I SMA Perguruan Islam
Makassar. Tesis tidak diterbitkan. Makassar. PPs UNM.

Saemina. 2005. Tingkat Keterbacaan Wacana Buku Teks Pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia untuk Kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Tesis
tidak diterbitkan. Makassar. PPs UNM.

Said D. M., M. Ide. 2001. Teori Linguistik. Universitas Negeri Makassar.

Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Suladi, dkk. 2000. Keterbacaan Kalimat Bahasa Indonesia dalam Buku Pelajaran
SLTP. Jakarta: Balai Pustaka

Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press.

Wahid, Sugirah & Juanda. 2006. Analisis Wacana. Makassar: Badan Penerbit
UNM.

Anda mungkin juga menyukai