Anda di halaman 1dari 7

RESENSI NOVEL BUTIRAN DEBU

Karya Taufiqurrahman Al-Azizy

Oleh : Yudi Sulistiaji

IDENTITAS BUKU
Judul buku : Butiran Debu
Penulis : Taufiqurrahman Al-Azizy
Penerbit : DIVA Press
Kota terbit : Yogyakarta
Cetakan I : Februari 2013
Tebal buku : 348 halaman
ISBN : 978-602-7665-56-9

SINOPSIS

Di dalam novel yang berjudul BUTIRAN DEBU karya Taufiqurrahman Al-Azizy ini,
mengisahkan bagaimana tentang pedih, pahit, dan getirnya kehidupan yang dialami oleh tokoh
yang bernama Bu Rohana. Bu Rohana pun sendiri adalah seorang istri yang sangat sabar dalam
mengarungi kehidupan rumah tangganya. Tetapi pada suatu ketika suaminya Rustam
membulatkan tekat untuk bekerja di luar kota untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai
kepala keluarga.
Diawal cerita Rustam masih banyak meluangkan waktunya untuk pulang ke rumahnya,
dan ia pun juga lantas memberikan kasih sayang kepada istri dan anaknya. Tetapi itu tak
berujung lama selang kelahiran anak keduanya, ia pun tak sedikitpun kelihatan batang hidungnya
apalagi untuk memberi sebuah kabar untuk keluarganya.
Derita yang dialami Bu Rohana mulai mucul lama kelamaan, dikarenakan suaminya yang
tak pernah kembali pulang, sedangkan Bu Rohana sangat bergantung pada kiriman uang dari
suaminya. Dengan terpaksa Bu Rohana bekerja serabutan guna mendapatkan pemasukan untuk
menghidupi keluarganya. Apalagi sebagai seorang ibu pasti nuraninya sangat kuat, dan bahkan
jikapun ia hanya memiliki sesuap nasi untuknya, pasti dengan nurani seorang Ibu, tak akan
membiarkan anaknya kelaparan dan lantas memberikan sesuap nasi tadi untuk anaknya.
Begitupun Bu Rohana yang dengan sekuat tenaga mencari nafkah untuk kedua anaknya, bahkan
tak jarang ia menjual perabotan dapurnya sendiri satu persatu.
Dengan waktu yang terus berjalan, lama kelamaan Bu Rohana mulai mendengar kabar
bahwa suaminya telah menikah lagi dan mempunyai anak di Jakarta. Dengan membulatkan
tekadnya, Bu Rohana beserta kedua anaknya mencari suaminya di Jakarta.
Ternyata kabar yang beredar tentang suaminya Bu Rohana memang benar adanya. Bu
rohana harus menerima kenyataan yang sangat pahit dengan kejadian tersebut. Ia pun kembali ke
tempat asalnya dengan membawa kesedihan yang mendalam. Hatinya telah terluka karena
selama ini, ia memendam rindu yang sangat besar dengan suaminya. Bahkan saat suaminya tak
pernah pulang, Bu Rohana teriris hatinya dengan tangisan anaknya akibat kelaparan. Dan saat
tak ada apapun untuk di makan, ia bahkan sampai tega mencuri singkong milik warga demi
untuk memberi makan anaknya.
Penderitaan yang dialami Bu Rohana sangat amat berat untuk diteruskan. Suami Bu
Rohana yang dengan tega menelantarkannya dengan kedua anaknya begitu sangat membebani
hidup Bu Rohana. Ia pun berencana untuk mengakhiri hidupnya beserta kedua anaknya di
jembatan Cidua yang di bawahnya mengalir sungai atau Kali Cihideung dengan terjun bersama-
sama. Ia memutuskan memilih jembatan tersebut untuk mengakhiri hidupnya dengan kedua
anaknya karena di situlah terjalinya ikatan cinta dengan suaminya yang bahkan tak mendapatkan
restu dari orang tuanya.
Bu Rohana terjun dengan mengajak kedua anaknya, tetapi anaknya dapat terselamatkan
karena meskipun anak kedua Bu Rohana masih belum memahami apa yang tejadi, tetapi anak
pertama dari Bu Rohana menyadari bahwa perbuatan ibunya itu sangalah tidak benar.
Penderitaan Bu Rohana berakhir dengan terbawanya ia ke dalam arus sungai yang
menghanyutkan tubuhnya.
Kedua anaknya lantas menagis tanpa henti sampai merasakan lemas tubuhnya. Kedua
anaknya itupun meninggalkan jembatan tersebut dan menggelandang sampai kota Bogor.
Dengan usia yang masih 8 tahun dan adiknya yang masih 5,5 tahun, mereka mengarungi
kehidupan yang keras di tengah kota. Kota seperti tempat yang tak ramah untuk mereka yang
bertubuh kecil, dekil, berbaju kusut, bau karena tak mandi selama berhari-hari. Saat kedua anak
ini kelaparan juga sangat mengiris hati pembaca, karena ia hanya mampu untuk mengais sisa
makanan. Tragisnya saat ia berada di sekitar Mall, ia sempat dikejar-kejar satpam sebab Mall
bukan tempat untuk para gelandangan.
Sepasang kakak dan adik ( Iwan dan Siti ) pun terpisah dikarenakan ketakutan dengan
sesosok satpam yang mengejarnya. Lama kelamaan waktu memperpanjang jarak di antara
mereka berdua. Sang kakak yang tinggal dengan seseorang bernama Rohman yang ia jumpai di
Bus untuk jadi pengamen jalanan, kemudian menganggap dia seperti adiknya yang sudah
meninggal akibat kecelakaan. Sang adik ( Siti ) diadobsi oleh sepasang suami istri yang lumayan
mapan.
Tak disangka takdirpun berkata lain. Sepasang kakak dan adik tersebut dipertemukan
pada sebuah ajang pencarian bakat di Jakarta. Iwan sang kakak menjadi populer karena suara
emasnya.
Suatu ketika sepasang kakak dan adik itupun berencana mengunjungi jembatan, untuk
mengenang masa lalunya saat Bu Rohana terjun ke sungai. Sesampainya di jembatan mereka
berdua melamun membayangkan masa lalunya. Dari kejauhan nampak sesosok bayangan ibunya
di antara pepohonan. Seakan orang yang duduk di atas batu itu Ibunya. Tak di sangka-sangka
bahwa orang tersebut adalah Bu Rohana. Dengan berlari tegopoh-gopoh Bu Rohana mendatangi
dan memandangi kedua anaknya yang telah lama terpisahkan dari hidupnya. Bu Rohana
menangis tersedu-sedu seraya memeluk kedua anaknya.

UNSUR INTRINSIK
1. Tema
Di dalam novel ini terdapat gabungan tema dari mulai tema tantang cinta,
ekonomi, keinginan (impian). Tetapi yang menjadi Titik Fokus / Garis Besar lebih
menceritakan tentang sebuah keluarga yang awal mulanya bahagia saat berkeluarga
dengan anak pertamanya, menjadi suram dikarenakan suami yang menjadi tulang
punggung keluarga disini telah menghianati dan menelantarkan keluarga lamanya. Tetapi
di ending ceritanya sangatlah menarik dan berakhir bahagia kembali. Sebab ibu yang
telah lama terpisahkan dengan kedua ankanya, telah dipertemukan di saat anak pertama
telah sukses dan populer karena suara emasnya.

2. Tokoh dan Watak


Tentunya terdapat banyak tokoh dalam setiap pembuatan Novel.
Pemeran utama
Iwan : Iwan merupakan anak pertama dari pasangan Bu rohana
dengan Pak Rustam.
Tokoh tambahan
Siti : Adik dari Iwan yang masih sangat polos dan suci.
Bu Rohana : Ibu dari Iwan dan Siti yang mempunyai watak sayang kepada
keluarga terutama kedua anaknya, tetapi kurang tabah dalam
menghadapi masalah yang timbul
Rustam : Suami Bu Rohana yang mempunyai watak yang kurang baik
karena telah menghianati cinta Bu Rohana dengan menikah
kembali dengan wanita lain
sedangkan ia masih terjalin hubungan suami istri dengan Bu
Rohana.
Pemilik Ladang : Bijaksana karena ia tidak mau menuduh orang mencuri tanpa adanya
bukti atau saksi yang melihat.
Bu Haji : Seseorang yang baik hati dan suka menolong,
Gadis berjilbab : Seorang pengunjung Mall yang berwatak suka dengan anak kecil,
mempunyai kasih sayang, suka menolong sesama.
Haji Tatang : Baik hati suka membantu orang lain.
Mas Boy : Pengamen jalanan yang berwatak suka minum-minuman keras, merasa
paling berkuasa di wilayah ngamennya, suka mengambil uang hasil jerih
payah orang lain, dan sombong.
Rohman : Kakak angkat dari Iwan yang berwatak pemberani, penuh kasih sayang, s
etia kawan, sholeh, rela berkorban.

Bu Nining : orang tua dari Rohman yang selalu mengingatkan baik Rohman maupun
Iwan untuk beribadah kepada Allah SWT, mempunyai kasih sayang,
berpendirian tetap.
Ratih : Pasangan dari Rohman yang sangat baik hati, suka menolong, tegar, dan
penuh kasih sayang
Pak Lurah Lajur : Seorang yang bijaksana dan peduli dengan warganya.
Satpam Mall : Mempunyai watak yang disiplin, tegas, tegap, gagah.
3. Alur
Pengenalan situasi
Seperti banyaknya novel yang beredar, terdapat suatu pengenalan situasi di awal
cerita. Ini bertujuan pembaca untuk lebih mamahami apa yang terjadi dan bertanya-
tanya apa yang terjadi berikutnya, dikarenakan di sinilah seni dari sebuah cerita
bermula. Di dalam novel ini pengenalannya terdapat di awal yang menceritakan
langsung penderitaan Bu Rohana selama ini.

Permunculan konflik Penaikan konflik yang terjadi


Setelah pengenalan situasi, terdapat permunculan konflik di dalam novel ini.
Diungkapkannya konflik yang ada beserta tokoh yang akan menjadi pelaku utama
dalam novel ini. Konflik yang muncul di sini memberikan suguhan yang menarik
untuk pembaca, karena jika suatu novel tidak ada konflik itu sama saja tidak ada
Point untuk pembaca meminati karyanya. Sehingga konflik sangatlah penting untuk
mengembangkan suatu cerita.
Konflik yang ada di sini sudah ada sejak awal cerita. Penulis langsung
mnyuguhkan cerita yang mengiris hati pembaca di awal cerita. Kemudian konflik
yang terjadi lama-kelamaan meningkat saat Bu Rohana dihianati suaminya dan
memilih untuk mengakhiri hidup bersama kedua anaknya.

Klimak
Klimak dalam suatu karya fiksi merupakan hal yang berkaitan erat dengan suatu
konflik. Saat terjadi pemuncakan atau peningkatan konflik akan muncul sebuah
klimak yang mana akan menambah suasana guna memikat pembaca pada sebuah
karya fiksi. Di dalam novel ini klimak terdapat setelah Bu Rohana loncat di jembatan
yang mempertemukan ia dengan suaminya. Ia terbawa arus sungai dan meninggalkan
kedua anaknya yang masih kecil mengarungi kehidupan yang keras hari demi hari.
Dan sang anak pun menjadi gelandangan di tengah kota.

Penyelesaian
Di dalam novel ini terdapat akhir yang sangat tak terduga-duga. Kebanyakan
pembaca jika membaca novel ini dari awal sampai tengah-tengah pasti menyangka
Bu Rohana telah meninggal karena terjun dari jembatan ke sungai. Dan lebihnya
sosok Bu Rohana tidak muncul lagi dalam pembahasan kecuali saat kedua anaknya
membayangkan masa lalunya. Tetapi di akhir cerita muncul di dekat tempat di mana
ia terjun ke sungai, dan bertemu dengan kedua anaknya yang telah lama terpisahkan.

4. Latar
Latar tempat
o Jembatan di atas Kali Cihideung Bu Rohana mengajak kedua anaknya
terjun ke kali (hal 111).
o Di Mall BTM (hal 183).
o Di dalam bus dari arah Jogja Plasa di dekat kampus UIKA (hal 226).
o Di rumah Bu Nining saat mempersiapkan Iwan untuk tampil di depan pak
lurah dengan kedua stafnya (hal 284).
o Di Jakarta setelah juri menyatakan Iwan lolos ke babak selanjutnya (hal
305).

Latar waktu
o Saat Hujan deras di atas Kali Cihideung (hal 17).
o Senja hari saat Iwan selalu duduk di ambang pintu (hal 20).
o Malam hari saat Bu Rohana ingin mencuri singkong dan usai subuh ketika
Bu Rohana ingin mencuri jantung pisang (hal 55).
o Pagi hari saat Bu Rohana selesai mengerjakan shalat subuh (hal 68).
o Sejak malam hari sampai siang hari menjelang sore Bu Rohana berjalan
bersama kedua anaknya menyusuri jalan setapak (hal 105).
o Ketika waktu ashar tiba Iwan mengajak Rohman untuk shalat ashar (hal
226).

Latar sosial
o Pak lurah dengan kedua stafnya memberikan uang bayaran atas 2 lagu
yang di nyanyikan Iwan rasa toleransi dan saling menghargai satu sama lain
(hal 254).
o Saat Iwan menjadi gelandangan setelah di tinggal Ibunya bunuh diri dan
terpisahnya ia dengan adiknya yang bernama Siti, ia di tolong Rohman dan
tinggal di rumah Rohman bersama dengan kedua orang tua Rohman
munculnya rasa tolong menolong antar manusia yang bergelut sebagai pengamen
jalanan (hal 255).

5. Amanat
o Janganlah engkau mudah putus asa (hal 28).
o Janganlah asal menuduh / suuzhan (hal 53 & 211).
UNSUR EKSTRINSIK
Nilai Agama
Nilai agama yang ada dan dapat diambil dari novel ini tentang beribadah, berdoa,
bersyukur, dan sabar dalam mengarungi kehidupan di dunia ini.

Nilai Moral
Nilai moral yang ada dan dapat diambil dari novel ini tentang pantang menyerah,
bersungguh-sungguh, kerja keras, mampu mengendalikan diri, rajin belajar

Nilai Sosial
Nilai sosial yang ada dan dapat diambil dari novel ini tentang tolong menolong,
berbakti kepada orang tua, dermawan, kasih sayang, solidaritas, rela berkorban,
memberi nasehat.
KEKURANGAN & KELEBIHAN
KEKURANGAN
Kekurangan dalam novel ini yang saya amati dari segi ending ceritanya. Pembaca dibuat
merasa bingung dengan endingnya. Sosok Bu Rohana yang di tengah-tengah cerita sudah tidak
muncul lagi sejak ia melakukan niatnya untuk bunuh diri dengan loncat dari jembatan atas Kali
Cihideung dan hanyut terbawa arus sungai, sehingga pembaca sudah berfikiran bahwa sosok Bu
Rohana telah meninggal dunia. Itupun juga diperkuat dengan terusan bab cerita yang berjudul
Dan, Iblis pun Menari-nari (hal 122). Dalam bab itu tersebut, terdapat pada kalimat
Kepalanya membentur-bentur batu besar dan kecil. Sedang, air sungai memenuhi mulut,
tenggorokan, dan perutnya (hal 123). Dan yang menambah yakin pembaca bahwa Bu Rohana
telah tiada pada bab yang sama tepatnya di paragraf yang berbunyi Iblispun menari-nari. Satu
lagi anak manusia yang telah berhasil digodanya. Telah berhasil dipikatnya. Iblis tertawa puas
melihat kehancuran hidup Bu Rohanadan menanti kehancuran Bu Rohana di hadapan Tuhannya
(hal 124).
Tetapi di ending novel kenapa Bu Rohana bisa muncul kembali dan bertemu dengan
kedua anaknya yang telah lama terpisah ? ini membuat pembaca bertanya-tanya mengapa
ceritanya seolah-olah menggantung. Dan status Siti yang selama ini telah diadobsi oleh orang tua
barunya menjadi mengambang setelah bertemu dengan Bu Rohana Ibu Kandungnya yang di kira
telah tiada lagi.
KELEBIHAN
Kelebihan novel ini sangat banyak. Dari segi yang tampak mata maupun yang kasap
mata. Dari segi yang tampak mata, cover novelnya kreatif dan unik. Di tambah pada judul yang
terdapat pada novel ini sudah 3 dimensi sehingga tulisannya tampak menonjol ke luar.
Untuk kelebihan yang kasap mata, banyak terdapat motivasi yang dapat kita ambil. Misal
perjuangan iwan untuk ikut audisi pencarian bakat melalui kerja kerasnya dan tak lupa ia selalu
berdoa kepada Allah SWT. Adalagi dalam novel ini juga memunculkan karakter karakter
tambahan yang mempunyai sifat yang dapat kita tiru, seperti gotong royong, saling menghargai,
peduli sesama, rajin beribadah, tidak mudah putus asa, dan setiap kita melakukan sebuah
pekerjaan dengan sungguh-sungguh pasti akan membuahkan hasil yang pantas. Seperti istilah
yang selama ini saya gunakan sebagai prinsip hidup saya yaitu Manjadda Wajadda yang
artinya barang siapa yang bersungguh-sungguh maka pasti akan berhasil. Dan satu lagi prinsip
yang saya pegang terdapat pada firman Allah SWT Surat Ar Rad ayat 11 yang berbunyi
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan
yang ada pada diri mereka.
Jadi di sini yang saya tegaskan tentang kelebihan novel ini mirip dengan 2 prinsip yang
saya sebutkan di atas. Iwan yang selalu rajin beribadah, bekerja keras dan giat berlatih vocal
untuk ajang pencarian bakat berbuah manis yang menjadikannya idola cilik yang sangat populer
karena suara emasnya.
SARAN
Novel ini berisi tentang banyak motivasi yang sangat bernilai lebih bagai permata.
Motivasi-motivasi yang muncul harusnya bisa di pakai pada kelangsungan hidup bermasyarakat
pembaca. Banyak yang terjadi di negara kita, bahwa kalangan bawah dipandang dengan sebelah
mata. Hanya dipandang sebagai sampah jalanan. Akan lebih baik dan sempurna lagi jika novel
ini di publikasi tidak hanya dengan media cetak saja. Melainkan dengan memfilmkannya.
Sehingga akan banyak kalangan dari anak-anak, remaja, dewasa, sampai lansia bisa termotivasi
dengan novel ini seiring perkembangan era teknologi dan globalisasi.

*)
Yudi Sulistiaji, penulis adalah mahasiswa STKIP PGRI Pacitan Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar kelas B. Resensi disusun guna memenuhi sebagian tugas individu pada mata
kuliah Bahasa Indonesia tahun akademik 2016/2017 dengan dosen pengampu Vit Ardhiyantama,
M.Pd.

Anda mungkin juga menyukai