Anda di halaman 1dari 13

Secercah Cahaya Dari Surga

Sebuah keluarga kecil yang hidup dengan canda tawanya meski dalam ekonomi

yang sulit di tengah-tengah kejamnya ibukota. Keluarga yang terdiri dari kedua

orang tua dan 1 buah hati yang selalu jadi kesayangan dalam keluarga tersebut.

Bagus merupakan anak yang pintar, rajin, dan suka menolong di dalam kelas. Ia kelas

2 SMA. Ayahnya yang hanya tukang bangunan dan ibunya yang hanya buruh cuci tak

menggentarkan semangat bagus untuk tetap belajar dan berprestasi. Bagus

merupakan anak tunggal dari pasangan suami istri tersebut. Hari yang tak

menyisakan sedikitpun udara segar untuk bertahan hidup mulai mengganas di tengah

teriknya kota. Bu Siti begitu panggilan tetangga-tetangga untuk Ibu Bagus. Pada

suatu ketika sang ibu mendapat orderan cuci baju dalam sekala besar dari tetangga

ujung kompleknya yang berkecukupan lebih, sebab pada hari tersebut H-3 dari

perayaan Idul Fitri. Sehingga seluruh anggota keluarga tetangga Bu Siti bepergian

ke kampung asalnya. Ia senang sekali mendapat tawaran yang begitu menggiurkan

dari tetangganya yang cukup bisa untuk menambah penghasilannya. Sehabis

lebaran,ia juga di tawarkan untuk menjadi pembantu di rumah tetangganya

tersebut. Gajinya lumayan untuk menambah biaya sekolah Bagus.


Asap kendaraan bermotor mulai bertebaran, terik mentari mulai merajut asa

dengan gagahnya, tatkala Ibu Siti berjalan menyusuri bahu jalan dengan kaki

beralas sandal yang telah usang. Ia bertujuan untuk mengucap terima kasih kepada

tetangga yang mempekerjakan ia dengan membawa buah tangan yang tak seberapa

harganya. Bu Siti berjalan setengah melamun sebab terik mentari sungguh

menyengat di hari itu. Tiba-tiba dari arah belakang Bu Siti muncul BUS kota dalam

keadaan melaju dengan kencangnya dan sudah tak terkendali lagi, menyeret Bu Siti

sekitar 50 meter jauhnya. Karpet merahpun tergelar di pekatnya aspal jalan. Masa
yang ada di situpun langsung menghampiri tempat kejadian. Raut muka yang mulanya

bersinar sekarang menjadi redup. Bu Siti yang raganya sudah termakan usia tak

kuat lagi menahan sakit dalam kecelakaan tersebut dan menghembuskan nafas

terakhirnya di tempat itu. Tak berlangsung lama kemudian sang anak yang pada saat

itu juga sudah pulang dari sekolah mewati jalan tersebut. Sebab rumahnya tak jauh

dari tempat kejadian. Ia bertanya tanya ada apakah kok ramai ramai di seberang

jalan. Ia berniat untuk melihatnya, ia menolehkan kepalanya untuk melewati lalu

lalang kendaraan kala itu. Tapi dari kejauhan ia mendengar teriakan kawannya

sembari melambaikan tangannya. Baguspun mengurungkan niatnya untuk melihat

kecelakaan dan memilih menghampiri kawan dia. Ia tak tahu bahwa yang tergeletak

di situ adalah Ibunya sendiri.


Hendra namanya. Iya dari keluarga elit yang bergelimang harta. Tapi ia tak

memilah-milah untuk berteman. Ia selalu di manjakan orang tuannya. Baguspun

datang menghampirinya.
Bagus : Ada apa ndra ?
Hendra : Ayo ikut gua maen gus.
Bagus : Ke mana hen ?
Hendra : Kita jalan-jalan dengan motor baru pemberian ayahku.
Bagus : Ta..ta..pi gua ga bawa helm hen.
Hendra : Tak apa gus. Misal kena tilang ntar gua bilang bokap biar di urus.
Bagus : Oke deh.
Merekapun bergegas meninggalkan jalan yang akan menjadi tragedi buat

kelangsungan hidup bagus.


Jenazah ibu Siti pun di bawa ke tempat tingganya untuk di urus supaya bisa

di kebumikan layaknya orang islam. Mentari mulai menyembunyikan sinarnya dari

tatapan gunung-gunung yang bertasbih. Baguspun pulang dengan raut muka bingung

dan tampak panik. Ia bertanya-tanya banyak terjejer rapi kursi di pelataran

rumahnya yang terbungkus orang mengenakan baju serba hitam duduk di atasnya. Ia

berlari masuk rumah dan terkaget melihat sesosok mayat terbujur kaku di dalam
rumahnya. Ia melihat di samping jenazah tersebut ada ayahnya yang tak henti

hentinya menitihkan air matanya.


Ia bertanya kepada sang ayah
Bagus : Itu siapa yah dengan terbata bata
Ayah Bagus : Itu ibumu nak dengan muka lesu. Ibumu terserempet bus

siang
tadi.
Baguspun terkejut dan berteriak histeris. Ternyata orang yang tadinya ingin

ia lihat sebelum Hendra mengajaknya maen adalah ibunya. Bagus tak henti-hentinya

menagisi kepergian ibunya yang begitu cepat. Sang ayah mendekap erat tubuh bagus

sembari membisikan kata manis lewat mulut bijaknya agar Bagus harus menerima

keadaan bahwa Ibunya telah tiada.


Sejak peristiwa itu kehidupan Bagus mendadak berubah 180 derajat. Ia

menjadi anak yang tak terkendali dan ngerinya lagi ia juga seorang ketua geng

badung di lingkup sekolahnya. Rokok dan alkoholpun mulai jadi teman dekatnya.

Rambut cepak dan daun telinga yang penuh lubang giwang meskipun tak terlihat dari

jauh menambah kebrutalan Bagus.


Ia sudah tak memperdulikan omongan tetangga yang menggunjingnya. Ia

anggap hanya angin sepoi berlalu.


Setiap pagi ia selalu dijemput Hendra kawan satu gengnya. Dengan suara

menggeber-geber di pelataran rumah bagus, ia menunggu ketua gengnya tersebut.


Bagus : Oee brai, sudah siap nih gua
Hendra : Yok cabut brai !
Bagus : Gasssbrai !!!

Beberapa menit berlalu, kuda besi dengan warna merah menyala milik Hendra

terparkir di tempat parkir sekolah. Keduanya berjalan dengan tegapnya masuk ke

sekolah seraya itu wilayah kekuasaannya. Salah satu guru yang sudah lama menandai

Bagus dan kawan-kawannya sebagai siswa yang badungpun tak mau ambil pusing.
Bersama satu gengnya Hendra, Juno, Bastian ia di panggil ke ruang BP untuk

di beri pengarahan dan surat panggilan dari orang tua. Tetapi itu tidak mempan.

Selepas di tinggalkan sang ibu ia jadi anak yang suka membangkang kepada ayahnya,

apalagi ia juga sesekali ketika ayahnya marah terhadapnya malah ia tantang untuk

berkelahi. Apalagi hanya seorang guru pikirnya.


Setelah selesai dengan ceramahnya di dalam ruang BP tadi, ia keluar dengan

membawa surat panggilan orang tua sembari tertawa. Surat panggilan tersebut di

kumpulkan jadi satu ke Bagus dan tak ambil pusing ia merobeknya di atas tempat

sampah depan kantor BP.


Bagus : Hahaha gua puas banget bari ngliat orang-orang dewasa
dengan lagaknya yang munafik menasehati kita
Anggota geng : Bener banget brai !! (tertawa lepas)
Hendra anak orang kaya yang memiliki segalanya, Bastian sosok anak yang

bandel dan sangat badung sekali di sekolah, Juno anak yang pandai dalam pelajaran

sekolah tetapi ia jadi terlena oleh kepandaiannya, banyak anak di kelas iri dengannya

karena hanya dengan melihat sekilas buku saja ia sudah bisa mengerjakan soal yang

ada. Mereka tergabung dalam 1 geng badung dengan Bagus sebagai ketuannya.
Suatu hari Juno terduduk di sebrang sekolah dengan mulut terisi asap rokok

bersama anggota geng lainnya. Pandangan mata Juno teralihkan oleh sosok kaum

hawa yang lewat di depannya. Dengan rambut terurai, bibir manis yang seraya

menebar pesonanya memasuki sekolah. Juno terpedaya dibuatnya.


Bagus : Kenapa lu brai ? kaya kesambet setan aje lu (tertawa ria).
Juno : Gpp brai (dengan santainya)
Wanita yang lewat barusan siapa brai. Kok gua ga pernah liat.
Bagus : Oh itu tadi Alvi brai. Anak sebrang kelas kita. Jangan-jangan lu
ciaaa ciaaa ciaaa (menggoda Juno)
Juno : Ah lu brai haha. Yok kekelas brai.
Dengan sabar dan gigihnya Juno mendekati Alvi selama kurang lebih 2 bulan

lamanya. Sekarang ia menjadi teman dekat Alvi. Lama kelamaan Juno tak bisa

menahan luapan badai asmara yang tergebu-gebu di dalam dadanya. Suatu pagi ia
memberanikan diri layaknya seorang pria sejati yang mengungkapkan rasa yang

selama ini ia pendam. ia meminta bantuan kawan satu gengnya untuk menolongnya

ketika ia ungkapkan isi hatinya ke Alvi. Bunyi lonceng pun berdenting. Semua siswa

segera menuju kantin untuk sekedar mengisi perut mereka.


Juno : Alvi, aku ingin bicara serius sama kamu. Tapi kamu ikut aku yah
(raut muka yang tegang)
Alvi : Ia Jun
Juno gandeng tangan Alvi menuju tempat parker sekolah. Alvi bengong

melihat tumpukan helm berbentuk hati dengan beberapa motor di susun bertuliskan

I LOVE YOU ALVI


Juno berlutut dihadapan Alvi dan mengungkapkan isi hatinya. Ia pandang

kedua mata Alvi dengan bibir yang gemetar di setiap ucapannya. Tak butuh waktu

lama moment spesial itu terjadi sebab Alvi sendiripun juga memiliki rasa yang sama

terhadap Juno. Endingnya mereka bersatu dalam ikatan tali cinta yang suci.
Tiap-tiap hari Alvi selalu ikut dengan Juno beserta anggota gengnya. Alvi

yang mulanya anak yang feminim, rajin, sopan menjadi ikut badung sebab

pergaulannya lebih banyak dengan kaum adam tepatnya Juno dan kawan-kawannya.
Terik mentari mulai menyengat dengan kejamnya. Kala itu Bagus sedang

berjudi kartu bersama Hendra dan anak sekolah sebelah. Dalam gubug reot yang

sudah terkenal tajinya sebagai kawasan geng badung antar sekolah, tiba-tiba datang

Alvi sendiri tanpa Juno menghampiri Bagus dan Hendra. Bagus berpikiran bagaimana

mungkin ia berani datang kesini seorang diri, sedangkan gubug ini terkenal angker

untuk anak wanita. Apalagi lewat, bahkan semua wanita di lingkup sekolah tersebut

enggan untuk dekat dengan gubug tersebut sebab banyak terdapat berandalan dari

berbagai macam sekolah.


Semua mata di situ tertuju pada Alvi. Sebab wajah orientalnya banyak

memukau kaum adam yang ada di situ. Bagus dan Hendra tau bahwa tak akan aman

jika pacar Juno it uterus berdiri di situ.


Bagus : Sini vi. Duduk di sebelahku bersama Hendra
Alvi : Bergegas duduk tanpa ada sepatah kata yang diucapnya.
Waktu terus berjalan. Uang harampun mulai menumpuk tinggi menjulang ke

atas. Anggota geng sekolah sebelah mulai kesal karena uang nya mulai terkeruk

habis oleh Bagus dan Hendra.


Anak sekolah sebelah : Bagaimana kalau taruhan ini nilainya kita tingkatkan!
berani gak kalian !
Bagus : hahaha.
Dengan apa. Bukannya uang lu pada rontok semua
(tertawa sinis)
Anak sekolah sebelah : Bagaimana jika wanita itu kami jadikan teman

kencan
dalam 1 hari saja jika lu kalah dan jika lu menang lu
dapet 1 juta dari kita-kita. Gimana? Buktiin jiwa

laki lu brai (memaksa)


Hendra : Bagaimana ini Gus. Terima ga tantangannya

(berbisik
ke Bagus)
Bagus : Terima aja Hen. (Pikir bagus paling hanya diajak
jalan-jalan saja).
Hendra : Lu yakin Gus
Bagus : Iya Hen yang tenang biar gua adepin.
Oke kami terima tantangan dari lu semua (merasa

percaya diri lebih).


Anak sekolah sebelah : Oke brai wolessss..
Perjudian kotor pun mulai berjalan. Bagus dan Hendra kaget ketika ia kalah

dan harus menyerakan Alvi pacar Juno kepada anggota geng sekolah sebelah untuk

di ajak kencan.
Bagus : Ok kami akuin kami kalah, tapi ingat kata kataku
kalian jangan pernah sedikitpun menyentuh teman
wanitaku ini atau kalian akan berhadapan dengan

kami.
Anak sekolah sebelah : Santai boss(tertawa lepas).
Tak kana da apa-apa dengan dia.
Lantunan nada surga dari arah surau berdendang. Langitpun menunjukan

pesona dengan warna jingganya. Semua orang di tempat tersebut lantas menuju

gubugnya masing-masing.
Begitu juga dengan Alvi. Rintihan isak tangis terdengar dari bibir mungilnya.

Ia berjalan dengan kaki terseok-seok sebab kecemasannya di hari esok. Bagus dan

Hendra yang melihatnya merasa bersalah dan berusaha menenangkannya dengan

berkata Tenang vi, tak akan terjadi apa-apa besok (dengan lembutnya).
Keesokan hari ketika Bagus, Hendra, Bastian berada di dalam kelas, Juno

berjalan dengan raut muka yang begitu berbeda dari biasannya dan tangannya

mengepal menghampiri Bagus.


Brakkkk !!!
Juno menendang meja tempat Bagus dan kawan se-geng nya berkumpul.

Kepalan tangan Junopun mengayun kearah Bagus dan Hendra.


Juno : Hoeee !! bangs** lo. Temen macam apa lo ! (suasana

tegang)
Bastian : Woee kenapa lo Jun !
Juno : Tak ada urusannya dengan lu Bas ! gua Cuma butuh
penjelasan dari Bagus dan Hendra. Tega-tegannya pacar

gua di jadiin bahan taruhan dengan anak sekolah sebelah.

Anj**g lo pada !
Hendra : Sori-sori Jun bukan maksut kita begitu. Kemarin kita

sudah
di atas angin dalam berjudi. Tak di sangka mereka malah

balik yang menang. Sori Jun..


Bagus : Ia Jun kita terlalu percaya diri kemarin. Sori. Kita akan
lakuin apa aja supaya pacar lu ga jadi sama mereka.
Di tengah-tengah suasana yang sedang memanas Bastian memberi saran
Bastian : Gi mana kalau kita beri uang tebusan sebagai ganti Alvi

brai.
Jika mereka menolak niat baik kita, ntar siang kita beradu

jotos saja dengan mereka. Lumayan tangan gua udah lama


kaga ngrasain muka orang. Dengan begitu selesai urusan

kita.
Bagus & Hendra : Oke gua setuju ! Ide bagus.
Juno : Oke. Tapi awas sampe lo kalah Gus, Hen, gua bikin lu
mamp*s pada !
Bagus & Hendra : Tenang aja brai kita bakal menang. Gua taruhin nyawa gua
buat persahabatan kita brai (nada meyakinkan).
Juno : Oke brai memang lo pada orang yang bertanggung jawab !
Sekarang kita ke kantin dulu isi tenaga buat ntar siang.
Terik sang surya mulai keluar dengan gagahnya. Kedua geng bertemu di gubug

reot tempat mereka kemarin berjudi.


Anak sekolah sebelah : Woe bosss.. Mana si wanita kemarin. Kok ga sama
kalian ? jangan bilang taruhan kita batal ! (muka

tegang)
Bagus : Sori bosss bukannya kami ingkar janji. Tapi

taruhan
kemarin kami akan ganti dengan uang 1 juta di

dalam tas ini sebagai gantinya.


Bruuugggh.. Tas dilempar ke depan anak sekolah sebelah berdiri.
Anak sekolah sebelah : (berbisik berdiskusi dengan anggotanya)
Tas tersebut langsung di tendang dengan kencangnya. Untung uang

didalamnya tidak berserakan kemana-mana karena resleting yang tertutup rapat.


Anak sekolah sebelah : Kami tidak butuh, kami hanya butuh wanita kemarin!
Bagus : Sori kalau itu kita ga bisa serahin. Mau ngambil
wanita kemarin langkahi dulu mayat kami !
Bentrokanpun tak bisa terelakan. Kedua geng tersebut beradu jotos satu

sama lain. Bnyak anggota dari masing masing geng terluka dan kedua sekolah

tersebut mendapat imbasnya dengan pecahnya kaca-kaca jendela.


Suara sirinepun berbunyi. Semua anak disitu lari tunggang langgang

meninggalkan lokasi kejadian. Hendra ,Bastian, Juno dan anggota sekolah yang juga

ikut tawuran itu berhasil lolos dari Polisi yang datang. Tapi tidak dengan ketua geng

mereka Bagus. Ia dibawa ke kantor Polisi untuk dimintai keterangan.


Hendra dan kawan kawanpun merasa cemas atas keaadan bagus yang

tertangkap polisi. Pikirnya ia akan di masukan ke sel.


Jantung Baguspun berderap kencang dalam sebidang ruangan penuh dengan

orang berseragam coklat di sekitarnya.


Petugas polisi : Nama kamu siapa. Umur kamu berapa ?
Bagus : Saya Irwan pak. (menyamarkan namanya).
Umur saya 16 tahun pak.
Petugas polisi : Coba saya lihat kartu identitasmu
Bagus : Saya ga punya pak. Saya hanya sekedar lewat dan
saya kaget ada tawuran di situ. Sayapun terkena

pukulan di kira saya anggota yang sedang tawuran

itu pak.
Petugas polisi : Terus rumah kamu di mana ?
Bagus : Saya ga punya rumah dang a punya siapa-siapa pak
(dengan muka melasnya)
Petugas polisi : Terus tujuan kamu tadi mau ke mana?
Bagus : Mau cari uang pak jadi kuli panggul di pasar (kali ini
sembari ia menangis).
Petugas polisi merasa kasihan dan ia juga belum cukup umur untuk di sel. Ia

juga berpikiran bukti juga tidak ada.


Petugas polisi : Ya udah kamu bapak lepaskan. Kamu boleh keluar
lewat pintu itu.
Bagus : Terima kasih pak (dengan muka melasnya)
Bagus segera meninggalkan tempat yang membuat jantungnya berdebar

kencang. Ia merasa senang sebab telah berhasil menipu orang dewasa.

Iblispun menari dengan riang gembiranya. Ia berhasil membuat 1 keluarga

tercerai berai.
Dengan wajah yang membiru dan cucuran darah dari bibirnya, Bagus

terlantung-lantung di tengah sunyinya malam. Ia terduduk di pinggir jalan sembari

meringkukan badannya dengan gigi yang terus berdecit. Sesosok pria tua dari

kejauhan mendekat mengayunkan pedal becak menghampirinya.


Ia tertunduk malu ketika sesosok pria tersebut adalah orang yang kenal

dekat ayahnya dan sering mengantarkan nya ke sekolah di waktu ia masih belum

beranjak dari dewasa. Beliau turun dari becaknya


Tukang becak : Nak Bagus ? itukah engkau ?
Bagus : Iya pak (tertunduk malu)
Tukang becak : Kenapa masih disini nak ?
Kok belum pulang nak. Sudah larut malam loh.
Bagus : Saya masih ingin disini dulu pak.
Tukang becak : Bapakmu pasti akan kawatir kalau kamu belum

pulang
di tengah malam seperti ini nak. Bapak juga baru

pulang mencari rezki untuk anak bapak nak.

Seorang bapak pasti tak akan mau melihat anaknya

seperti ini nak Bagus. Pasti bapakmu sedang

menunggu-nunggumu pulang nak. Ayo saya antarkan

pulang ke rumahmu. (dengan ramahnya)


Bagus terenyuh mendengar perkataan bapak tua tadi. Selama ini ia belum

pernah dinasehati dengan lembutnya. Ia merasa bersalah karena telah menyia

nyiakan hidupnya untuk kebahagiaan dunia. Ia teringat bapaknya yang ada di rumah
Mulai dari hari itu ia berubah menjadi pribadi yang sangat menghormati orang

tuanya dan bersikap lebih baik lagi. Karena sikapnya yang berubah ia mulai dijauhi

teman se geng nya. Tapi ia tetap mengaggap mereka seperti keluarganya sendiri

karena telah melewati masa masa sulit dengan mereka.


2 minggu berlalu dari peristiwa kericuhan antar anggota geng, anak sebelah

tidak terima karena temanya mengalami patah tulang akibat tawuran itu. Dengan

mengumpulkan anggota baik dari dalam geng maupun dari luar, anak sekolah sebelah

berencana untuk mencegat Bagus dan kawan kawannya sepulang sekolah.


Bel pulang sekolahpun berbunyi. Hendra, Bastian, Juno pun pulang bersama

sama tapi tidak dengan Bagus. Ia masih terduduk di masjid sekolahnya sembari
menadahkan tangan berdoa kepada sang pencipta untuk mengampuni dosa yang telah

ia perbuat selama ini dan untuk kebaikan orang tuanya.


Dari kejauhan terdengar suara yang sangat ramai saat bagus masih terduduk

di dalam masjid sekolahnya. Hendra, Bastian, Juno di keroyok 10 orang anak sekolah

sebelah dengan beberapa membawa balok kayu dan batu bata. Hendra dan kawan

kawan tak kuasa menahan rasa sakit yang amat dalam karena di keroyok anak

sekolah sebelah. Bagus yang keluar dari sekolah melihat hal itu dan langsung

bergegas untuk membantu mantan anggota gengnya tersebut. Ia seorang diri

melawan 5 orang dan seperti mendapat tambahan tenaga extra Hendra, Bastian,

Juno bangkit kembali untuk memberi pelajaran ke 5 orang tersisa.


Tak terduga 10 orang tersebut kewalahan hanya dengan 4 orang. Mereka

semua mendapatkan luka memar di sekujur tubuhnya tak terkecuali Bagus dan

kawan kawannya. 10 orang tersebut masih tergeletak lemas di bara aspal yang

sedang terik. Bagus dan ke-3 kawannya segera meninggalkan tempat tersebut

dengan tergopoh-gopoh. Belum jauh 50 meter salah satu anak sebelah yang sudah

tumbang berlari kearah Hendra dengan memegang sebongkah batu besar seukuram

bola sepak untuk di hantamkannya ke Hendra. Bagus yang menyadari hal itu

mendorong kawan-kawanya hingga jatuh diparit. Ia mengerahkan tenaganya untuk

menendang tangan anggota lawan yang membawa batu tersebut.


Perkelahian antar keduanya terjadi kembali. Kawan-kawan bagus yang sudah

tak berdaya hanya bisa melihat Bagus berkelahi 1 lawan 1. Lawan Bagus melihat Bus

yang sedang akan lewat di belakang Bagus dan mendorongnya ke jalan.


Citcitttt..citttt ..
Ban Bus mengosek meninggalkan bekas lukisan hitam di aspal jalan, sebab

tengah melaju kencang sang sopir terkaget adanya orang di depan Busnya. Dengan

refleknya ia injak rem secara mendadak.


Brakkkkkkk !!!!! Kejadian tragispun terulang kembali.
Tak disangka tempat kejadian itu persis sama dengan peristiwa kecelakaan

Ibu Siti. Baguspun terpelanting dengan kepalnya menyentuh aspal jalan terlebih

dahulu. Pendarahan hebatpun mulai keluar dari kepala Bagus. Ke semua anggota geng

anak sekolah sebelahpun lari tunggang langgang meninggalkan tempat kejadian.


Hendra yang mulanya menjadi sasaranya merasa bersalah dan dengan

kerasnya ia menangis sembari menyebut nama Bagus yang sudah lemas tergeletak di

dekapan Hendra. Juno dan bastian pun segera meminta pertolongan kepada warga

sekitar. Bagus di larikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan.


Bagus telah tertidur di ruang rawat selama 5 hari tak sadarkan diri. Ayah

Bagus beserta Hendra, Bastian, Juno dan Alvi selama 5 hari itu selalu ada di

samping Bagus dengan harap-harap cemas.


Setitik cahaya dari pelupuk mata Bagus, di kejauhan muncul seseorang yang

sangat bersinar hingga menyilaukan penglihatannya. Sesosok pria tersebut memakai

baju putih dan tersenyum kepada Bagus sembari berpesan kepadannya.


Saya beri kesempatan kamu untuk bangun dan meminta maaf kepada ayahmu

(dengan nyaringnya).
Bagus pun mulai sadar dan dengan terbata-bata bata mengucap maaf kepada

ayahnya karena selama ini telah mnyusahkannya. Ke-4 kawannya tak sanggup

menahan luapan air mata mereka yang keluar deras melihat keadaan bagus dengan

kepala yang tertutup rapat perban. Bagus juga berpesan kepada ke 4 kawannya

tersebut dengan hanya 3 untaian kalimat


Be..berubahlahhhh brai, beeerubahhhhhh(terbata-bata sebab menahan

sakit).
Tak lama berselang ia sadar, tiba tiba seluruh tubuhnya serasa tak bisa

digerakkan, nafasnya tak beraturan, di keningnya terasa sakit yang begitu luar

biasa. Suasana di dalam ruangan tersebut menjadi semakin mencekam. Ayahnya

melafalkan 2 kalimat syahadat dan ke-4 kawannya menirukan Ayah Bagus. Bagus

mengucap lafadz tersebut dengan terbata-bata selama 3 x sebelum ia


menghembuskan nafas terakirnya. Sekali lagi Bagus tertidur untuk waktu yang

cukup lama dengan senyuman dari bibir nya yang membiru.


Bagus telah kembali ke-sisi Sang Penciptanya. Roda waktupun berputar

mengikuti porosnya.
Dengan peristiwa tersebut, untuk menghormatinya yang sudah tiada ke-4

kawan Bagus yang dulunya tergabung dalam geng badung, sekarang menjadi pribadi

yang lebih baik dan berprestasi di sekolah. Hendra yang berasal dari orang kaya,

sekarang menjadi pribadi yang lebih rajin untuk bersodakoh dan mengabdikan diri

untuk panti asuhan di komplek tempat tinggalnnya. Juno yang memang pandai sejak

awal berhasil mendapatkan predikat Juara 1 Olimpiade Matematika Nasional Bastian

yang karakternya memang badung mendapatkan wadah untuk potensinnya dalam

Atlit Sepak Bola Nasional yang mewakili Timnas Indonesia di ajang Asians Cup yang

di selenggarakan di Thailand. Dan Alvi yang masih menjalin ikatan tali cinta dengan

Juno sampai sekarang, berubah menjadi bidadari yang sangat cantik dengan

menggunakan hijabnya dan meneruskan pendidikannya di Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai