Anda di halaman 1dari 15

RESUME PEMBELAJARAN MENULIS

NAMA : SITI PITRIANTI


NIM : 1104295
KELAS : DIK C 2011

ISI RESUME
1. Bahan Ajar untuk jenjang SMP kurikulum 2013
2. Bahan Ajar untuk jenjang SMP kurikulum 2013
3. Pendekatan Saintifik pada kurikulum 2013
4. Pendekatan Pengajaran Menulis
5. Pendekatan Whole Language, GWP/PMT, dan Writing Process Aproach
6. Metode Pengajaran Menulis
7. Media Pengajaran Menulis
8. Evaluasi Pembelajaran Menulis

BAHAN AJAR UNTUK JENJANG SMP KURIKULUM 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dalam pengimplementasiannya dilengkapi


dengan buku siswa dan pedoman guru dan siswa oleh pemerintah. Hal ini bertujuan agar
kualitas isi atau bahan ajar menjadi terjamin.
Isi atau bahan ajar pada kurikulum 2013 tingkat SMP mata pelajaran bahasa Indonesia
ini sedikit banyaknya sama dengan bahan ajar pada kurikulum sebelumnya. Namun di
kurikulum sekarang ditemukan banyak istilah-istilah baru yang asing bagi para guru bahasa
Indonesia. Aspek menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia tingkat SMP di kurikulum
ini diantaranya adalah sebagai berikut.

Kelas VII
KD : Menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita
pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan/ tulisan
Kelas VIII
KD : Menyusun teks cerita moral/ fabel, ulasan diskusi pendek sesuai dengan karakteristik
teks yang akan dibuat baik secara lisan/ tulisan
Kelas IX
KD : Menyusun teks eksemplum, tanggapan kritis, tentangan dan rekaman percobaan sesuai
dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan/ tulisan.
BAHAN AJAR UNTUK JENJANG SMA KURIKULUM 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dalam pengimplementasiannya dilengkapi


dengan buku siswa dan pedoman guru dan siswa oleh pemerintah. Hal ini bertujuan agar
kualitas isi atau bahan ajar menjadi terjamin.
Isi atau bahan ajar pada kurikulum 2013 tingkat SMA mata pelajaran bahasa
Indonesia ini sedikit banyaknya sama dengan bahan ajar pada kurikulum sebelumnya. Namun
di kurikulum sekarang ditemukan banyak istilah-istilah baru yang asing bagi para guru
bahasa Indonesia. Contohnya teks prosedur, teks ekplanasi kompleks, cerita ulang, dan lain
sebagainya. Aspek menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia tingkat SMA di kurikulum
ini diantaranya adalah sebagai berikut.

Kelas X
1. a. Memproduksi teks anekdot baik secara lisan/ tulisan
b. Mengabstraksi teks anekdot baik secara lisan/tulisan
c. Mengonversi teks anekdot ke dalam bentuk lain sesuai dengan kaidah dan struktur teks
2. Memproduksi teks eksposisi yang koheren
3. Memproduksi teks laporan hasil observasi
4. Memproduksi teks prosedur kompleks
5. a. Memproduksi teks negosiasi baik secara lisan/ tulisan
b. Mengabstraksi teks negosiasi baik secara lisan/tulisan
c. Mengonversi teks negosiasi ke dalam bentuk drama pendek sesuai dengan kaidah
Kelas XI
6. Memproduksi, mengabstraksi dan mengonversi teks cerita pendek, teks pantun dan teks
cerita ulang
7. Memproduksi, mengabstraksi dan mengonversi teks eksplanasi kompleks, teks film/drama
Kelas XII
8. Memproduksi, mengabstraksi dan mengonversi teks cerita sejarah, teks berita, teks iklan
9. Memproduksi, mengabstraksi dan mengonversi teks editorial/ opini dan teks novel.

PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013

Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi


perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Kurikulum 2013
sekarang ini menerapkan pendekatan saintifik karena dengan pendekatan ini siswa tidak
hanya terpaku untuk dapat mengetahui suatu hal dengan cara observasi, tapi juga membuat
siswa dapat berinovasi dan membuat hal yang baru setelah melakukan observasi tadi.
Pendekatan ilmiah pembelajaran antara lain meliputi langkah-langkah pokok, yaitu:
1. Mengamati
Mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik.
Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode
observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang
dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Di sini guru
menentukan objek yang akan diobservasi, guru atau peserta didik mencari objek observasi,
keduanya perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta
bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi. Karena nanti hasil observasi nanti
dicatat, direkam dan sejenisnya. Contoh: Mengobservasi teks eksposisi

2. Menanya
Pada tahap ini siswa membuat pertanyaan berdasarkan hasil observasi terhadap objek.
Guru dan siswa bersama-sama membahas pertanyaannya.Contoh: Bagaimana ciri-ciri teks
eksposisi?
3. Menalar
Siswa membandingkan objek observasinya dengan objek lain. Di sana siswa mencari
persamaan dan perbedaannya. Lalu membuat kesimpulan atas hasilnya. Siswa
membandingkan teks eksposisi dengan teks naratif.
4. Mencoba
Siswa mencoba membuat teks/ objek yang sama dengan objek yang diobservasi.
Siswa melihat kembali catatan observasinya. Proses siswa menulis dipantau oleh guru.
Contoh: siswa membuat teks eksposisi
5. Mengomunikasikan (membentuk jejaring)
Selanjutnya siswa saling berbagi hasil pekerjaannya. Metodenya bisa berupa diskusi
ataupun pengarsipan hasil pekerjaan siswa oleh guru dan karya tersebut dipajang di
mading dan sebagainya.

PENDEKATAN PEMBELAJARAN MENULIS

Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran menulis, diantaranya sebagai berikut.


1. Pendekatan komunikatif
Pendekatan komunikatif memfokuskan pada keterampilan siswa
mengimplementasikan fungsi bahasa (untuk berkomunikasi) dalam pembelajaran,
pendekatan komunikatif tampak pada pembelajaran, misalnya: mendeskripsikan suatu
benda, menulis surat, dan membuat iklan.
2. Pendekatan Integratif
Pendekatan integratif menekankan keterpaduan empat aspek keterampilan berbahasa
(menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) dalam pembelajaran. Pendekatan
integratif tampak pada butir pembelajaran, misalnya: menceritakan pengalaman yang
menarik, menuliskan suatu peristiwa sederhana, membaca bacaan kemudian membuat
ikhtisar, dan meringkas cerita yang didengar.
3. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses memfokuskan keterampilan siswa dalam mengamati,
mengklasifikasi, menginterpretasi, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan
proses, tampak pada butir pembelajaran, misalnya: melaporkan hasil kunjungan,
menyusun laporan pengamatan, membuat iklan, dan menyusun kalimat acak menjadi
paragraf yang padu.
4. Pendekatan Tematis
Pendekatan tematis menekankan tema pembelajaran sebagai payung/pemandu dalam
pembelajaran. Pendekatan tematis, tampak pada butir pembelajaran, misalnya:
menulis pengalaman dalam bentuk puisi, dan menyusun naskah sambutan.

Teori / pendekatan menulis yang berkembang saat ini adalah pendekatan menulis
model proses (writing process). Tahapan-tahapannya adalah:
a. Pra menulis (prewriting): siswa memilih topik, siswa mengumpulkan dan
menyesuaikan ide-ide, siswa mengidentifikasi pembacanya, siswa
mengidentifikasi tujuan menulis siswa memilih bentuk yang sesuai berdasarkan
pembaca dan tujuan menulis, dengan aktivitas pengarang persiapan menulis
cerita, menggambar, membaca, memikirkan tulisan, menyusun gagasan dan
mengembangkan rencana.
b. Pengedrafan (drafting): siswa menulis draf kasar, siswa menulis pokok-pokok
yang menarik pembaca, siswa lebih menekankan isi dari pada mekanik, dengan
aktivitas pengarang merangkaikan gagasan dalam sebuah tulisan tanpa
memperhatikan kerapian atau mekanik.
c. Merevisi (revising): siswa membagi tulisanya kepada kelompok, siswa
mendiskusikan tulisanya kepada temannya, siswa membuat perbaikan sesuai
komentar teman dan gurunya, siswa membuat perubahan subtantif dan bukan
sekedar perubahan minor antara draf pertama dan kedua. Setelah mendapat
saran-saran dari orang lain pengarang dapat membuat beberapa perubahan dan
perubahan itu dapat melibatkan orang lain.
d. Mengedit (editing): siswa mebaca ulang tulisanya, siswa membantu baca ulang
tulisan temannnya, siswa mengidentifikasi kesalahan mekanisme dan
membetulkannya.
e. Mempublikasikan (publishing): siswa mempublikasikan tulisannya dalam bentuk
yang sesuai, siswa membagi tulisanya yang sudah selesai kepada teman
sekelasnya.

PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE, GWP, DAN WRITING PROCESS APROACH

A. Pendekatan PMT/ GMP


Strategi PMT (pembelajaran menulis terbimbing) atau GWP (Guiding Writing
Process) pada intinya adalah mengajar siswa dengan kegiatan menulis dengan
mencontoh model karangan yang telah dibacanya. Kegiatan yang ditempuh, adalah di
bawah ini.
1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan cara melakukan kegiatan belajar yang
harus ditempuh oleh siswa.
2 Siswa membaca teks dan mempelajarinya ditinjau dari judul, huibungan ide-ide
pokok, dan pola pengembangan paragrafnya. Dalam penulisan cerita diawali
dengan membaca cerita untuk memperoleh gambaran bagian-bagian cerita, isi
bagan yang satu dengan yang lain.
3 Berdsarkan pemahaman contoh model yang dibacanya, siswa melakukan kegiatan
(a) pramenulis, (b)menulis draf, dan (c) melakukan perbaikan.

B. Pendekatan Whole Language


Whole Language adalah cara untuk menyatukan pandangan tentang bahasa,
tentang pembelajaran dan tentang orang-orang yang terlibat dalam
pembelajaran. (Ariyanto, 2012). Whole language juga merupakan suatu pendekatan
pembelajaran bahasa yang menyajikan pembelajaran bahasa secara utuh atau tidak
terpisah-pisah. Pengajaran keterampilan berbahasa dan komponen bahasa seperti tata
bahasa dan kosakata disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata
(Wuryanto, 2010). Whole language adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa
yang didasari paham constructivism. Bahasa diajarkan secara utuh, tidak terpisah-
pisah, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis diajarjan secara terpadu sehingga
siswa dapat melihat bahasa sebagai suatu kesatuan.
Komponen-Komponen Pendekatan Whole Language
Menurut Routman dan Froese (Ariyanto, 2012) ada delapan komponen Whole
Language, yaitu : (1) Reading aloud yaitu kegiatan membaca yang dilakukan oleh
guru untuk siswanya. (2) Journal writing atau menulis jurnal. (3) Sustained silent
reading. adalah kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan oleh siswa. Dalam
kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk memilih sendiri buku atau materi yang
akan dibavanya. (4) Shared reading: kegiatan membaca bersama antara guru dan
siswa dimana setiap orang mempunyai buku yang sedang dibacanya. (5)Guided
reading. Dalam guided reading atau disebut juga membaca terbimbing, guru menjadi
pengamat dan fasilitator. Dalam guided reading semua siswa membaca dan
mendiskusikan buku yang sama. (6)Guided writing. Dalam guided writing atau
menulis terbimbing peran guru adalah sebagai fasilitator, membantu siswa
menemukan apa yang ingin ditulisnya dan bagaiman menulisnya dengan jelas,
sistematis dan menarik. (7) Independent reading: membaca bebas adalah kegiatan
membaca, dimana siswa berlesempatan untuk menentukan sendiri materi yang ingin
dibacanya. (8) Independent writing: menulis bebas, bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan meningkatkan
kemampuan berpikir kritis.

Ciri-ciri Kelas Whole Language


Teuku Alamsyah (Hariyanto, 2012) mendeskripsikan ada tujuh ciri yang menandakan
kelas whole language. Tujuh ciri-ciri whole language, yaitu sebagai berikut:
Pertama, kelas yang menerapkan whole language penuh dengan barang cetakan. Barang-
barang tersebut kabinet dan sudut belajar. Poster hasil kerja siswa menghiasi dinding
dan bulletin board. Karya tulis siswa danchart yang dibuat siswa menggantikan bulletin
board yang dibuat oleh guru. Salah satu sudut kelas diubah menjadi perpustakan yang
dilengkapi berbagai jenis buku (tidak hanya buku teks), majalah, koran, kamus, buku
pentunjuk dan berbagai barang cetak lainnya. Semua ini disusun dengan rapi berdasarkan
pengarang atau jenisnya sehingga memudahkan siswa memilih. Walaupun hanya satu
sudut yang dijadikan perpustakaan, tetapi buku tersedia di seluruh ruang kelas.
Kedua, di kelas whole language siswa belajar melalui model atau contoh. Guru dan
siswa bersama-sama melakukan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan
berbicara. Over head projector (OHP) dan transparasi digunakan untuk untuk
memperagakan proses menulis. Siswa mendengarkan cerita melalui tape recorder untuk
mendapatkan contoh membaca yang benar.
Ketiga, di kelas whole language siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Agar siswa dapat belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya, di
kelas harus tersedia buku dan materi yang menunjang. Buku disusun berdasarkan tingkat
kemampuan membaca siswa sehingga siswa dapat memilih buku yang sesuai untuknya.
Di kelas juga tersedia meja besar yang dapat digunakan siswa untuk menulis, melakukan
editing dengan temannya, atau membuat cover untuk buku yang ditulisnya. Langkah-
langkah proses menulis tertempel di dinding sehingga siswa dapat melihatnya setiap saat.
Keempat, di kelas whole language siswa berbagi tanggung jawab dalam
pembelajaran. Peran guru di kelas whole language hanya sebagai fasilitator dan siswa
mengambil alih beberapa tanggung jawab yang biasanya dilakukan oleh guru. Siswa
membuat kumpulan kata (word bank), melakukanbrainstorming, dan mengumpulkan
fakta. Pekerjaan siswa ditulis pada chart,dan terpampang di seluruh ruangan. Siswa
menjaga kebersihan dan kerapian kelas. Buku perpustakaan dipinjam dan dikembalikan
oleh siswa tanpa bantuan guru. Buku bacaan atau majalah dibawa oleh siswa dari rumah.
Pada salah satu bulletin board terpampang pembagian tugas untuk setiap siswa. Siswa
bekerja dan bergerak bebas di kelas.
Kelima, di kelas whole language siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran
bermakna. Siswa secara aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang membantu
mengembangkan rasa tanggung jawab dan tidak tergantung. Siswa terlibat dalam kegiatan
kelompok kecil atau kegiatan individual. Ada kelompok yang membuat pelajaran sejarah.
Siswa lain secara individual menulis respon terhadap buku yang dibacanya, membuat
buku, menuliskan kembali cerita rakyat, atau mengedit draft final. Guru terlibat dalam
konferensi dengan siswa atau berkeliling ruangan mengamati siswa, berinteraksi dengan
siswa atau membuat catatan tentang kegiatan siswa.
Keenam, di kelas whole language siswa berani mengambil risiko dan bebas
bereksperimen. Contoh hasil kerja setiap siswa terpampang di seputar ruang kelas. Siswa
dipacu untuk melakukan yang terbaik. Namun, guru tidak mengharapkan kesempurnaan.
Yang penting adalah respon atau jawaban yang diberikan siswa dapat diterima. Ketujuh,
di kelas whole language mendapat balikan (feed back)positif baik dari guru maupun
temannya. Ciri kelas whole language adalah pemberian feed back dengan segera. Meja
ditata berkelompok agar memungkinkan siswa berdiskusi, berkolaborasi, dan melakukan
konferensi. Konferensi antara guru dan siswa memberi kesempatan pada siswa untuk
melakukan penilaian diri dan melihat perkembangan diri. Siswa yang mempresentasikan
hasil tulisannya mendapatkan respon positif dari temannya. Hal ini dapat membangkitkan
rasa percaya diri.
Ketujuh siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Guru tidak perlu berdiri lagi di
depan kelas menyampaikan materi. Sebagai fasilitator, guru berkeliling kelas mengamati
dan mencatat kegiatan siswa. Dalam hal ini guru menilai siswa secara informal.

METODE PENGAJARAN MENULIS

Beberapa metode pengajaran, diantaranya adalah:

1 Metode ceramah, adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada
sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang
relatif besar.
2 Metode diskusi, proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling
bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah
sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka.

3 Metode demonstrasi. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana


seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang
siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses.

4 Metode ceramah plus, adalah metodepengajaran yang menggunakan lebih dari satu
metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya. Ada tiga
macam metode ceramah plus, diantaranya yaitu:
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)

5 Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana


siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu
yang dipelajarinya

6 Metode resitasi, adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa membuat
resume dengan kalimat sendiri.

7 Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak
peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya
peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan
tersebut dengan didampingi oleh pendidik.

8 Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar dengan
memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik,

9 Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih
dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas

10 Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu metode
mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.
11 Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanyasekadar metode
mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebabdalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulaidengan mencari data sampai pada
menarik kesimpulan.

MEDIA PEMBELAJARAN MENULIS

Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee,
1997). Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan
pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar
dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau
media. Media Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang bersifat mendidik, yang
merangsang pikiran, perasaaan minat anak didik, sehingga proses interaksi komunikasi antara
anak didik dan guru dapat berlangsung secara tepat.
Media yang dapat digunakan untuk pembelajaran menulis, diantaranya adalah sebagai
berikut.

a. Media Asli/Tiruan

Spesimen Makhluk Hidup maupun tidak hidup


Benda Asli bukan Makhluk Hidup
Model Tiruan benda asli (yang diperkecil atau diperbesar)

b. Media Grafis

Media grafis ialah semua media yang berupa tulisan/gambar, antara lain:
Media Chart, yaitu penyajian diagramatik meliputi: Tree Chart, Root Chart, Flow Chart,
Media Bagan Petunjuk/Penuntun, Bagan Waktu, Bagan Bongkah, Bagan Pandang Tembus.
Ada juga media Grafik: Grafik Batang, Grafik Gambar atau Pictograph, Grafik Garis, Grafik
Bentuk Peta, dan Grafik Lingkaran (Grafik Pie), Media Poster, Karikatur, Still Picture/foto
media papan dan media Peta

c. Media proyeksi, yaitu media proyeksi diam dan bergerak, dan ada pula disertai suara

d. Media Audio, termasuk Media Audio ialah kaset audio, audio CD, dan radio.
e. Media pandang dengar /Media audio visual diam, ialah slide suara slide suara dan film
strip, dan yang bergerak misalnya video, TV, VCD, DVD.

f. Media Cetak

Media cetak misalnya hand out, buku, modul, brosur, liflet, majalah, koran, album. Media
cetak juga ada yang ditampilkan dengan komputer yang berisi
bahan ajar dan sumber lain dari internet.

EVALUSI PENGAJARAN PEMBELAJARAN MENULIS

Evaluasi adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan suatu


informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Evaluasi
pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran. Tujuan evaluasi pembelajaran
adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan,
perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta keefektifan pengajaran guru. Evaluasi
pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian.
Bila ditinjau dari tujuannya, evaluasi pembelajaran dibedakan atas:
1. evaluasi diagnostik, yaitu evaluasi yang di tujukan untuk menelaah kelemahan-
kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya
2. evalusi selektif, adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siwa yang paling
tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
3. evaluasi penempatan, adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa
dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.
4. evalusi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan
meningkatan proses belajar dan mengajar.
5. Evalusi sumatif evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan
bekajra siswa.

Bila ditinjau dari sasarannya, evaluasi pembelajaran dapat dibedakan atas:


1. evaluasi konteks Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik
mengenai rasional tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan
yang muncul dalam perencanaan
2. Evalusi Input adalah Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber
daya maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
3. Evalusi Proses Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik
mengenai kelancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan faktor
hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.
4. hasil adalah Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai
sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi,
ditingkatkan atau dihentikan.
5. Evalusi lulusan adalah Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa
lebih lanjut, yankni evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.

Proses evaluasi dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengolahan hasil dan pelaporan.
DAFTAR PUSTAKA

Elisa, risah. 2012. Pendekatan Whole Language dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD.
Tersedia [Online] http:// RisahElisawordpress.com// (30 November 2013)

Yusron, roni. 2012. Jenis-jenis media pembelajaran yang perlu diketahui guru. Tersedia
[Online] http://roniyusron.wordpress.com/2012/08/14/jenis-jenis-media-pembelajaran-
yang-patut-diketahui-guru/ (30 November 2013)
LAPORAN HASIL OBSERVASI

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENULIS DI TINGKAT SD

Kelompok 4

Anggota : Siti Pitrianti 1104295

S Nailul Muna 1104840

Shela Augustine 1104548

Narasumber : Ibu Jamilatul Safitri, S. Pd.

Sekolah : MI Roudotuttalim, Batujajar, Bandung.

Kelas : VI (enam)

RPP adalah seperangkat hal yang dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
belajar peserta didik dalam upaya mencapai kompetendi dasar. Di dalamnya memuat rencana
pembelajaran dan metode yang akan dipakai dalam menyampaikan materi ajar kepada peserta
didik.
Menurut narasumber, RPP sangat penting bagi guru. Jika guru tidak membuat RPP,
maka guru akan sulit untuk dapat menyampaikan materi kepada peserta didik, terkadang apa
yang dibahas tidak sesuai dengan apa yang ada di buku paket (bahan ajar), guru biasanya
akan sesuka hati dalam mengajar dan peserta didik tidak dapat memahami apa yang guru
jelaskan. Selain itu, guru tidak akan mempunyai tujuan dalam mengajar dan tidak mempunyai
acuan metode yang akan diterapkan. Lebih jauh lagi, hal ini nanti akan berdampak pada
pelaksanaan evaluasi.
Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia,khususnya pada aspek menulis,
Ibu Jamilatul Safitri selalu membuat RPP dan melaksanakan pembelarannya selalu sesuai
dengan RPP yang beliau buat. Hal ini untuk menghindari kesulitan-kesulitan mengajar yang
telah dipaparkan di atas jika guru tidak membuat RPP. Ibu Jamilatul Safitri jadi mempunyai
tujuan pembelajaran, metode pembelajaran yang akan digunakan serta materi yang akan
disampaikan sudah jelas tercantum di RPP, sehingga guru bisa menjelaskan dengan rinci dan
tidak malah membahas ke hal lain di luar materi pelajaran.
Untuk lebih memperjelas kami tentang RPP, Ibu Jamilatul memberikan salahsatu
contoh RPP pada aspek menulis dengan standar kompetensinya adalah mengungkapkan
pikiran dan informasi secara tertulis dalam bentuk naskah pidato dan surat resmi.

Anda mungkin juga menyukai