Anda di halaman 1dari 36

0

PROPOSAL SKRIPSI

KEMAMPUAN SISWA KELAS VII SMP XAVERIUS BATURAJA


MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN TARI BAMBU

OLEH

LAURENTINA HENNY SULISTYORINI


NPM. 1021027.P

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BATURAJA
2015
1

PROPOSAL PENELITIAN

KEMAMPUAN SISWA KELAS VII SMP XAVERIUS BATURAJA


MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN TARI BAMBU

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sebuah aset masa depan yang menunjukkan

berkembangnya suatu bangsa. Perkembangan tersebut ditandai dengan kesiapan

untuk menjawab perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan

tersebut antara lain kemajuan teknologi informasi, ekonomi berbasis pengetahuan

dan kebangkitan industri kreatif dan budaya. Hal ini menuntut SDM yang

berkualitas, memiliki karakter, kompetensi yang menjual, memiliki kecakapan

berkomunikasi, mempunyai pemikiran yang kritis dan memiliki pandangan positif

terhadap hidup.

Kurikulum KTSP adalah sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan

yang lebih baik dengan menghasilkan insan-insan kreatif, produktif, dan

berkarakter. Oleh sebab itu Kurikulum KTSP dilaksanakan berdasarkan standard

kompetensi lulusan, kompetensi dasar dan kompetensi inti. Sebagaimana Mulyasa

(2013: 63) menyatakan, perumusan tersebut terdiri atas empat hal. Hal pertama,

standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi

diturunkan dari standar kompetensi lulusan. Ketiga, semua mata pelajaran

berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan dan pengetahuan. Hal

keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Hal

terakhir, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Kelima hal di atas
2

ditujukan sebagai jawaban atas kebutuhan-kebutuhan masyarakat untuk

menghadapi tantangan saat sekarang atau yang akan datang. Perumusan

kurikulum diturunkan dari kebutuhan-kebutuhan masyarakat untuk menghadapi

tantangan masa depan. Dalam kurikulum KTSP pembelajaran bahasa Indonesia

mengalami perubahan secara total. Dalam implementasinya, pembelajaran bahasa

Indonesia menggunakan pendekatan berbasis teks. Hal ini bertujuan agar siswa

dapat mengembangkan kemampuan menalar dalam bentuk lisan dan tulisan.

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menuntut siswa untuk

menguasai empat keterampilan berbahasa sekaligus. Empat keterampilan

berbahasa tersebut adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Menyimak dan membaca merupakan keterampilan yang bersifat reseptif sebab

siswa hanya menerima dan meresapi apa yang disimak dan dibaca. Sementara itu,

berbicara dan menulis merupakan keterampilan yang produktif karena siswa

menghasilkan sesuatu melalui kegiatan berbicara dan menulis.

Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan dalam berbahasa.

Keterampilan menulis untuk tingkat dasar meliputi menentukan karangan, jenis

karangan, laporan, buku harian, surat, pengumuman, memo, artikel, tajuk rencana,

ringkasan, ikhtisar, resensi, dan daftar pustaka (Atmaja, 2010: 1). Menulis

merupakan salah satu kegiatan berkomunikasi secara tidak langsung. Siswa dapat

menyatakan pikiran, ide, pendapat, dan ungkapan perasaannya menggunakan

bahasa tulis. Bahasa yang digunakan dalam tulisan akan mencerminkan pola pikir

penulisnya. Oleh sebab itu, menulis menjadi salah satu keterampilan yang harus

dikuasai siswa dengan baik. Semakin terampil siswa dalam berbahasa, maka akan
3

semakin jelas dan sistematis pola pikirnya. Hal tersebut akan mempermudah

komunikasi yang hendak dilakukan penulis kepada pembaca.

Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling tinggi

tingkatannya. Menulis membutuhkan pengetahuan yang luas dan kemampuan

mengolah kata serta kalimat secara baik. Namun, tidak hanya hal tersebut yang

mempengaruhi keterampilan menulis. Keterampilan menulis tidak dapat begitu

saja diperoleh. Dibutuhkan proses latihan secara rutin dan terus menerus untuk

mencapai hasil yang maksimal. Selain itu, penggunaan teknik pembelajaran yang

tepat dan media pembelajaran yang menarik akan memberikan pengaruh terhadap

proses menulis siswa.

Proses pembelajaran yang monoton menjadikan siswa kurang termotivasi

untuk melakukan kegiatan menulis. Variasi pembelajaran yang menyenangkan

dapat menarik minat siswa untuk aktif dalam pembelajaran menulis. Proses

pembelajaran yang diterapkan haruslah sesuai dengan materi dan karakteristik

siswa agar pembelajaran berjalan maksimal. Salah satu variasi dalam

pembelajaran menulis adalah dengan penggunaan model pembelajaran tarian

bambu, karena menurut Rusman (2011: 90), “model pembelajaran ini memiliki

tujuan agar siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan

pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur. Model ini cocok untuk

materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar

siswa”. Model Pembelajaran Tari Bambu mempunyai tujuan agar siswa saling

berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda

dalam waktu singkat secara teratur, strategi ini cocok untuk materi yang
4

membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswa.

Meskipun namanya Tari Bambu tetapi tidak menggunakan bambu. Siswa yang

berjajarlah yang diibaratkan sebagai bambu. Hal tersebut dapat membantu siswa

merencanakan sebuah tulisan dengan mengorganisasikan informasi, pengetahuan,

dan gagasan yang dimiliki ke dalam bentuk tulisan.

Keterampilan menulis tidak dapat dengan mudah dikuasai oleh siswa. Perlu

dilaksanakan pembelajaran menulis dengan proses yang bertahap. Pendekatan

proses merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan

dalam pembelajaran menulis. Ada beberapa tahap menulis yang harus

dilaksanakan siswa dalam pembelajaran menggunakan pendekatan proses, yaitu

tahap prapenulisan, penulisan draf, editing, revisi, dan publikasi. Tahap-tahap

yang dilaksanakan siswa menjadi tuntunan untuk dapat menghasilkan tulisan yang

baik.

Berdasarkan kurikulum KTSP yang digunakan saat ini, ada beberapa jenis

tulisan yang diajarkan kepada siswa kelas VII. Siswa tidak hanya dituntut

mengenali berbagai jenis tulisan yang ada, tetapi juga harus memiliki

keterampilan menulis beberapa jenis tulisan tersebut. Dalam Standar Isi Pelajaran

Bahasa Indonesia SMP/MTS kelas VII semester 2, terdapat standar kompetensi

yang menuntut siswa untuk mampu mengungkapkan informasi dari apa yang

dilihat diamati melalui tulisan. Salah satu kompetensi dasar yang diajarkan adalah

menulis paragraf deskripsi.

Paragraf deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan suatu keadaan

dengan cukup terperinci. Dengan paragraf ini pembaca seolah-olah menyaksikan


5

atau merasakan keadaan yang digambarkan itu. Paragraf deskripsi tidak memiliki

kalimat utama. Semua kalimatnya merupakan kalimat penjelas dengan gagasan

utamanya tersirat pada kalimat-kalimat itu. Jenis paragraf ini umumnya dijumpai

pada paragraf yang menggambarkan/menceritakan suatu hal. Kemampuan

menulis paragraf deskripsi sangat penting bagi siswa karena melalui keterampilan

menulis paragraf deskripsi siswa dapat mengemukakan pendapatnya dan

menuangkan ide-idenya. Pengajaran menulis paragraf ditujukan agar siswa

mampu memahami dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dalam bentuk

tulisan.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

terhadap “kemampuan siswa kelas VII SMP Xaverius Baturaja menulis paragraf

deskripsi menggunakan model pembelajaran tari bambu”. Alasan peneliti

menggunakan model pembelajaran kontekstual bertujuan siswa tidak mengalami

kesulitan saat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh peneliti.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Bagaimanakah proses belajar mengajar siswa kelas VII SMP Xaverius

Baturaja menulis paragraf deskripsi menggunakan model pembelajaran tari

bambu?

2. Bagaimanakah kemampuan siswa kelas VII SMP Xaverius Baturaja

menulis paragraf deskripsi menggunakan model pembelajaran tari bambu?


6

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka

tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan proses belajar mengajar siswa kelas VII SMP

Xaverius Baturaja menulis paragraf deskripsi menggunakan model

pembelajaran tari bambu .

2. Untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VII SMP Xaverius Baturaja

menulis paragraf deskripsi menggunakan model pembelajaran tari bambu.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan

praktis. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih memberikan

gambaran mengenai kemampuan siswa kelas VII SMP Xaverius Baturaja menulis

paragraf deskripsi menggunakan model pembelajaran tari bambu.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi.

1. Guru

Manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini diharapkan guru dapat

menjadikan alternatif dalam menentukan model pembelajaran yang akan

digunakan dalam melaksanakan proses pembelajaran.

2. Siswa

Siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia dan

prestasi serta pelajaran yang diberikan dapat lebih mudah diserap. Semoga

pelajaran bahasa Indonesia tidak dianggap membosankan.


7

3. Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan pertimbangan atau bekal

penelitian yang sejenis pada masa yang akan datang.

4. Pembaca

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan penambahan mengenai model

pembelajaran tari bambu.

E. Kajian Pustaka
1. Kajian Literatur
a. Menulis
1) Pengertian Menulis

“Menulis adalah suatu proses yang menggunakan lambang-lambang

(huruf) untuk menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan serta dapat

menampung aspirasi yang dapat menghibur, memberikan informasi, dan

menambah pengetahuan” (Sulistyo, 2009: 6). Menurut Tarigan (2008: 3),

“Menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain”.

Sejajar dengan tersebut, menurut Musaba (dalam Sulistyo, 2009: 6), “Menulis

adalah melahirkan atau mengungkapkan pikiran atau perasaan melalui suatu

lambang (tulisan)”. Selanjutnya menurut Sabir (dalam Sulistyo, 2009: 6) menulis

merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi

secara tidak langsung, secara tatap muka dengan orang lain. “Menulis adalah

suatu aktivitas kompleks, mencakup gerakan lengan, tangan, jari dan mata secara

terintegrasi. Menulis juga terkait dengan pemahaman bahasa dan kemampuan


8

berbicara” (Markam dikutip oleh Abdurrahman, 2009: 224). Menurut Mulyati

(2012: 74), “Menulis adalah suatu kegiatan menurunkan atau melukiskan

lambang-lambang grafis dari suatu bahasa yang disampaikan kepada orang lain

(pembaca) sehingga orang lain (pembaca) itu dapat membaca dan memahami

lambang-lambang grafis tersebut sebagaimana yang dimaksud oleh si

penyampainya (penulis)”.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis

merupakan suatu kegiatan berpikir yang dimulai dari pemikiran tentang suatu

gagasan yang akan disampaikan melalui lambang-lambang huruf.

2) Tujuan Menulis

Menurut Hartig dikutip Tarigan (2008: 25-26), kegiatan menulis sering

dilakukan tentunya mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan

menulis adalah sebagai berikut.

(a) Assigment Purpose (Tujuan penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali.

Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan bukan atas kemauan sendiri.

Misalnya, para siswa yang diberi tugas merangkum buku, skretaris yang

ditugaskan membuat laporan notulen rapat.

(b) Altruistic Purpose (Tujuan Altruistik)

Tujuan altruistik adalah kunci keterbatasan suatu tulisan, penulis bertujuan

menyenangkanpara pembaca, menghindari kedudukan para pembaca, untuk

memahami, menghargai perasaan dan penalarannya ingin membuat hidup para

pembaca agar lebih medah dalam menyenangkan dalam karyanya itu.


9

(c) Persuasive Purpose (Tujuan Persuasif)

Tujuan persuasif bertujan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan

yang diutarakan.

(d) Informational Purpose (Tujuan Penyataan Diri)

Tulisan ini bertujuan memberi informasi atau keterangan / penerapan kepada

pembaca.

(e) Self Ekspressive Purpose (Tujuan Pernyataan Diri)

Tulisan ini bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang

kepada pembaca.

(f) CreativePurpose (Tujuan Kreatif)

Tujuan ini erat hubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi, keinginan

kreatif di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan

keinginan mencapai norma artisik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan

yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.

(g) Problem Solving Porpose (Tujuan Pemecahan Masalah)

Dalam tulisan seperti ini, sang penulis ingin memecahkan masalah yang

dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi dan

meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar

dapat mengerti dan diterima oleh para pembaca.

Dapat disimpulkan bahwa, tujuan menulis adalah upaya mengungkapkan

buah pikiran atau ide-ide guna untuk disampaikan kepada orang lain (pembaca)

dengan tujuan mengajak, menghibur maupun mempengaruhi pembaca.


10

b. Paragraf

1) Pengertian Paragraf

Menurut Kosasih (2001: 53), “Paragraf adalah bagian dari karangan

(tertulis) atau bagian dari tuturan (kalau lisan), sebuah paragraf ditandai oleh suatu

kesatuan gagasan yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat”. Menurut

Arifin (2008: 113), “Paragraf adalah seperangkat kalimat yang menjelaskan suatu

gagasan atau topik”. Selanjutnya menurut Tarigan (2008: 56) menyatakan,

“Paragraf adalah satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat yang

dipergunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan

jalan pikirannya kepada pembaca”. Supaya pembaca tersebut dapat diterima oleh

pembaca, paragraf harus tersusun secara logis-sistematis. Sedangkan Atmaja

(2010: 1) mengemukakan bahwa “paragraf adalah beberapa rangkaian kalimat

yang saling berhubungan disusun secara logis dan sistematis sehingga membentuk

satu kesatuan pokok bahasan”. Bentuk paragraf yang baik mempunyai syarat:

kesatuan (unity), kepaduan makna (koherensi), kepaduan bentuk (kohesi),

mempunyai satu ide pokok, dan berkalimat efektif.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah

bagian dari karangan (tertulis) dan bagian dari tuturan yang berbentuk seperangkat

kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.

2) Jenis-jenis Paragraf

Menurut Kosasih (2001: 63:69), berdasarkan pola-pola pengembangan,

paragraf dapat dibedakan atas empat jenis sebagai berikut.


11

a) Paragraf narasi, adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau

kejadian sedemikian rupa sehingga pembaca seolah-oleh mengalami sendiri

kejadian yang diceritakan itu.

b) Paragraf deskripsi, adalah jenis paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan

jelas dan terperinci.

c) Paragraf eksposisi, adalah paragraf yang memaparkan atau menerangkan suatu

hal atau objek.

d) Paragraf deskripsi, adalah paragraf yang mengemukakan alasan, contoh, dan

bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan.

3) Paragraf Deskripsi

Menurut Kosasih (2001: 65) Paragraf deskripsi adalah jenis paragraf yang

menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci. Pola pengembangan paragraf

deskripsi, antara lain, pola pengembangan spasial adalah pola pengembangan

paragraf yang didasarkan atas ruang dan waktu dan pola sudut pandang adalah

pola pengembangan paragraf yang didasarkan tempat atau posisi seorang penulis

dalam melihat sesuatu. Paragraf deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan

suatu keadaan dengan cukup terperinci (KTSP, 2006: 63). Keraf (2004: 16)

berpendapat bahwa deskripsi adalah semacambentuk wacana yang berusaha

menyajikan suatu hal sedemikian rupa,sehingga objek itu seolah-olah berada di

depan mata kepala pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek itu.
12

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan paragraf deskripsi adalah paragraf

yang melukiskan suatu objek sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat,

mendengar, dan ikut merasakan hal-hal yang ditulis oleh pengarang.

Beberapa ahli memberikan batasan paragraf deskripsi sesuai dengan ciri-ciri

karangan deskripsi. Tarigan (2008: 9) menyebutkan bahwa pengarang deskripsi

mengajak para pembaca bersama-sama menikmati, merasakan, memahami dengan

sebaik-baiknya objek, adegan, pribadi, dan suasana hati yang telah dialami oleh

pengarang. Keraf (2004: 94) pun memakai kata memberikan rincian-rincian dan

objek-objek, berarti cara penyampaiannya harus dengan rincian-rincian objek

yang akan dibicarakan.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan ciri-ciri karangan

deskripsi secara umum yaitu melukiskan atau menggambarkan objek, berisi

rincian-rincian objek, memberikan suatu objek sesuai dengan ciri-ciri, sifat,

hakikat yang sebenarnya, dan hasil penyerapan panca indra.

Contoh deskripsi berupa fakta

Hampir semua pelosok Mentawai indah. Di empat kecamatan


masih terdapat hutan yang masih perawan. Hutan ini menyimpan ratusan
jenis flora dan fauna. Hutan Mentawai juga menyimpan anggrek aneka
jenis dan fauna yang hanya terdapat di Mentawai. Siamang kerdil, lutung
Mentawai dan beruk Simakobu adalah contoh primata yang menarik untuk
bahan penelitian dan objek wisata.

Contoh deskripsi berupa fiksi

Salju tipis melapis rumput, putih berkilau diselingi warna jingga;


bayang matahari senja yang memantul. Angin awal musim dingin bertiup
menggigilkan, mempermainkan daun-daun sisa musim gugur dan
menderaikan bulu-bulu burung berwarna kuning kecoklatan yang sedang
meloncat-loncat dari satu ranting ke ranting yang lain.
13

c. Model Pembelajaran Tarian Bambu

1) Pengertian Model Tarian Bambu

Dalam belajar kooperatif, setidak-tidaknya terdapat 14 teknik yang sering

diterapkan di ruang kelas. Teknik-teknik ini sering kali dipertukarkan dengan

metode-metode pembelajaran kooperatif. Dari 14 teknik tersebut salah satunya

yaitu teknik tari bambu. Tari bambu merupakan pengembangan dan modifikasi

dari teknik lingkaran kecil lingkaran besar. Di beberapa kelas, teknik lingkaran

kecil lingkaran besar sering kali tidak bisa dilaksanakan karena kondisi penataan

ruang kelas yang tidak menunjang. Tidak ada cukup ruang di dalam kelas untuk

membentuk lingkaran dan tidak selalu memungkinkan untuk membawa siswa

keluar dari ruang kelas dan belajar di alam bebas. Kebanyakan ruang kelas di

Indonesia memang ditata dengan model klasikal/tradisional. Bahkan, banyak

penataan tradisional ini bersifat permanen; kursi dan meja sulit dipindahkan.

Dinamakan Tari Bambu karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan

model yang mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam Tari Bambu

Filipina yang juga populer di beberapa daerah di Indonesia. Salah satu keunggulan

dari teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk

saling berbagi informasi dengan singkat dan teratur. Teknik ini juga memberikan

kesempatan pada siswa untuk mengolah informasi dan meningkatkan

keterampilan komunikasi mereka.

Model Pembelajaran Tari Bambu mempunyai tujuan agar siswa saling

berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda

dalam waktu singkat secara teratur, strategi ini cocok untuk materi yang
14

membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswa.

Meskipun namanya Tari Bambu tetapi tidak menggunakan bambu. Siswa yang

berjajarlah yang diibaratkan sebagai bambu.

2) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tari Bambu

a) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tari Bambu

Model pembelajaran ini cocok atau baik digunakan untuk materi yang

membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar peserta didik.

Menurut Istarani (2011: 2), kelebihan metode ini adalah.

(1) Siswa dapat bertukar pengalaman dengan sesamanya dalam proses

pembelajaran.

(2) Meningkatkan kerjasama diantara siswa.

(3) Meningkatkan toleransi antara sesama siswa.

b) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tari Bambu

Selain memiliki kelebihan, model belajar tari bambu juga memiliki

beberapa kekurangan, yaitu.

(1) Kelompok belajarnya terlalu gemuk sehingga menyulitkan proses belajar

mengajar.

(2) Siswa lebih banyak bermainnya dari pada belajar.

(3) Memerlukan periode waktu yang cukup panjang.


15

3) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Tari Bambu

Langkah-langkah belajar kooperatif tipe tari bambu menurut Huda (2013:

148) sebagai berikut.

Tari Bambu Individu

a) Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa telalu banyak) berdiri

berjajar. Jika ada cukup ruang, mereka bisa berjajar didepan kelas.

Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara

yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan

waktu yang relatif singkat.

b) Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama.

c) Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi.

d) Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah

keujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini,

masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi

informasi . Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan.

Tari Bambu Kelompok:

a) Satu kelompok berdiri di satu jajaran berhadapan dengan kelompok lain.

b) Kelompok bergeser seperti prosedur Tari Bambu Individu di atas, kemudian

mereka pun saling berbagi informasi.

Menurut Suprijono (2013:98) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan

metode bamboo dancing (tari bambu) serupa dengan metode inside outside circle.

Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan

topik tersebut di papan tulis atau dapat pula guru bertanya jawab apa yang
16

diketahui peserta didik mengenai topik itu. Kegiatan sumbang saran ini

dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki peserta

didik agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru.

Selanjutnya, guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Jika dalam

satu kelas ada 40 orang, maka tiap kelompok besar terdiri 20 orang. Aturlah

sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar yaitu sepuluh orang berdiri

berjajar saling berhadapan dengan 10 orang lainnya yang juga dalam posisi berdiri

berjajar. Dengan demikian di dalam tiap-tiap kelompok besar mereka saling

berpasang-pasangan. Pasangan ini disebut sebagai pasangan awal. Bagikan tugas

kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas. Pada kesempatan itu

berikan waktu yang cukup kepada mereka agar mendiskusikan tugas yang

diterimanya.

Usai diskusi, 20 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang berdiri berjajar

saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini tiap-

tiap peserta didik akan mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian

seterusnya. Pergeseran searah jarum jam baru berhenti ketika tiap-tiap peserta

didik kembali ke pasangan asal.

Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan

kepada seluruh kelas. Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog

interaktif, tanya jawab dan sebagainya. Kegiatan ini dimaksudkan agar

pengetahuan yang diperoleh melalui diskusi di tiap-tiap kelompok besar dapat

diobjektivikasi dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas.


17

4) Langkah Model Pembelajaran Tari Bambu dalam Proses Belajar

Mengajar

Menurut Djamarah (2010: 89), langkah pembelajaran dengan metode

bamboo dancing (tari bambu) sebagai berikut

a) Guru memberikan materi pelajaran

b) Guru menuliskan materi pelajaran di papan tulis atau dapat pula guru bertanya

jawab apa yang diketahui peserta didik mengenai topik yang sedang dibahas.

c) Setelah siswa memahami materi pelajaran kemudian guru membagi kelas

menjadi 2 kelompok besar. Jika dalam satu kelas ada 40 orang, maka tiap

kelompok besar terdiri 20 orang. Guru dapat mengatur pada tiap-tiap

kelompok besar yaitu sepuluh orang berdiri berjajar saling berhadapan dengan

10 orang lainnya yang juga dalam posisi berdiri berjajar. Dengan demikian di

dalam tiap-tiap kelompok besar mereka saling berpasang-pasangan. Pasangan

ini disebut sebagai pasangan awal. Bagikan tugas kepada setiap pasangan

untuk dikerjakan atau dibahas. Pada kesempatan itu berikan waktu yang cukup

kepada mereka agar mendiskusikan tugas yang diterimanya.

d) Setelah selesai berdiskusi kelompok besar yang berdiri berjajar saling

berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Peserta didik akan

mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya.

Pergeseran searah jarum jam baru berhenti ketika tiap-tiap peserta didik

kembali ke pasangan asal.

e) Guru meminta siswa untuk mempersentasikan hasil diskusi di tiap-tiap

kelompok besar kepada seluruh kelas.


18

f) Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, tanya jawab dan

sebagainya.

g) Guru memberikan kesimpulan materi pelajaran

h) Guru menutup pelajaran.

2. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan menulis paragraf deskripsi pernah

dilakukan oleh Endah Anggraeni selaku mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Baturaja Tahun 2013 dengan judul “Kemampuan Siswa

Kelas X MA Al Falah Menulis Paragraf Deskripsi dalam Pembelajaran dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Persentasi Interaktif Berbasis Multmedia”.

Dari hasil penelitian tersebut dinyatakan bahwa siswa yang mendapatkan

nilai 66-100 berjumlah 19 orang siswa atau 79,17%, siswa yang mendapatkan

nilai 0-65% berjumlah 5 orang siswa atau 20,83%. Dengan demikian siswa kelas

X MA Al Falah mampu menulis karangan deskripsi dalam pembelajaran dengan

menggunakan Model Pembelajaran Persentasi Interaktif Berbasis Multmedia

dengan baik.

Penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang memiliki persamaan dan

perbedaan. Persamaan dalam penelitian adalah sama-sama meneliti tentang

kemampuan menulis deskripsi. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian

terdahulu kemampuan siswa menulis karangan deskripsi dengan Model

Pembelajaran Persentasi Interaktif Berbasis Multmedia, sedangkan penelitian

sekarang meneliti kemampuan siswa menulis paragraf deskripsi dengan


19

menggunakan model pembelajaran tari bambu. Penelitian terdahulu objeknya

siswa kelas MA Al Falah sedangkan penelitian sekarang objeknya siswa kelas VII

SMP Xaverius Baturaja.

F. Metodologi Penelitian

1. Defenisi Operasional Istilah

Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan dan kesanggupan

yang dimaksud adalah kesanggupan yang memahami, menguasai dan menghargai

(Depdiknas, 2008: 709). Menurut Tarigan (2008: 3), “Menulis merupakan suatu

keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak

langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain”. Menurut Kosasih (2001:

65), “Paragraf deskripsi adalah jenis paragraf yang menggambarkan sesuatu

dengan jelas dan terperinci”. Menurut Huda (2013: 201), “Model Pembelajaran

Tari Bambu mempunyai tujuan agar siswa saling berbagi informasi pada saat

yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara

teratur, strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran

pengalaman pikiran dan informasi antar siswa”.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

siswa kelas VII SMP Xaverius Baturaja menulis peragraf deskripsi menggunakan

model pembelajaran tari bambu ialah kesanggupan peserta didik kelas VII SMP

Xaverius Baturaja menulis peragraf deskripsi menggunakan model pembelajaran

tari bambu.
20

2. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian” (Arikunto, 2010: 173).

Berdasarkan pengertian tersebut populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas VII SMP Xaverius Baturaja tahun ajaran 2014/2015 terdiri dari 3

kelas dengan jumlah 105 siswa. Populasi penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1

berikuit ini.

Tabel 1. Populasi Penelitian


No Kelas Jumlah Siswa

1 VII.A 35

2 VII.B 35

3 VII.C 35

Jumlah 105

Sumber data: Tata Usaha SMP Xaverius BaturajaTahun Pelajaran 2014/2015

b. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan

penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil

penelitian sampel. (Arikunto, 2010: 174). Untuk menentukan sampel dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Simple Random Sampling.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penarikan sampel acak sederhana

(Simple Random Sampling) sebagai berikut.


21

1) Siswa yang dijadikan objek penelitian adalah seluruh siswa kelas VII yang

terdiri dari tiga kelas.

2) Dari ketiga kelas tersebut, kemudian ditentukan secara acak

kelompok siswa yang akan dijadikan sampel acak sederhana (Simple Random

Sampling).

3) Penentuan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling)

dilakukan dengan cara menuliskan nama ketiga kelas tersebut pada masing-

masing secarik kertas kemudian diundi.

4) Ketiga gulungan nama kelas tersebut kemudian dimasukkan ke

dalam botol lalu diundi.

5) Dari pengundian tersebut, didapatlah kelas VII.A sebagai sampel

penelitian ini

Berdasarkan pendapat tersebut maka sampel dalam penelitian ini adalah

siswa kelas VII.A SMP Xaverius Baturaja yang berjumlah 35 orang siswa. Jumlah

total dari sampel penelitian ini bisa dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa


1 VII.A 35
Jumlah 35
Sumber data: Tata Usaha SMP Xaverius Baturaja Tahun Pelajaran 2014/2015

3. Metode Penelitian

“Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya” (Arikunto, 2010: 203). “Metode penelitian


22

pada dasar merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2010: 2). Jadi dari pendapat ahli diatas dapat

disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan cara untuk memecahkan suatu

permasalahan dengan menggunakan suatu pemikiran secara seksama untuk

mencapai suatu tujuan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode

deskriptif, “Metode deskriptif adalah penelitian yang benar-benar memaparkan

apa yang terjadi dalam sebuah kancah, lapangan atau wilayah tertentu” (Arikunto,

2010: 3). Selanjutnya, Selanjutnya, menurut Dantes (2012:51), “penelitian

deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu

fenomena/peristiwa secara sistematis sesuai dengan apa adanya”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Metode deskriptif dapat diartikan sebagai

prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau

melukiskan keadaan subjek atau objek. Metode deskriptif yang digunakan peneliti

dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan siswa

dalam menulis peragraf deskripsi.

4. Teknik Penelitian

a. Teknik Pengumpulan Data

1) Observasi

“Observasi atau mengamati adalah meliputi kegiatan pemusatan perhatian

terhadap suatu objek dengan menggunakan selurut alat indra” (Arikunto, 2010:

199). Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan teknik observasi

dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran berlangsung dengan


23

memperhatikan semua kegiatan pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan

aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran menulis peragraf deskripsi

dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tari bambu di

kelas X SMP Xaverius Baturaja.

2) Tes

“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan

atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Arikunto, 2010: 193).

Oleh karena itu, untuk mendapatkan teknik data penelitian, digunakan tes menulis

peragraf deskripsi yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan

kemampuan siswa.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tes adalah

teknik yang digunakan untuk mengukur pengetahuan, bakat atau tingkat

kemampuan menulis peragraf deskripsi pada siswa kelas VII SMP Xaverius

Baturaja dalam bentuk tes. Tes yang digunakan adalah tes menulis peragraf

deskripsi dengan menyajikan suatu permasalahan dan mencari solusi agar siswa

dapat memecahkan masalah tersebut.

b. Teknik Penganalisis Data

1) Observasi

Teknik analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode observasi

dilakukan dengan cara mengumpulkan hasil observasi yang berupa lembar

observasi yang telah diberi tanda chek list (√) terhadap aktivitas guru dan aktivitas

siswa dalam menulis peragraf deskripsi berdasarkan tema yang telah ditentukan
24

oleh guru, lalu hasil dari pengamatan yang telah dilakukan diinterprestasikan dan

dideskripsikan secara terperinci.

2) Tes

Teknik penganalisisan data dalam penelitian ini adalah penganalisisan data

tes kemampuan siswa kelas VII SMP Xaverius Baturaja menulis peragraf

deskripsi dengan menggunakan model pembelajaran tari bambu. Langkah-langkah

dalam penganalisisan data tes sebagai berikut.

a) Mengumpulkan data dengan teknik tes berupa menulis peragraf

deskripsi.

b) Memberikan penilaian hasil paragraf siswa dengan berpedoman pada

kriteria penilaian berdasarkan lima aspek dengan rumus sebagai berikut.

X= Y1 + Y2 + Y3 + Y4 + Y5

Keterangan X : Nilai siswa


Y1 : Isi
Y2 : Organisasi
Y3 : Kosakata
Y4 : Gaya bahasa
Y5 : Mekanik (Nurgiyantoro, 2010: 440)

Tabel 3. Penilaian Tugas Menulis Paragraf yang Telah Disesuaikan dengan


Kebutuhan Penelitian

Aspek Skor Kriteria


18-20 Sangat Baik
20 Pemanfaatan potensi kata sangat canggih, pilihan kata dan ungkapan
I sangat tepat, sangat menguasai pembentukan kata,penggunaan kata
efektif.
19 Pemanfaatan potensi kata sangat canggih, pilihan kata dan ungkapan
sangat tepat, sangat menguasai pembentukan kata
25

18 Pemanfaatan potensi kata tidak menoton, pilihan kata dan ungkapan


tepat.
S 15-17 Baik
17 Pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan dan ungkapan hampir
tepat, pembentukan kata cukup efektif.
16 Pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan dan ungkapan hampir
tepat.
I 15 Pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan dan ungkapan kurang
tepat.
12-14 Cukup
14 Pemanfaatan kata baik, pilihan kata dan ungkapan kata kurang tepat,
kurang menguasai pembentukan kata.
13 Pemanfaatan kata baik, pilihan kata dan ungkapan kata kurang tepat.
12 Pemanfaatan kata hampir baik, pilihan kata dan ungkapan kurang
tepat.
9-11 Kurang
11 Pemanfaatan potensi kata terbatas, sering terjadi kesalahan
penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna.
10 Pemanfaatan potensi kata sangat terbatas, sering terjadi kesalahan
penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna.
9 Pemanfaatan potensi kata sangat terbatas, kosakata rendah.
18-20 Sangat Baik
20 Komunikasi sangat lancar, gagasan diungkapkan dengan sangat jelas,
padat trata dengan baik, urutan logis. Paragraf dalam setiap karangan
terpadu.
19 Komunikasi sangat lancar, gagasan diungkapkan dengan sangat jelas,
padat trata dengan baik, urutan logis.
18 Komunikassi lancar, pengungkapan gagasan padat, trata dengan baik,
urutan logis.
O
15-17 Baik
R
G 17 Komunikasi lancar, pengungkapan gagasan kurang padat, trata dengan
A hampir baik, urutan logis.
N
I 16 Komunikasi hampir lancar, pengungkapan gagasan padat, tidak trata
S dengan baik, urutan logis.
A
S 15 Komunikasi kurang lancar, kurang terorganisir tetapi ide utama
I terlihat, urutan hampir logis dan tidak lengkap.
13 Komunikasi kurang lancar, kurang terorganisir, ide utama tidak
terlihat, kurang tersusun dengan logis dan tidak lengkap.
10-12 Kurang
12 Gagasan tidak jelas,, isi paragraph tidak tersusun dengan logis dan
teratur,ide cerita merubah persi aslinya, isi karangan tidak terpadu.
11 Gagasan tidak jelas,, isi paragraph tidak tersusun dengan logis dan
teratur,ide cerita merubah persi aslinya.
10 Gagasan tidak jelas,, isi paragraph tidak tersusun dengan logis dan
teratur, tidak layak nilai.
18-20 Sangat Baik
20 Pemanfaatan potensi kata sangat canggih, pilihan kata dan ungkapan
sangat, sangat menguasai pembentukan kata,penggunaan kata efektif.
19 Pemanfaatan potensi kata sangat canggih, pilihan kata dan ungkapan
sangat, sangat menguasai pembentukan kata
K 18 Pemanfaatan potensi kata tidak menoton, pilihan kata dan ungkapan
26

O tepat.
S 15-17 Baik
A 17 Pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan dan ungkapan hampir
K tepat, pembentukan kata cukup efektif.
A 16 Pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan dan ungkapan hampir
T tepat.
A 15 Pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan dan ungkapan kurang
tepat.
12-14 Cukup
14 Pemanfaatan kata baik, pilihan kata dan ungkapan kata kurang tepat,
kurang menguasai pembentukan kata.
13 Pemanfaatan kata baik, pilihan kata dan ungkapan kata kurang tepat
12 Pemanfaatan kata hampir baik, pilihan kata dan ungkapan kurang
tepat.
9-11 Kurang
11 Pemanfaatan potensi kata terbatas, sering terjadi kesalahan
penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna.
10 Pemanfaatan potensi kata sangat terbatas, sering terjadi kesalahan
penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna.
9 Pemanfaatan potensi kata sangat terbatas, kosakata rendah.
22-25 Sangat Baik
25 Penggunaan bahasa menarik, kalimat mudah dimengerti dan dipahami,
mengandung unsur penceritaan (deskripsi), konstruksi kalimat
sederhana tapi efektif, hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan
bentuk kebahasaan.
24 Penggunaan bahasa menarik, kalimat mudah dimengerti dan dipahami,
mengandung unsure penceritaan (deskripsi), konstruksi kalimat
sederhana tapi efektif.
23 Penggunaan bahasa menarik, kalimat mudah dimengerti dan dipahami,
mengandung unsur penceritaan (deskripsi).
22 Penggunaan bahasa menarik, kalimat mudah dimengerti dan dipahami
.
18-20 Baik
20 Penggunaan bahasa cukup menarik, kalimat cukup mudah
dimengerti dan dipahami, cukup mengandung unsur penceritaan
(deskripsi), konstruksi kalimat cukup sederhana tapi efektif.
19 Penggunaan bahasa cukup menarik, kalimat cukup mudah
dimengerti dan dipahami, cukup mengandung unsur penceritaan
(narasi), konstruksi kalimat cukup sederhana tapi efektif.
18 Penggunaan bahasa cukup menarik, kalimat cukup mudah
dimengerti dan dipahami, cukup mengandung unsur penceritaan
(deskripsi).
G 13-15 Cukup
A 15 Penggunaan bahasa kurang menarik, kalimat kurang mudah
Y dimengerti dan dipahami, kurang mengandung unsur penceritaan
A (deskripsi), terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat, makna
B kebahasaan membingungkan atau kabur.
A 14 Penggunaan bahasa kurang menarik, kalimat kurang mudah
H dimengerti dan dipahami, kurang mengandung unsur penceritaan
A (deskripsi), terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat.
S 13 Penggunaan bahasa kurang menarik, kalimat kurang mudah
dimengerti dan dipahami, kurang mengandung unsur penceritaan
(deskripsi).
9-11 Kurang
27

11 Penggunaan bahasa tidak menarik, kalimat tidak mudah dimengerti ,


tidak mengandung unsur penceritaan (deskripsi), makna kebahasaan
sangat membingungkan atau sangat kabur.
10 Penggunaan bahasa tidak menarik, kalimat tidak mudah dimengerti
dan dipahami..
9 Penggunaan bahasa tidak menarik, kalimat tidak mudah
dimengerti dan dipahami, tidak mengandung unsur penceritaan
(deskripsi), tidak layak nilai.
5 Sangat Baik
M Menguasai aturan penulisan, hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan,
E dan kerapian tulisan yang baik.
K
4 Baik
A
Kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan, tetapi tidak mengaburkan
N
makna, dan kerapian tulisan cukup.
I
3 Cukup
K
Sering terjadi kesalahan ejaan, makna membingungkan atau kabur,
kerapian tulisan cukup
2 Kurang
Tidak menguasai aturan tulisan, terdapat banyak kesalahan ejaan, ada
tulisan tidak terbaca.

Sumber: Nurgiyantoro, 2010: 441-442 ( telah dimodifikasi untuk kepentingan


penelitian ini)

c) Dari semua nilai siswa yang didapat akan dicari nilai rata-ratanya dengan

menggunakan rumus.

X=

Keterangan:

X = Nilai rata-rata

X= Jumlah nilai siswa

N = Banyak siswa sampel

(Arikunto, 2010: 376)

d) Setelah mencari dan mendapatkan nilai rata-rata kemampuan siswa menulis

paragraf deskripsi dengan menggunakan model pembelajaran tari bambu nilai


28

rata-rata tersebut akan diinterpretasikan ke dalam kategori hasil belajar siswa

dengan mengacu pada tabel di bawah ini.

Tabel 4
Skala Penilaian

Nilai Angka Nilai Huruf Predikat

80-ke atas A Mampu sekali


66-79 B Mampu
56-65 C Cukup Mampu
46-55 D Kurang Mampu
45-ke bawah E Gagal
(Sudijono, 2011: 35)

e) menganalisis data dan membahas hasil penelitian

f) Membuat kesimpulan

5. Langkah Kerja dan Jadwal Penelitian

a. Langkah Kerja

Langkah kerja yang peneliti gunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan

a) Melaksanakan studi kepustakaan

b) Membuat proposal skripsi

c) Mengurus surat izin penelitian

d) Menyusun instrumen penelitian


29

2) Tahap Pengumpulan Data

a) Mencatat data yang diperoleh

b) Memeriksa kembali kebenaran data

c) Mengidentifikasi data

d) Mengklasifikasikan data yang terkumpul

3) Tahap Penganalisisan Data

a) Memeriksa kembali data yang telah diklasifikasikan

b) Menganalisis data

c) Membahas hasil analisis

d) Menyimpulkan hasil analisis

4) Tahap Penyusunan Naskah

a) Menyusun dan mendekripsikan naskah sementara

b) Melakukan konsultasi dengan pembimbing

c) Merevisi naskah

d) Menyusun kembali hasil revisi naskah

b. Jadwal Penelitian

Penelitian ini diperkirakan berlangsung selama enam bulan dari Januari

2015 sampai dengan Juni 2015. Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel 5

berikut.

Tabel 5. Jadwal Penelitian


Bulan Ke-
No Tahap Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1 Tahap Persiapan  
2 Tahap Pengumpulan Data 
3 Tahap Penganalisisan Data  
4 Tahap Penyusunan Naskah 
30

G. Daftar Pustaka

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.


Jakarta: PT. Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

Atmaja, Jati. F. 2010. Buku Lengkap Bahasa Indonesia dan Peribahasa.


Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Djuherie. 2005. dalam http://www.sarjanaku.com/2011/03/pengertian-teks-


prosedur.html) diakses pada tanggal 15 Januari 2015.

Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Istarani. 2011. Media Pembelajaran Aktif. dalam Jurnal Pendidikan Bahasa


http://www.modelpembelajarantarianbambu.com/2015/01/pengertian-
definisi-kekurangan-kelebihan-model-pembelajaran-tarian-bambu.html)
diakses pada tanggal 12 Januari 2015.

Kosasih. E. 2001. Kompetensi Ketatabahasaan Cermat Berbahasa Indonesia.


Bandung: YaramaWidya.

Mulyati, Yeti. 2012. Bahasa Indonesia. Tanggeran: Universitas Terbuka

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta:


BPFE.

Rusman. 2011. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran


Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo


Persada.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D. Bandung:


Alfabeta.

Sulistyo, Bambang. 2009. Pengantar Keterampilan Menulis. Bandung. Yaf


Bandung.
31

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Tarigan, Djago. 2008. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan


Pengembangannya. Bandung: Angkasa.

Tasai Amran S. Dan E Zaenal Arifin. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
perguruan tinggi, Akademika Pressindo.Jakarta.PT. Nunggal Cipta

Instrumen Test

Teks Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi Dengan Menggunakan Model


Pembelajaran Tari Bambu

Nama :
Kelas :

Petunjuk:

A. Tulislah nama dan kelas pada lembar jawaban yang telah disediakan!
B. Buatlah sebuah paragraf deskripsi!
C. Hal-hal yang dinilai dalam menulis paragraf deskripsi:
1. Pemahaman isi tulisan
2. Ketetapan logika urutan atau organisasi tulisan
3. Ketetapan kata atau kosakata
4. Gaya bahasa dalam penulisan
5. Mekanik atau Penggunaan Ejaan

Pertanyaan:
1. Buatlah sebuah paragraf deskripsi berdasarkan topik dibawah ini!
a. Mendeskripsikan Gambar Aril Tatum
b. Mendeskripsikan Sekolah
c. Mendeskripsikan Guru Favorit.
32
LEMBAR JAWABAN

Nama :
Kelas :
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
Lembar Observasi I

Judul Penelitian : Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Xaverius Baturaja


Menulis Paragraf Deskripsi menggunakan Model
Pembelajaran Tari Bambu

Data Aktivitas Siswa

No Urutan Kegiatan Ya Tidak


1 Memperhatikan penjelasan guru
2 Menjawab pertanyaan guru
3 Antusias dalam menerima pelajaran
4 Bekerjasama mencari solusi atas suatu masalah
Mengerjakan tes menulis paragraf deskripsi
5 berdasarkan suatu permasalahan yang
diberikan guru
6 Mengumpulkan tugas atau latihan
7 Melakukan evaluasi bersama-sama
8 Menyimpulkan pelajaran bersama-sama

Baturaja, 2015
Guru Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia

Dra. MASNILA
Lembar Observasi I

Judul Penelitian : Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Xaverius Baturaja


Menulis Paragraf Deskripsi menggunakan Model
Pembelajaran Tari Bambu

Data Aktivitas Guru


No. Urutan Kegiatan Ya Tidak
1 Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
2 Apersepsi
3 Memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran/kompetensi yang hendak dicapai
4 Menyampaikan kepada siswa kegiatan yang akan dilakukan
dalam pembelajaran
5 Menjelaskan materi pembelajaran menulis paragraf deskripsi
berdasarkan masalah
6 Mengarahkan siswa untuk antusias mengikuti pembelajaran
menulis paragraf deskripsi berdasarkan masalah menggunakan
model pembelajaran tarian bamboo
7 Guru mengelompokkan siswa dalam beberapa kelompok yang
sejajar.
8 Mengarahkan siswa untuk bekerjasama mencari solusi atas
suatu permasalahan
9 Mengawasi tiap-tiap kelompok
10 Mengadakan evaluasi
11 Menyimpulkan pelajaran
12 Menutup pelajajaran

Baturaja, 2015
Guru Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia

Dra. MASNILA

Anda mungkin juga menyukai