Anda di halaman 1dari 25

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan

Siswa dalam Menulis Paragraf Naratif

( Studi Eksperimen pada siswa kelas XI SMAN 1 Garut Tahun Pelajaran 2013-2014)

A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan

berbahasa. Terkadang manusia tidak sadar bahwa menulis bisa mengingatkan

kembali apa yang dilupakannya di masa lampau. Hal tersebut menunjukkan

bahwa menulis sangat menguntungkan serta membantu kehidupan sehari-hari.

Mengingat pentingnya pembelajaran menulis, tidak heran menulis merupakan

salah satu keterampilan yang harus dipelajari siswa dari tingkat Sekolah Dasar

hingga Sekolah Menengah Atas, bahkan pada saat menempuh pendidikan

tingkat SMP dan SMA, siswa diwajibkan menyusun karya tulis, makalah,

karangan, maupun tugas akhir sebagai syarat kelulusan atau syarat mengikuti

ujian akhir nasional. Kondisi ini menunjukkan adanya posisi penting dari

keterampilan menulis.

Karena keterampilan menulis dianggap sangat penting dalam

pembelajaran, para pelajar harus bisa meningkatkan kedisiplinan, konsistensi,

serta sistematika penulisan. Selain itu, dengan adanya latihan menulis, mereka

mampu menembus satu tembok barrier yang bernama produktivitas. Itu

artinya dengan latihan menulis mereka akan menghasilkan suatu karya tulis,

meskipun hasilnya hanya satu kalimat atau satu paragraf. Namun, bagi para
pelajar menulis merupakan keterampilan yang cukup sulit dilakukan.

Kesulitan tersebut adalah mengungkapkan ide, saran, gagasan, dan pendapat

ke dalam sebuah kalimat atau paragraf hingga menghasilkan tulisan. Selain

itu, para pelajar dituntut menguasai unsur-unsur gramatikal yang digunakan

dalam menulis agar terjadi pertautan atau perpaduan antara kata dengan

kalimat, serta paragraf dengan paragraf.

Dalam pembelajaran, keterampilan menulis seharusnya bisa menjadi

alat komunikasi untuk menuangkan ide, gagasan, atau saran melalui tulisan,

tapi karena kesulitan yang sering dijumpai para pelajar, pembelajaran menulis

terasa menjenuhkan, bahkan lebih parahnya lagi pembelajaran menulis

dianggap kurang menarik. Hal-hal tersebut membuat guru harus bisa memilih

media pembelajaran yang tepat untuk menarik minat mereka dalam

pembelajaran menulis. Setelah merasa tertarik, mereka pun dengan mudah

akan mampu mengembangkan dan menuangkan gagasan mereka ke dalam

tulisan. Oleh sebab itu, media pembelajaran sangat berpengaruh dalam

pembelajaran menulis dan berfungsi sebagai alat bantu mengajar guna

menunjang penggunaan model pembelajaran yang dipergunakan guru.

Seperti yang dikemukakan Sudjana (2011 : 7), penggunaan media

pembelajaran dapat mempertinggi kualitas proses belajar-mengajar yang pada

akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa. Selain itu, media

pembelajaran dapat dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas

untuk setiap tingkatan di setiap jenjang pendidikan, misalnya upaya model


pembelajaran Kontekstual terhadap kemampuan siswa dalam menulis paragraf

naratif.

Penulis menemukan cara agar mempermudah guru untuk mengajar

dan menulis paragraf naratif bagi peserta didik. Oleh karena itu, penulis

melakukan inovasi terhadap pembelajaran menulis paragraf naratif. Salah satu

caranya adalah dengan menggunakan pembelajaran aktif. Dalam suatu

kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif mutlak diperlukan,

karena inti dari proses belajar mengajar adalah siswa belajar. Ruseffendi

(1991 : 283) menyatakan, “ belajar secara aktif dapat menyebabkan ingatan

yang dipelajari lebih tahan lama dan pengetahuan akan menjadi lebih luas

daripada pembelajaran pasif”.

Model Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and

Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistic dan bertujuan

membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya

terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan

kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang dinamis

dan flesibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. CTL

disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.


Beranjak dari acuan yang telah dipaparkan oleh peneliti sebelumnya,

maka penulis akan menggunakan model pembelajaran Kontekstual yang

dalam proses pembelajarannya dengan memanfaatkan pemikiran siswa dalam

menerapkan pembelajarannya dikaitkan dengan konteks kehidupan mereka

sehari-hari. Salah satu manfaat dari penelitian ini untuk memperbaiki cara

mengajar yang lebih efektif dan kreatif sehingga dapat mempermudah peserta

didik dalam pembelajaran menulis paragraf naratif. Penulis juga ingin

mengetahui prestasi belajar siswa dalam menulis paragraf naratif dengan

menggunakan model pembelajaran Kontekstual.

Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud

melakukan penelitian untuk melihat adanya pengaruh penggunaan model

Kontekstual dalam pembelajaran menulis paragraf naratif. Penulis akan

mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model

Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Siswa dalam Menulis

Paragraf Naratif Kelas XI SMAN 1 Garut”.

B. Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan lebih teratur, maka

dalam penelitian ini penulis membatasi masalah sebagaimana berikut ini.

1. Penulis membatasi penelitian ini dengan menggunakan satu model

pembelajaran, yaitu menggunakan model pembelajaran Kontekstual.

Pembelajaran Kontekstual adalah pembelajaran yang bertujuan untuk


membantu siswa memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya

terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari.

2. Penelitian hanya dilakukan di satu sekolah, yaitu SMAN 1 Garut.

3. Subjek penelitian yaitu siswa kelas XI IPA – 2, dan 3. Kelas XI IPA – 2

sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA – 3 untuk kelas kontrol.

4. Pokok bahasan Bahasa Indonesia yang digunakan sebagai bahan

penelitian yaitu bahasan mengenai menulis paragraf naratif dengan

menggunakan model pembelajaran Kontekstual untuk kelas eksperimen,

dan model pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi permasalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa dalam menulis paragraf

naratif dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual pada siswa

kelas XI SMAN 1 Garut ?

2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa dalam menulis naskah

drama dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional pada

siswa kelas XI SMAN 1 Garut ?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil pembelajaran siswa dalam menulis

paragraf naratif yang menggunakan model Kontekstual dengan yang

menggunakan model Konvensional pada siswa kelas XI SMAN 1 Garut?

D. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan tentu mempunyai tujuan, dan tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam menulis paragraf

naratif dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual pada siswa

kelas XI SMAN 1 Garut.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam menulis paragraf

naratif dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada

siswa kelas XI SMAN 1 Garut.

3. Untuk mengetahui perbedaan hasil pembelajaran siswa dalam menulis

paragraf naratif yang menggunakan model Kontekstual dengan yang

menggunakan model konvensional pada siswa kelas XI SMAN 1 Garut.

E. Manfaat Penelitian

Setiap kegiatan tentunya diharuskan memberikan manfaat. Begitu pun

dengan penelitian ini. Hasil dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat.

1. Bagi Guru

a. Informasi yang disampaikan dapat menambah variasi strategi

mengajar.

b. Dapat dijadikan salah satu cara pembelajaran alternatif dalam

pengajaran menulis paragraf naratif agar mempermudah siswa untuk

mempelajarinya.

c. Diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar Bahasa Indonesia.


2. Bagi Peneliti Lain

a. Memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman kepada peneliti

sebagai dasar bahan penelitian untuk dikembangkan.

b. Memberikan wawasan mengenai model pembelajaran Kontekstual

yang ditujukan pada pembelajaran menulis paragraf naratif.

c. Memperoleh gambaran mengenai cara pengajaran dan pembelajaran

Bahasa Indonesia yang kreatif, guna memberikan kontribusi

pengetahuan terhadap diri calon peneliti.

F. Anggapan Dasar

Dalam suatu penelitian, anggapan dasar memiliki peranan yang sangat

penting, karena merupakan landasan bagi pemecahan suatu masalah. Adapun

yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

1. Model memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kegiatan belajar

mengajar, karena model merupakan bagian penunjang dalam keberhasilan

pengajaran.

2. Model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami

makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan

mereka sehari-hari disebut model Kontekstual.

3. Model pembelajaran Kontekstual membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.


4. Paragraf Naratif adalah karangan berbentuk kisahan yang terdiri atas

kumpulan yang disusun secara kronologis (menurut urutan waktu)

sehingga menjadi suatu rangkaian.

G. Hipotesis

Berdasarkan anggapan dasar yang telah dijelaskan di atas, maka

hipotesis penelitian ini adalah “ Peningkatan kemampuan siswa dalam

menulis paragraf naratif yang menggunakan model Kontekstual lebih baik

daripada yang menggunakan model konvensional”.

H. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Kontekstual

a. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses

pembelajaran yang holistic dan bertujuan membantu siswa untuk

memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks

kehidupa mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural),

sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang dinamis dan

flesibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.

CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan

situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sebagai anggota masyarakat.


b. Hakekat Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning)

adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilkinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan

tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme

(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri),

masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling),

dan penelitian sebenarnya (Authentic Assesment).

c. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas

Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa

saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadannya.

Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah.

Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini :

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih

bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi

sendiri pengetahuan dan keterampilan budaya.

2) Lakukanlah sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua

topik.

3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4) Ciptakan masyarakat belajar.


5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6) Lakukanlah refleksi di akhir pertemuan.

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

d. Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual

1) Konstruktivisme :

a) Membangun pemahaman mereka sendiri dari

pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.

b) Pembelajaran harus dikemas menjadi proses

“mengkonstruksi” bukan menerima pengethuan.

2) Inkuiri :

a) Proses perpindahan dari pengamatan menjadi

pemahaman.

b) Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir

kritis.

3) Bertanya (Questioning) :

a) Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan

menilai kemampuan berpikir siswa.

b) Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam

pembelajaran yang berbasis inkuiri.

4) Learning Community (Masyarakat Bealajar)

a) Sekelompok orang yang terikat dalam kegaiatan

belajar.
b) Bekerjasama dengan orang lebih baik daripada belajar

sendiri.

c) Tukar pengalaman.

d) Berbagi ide.

5) Modeling (Pemodelan)

a) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain

berpikir, bekerja dan belajar.

b) Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa

mengerjakannya.

6) Refleksi (Reflection)

a) Cara berfikir tentang apa yang telah kita pelajari.

b) Mencatat apa yang telah dipelajari.

c) Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok.

7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)

a) Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.

b) Penilaian produk (kinerja).

c) Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual.

e. Karakterisitik Pembelajaran Kontekstual

a) Kerjasama

b) Saling menunjang

c) Menyenangkan, tidak membosankan

d) Belajar dengan bergairah


e) Pembelajaran terintegrasi

f) Menggunakan berbagai sumber

g) Siswa aktif

h) Sharing dengan teman

i) Siswa kritis, guru kreatif

j) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa,

peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain.

k) Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya

siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa dan lain-lain.

f. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih

merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi

skenario tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya

sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program

tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut,

materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic

assesmennya.

Dalam konteks itu, program yang dirancang benar-benar

rencana pribadi tentang apa yang dikerjakannya bersama siswanya.

Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara

program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran

kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada


penekannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan

pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional)

sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan

skenario pembelajarannya.

2. Model Pembelajaran Konvensional

Salah satu model pembelajaran yang sudah sering digunakan oleh guru

adalah model pembelajaran konvensional. Pada proses pembelajaran

konvensional, peran guru sangat dominan sering juga disebut teacher

center menjadi sangat sentral. Artinya kehadiran guru sangat menentukan

berlangsung tidaknya proses pembelajaran. Pembelajaran akan

berlangsung manakala ada guru, sebaiknya jika tidak ada guru di kelas

maka pembelajaran pun tidak dapat dilaksanakan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007 : 592) “konvensional

adalah tradisional”. Model pembelajaran konvensional merupakan model

pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru, di sini yang aktif adalah

guru sedangkan siswa hanya menerima materi yang disampaikan oleh

guru. Metode yang biasa dipakai biasanya didominasi dengan berpedoman

pada buku teks, sehingga terikat karena hanya terjadi komunikasi satu

arah, dimana guru sebagai pusat atau sumber belajar satu-satunya di kelas.

Roestiyah (dalam Hasanah, 2010 : 19) menyatakan bahwa “cara

mengajar yang paling tradisonal dan telah lama dijalankan dalam sejarah

pendidikan adalah cara mengajar dengan ceramah. Sejak dulu guru dalam
usaha menularkan pengetahuannya pada siswa ialah secara lisan atau

ceramah”.

Pembelajaran konvensional pada umumnya memiliki kekhasan

tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian,

menekankan pada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada

proses, dan pengajaran berpusat pada guru. Pada model pembelajaran

konvensional, sebagian para siswa ada yang mengeluh karena cara

penyampaian guru mengajar target pelajaran harus selesai pada pokok

bahasan tertentu. Dengan kondisi seperti ini menyebabkan minat belajar

siswa akan menurun dan jauh dari apa yang kita harapkan.

Menurut Nasution (2010 : 20) memberikan gambaran mengenai ciri-

ciri pembelajaran konvensional sebagai berikut ini :

a) Bahan pelajaran disajikan kepada kelas sebagai keseluruhan

tanpa memperhatikan siswa secara individual.

b) Kegiatan pembelajaran umumnya berbentuk ceramah, kuliah,

tugas tertulis, dan media lain menurut pertimbangan guru.

c) Siswa umumnya bersifat pasif, karena terutama harus

mendengarkan penjelasan guru.

d) Dalam kecepatan belajar siswa harus belajar menurut

kecepatan umumnya ditentukan oleh kecepatan guru

mengajar.
e) Keberhasilan belajar umumnya dinilai oleh guru secara

subjektif.

f) Diharapkan bahwa hanya sebagian kecil saja akan menguasai

dan ada lagi yang akan gagal.

g) Guru terutama berfungsi sebagai penyebar atau penyalur

pengetahuan (sebagai sumber informasi atau pengetahuan.

Subiyanto (2005 : 20) menjelaskan bahwa kelas dengan pembelajaran

biasa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ini : pembelajaran secara

klasikal. Siswa tidak mengetahui apa tujuan belajar mereka hari itu. Guru

biasnya mengajar dengan berpedoman pada buku teks atau lembar kerja

siswa (LKS), dengan menggunakan metode ceramah dan terkadang tanya

jawab. Tes atau evaluasi dengan maksud untuk mengetahui

perkembangan jarang dilakukan. Siswa harus mengikuti cara belajar yang

dipilih oleh guru, dengan patuh mempelajari urutan yang ditetapkan guru,

dan kurang sekali mendapat kesempatan untuk menyatakan pendapat.

3. Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis merupakan pembelajaran yang sangat penting,

dan harus dipelajari oleh semua peserta didik. Menulis merupakan salah

satu dari empat keterampilan berbahasa yang menuntut semua peserta

didik agar mampu menguasai satu dari tiga keterampilan lainnya. Di

antara empat keterampilan berbahasa tersebut, keterampilan menulis


merupakan keterampilan yang memiliki kedudukan tertinggi. Karena

menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.

Menulis mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi secara tidak

langsung, sebagaimana pendapat Webb (1975 : 26) yang menyatakan

bahwa, proses komunikasi berlangsung melalui tiga media, yakni visual,

lisan, dan tulisan. Dalam dunia pendidikan, menulis memiliki peranan

yang sangat penting, karena dengan menulis, para peserta didik akan lebih

faham dan mudah untuk belajar. Tulisan dapat mengungkapkan gagasan

yang terdapat difikiran, karena menulis adalah proses berfikir. Terdapat

banyak definisi tentang penulis yang dikemukakan para ahli, antara lain

sebagai berikut :

Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.

Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan

grafologi, struktur bahasa, dan kosakata (Tarigan, 2008 : 3 – 4). Menulis

disebut sebagai kegiatan produktif karena kegiatan menulis menghasilkan

tulisan, juga disebut sebagai kegiatan yang ekspresif, karena kegiatan

menulis adalah kegiatan yang mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan

pengetahuan penulis kepada pembaca.

Nurdin (2007 : 4) menyatakan bahwa menulis adalah segenap

rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan

menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah

dipahami.
Keempat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, menulis, berbicara,

dan membaca merupakan suatu kemampuan yang harus dikembangkan.

Keterampilan menulis menuntut pengalaman, waktu, pelatihan, dan

pengajaran. Menulis menuntut gagasan yang menggunakan bahasa yang

benar, dapat dilakukan secara beruntun dan tidak ambigu karena harus

diekspresikan secara jelas dan menarik.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan ketika kita menggunakan bahasa

tulis. Kaidah yang pertama berhubungan dengan suasana peristiwanya.

Jika kita menggunakan sarana tulisan kita beranggapan bahwa orang yang

diajak berbahasa akan dihadadapan kita. Agar tidak terjadi kesalahan

dalam penafsiran dengan apa yang dimaksud dalam tulisan.

Penyimpangan dalam pengolahan kata, dan kaidah bahasa Indonesia dapat

menjadi penyebab kesalah pahaman tersebut.

Menurut Peck dan Schulz (1969 : 67) Menulis menuntut latihan yang

cukup dan teratur serta pendidikan yang berprogram untuk mencapai

tujuan sebagai berikut ini.

a) Membantu para siswa memahami bagaimana caranya ekspresi tulis

dapat melayani mereka, dengan jalan menciptakan situasi-situasi di

dalam kerja yang jelas memerlukan karya tulis dan kegaiatan

menulis.

b) Mendorong para siswa mengekspresikan diri mereka secara bebas

dalam tulisan.
c) Mengajar para siswa menggunakan bentuk yang tepat dan sesuai

dalam ekspresi tulis.

d) Mengembangkan pertumbuhan bertahap dalam menulis dengan

cara membantu para siswa menulis sejumlah cara dengan penuh

keyakinan pada diri sendiri secara bebas.

4. Paragraf Naratif

a. Pengertian Paragraf Naratif

Karangan naratif adalah karangan berbentuk kisahan yang

terdiri atas kumpulan yang disusun secara kronologis (menurut urutan

waktu) sehingga menjadi suatu rangkaian. Dalam karangan naratif,

kita harus bisa menghadirkan tulisan yang membawa pembaca pada

petualangan seperti yang kita alami. Dengan demikian, para pembaca

akan merasakan urutan waktu yang digambarkan dalam tulisan. Urutan

waktu yang diisi dengan berbagai kegiatan tersebut akan menghasilkan

tulisan naratif yang menarik untuk dibaca.

Teks naratif terdiri atas tiga bagian utama, yaitu : a.

Orientation yaitu bagian di mana pengarang melukiskan dunia untuk

ceritanya, dibagian inilah diperkenalkan dimana dan kapan peristiwa

terjadi serta para tokoh, b. Complication yaitu bagian dimana tokoh

utama menghadapi rintangan dalam mencapai cita-citanya, bagian

dimana komplik mulai terjadi, c. Resolution yaitu bagian

permasalahan yang dihadapi tokoh utama diselesaikan. Pada bagian ini


mempunyai dua kecenderungan yaitu mengakhiri cerita dengan

kebahagiaan (happy ending) dan atau mengakhiri cerita dengan

kesedihan (sad ending), tetapi ada juga teks naratif yang membiarkan

pembaca/ pendengar menebak akhir cerita.

b. Ciri-ciri Karangan Narasi

Menurut Keraf (2000 : 136), ciri karangan narasi yaitu :

Menonjolkan unsure perbuatan atau tindakan, Dirangkai dalam urutan

waktu, Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi ?, dan Ada

konfiks.

c. Jenis-jenis Paragraf Naratif

a) Narasi Ekspositorik (Narasi Teknis) adalah narasi yang

memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang

suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang

tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik penulis

menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang

sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya satu orang.

Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini sampai

terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai

oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada

penulisan narasi ekspositorik. Ketentuan ini berkaitan dengan

penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada,

tidak memasukan unsure sugestif atau bersifat objektif.


b) Narasi Sugesif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan

suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat

terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga

tampak seolah-oleh melihat.

d. Langkah-langkah Membuat Paragraf Naratatif

Kegiatan menulis karangan naratif dilakukan dengan langkah-langkah

berikut.

a) Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan.

b) Tetapkan sasaran pembaca kita.

c) Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan

dalam bentuk skema alur.

d) Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan,

dan akhir cerita.

e) Rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail

peristiwa sebagai pendukung cerita.

f) Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.

e. Unsur-unsur dan Tujuan Paragraf Naratif

a) Sebuah paragraf naratif dapat dibangun dengan unsur-unsur

berikut : a. Tema adalah pokok pembicaraan yang menjadi

dasar penceritaan penulis, b. Alur adalah jalinan cerita,

bagaimana cerita itu disusun sehingga peristiwa demi peristiwa

dapat terjalin dengan baik, c. Watak atau karakter berhubungan


dengan perangai si pelaku atau tokoh dalam suatu narasi, d.

Suasana berhubungan dengan kesan yang ditimbulkan

sehingga pembaca dapat ikut membayangkan dan merasakan

suasana yang dihadapi pelaku, e. Sudut pandang berhubungan

dengan darimana penulis memandang suatu peristiwa.

b) Tujuan menulis karangan naratif secara fundamental yaitu : a.

Henak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas

pengetahuan, b. Memberikan pengalaman estetis kepada

pembaca.

I. Populasi dan Sampel

Pelaksanaan penelitian selalu berhadapan dengan objek yang diteliti,

karena merupakan variabel yang diperlukan dalam memecahkan masalah dan

menunjang keberhasilan penelitian, sedangkan penelitian merupakan

manifestasi dari cara manusia dalam menemukan pengetahuan yang dilakukan

secara alamiah. Di dalam setiap penelitian selalu berhadapan dengan masalah

sumber data yang disebut populasi dan sampel.

Sudjana (dalam Furqony, 2010 : 21) menyatakan bahwa “populasi

adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun

pengukuran, kuatitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari

semua kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”.

Adapun sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi.

Hadi (2005 : 194) menjelaskan bahwa :


“Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun

pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu

mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas. Sedangkan sampel atau

contoh (monster) adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan

individu peneltian. Adapun pengambilan sampel dalam penelitian ini

dilakukan secara acak dengan mengambil tiga kelas dari suatu sekolah”.

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh siswa

kelas XI SMA Negeri 1 Garut. Dari populasi itu diambil dua kelas sebagai

sampel, sehingga penelitian ini menggunakan sampel purposive. Dari dua

kelas yang terambil, satu kelas dijadikan sebagai kelompok eksperimen yaitu

kelas XI IPA – 2 dan kelas yang satunya lagi dijadikan kelompok kontrol

yaitu kelas XI IPA – 3.

J. Metode dan Teknik

Metode penelitian merupakan komponen penting dalam sebuah

penelitian. Metode dapat pula diartikan sebagai cara kerja untuk dapat

memahami suatu objek. Dalam penelitian memerlukan cara kerja tertentu,

agar data dapat terkumpul sesuai dengan tujuan penelitian dan cara kerja

ilmiah yang sering dinamakan sebagai metode penelitian. Sejalan dengan

konsep di atas, lebih jelasnya Surakhmad (1998 : 131) mengemukakan

pengertian metode sebagai berikut :


“Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai

tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan menggunakan

teknik serta alat-alat tertentu, cara utama ini dipergunakan teknik setelah

penyelidikan dalam arti luas, biasanya perlu dijelaskan secara eksplisit dalam

kegiatan penyelidikan”.

Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data dan analisis data yang diperlukan untuk menjawab

persoalan yang dihadapi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana perbandingan kemampuan pemecahan masalah siswa antara

menggunakan model pembelajaran Kontekstual dengan pembelajaran

Konvensional. Oleh sebab itu, penelitian yang dilaksanakan oleh penulis

menggunakan metode eksperimen. Penulis terjun langsung dan menerapkan

model pembelajaran yang sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan

penelitian.

K. Teknik Pengumpulan Data

Teknik penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah

seperti di bawah ini.

1. Teknik Observasi

Pada teknik ini, penulis secara langsung terjun ke kelas untuk

meninjau dan mengamati keadaan kelas untuk mendapatkan data yang

diperlukan. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkah laku dan respons


siswa dalam pembelajaran menulis paragraf naratif dengan model

pembelajaran Kontekstual dan Konvensional.

2. Teknik Tes Tulis

Teknik tes tulis adalah teknik yang membantu penulis dalam

mengumpulkan data, karena data yang dianalisis didapat dengan cara

melakukan tes tertulis. Tes tertulis ini dimaksudkan untuk memperoleh

data yang hasilnya akan di olah dengan analisis statistik. Pengolahan data

tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah kemampuan siswa dalam

pembelajaran menulis paragraf naratif dengan menggunakan model

pembelajaran Kontekstual akan lebih efektif.

L. Teknik Pengolahan Data

Penelitian ini akan diolah dengan menggunakan teknik statistik.

M. Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Dahlan, M. D. (1990). Model-model Mengajar. Yogyakarta : Diponegoro.

Komalasari, Kokom. (2012). Pembelajaran Kontekstual : Konsep dan

Aplikasi.

Jakarta : Refika Aditama

Moh. Nazir. (2003). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Rostiyah, N.K. (2012). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

N. Jadwal Penelitian
Minggu ke :
No Kegiatan
Januari Februari Maret

1. Penyusunan Proposal

2. Penyusunan instrumen

3. Seminar proposal dan

instrument penelitian.

4. Pengujian validitas

5. Penentuan sampel

6. Pengumpulan data

7. Analisis data

8. Pembuatan laporan

9. Seminar proposal

10. Penyempurnaan laporan

Anda mungkin juga menyukai