Anda di halaman 1dari 23

Apriarti Purwaningsih.

doc

METODE KONTEKSTUAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN


PROSES DAN HASIL BELAJAR MENULIS CERPEN PADA SISWA KELAS IXC
SEMESTER 1 SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2014-2015
Oleh: Apriarti Purwaningsih
SMP Muhammadiyah 5, Surakarta
ABSTRAK
Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang cukup sulit yang tidak disukai siswa. Hal
ini terbukti ketika siswa menerima pembelajaran menulis atau mengarang para siswa
kebingungan untuk memulai menulis. Apabila sudah mulai menulis ditengah jalan akan
kehabisan kata-kata/ide. Hal ini didukung hasil penelitian kelas IX Csemester 1 SMP
Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun 2014-2015.Pelajaran yang menyatakan hasil ulangan
siswa menulis cerpen sangat rendah. Siswa belum bisa menulis cerita meskipun berupa
pengalaman pribadi.Hal ini ditujukan sekitar 81,25 % siswa belum mencapai batas tuntas
yaitu mempunyai nilai 75. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus kajian adalah Upaya
Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Metode Kontekstual Pada Siswa Kelas
IX C Semester 1 SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2014-2015.Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan hasil pembelajaran keterampilan menulis
dengan menggunakan metode kontekstual. Pengambilan data menggunakan teknik observasi,
wawancara, angket serta penilaian hasil ulangan harian. Prosedur penelitian ini terdiri dari 2
siklus. Tiap siklus yang terdiri dari kegiatan perencanaan, tindakan, observasi, refleksi dan
evaluasi.Hasil penelitian menunjukkan melalui metode kontekstual dapat meningkatkan
hasil keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas IX C Semester 1 SMP Muhammadiyah
5 Surakarta Tahun Pelajaran 2014-2015. Ini terbukti dari hasil ulangan awal sampai dengan
evaluasi siklus II mengalami peningkatan dari 30 siswa yang tuntas semula hanya
....siswa.atau sekitar.... % .menjadi ... siswa atau sekitar... % .. Dengan metode kontekstual
ternyata dapat menciptakan pembelajaran yang mudah dipahami, pembelajaran aktif,
menyenangkan, inovatif serta menarik bagi siswa kelas IX C Semester 1 SMP
Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2014-2015.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa sebagian besar siswa SMP
Muhammadiyah 5 Surakarta terutama kelas IX C semester 1 tahun pelajaran 2014-2015
tingkat kemampuan menulisnya sangat rendah. Hal ini ditunjukkan apabila dalam
pembelajaran menulis pada siswa lama sekali untuk mencari judul maupun mengawali
sebuah karangan. Hal ini disebabkan karena pembelajaran kemampuan menulis hanya
mengacu pada model ceramah yaitu siswa langsung diberi tugas untuk mengarang dengan
judul atau tema yang tersedia. Sering dijumpai dalam pembelajaran menulis sudah ada
kerangka karangan, siswa tinggal mengembangkan sehingga siswa tidak berpikir secara
kreatif isi karangan atau cenderung hampir sama atau bahkan sama dengan temannya.
Apalagi sejak adanya ujian nasional sudah tidak ada lagi tes menulis atau mengarang
.Siswa hanya dihadapkan pada soal –soal tes pilihan ganda serta tes uraian,sehingga tidak
pernah ada latihan maupun kemauan menulis terutama menulis sebuah cerita.Para siswa
merasa tidak suka atau bahkan merasa bosan dengan kondisi seperti diatas, maka penulis
mencoba pembelajaran menulis dilakukan dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching
and Learning). Maka pendekatan untuk strategi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum
berbasis kompetensi. Dengan kondisi seperti diatas, maka pembelajaran menulis cerpen
dilakukan dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) yaitu suatu
pendekatan untuk mendukung strategi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum berbasis
kompetensi.
Konsep pembelajaran yang bersifat kontekstual memilih acuan pembelajaran yang
membantu guru dalam menghubungkan mata pelajaran
dengan situasi nyata dan mendominasi siswa dalam menghubungkan pengetahuan
serta menerapkan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.Siswa dapat berlatih
menyelesaikan tugas dengan senang hati dan tidak membe bani siswa. Pembelajaran di kelas
agar dapat berlangsung secara aktif, kreatif dan inovatif, efekif serta menyenangkan maka
proses pembelajaran yang dilakukan berdasarkan kegembiraan siswa. Penulis melakukan
percobaan di kelas berdasarkan pengalaman siswa yang pernah dialami. Pembelajaran yang
menyenangkan antara lain dapat dilakukan dengan metode Kontekstual akan memberikan
banyak manfaat antara lain :
Perumusan Masalah
Memperhatikan identifikasi masalah pada latar belakang di atas, selanjutnya dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.”Apakah melalui metode Kontekstual dapat meningkatkan proses belajar menulis
Cerpen pada siswa kelas IXC Semester 1 SMP Muhammadiyah 5 Surakarta tahun
pelajaran 2014-2015?”
2.”Apakah melalui metode Kontekstual dapat meningkatkan Hasil belajar menulis
Cerpen pada siswa kelas IXC Semester 1 SMP Muhammadiyah 5 Surakarta tahun
pelajaran 2014-2015?”
Subjek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan penulis adalah siswa kelas IXC
semester 1, SMP Muhammadiyah 5 Surakarta tahun pelajaran 2014-2015 yang
berjumlah.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Peningkatan hasil Keterampilan
Menulis Cerpen dengan Menerapkan Metode Kontekstual pada Siswa kelas IX C Semester
1 SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2014-2015.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa maupun guru
bahasa Indonesia dan bagi sekolah, antara lain :

1. Bagi Siswa

1. Menumbuhkan rasa cinta terhadap pembelajaran menulis


2. Melatih siswa untuk dapat menulis secara sistematis
3. Menumbuhkan keterampilan menulis cerpen

d.. Mampu mengungkapkan perasaan, pengalaman lewat menulis cerpen


e. Mampu melatih imajinasi siswa.

2. Bagi Guru

1. Mengetahui strategi pembelajaran yang tepat untuk materi menulis


2. Diperoleh strategi pembelajaran yang tepat untuk materi menulis
3. Memacu siswa untuk meraih prestasi lewat kegiatan menulis cerpen

3. Bagi Sekolah
1. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis
2. Memotivasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran menulis
3. Tumbuhnya pembelajaran siswa yang aktif disekolah

LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Menulis
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia ada empat keterampilan berbahasa yaitu
menyimak, membaca, berbicara dan menulis yang berhubungan erat, tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif. Dalam kegiatan menulis seorang penulis haruslah terampil memanfaatkan struktur
bahasa,kosa kata,mengungkapkan kalimat,merangkai kata-kata sehingga menarik. Pada
dasarnya menulis sama dengan berbicara hanya dibuktikan di atas kertas (
Naning,2007).Menulis merupakan satu kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia yang paling
sulit, karena sebelum menulis seseorang harus rajin membaca berbagai buku baik cerita, surat
kabar secara teratur
Keterampilan menulis tidak akan datang dengan sendirinya namun memerlukan
latihan dan praktik secara teratur, berulang kali belajar menulis,membaca lagi,menulis
lagi.Hal ini tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama. Secara garis besar konsep
pembelajaran menulis adalah sebagai berikut : a)Kemampuan menulis itu pada hakikatnya
merupakan hasil dari sebuah respon. b) Kemampuan menulis itu pada hakikatnya
kemampuan untuk mengorganisasikan pikiran.c) Kemampuan menulis secara hakiki
merupakan kemampuan menggunakan diksi dan struktur kalimat. d)Kemampuan menulis itu
merupakan respon dari sebuah stimulus (Adidarmojo 2001) .
2.Prinsip Pembelajaran Menulis
Pembelajaran menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat dipisahkan dari
pembelajaran bahasa. Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran keterampilan
menggunakan bahasa Indonesia dalam bentuk tertulis.Keterampilan menulis hasil
keterampilan mendengar, berbicara, dan membaca (Parera ,1996 : 26) memaparkan bahwa
prinsip pembelajaran menulis sebagai berikut :

1. Menulis tidak dapat dipisahkan dari membaca. Pada jenjang pendidikan dasar
pembelajaran menulis dan membaca terjadi secara serentak.
2. Pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan berpikir bahasa.
3. Pembelajaran menulis adalah pembelajaran masa tulis atau ejaan dan tanda baca.
4. Pembelajaran menulis berlangsung secara berjenjang, dimulai dari menyalin sampai
dengan menulis karya ilmiah.

Siswa mampu menulis pengalaman pribadi. Pengalaman tersebut ditulis dengan


bahasa yang ekspresif dan kreatif. Pengalaman dapat ditulis dalam bentuk narasi atau cerpen.
Tujuan pembelajaran ini agar siswa mampu menuangkan pengalaman dan gagasan, mampu
mengungkapkan perasaan secara tertulis dengan jelas serta mampu pula menuliskan
informasi sesuai dengan pokok bahasa ( konteks ) dan keadaan atau situasi. ( Susilawati
, 2005 : 33).
3. Menumbuhkan Keterampilan Menulis
Dalam kenyataan sering dijumpai di lapangan yaitu permasalahan yang mendasar
yang dialami siswa adalah siswa tidak bisa menulis. Karena pada suatu saat akan kehabisan
kata-kata dan daya khayal. Selama ini kalau siswa menulis/mengarang maka sudah ada
kerangka karangan tinggal mengembangkan. Namun kenyataan dalam tes bahasa Indonesia
sudah tidak ada lagi mengarang hanya soal pilihan ganda dan uraian. Sehingga siswa tidak
didorong secara kreatif namun pasif.
Banyak siswa yang tidak mau mencoba untuk menulis cerpen karena rasa takut kalau
salah dalam menggunakan kalimat. Kalaupun siswa disuruh membuat karangan, siswa hanya
menulis beberapa kalimat saja idenya sudah habis. Selain itu siswa malas untuk mencoba
menulis apalagi menulis sebuah cerita pendek. Rasa takut ini disebabkan beberapa hal antara
lain : kurangnya pengetahuan tentang suatu tulisan, perbendaharaan kata yang terbatas serta
dalam merangkai kalimat mengalami kesulitan bahkan menemui jalan buntu. Kasus ini
dialami oleh sebagian besar siswa kelas IXC Semester 1 SMP Muhammadiyah 5 Surakarta
Tahun Pelajaran 2014-2015.
Penulis mencoba dengan suatu cara agar para siswa dapat menulis sebuah cerpen. Ide
cerita dapat muncul apabila kita melihat dunia luar, yang ada disekitar kita, tukang becak,
penjual makanan, pengamen dan sebagainya merupakan sumber inspirasi. Semakin banyak
pergaulan di luar semakin banyak ide yang didapatkan ( Naning Pranoto,2006).Ide yang
muncul tidak terus diterapkan tetapi harus diolah yang matang. Sebab ide diperoleh
bersumber dari kenyataan/fakta, sedangkan cerpen itu bersifat khayal atau imajinatif.
Hendaknya penulis mampu mengolah fakta dengan cara melakukan kebohongan dalam arti
positif yaitu berkhayal. Untuk memperoleh cerpen yang memadai hendaknya memperoleh
fakta dulu kemudian baru menulisnya dalam bentuk fiksi. Fakta dapat bersumber dari diri
sendiri, pengalaman hidup atau pengalaman hidup orang lain. Untuk membuat cerpen yang
paling mudah adalah pengalaman yang bersumber dari diri sendiri, kemudian dikembangkan
disertai imajinasi.
Sebelum menulis cerita bisa dilakukan dengan membaca dulu beberapa cerita pendek.
Selanjutnya menentukan dahulu beberapa unsur cerpen antara lain : tema, tokoh,
karakteristik, setting, alur, sudut pandang, dan konflik. Kemudian membuat daftar
pertanyaan 5W + 1H yang harus dijawab.

1. Who : siapa saja pelaku atau tokoh-tokohnya?


2. What : Konflik apa saja yang disajikan agar cerita menarik?
3. When : Kapan berlangsungnya cerita itu?
4. Why : Mengapa/apa motivasi para pelakunya berbuat demikian?

5. Where : dimana cerita itu terjadi


6. How : Bagaimana meresolusi konflik yang ada.
Untuk mengawali sebuah cerpen siswa diajak untuk mengingat kembali kembali
masa lampau/ baru saja yang sudah terjadi mengenai pengalaman pribadi yang paling
berkesan, kemudian ditulis dalam beberapa paragraf.Siswa menjadi tokoh dalam
cerita,sehingga didalam mengekspreskan ide lebih mudah.
4. Cerita Pendek
Cerpen adalah cerita yang mengisahkan sebagian kehidupan seseorang dan pelakunya
tidak mengalami perubahan nasib.( Bahasa Seribu Pena,2006) Unsur-unsur yang ada dalam
cerpen adalah tema, latar, alur, tokoh, karakteristik, konflik dan sudut pandang. Menulis
cerpen memerlukan proses kreatif. Proses ini merupakan rangkaian kegiatan yaitu
menciptakan sebuah karya berupa cerita pendek kebenarannya dapat dibaca dan
meninggalkan kesan. Cerpen bukan dongeng / hayalan dari legenda melainkan hanya kreratif
yang penuh dinamika untuk berbicara banyak kepada pembaca ( Naning ,2007).Faktor yang
paling dominan dapat diperoleh siapa saja yang bersumber dari diri sendiri, pengalaman
hidup. Untuk mendapatkan ide cemerlang sebaiknya sebelumnya menulis cerpen membaca
dahulu karya-karya sastra yang berbobot sebagai pencerahan pikiran. Kemudian
memetakkan ide yang akan ditulis berdasarkan pengamatan dan penghayatan.
Adapun unsur-unsur intrinsik cerpen antara lain:
a.Tema :pikiran utama atau gagasan pokok yang mendasari cerita .
Tema fiksi termasuk cerpen umumnya di klasifikasikan menjadi tema
jasmaniah , tema moral ,tema sosial dan tema ketuhanan.
b.Latar .
Suatu karya fiksi seperti cerpen harus terjadi pada suatu tempat
dan suatu waktu .Hal ini sesuai dengan kehidupan yang
berlangsung dalam ruang dan waktu.Unsur fiksi yang menunjukkan
kepada
pembaca di mana . kapan dan dalam konteks bagaimana kejadi
an-kejadian dalam cerita itu .

1. Penokohan dan Perwatakan atau Karakteristik

1)Jenis-jenis Tokoh
Klasifikasi tokoh ada bermacam-macam, berdasarkan peranan tokoh tersebut dalam
cerita yaitu tokoh utama dan tokoh pembantu. Berdasarkan perkembangan konflik cerita
terdapat tokoh protagonis dan antagonis.Tokoh protagonis merupakan tokoh yang
memperjuangkan kebenaran dan kejujuran tetapi tokoh antagonis justru melawan kejujuran
dan kebenaran.
2)Cara memperkenalkan tokoh dan perwatakan
a)Analitik yaitu pengarang langsung memaparkan watak atau karakter tokoh dan pengarang
menyebutkan watak tersebut keras hati,keras kepala. Penyayang dsb.
b).Dramatik yaitu pengarang memaparkan watak atau karakter tokoh dengan tidak langsung
tetapi disampaikan melalui cara berikut:
1)Pilihan nama tokoh ( misalnya nama Sariman untuk
pembantu, Mince untuk gadis yang agak genit,Bonar untuk
nama yang agak garang atau gesit.
2) Melalui penggambaran fisik atu postur tubuh , cara
berpakaian , tingkah laku terhadao tokoh-tokoh lain dan
lingkungannya.
3)Melalui dialog watak tokoh dan cara berpikirnya dapat
diamati melalui ucapannya.
3)Alur /Plot : rangkaian peristiwa yang membentuk cerita.
Ada 3 jenis alur:
a)Alur maju/progresif cerita yang dimulai dari seka-
berjalan ke depan.
b)Alur mundur /regresif suatu cerita yang dimulai
sekarang berjalan ke masa lalu( berjalan mundur/ke
belakang)
c) Alur gabungan/campuran ; suatu certia yang ditulis
merupakan gabungan antara alur maju dan alur
mundur.
4)Sudut pandang : kedudukan pengarang dalam bercerita.
Sudut pandang ada2:

1. Sudut pandang orang pertama : apabila dalam cerita


menggunakan tokoh aku/saya.
2. Sudut pandang orang ketiga : apabila dalam cerita
menggunakan nama orang atau ia/dia.
Cerpen yang berbobot harus dimulai dari fakta yang disajikan dengan media bahasa
yang memadai. Untuk mendapatkan kemampuan harus banyak membaca karya sastra.
Catatan buku harian dapat diubah menjadi cerpen. Cerpen yang menarik disajikan konflik.
Cerita tanpa konflik tidak akan menarik. Konflik adalah pergolakan jiwa pelaku. Konflik
berhubungan erat dengan peristiwa yang disajikan merupakan dampak dari tingkah para
pelaku. Konflik akan terasa hidup apabila dituliskan dengan kata-kata yang kuat yaitu dengan
kata yang mampu memiliki suatu perbedaan yang akan mengandung perbedaan, argumen
pertengkaran. Untuk menciptakan konflik hendaknya berpijak pada peristiwa secara rasional
agar masuk logika. Konflik merupakan bumbu cerita yang akan menciptakan ketegangan.
a. Konflik Internal : konflik yang ada dalam diri sendiri, konflik ide, konflik
batin.
b. Konflik Eksternal : adalah konflik yang timbul karena terjadinya
pertengkaran dengan pihak lain diluar dirinya, fisik, aturan lain tidak cocok dengan
lingkungannya, perkelahian adu jotos dsb.
5.Amanat
Amanat merupakan pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca.
Suatu cerita tentu ada amanat yang diinginkan penulis.Dalam cerita amanat ada yang ditulis
secara jelas,sehingga pembaca tidak usah mencari pesan yang disampaikan penulis, tetapi
sudah tertulis secara jelas.
Ada kalanya dalam cerita , amanat tidak ditulis secara jelas oleh pengarang , tetapi
pembaca harus berusaha mencari sendiri berdasarkan isi cerita maupun penerapan dialog.
Hal ini merupakan cara yang tersirat yaitu tidak ditulis secara jelas tetapi ada dalam cerita
dan pembaca harus mencari sendiri.
6.Nilai Budaya
Nilai budaya adalah sesuatu yang bermakna dalam hidup seseorang. Nilai dalam sastra
sifatnya samar-samar/tersirat/implikasi (Bahasa Indonesia Seribu Pena, 2008:58). Untuk
dapat menentukan nilai sastra kita harus membaca secara keseluruhan dan menganalisis
secara cermat dengan menghubungkan perilaku tokoh dan setting cerita dengan kenyataan
kehidupan sehari-hari.Dalam setiap karya sastra termasuk cerpen mengandung beberapa nilai
yang dapat diteladani atau dipetik hikmahnya. Adapun nilai-nilai tersebut antara lain:
1)Nilai Religius atau keagamaan yaitu nilai yang berkenaan dengan
agama, agama, ibadah,berhubungan dengan Tuhan.
2)Nilai moral : nilai yang berkenaan dengan akhlaq mulia,pengorbanan,
Rasa ihklas.
3).Nilai kemanusiaan atau sosial : yaitu nilai berkenaan dengan masyarakat. 4)
Nilai Etika atau susila atau norma yaitu nilai yang berkenaan dengan
budi bahasa,sopan santun.
5)Nilai estetika atau keindahan yaitu nilai yang berkenaan dengan seni
dan keindahan bahasa Indonesia untuk SMP (Ratna Purwaningtyas,2008:6).
5. STRATEGI PEMBELAJARAN KOTEKSTUAL DALAM MENULIS CERITA
PENDEK
Srategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisian. Wina Sanjaya : 2008 ) .
Dengan Metode Kontekstual diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran
menulis cerpen sehingga siswa dapat benar-benar menulis cerpen berdasarkan
pengalaman pribadi yang mengesankan dengan tokoh utama siswa sendiri sebagai sudut
pandang orang pertama.
Dengan metode kontekstual siswa diarahkan pada hal-hal berikut:
a. Melatih berpikir fokus pada masalah yang dihadapi ( materi pembelajaran)
b. Mengembangkan kreativitas siswa untuk menemukan maupun memecahkan masalah
melalui latihan menulis.
c. Lebih aktif dalam pembelajaran,sehingga meningkatlkan hasil pembelajaran.
d. Menciptakan suasana yang menyenangkan dan kebersamaan sehingga tidak
mengalami kejenuhan dalam pembelajaran menulis.
Adapun rincian dan strategi metode kontekstual pada pembelajaran menulis cerita
pendek kali ini adalah sebagai berikut :
1). Membaca cerita pendek di perpustakaan
2).Menganalisis cerita pendek berdasarkan unsur-unsur intrinsiknya.
3).Menuliskan kembali cerita pendek yang sudah dianalisis dengan menggunakan
kalimat sendiri.
4).Siswa mengingat-ingat kembali pengalaman pribadi yang mengesankan
yang baru saja terjadi atau ketika duduk di bangku SMP.
5. Menentukan tema pengalaman pribadi yang mengesankan bersama
kelompok/teman sebangku.
6). Menentukan pokok-pokok pengalaman pribadi bersama kelompok.
7). Mengembangkan pokok-pokok pengalaman pribadi kedalam satu atau dua paragraf.
8). Menulis cerita pendek berdasarkan pengalaman pribadi .
9). Menambahkan unsur konflik maupun imajinasi dalam ceritanya.
10). Merevisi cerita pendek yang telah ditulis bersama kelompok
6.METODE KONTEKSTUAL
Pembelajaran CTL ( Contektual Teaching and Learning) adalah konsep belajar
yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa.Metode kontekstual juga mendorong siswa
membuat hubungan antar pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sendiri-sendiri.Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari
usaha siswa mengontruksikan sendiri pengetahuan dan kereampilan baru ketika ia belajar
(Nurhadi dalam Sugiyanto,2007:5).
Sedangkan menurut Johnson(2006:15) CTL adalah sebuah proses pendidikan
yang bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang
mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks
dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi,sosial dan
budaya .Untuk mencapai tujuan ini ,sistem tersebut memiliki komponen sebagai berikut:
a. membuat keterkaitan –keterkaitan yang bermakna
b. melakukan pekerjaan yang berarti
c. melakukan pembelajaran yang diatur sendiri
d. melakukan kerja sama
e. berpikir kritis dan kreatif untuk mencapai standar yang tinggi
f)menggunakan penilaian autentik
Penerapan CTL bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa
melalui peningkatan pemahaman mata pelajaran sesuai dengan konteks kehidupan siswa
sehari-hari dalam individu maupun sosial masyarakat.
Dengan pembelajaran CTL proses belajar mengajar akan lebih konkret,lebih
realistis, lebih aktual, menyenangkan serta lebih bermakna. Proses belajar mengajar
dengan CTL diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar( kualitas, kreativitas,
produktivitas , efektivitas dan efisian).
Pembelajaran CTL lebih menekankan pada kreativitas siswa tidak hanya
sebatas pada materi, namun terhadap penghayatan nilai-nilai kehidupan nyata di
masyarakat. Salah satu pembelajaran yang akan digunakan adalah
metode Kontekstual . Metode ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika
materi yang akan dipelajari diuji menjadi keterampilan ujian dan materi tersebut
tidak mengharuskan urutan penyampaian. Metode Kontekstual merupakan salah satu
pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi.Metode Kontekstusl juga merupakan
salah satu metode pembelajarn yang mudah dilaksanakan untuk semua jenjang
sekolah baik kelas kecil maupun kelas besar.
KERANGKA BERPIKIR
Menulis merupakan keterampilan yang memerlukan latihan serta banyak
membaca. Dalam merangkai kalimat juga membutuhkan keterampilan agar hasilnya
bagus.Pada dasarnya keterampilan menulis, membaca ,menyimak dan berbicara saling
berkaitan.Berdasarkan penelitian di kelas kondisi saat proses pembelajarn berlangsung di
kelas IXC Semester 1 SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2014-2015 (
sebelum menggunakan metode Kontekstual) tampak bahwa siswa cenderung tidak serius
tidak memperhatikan pembelajaran, banyak siswa yang berbicara sendiri saat mengerjakan
tugas, ada yang jalan-jalan.Kalau ada tugas terutama menulis banyak siswa yang tidak
mengumpulkan dengan alasan sulit tidak bisa dan sebagainya.Karena selama ini sudah tidak
ada lagi soal mengarang dalam tes bahasa Indonesia, yang ada hanya pilihan ganda serta
uraian. Oleh karena itu banyak siswa yang tidak terbiasa menulis merangkai kata-kata apalagi
menulis sebuah cerpen.
Kendala seperti ini yang menghambat pencapaian tujuan akhir pembelajaran yang
diharapkan guru. Dalam menghadapi hal tersebut penulis mencoba menggunakan metode
Kontekstual agar siswa dapat dengan mudah menulis terutama menulis cerita pendek dengan
menggunakan unsur-unsur yang lengkap sehingga menarik.Berkenaan dengan itu perlu
adanya suatu upaya pembelajaran bermotivasi yaitu pembelajaran yang aktif, kreatif dan
inovatif yang menumbuhkan motivasi siswa. Adapun upaya guru agar termotivasi untuk
menulis cerpen dengan tujuan proses dan hasilnya belajarnya meningkat .maka salah satu
dengan menggunakan metode kontekstual.Penggunaan metode Kontekstual dalam
pembelajaran menulis cerpen diharapkan akan timbul motivasi siswa sehingga akan dapat
meningkatkan proses dan hasil belajar menulis cerpen.
Setelah penggunaan metode Kontekstual dalam menulis cerpen berdasarkan
pengalaman pribadi yang mengesankan, diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran
menulis terutama menulis cerita pendek.

SKEMA KERANGKA BERPIKIR

Sebelum Tindakan
Siswa cenderung Siswa tidak mau Siswa tidak mau Siswa tidak
berbicara sendiri mencatat mengganggu menulis tidak mau berdiskusi
tidak temannya dapat dengan
memperhatikan mengekspresikan temannya
pelajaran ide

Rendahnya hasil
Rendahya proses
belajar siswa
belajar siswa pada
pada menulis
pembelajaran menulis
cerpen
Menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
yang sesuai

Pelaksanaan metode
Kontekstual dalam
meningkatkan pembelajaran
menulis cerpen

Refleksi

Hasil akhir setelah ada


tindakan

Meningkatkan hasil
Meningkatnya proses belajar
belajar menulis
menulis cerpen
cerpen
HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan kerangka berpikir di atas hipotesis tindakan dalam penelitian kali ini adalah
sebagai berikut:1.Metode Kontekstual dapat meningkatkan proses belajar menulis
Cerpen.2.Metode Kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar menulis Cerpen.
METODE PENELITIAN
Prosedur Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian
Tindakan kelas . Penelitian tindakan kelas ini mengambil model penelitian tindakan kelas
yang dikemukakan KEMMIS mrliputi tahapan : perencanaan,tindakan,observasi dan refleksi.
Komponen—komponen tersebut selanjutnya menurut Kemmis dan MCTaggart ( dalam
Rochiati Wiriatmaja,2008) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah
sebuah kegiatan-bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai social
tertentu(termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari :

1. kegiatan praktik sosial atau pendidikan mereka.


2. Pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktik pendidikan ini dan
3. Suasana yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktik ini.

Dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas oleh guru dapat
merupakan kegiatan reflektif dalam berpikir dan bertindak dari guru
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta
semester 1 tahun pelajaran 2014-2015.Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan dari bulan
Juli sampai dengan Desember 2014 yang terbagi dalam dua siklus. ,masing-masing siklus
terdiri dari tiga kali pertemuan. Setiap siklus diakhiri dengan refleksi dan perencanaan untuk
melanjutkan siklus berikutnya.
Subyek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas kali ini adalah siswa kelas IX C Semester 1SMP
Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2014-2015 dengan jumlah siswa sebanyak 28
yang terdiri 18 laki-laki dan 14 perempuan
Sumber Data
Sumber data penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IX C guru mata
pelajaran bahasa Inndonesia dan kepala sekolah SMP Muhammadiyah 5 Surakarta.Data yang
diperoleh dari siswa kelas IX C meliputi minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis
cerpen pada mata pelajaran bahasa Indonesia merasa kesulitan serta belum semua siswa
mampu menulis cerita pendek.dengan menggunakan unsur-unsur cerpen maupun
konflik.Data yang diperoleh dari guru mata pelajaran bahasa Indonesia meliputi: Model
pembelajaran yang digunakan aktifitas pembelajaran keadaan pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran.
Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah :Observasi, observasi dilakukan oleh penelitian untuk memperoleh gambaran secara
objektif, kondisi selama pembelajaran berlangsung serta mengamati sikap siswa selama
tindakan kelas dilakukan.Interview (Wawancara), Kegiatan wawancara dan angket
digunakan untuk mendapatkan informasi secara mendalam dalam mengungkapkan
tanggapan balik siswa dan dampak dari aktivitas tindakan selama proses pembelajaran
berlangsung. 4.Dokumentasi; Dokumentasi diperoleh dari daftar nilai mata pelajaran bahasa
Indonesia dan pengambilan gambar pada objek penelitian.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini menggunakan desain metode Alur dari Kemmis dan Taggart
(1988). Metode alur memiliki ciri alur menggunakan model siklus. Setiap siklus mencakup
empat tahapan kegiatan yaitu: perencanaan,pelaksanaan,tindakan,obsrevasi dan refleksi .
Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Tabel 2
Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Cerpen siklus II
TAHAP KEGIATAN
NO KEGIATAN GURU
PEMBELAJARAN SISWA
1 Pendahuluan -Mengulang pelajaran yang lalu
-memperhatikan
- menjelaskan prosedur dan
penjelasan guru
tujuan pembelajaran
2 Membentuk kelom - menentukan tema cerpen - menentukan
pok dan membang- berdasarkan pengalaman tema bersama
un pengetahuan pribadi kelompok
yang mengesankan

3 ’Tanya jawab - menuliskan pengalaman Menulis pokok-


pribadi yang mengesankan pokok pengalaman
-mengembangkan pengalaman bersama teman
pribadi menjadi cerpen secara kelompok
mandiri -menulis cerpen
secara mandiri
30
4 Evaluasi - merevisi dalam menganalisis - merevisi cerpen
cerpen bersama teman
sebangku
5 Refleksi - memberikan refleksi proses - merespon
pembelajaran refleksi guru

4. Observasi

Pada tahap pengamatan peneliti pengumpulan dan merekam proses kegiatan dan
dampak proses selama pembelajaran berlangsung . Objek
observasi dalam penelitian ini adalah aktivitas menulis siswa. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara kualitatif
5. Melakukan Refleksi
Menganalisis pembelajaran siswa dalam menerima pelajaran dari guru sampai
dengan cara menganalisis cerita pendek.Dalam hal ini juga dipertimbangkan refleksi
yang diberikan siswa saat mengikuti pelajaran.
H. INDIKATOR KEBERHASILAN
Indikator keberhasilan penggunaan metode kontekstual dapat
meningkatkan keterampilan menulis cerpen yang semula pada
kegiatanprasiklus 59,84 siklus I 69,87 menjadi 73,60 pada siklus II dengan indikator
meliputi :

1. Membaca cerpen di perpustakaan


2. Menganalisis cerpen berdasarkan unsur intrnsik : tema, tokoh,karakteristik, latar,
alur,sudut pandang,amanat.

31

3. Menuliskan kembali cerpen yang dibacanya dengan kalimat sendiri

4.Menentukan tema cerpen yang akan ditulis


5.Menentukan pokok-pokok pengalaman pribadi yang berkesan
6.Mengembangkan pokok-pokok pengalaman pribadi menjadi sebuah cerpen

1. TAHAP KERJA DAN LANGKAH KEGIATAN

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan dalam kegiatan penelitian dilakukan dengan penyusunan


pendahuluan kurang identifikasi masalah, perumusan masalah, ketelitian, tujuan
penelitian. Penyusunan instrument sehingga memudahkan pelaksanaan penelitian.

2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap penelitian, peneliti mulai melakukan penelitian dengan metode


kualitatif pengumpulan data, dengan observasi, wawancara, telaah pustaka. Penelitian
terfokus pada penelitian tindakan kelas.
3. Tahapan Pemantapan Pelaksanaan Peneliti

Pada tahap pemantauan pelaksanaan peneliti, memiliki dua pokok yaitu untuk
mengetahui kesesuaian antara rencana program dan pelaksanaan program yang telah
dibuat. Disamping itu juga berfungsi untuk mengetahui hambatan, hasil dalam
pembelajaran metode Kontekstual apakah dapat meningkatkan keterampilan menulis
cerita pendek. Untuk lebih jelasnya prosedur kerja atau langkah-langkah kegiatan
penulis paparkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A DESKRIPSI LATAR BELAKANG
LATAR BELAKANG PENELITIAN
Penelitian kali ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta kelas IXC yang
berjumlah 32 siswa terdiri 18 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.Berdasarkan
pengamatan penulis , kelas IXC dalam pembelajaran menulis cerpen tergolong kurang
aktif,kurang responsif,tidak dapat menulis cerpen serta kesulitan dalam merangkai kalimat.
Ini terbukti nilai dalam ulangan ketika disuruh menulis cerpen nilainya kurang bagus banyak
yang tidak tuntas tidak mencapai KKM yaitu 75.
Padahal disatu sisi bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang
dianggap mudah oleh siswa meskipun dalam pembelajarn sehari-hari siswa masih banyak
yang mendapatkan nilai di bawah KKM tidak hanya materi menulis cerpen tetapi pada materi
yang lain pun demikian. Padahal bahasa Indonesia salah satu komponen dalam ujuian
nasional, sehingga kalau siswa dalam pembelajaran menulis cerpen kurang baik , maka nilai
bahasa Indonesianya jelek yang berdampak pada nilai ujian nasionalnya juga jelek.Akhirnya
nilai itu akan berpengaruh dalam kelulusan siswa.
Maka untuk memperbaiki nilai tersebut diawali dengan pembelajaran bahasa dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran bahasa terutama bahasa Indonesia diharapkan
siswa tidak hanya pandai dalam teori saja, namun praktik
yang lebih penting. Karena dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa diharapkan dapat
menyimak, berbicara ,membaca dan menulis yang merupakan keterpaduan dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
Mata Pelajaran bahasa Indonesia disampaikan siswa di sekolah mulai dari jenjang taman
kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi.Sehingga dalam pelajaran bahasa Indonesi
siswa hendaknya benar- benar terampil .Semua pelajaran pada dasarnya mengacu pada
bahasa, sehingga harus benar-benar paham.

1. REFLEKSI AWAL

Dalam kegiatan prasiklus dilakukan dengan terlebih dahulu penulis menje


laskan materi tentang cerpen, menjelaskan pengertian cerpen, unsur-unsur intrinsik
cerpen.Kemudian siswa disuruh menulis cerpen .Permasalahan pertama diketahui bahwa
siswa kurang tertarik pada pembelajarn menulis cerpen karena tidak dapat mengekspresikan
ide.
Dalam pembelajaran menulis cerpen siswa kesulitan kalau disuruh menulis cerpen .
Karena guru hanya menjelaskan materi , pengertian unsur-unsur intrinsik cerpen saja tanpa
dilatih bagaimana cara menulis cerpen .Dalam mengawali kalimat siswa banyak yang
kesulitan harus mulai darimana.Sehingga ketika disuruh
menulis cerpen siswa hanya menengok ke kanan ke kiri , membuka –buka buku suasana
menjadi ramai dan gaduh ada pula yang tertidur ,bersenda gurau .
Selain itu penyebabnya pembelajaran yang menggunakan metode informatif,
konservatif yang cenderung satu arah sehingg kurang bervariasi dan membosankan.Situasi
yang tidak mendukung pemberdayaan belajar efektif
35
merupakan penyebab utama, sehingga siswa tidak kreatif tidak mempunyai inisiatif untuk
melakukan sesuatu hanya menanti perintah dari guru.Siswa juga tidak terbiasa menulis ,
karena takut kalau salah. Hal ini membuktikan bahwa
pembelajaran dengan metode ceramah menyebabkan siswa tidak aktif, tidak kreatif serta
tidak ada interaksi antar guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Penulis juga mengadakan dialog dengan siswa kelas IXC mengapa para siswa tidak
dapat menulis cerpen, mengapa siswa mendapat nilai kurang dalam pembelajaran menulis
cerpen. Para siswa mayoritas menjawab bahwa selama ini pembelajaran menulis
membosankan dan kurang menarik.Siswa kalau diberi tugas menulis karangan terutaman
menulis cerpen akan kehilangan kata-kata kehabisan ide. Hal ini karena kebiasaan dalam
mengarang sudah ada kerangka karangan sehingga tinggal mengembangkan, siswa tidak
diajak berpikir kreatif.Apalagi sekarang tidak ada soal mengarang pada setiap ulangan bail
tengah semester, semester bahkan ujian nasional apalagi.
Siswa banyak yang kesulitan ketika menulis cerpen ini terbukti ketika diberi pekerjaan
hasilnya masih jauh dari KKM yaitu 75. Dapat dikatakan bahwa
kemampuan siswa dalam menulis cerpen masih tergolong rendah.Hal ini dapat dilihat tabel
berikut
Berdasarkan kegiatan prasiklus yang menggambarkan kondisi kemampuan siswa dalam
menulis cerpen. Hal ini disebabkan siswa belum paham cara menulis cerpen .Ini dapat dilihat
dalam tabel pada kegiatan prasiklus ketika siswa disuruh menulis cerpen nilai rata-rata yandg
diperoleh hanya 59,84 yang tuntas hanya 15,63%.. Kemudian penulis berdialog dengan
teman sejawat yang juga mengajar kelas IX yang lain. Setelah dikonfirmasikan maka kami
berdua sepakat dalam pembelajaran menulis cerpen menggunakan metode Kontekstual yang
dirasa lebih menarik dan menyenangkan.
C ANALISIS PENCARIAN FAKTA
Pembelajaran menulis cerpen biasanya hanya dijelaskan materi tentang cerpen, unsur-
unsur cerpen kemudian dibacakan contoh cerpen dan akhirnya langsung menulis cerpen.
Sehingga siswa tidak termotivasi, tidak bersemangat bahkan ada siswa yang tertidur ,
meletakkan dagu di meja. Ada siswa yang berbicara sendiri, tertawa dengan teman ,bersenda
gurau , ketika menulis cerpen.
Hasil refleksi awal dapat dideskripsikan faktor dan penyebab masalah yang
diungkapkan dalam table di bawah ini.
Tabel 5
Asumsi Penyebab Rendahnya Hasil Pembelajaran Menulis Cerpen
NO Faktor Penyebab dan Masalah
1 Siswa a.Siswa kurang tertarik pada pembelajaran menulis.
b.Siswa kesulitan dalam mengungkapkan ide karena
kurangnya perbendaharaan kata.
c.Siswa kurang menguasai penggunaan unsur-unsur
intrinsik cerpen dalam ceritanya.
d.Siswa cenderung pasif selama pembelajaran berlangsung
2 Guru a.Metode mengajar yang digunakan guru kurang bervariasi
b. Guru hanya mengajar dengan metode lihat,catat,dengar
c.Guru kurang memberi motivasi siswa dalam menemukan
ide
d.Guru kurang memberi umpan pada siswa dalam
pembelajaran menulis Guru hanya menyampaikan materi

3 Proses a.Penyampaian waktu terlalu cepat karena mengejar


Pembelajaran waktu sehingga kurang dipahami siswa
b.Tidak ada variasi mengajar hanya metode ceramah atau
lihat, catat, dengar (LCD) tanpa ada variasi metode guru
sehingga membosankan
c.Proses pembelajaran lebih didominasi guru, sehingga
siswa kurang terlibat aktif pada proses pembelajaran.
Berdasarkan fakta tersebut diperlukan tindakan untuk mengatasi permasalahan dalam
pembelajaran menulis cerpen. Penggunaan metode untuk mengembangkan imajinasinya.
Metode Kontekstual juga dapat mengurangi
39
kejenuhan siswa dalam pembelajaran yang selalu cenderung di dalam kelas saja.
Kontekstual merupakan salah satu cara mengaktifkan siswa dalam menulis cerpen .
D.Deskripsi Penelitian Siklus
Proses pembelajarn dilakukan dua kali tindakan yang masing-masing terdiri atas empat
tahapan ,yaitu : (1) perencanaan ,(2) pelaksanaan tindakan ,(3) observasi , dan (4) refleksi.
1.Siklus 1
Observasi tindakan Siklus I
a).Suasana kelas dalam proses pembelajaran
Observasi kelas selama pelaksanaan pembelajaran digunakan untuk mengamati
aktivitas belajar siswa pada pertemuan kesatu :
-Hasil observasi suasana kelas ketika pembelajaran berlangsung kali ini siswa
banyak yang ramai tidak mendengarkan bahkan ada yang tidur.
-Ketika ditanya penulis tentang materi yang disampaikan penulis ,siswa tidak dapat
menjawab.
-Saat pembelajaran di perpustakaan disuruh mencari cerpen , banyak siswa
yang kebingungan mencari bentuk cerpen sehingga perpustakaan menjadi gaduh.Ada
yang menunjukkan pada penulis cerita bergambar, ada
yang menunjuk sebuah berita dan masih ada lagi yang salah dalam menunjuk cerpen.
b).Aktivitas dan Sikap siswa dalam pembelajaran
-Aktivitas belajar siswa dirasa masih rendah .Ini terbukti siswa belum mengetahui
bentuk cerpen seperti apa cerpen itu.
-Dalam membaca cerpen yang seharusnya dilakukan dua orang bersama kelompok ,
ternyata yang membaca hanya satu orang yang lain membaca buku cerita atau bahkan
ada bersenda gurau dengan teman lain.
c)Aktivitas guru dalam mengajar
-Selama pembelajaran berlangsung penulis menyampaikan materi memancing siswa
untuk menjawab pertanyaan.
-Penulis bertanya pada siswa yang tidak memperhatikan pelajaran.
-Ketika di perpustakaan penulis mengarahkan siswa mencari cerpen yang ada pada
majalah MOP.
-Memantau siswa ketika membaca cerpen bersama teman.
4.Refleksi dan Evaluasi Hasil Belajar
Pada refleksi pembelajaran siklus I pertemuan kesatu ini dapat dikatakan
pembelajaran yang belum berhasil , karena siswa masih tampak kebingungan
mencari cerpen, tidak memperhatikan penjelasan penulis , bertanya ke sana kemari tidak
fokus pada materi.
-Aktivitas belajar kurang
-Interaksi antara siswa dengan siswa belum ada.
-Kelas gaduh, ketika pembelajaran di perpustakaan juga gaduh.
-Belum semua termotivasi pelajaran, baru beberapa kelompok yang aktif membaca
cerpen.
- Beberapa siswa tidak tertarik pada pelajaran membaca cerpen.Ini terbukti ketika di
perpustakaan hanya ramai dan membaca buku lain maupun surat kabar/majalah.
Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis mengadakan evaluasi
pembelajaran siklus I dan merancang skenario pembelajaran pertemuan
kedua.Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada Jumat tanggal 6 Oktober 2012
pada pukul 07.40-09.00 WIB.
1)Pendahuluan
a.Penulis /guru masuk kelas mengucap salam .
b.Penulis menanyakan siswa yang tidak masuk,mengecek papan tulis, kebersihan
kelas.
c.Penulis mengisi jurnal kelas ,agenda guru, menyiapkan materi.
44
d.Penulis menyampaikan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran pada
pertemuan kedua.
2). Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan ke dua kali ini sebagai berikut :
-Penulis mengadakan tanya jawab tentang materi cerpen pada pelajaran yang lalu.
Penulis menjelaskan kembali materi cerpen yang belum dikuasai siswa.
-Siswa mengevaluasi pekerjaan kemarin yaitu menganalisis cerpen dengan
menentukan unsur -unsur intrinsi cerpen .
-Mengajak siswa membaca cerpen yang sama dengan kemarin di perpustakaan
dengan kelompok /teman yang sama.
-Penulis mengarahkan siswa untuk menuliskan kembali cerpen yang telah dibacanya
pada pelajaran yang lalu.
3.Hasil Tindakan Siklus I
3. OBSERVASI
a) Suasana kelas dalam proses pembelajaran
Observasi kelas selama pelaksanaan pembelajaran digunakan untuk mengamati
aktivitas belajar siswa.
- Hasil observasi suasana umum kelas selama pembelajaran siklus I
pertemuan kedua ada beberapa siswa yang tidak tahu apa yang harus
diperbuat.
- Sebagian siswa membuka-buka paket,bertanya pada temannya,
tentang pengalamannya.
- Di sini belum kelihatan adanya aktivitas belajar,interaksi guru dengan siswa,
siswa dengan siswa.
- Suasana masuk cenderung belum bisa terkontrol, siswa belum termotivasi
pada pembelajaran.
b) Aktivitas dan sikap siswa dalam pembelajaran
- Aktifitas belajar siswa masih dirasa cukup rendah.Sikap siswa kurang
terfokus pada pembelajaran .
- Bahkan ada siswa yang menyatakan bahwa ia tidak bisa . Hal ini karena
mereka tidak mau berpikir hanya bercanda saja.
- Masih banyak siswa yang menganggap pelajaran menulis itu sulit, karena
mereka pada umumnya tidak pernah membaca, sehingga tidak bisa merangkai
kalimat.
- Ada beberapa siswa yang acuh tak acuh terhadap pembelajaran.
- Kelas cukup kondusif namun selama kurang lebih 15 menit para siswa baru
mulai mengerjakan tugas dengan kelompok.
- Hanya sesekali terdengar siswa bersenda gurau tertawa kemudian
mengerjakan lagi.
- Ketika tugas dikumpulkan banyak siswa yang mengumpulkan meskipun
yang mengerjakan temannya sebangku.
- Masih ada siswa yang tidak mau mengerjakan hanya bercanda dengan temannya.
c. Aktivitas guru dalam pembelajaran
- Selama pelaksanaan tindakan guru mengamati aktivitas belajar dalam
kelompok
- Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru memberikan pengarahan
kepada siswa yang ramai tidak mau mengerjakan tugas.
- Siswa diberi pengarahan dipancing dengan kalimat sehingga mempunyai ide.
- Penulis mengelilingi setiap bangku pada saat siswa mengerjakan tugas.
- Meskipun agak gaduh tetapi banyak siswa yang mengerjakan tugas.
- Kadang guru harus mengulang materi secara perlahan agar siswa menjadi
jelas.
4. REFLEKSI dan EVALUASI HASIL BELAJAR
Pada refleksi pembelajaran kali ini ada dua hal yang dapat dilakukan yaitu hal
yang berhasil dan belum berhasil.Karena dampak proses
pembelajaran Kontekstual ini masih jauh dari harapan tetapi lebih baik dari dampak
proses pembelajaran sebelum tindakan yaitu :
a. Kelas sudah mulai hidup para siswa sudah melaksanakan metode
kontekstual dalam mengerjakan tugas.
b. Aktivitas kelas dalam pembelajaran sudah ada meskipun belum semua
aktif, tetapi siswa sudah mulai terfokus pada pelajaran.
c. Interaksi antara siswa dengan siswa sudah mulai terlihat antara siswa dan
guru juga sudah ada.
d. Belum semua termotivasi pada pembelajaran yang disampaikan guru.
e. Sebagian siswa tidak tertarik dengan pembelajaran menulis ini.
f. Jika dibandingkan dengan pembelajaran prasiklus maka pada siklus I ini
mengalami peningkatan.Hasil penilaian pada siklus I dapat dilihat pada table di
bawah ini :
Tabel 6 Hasil Kegiatan Menulis Cerpen Siklus I
Berdasarkan tabel di atas pada siklus I siswa yang terlampaui dalam
pembelajaran sebanyak menulis cerpen sebanyak 13 siswa atau sekitar
40,63%.Sedangkan siswa yang belum tercapai sebanyak 19 siswa atau sekitar
59,37% dengan rata-rata nilai 69,93.Jika dibandingkan dengan prasiklus ada
kenaikan sebesar 10,09.Berdasarkan kondisi tersebut ,maka perlu ada perbaikan .
Rencana Perbaikan
Hasil Pengamatan dan refkleksi pada siklus I masih terdapat kekurangan yaitu siswa
belum semua aktif dalam pembelajaran, kurangnya motivasi untuk siswa dan daya dukung
proses belajar yang kurang maksimal.
Hasil analisis dan refleksi , tindakan siklus I dikatakan berhasil, tetapi belum maksimal.
Peningkatan terjadi jika dibandingkan dengan sebelumnya ,sehingga dapat dikatakan bahwa
melalui metode Kontekstual ternyata dapat
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dalam menulis cerpen .Namun harus ada
perbaikan dalam pembelajaran berikutnya.
2.Siklus II.
3.HasilTindakan Siklus II
Observasi
a. Suasana kelas dalam proses pembelajaran
Observasi kelas selama pelaksanaan pembelajaran siklus 1I ini pada pertemuan
kesatu pada prinsipnya masih sama dengan pertemuan yang lalu.
a) Kelas gaduh siswa bingung harus mulai dari mana ,tetapi sudah ada
perubahan meskipun sedikit.
b). Siswa masih banyak yang bingung untuk mengawali tulisannya apalagi
untuk menulis beberapa paragraf dari pokok-pokok pengalaman
pribadi.Semua itu bagi siswa bukan suatu hal yang
mudah untuk dikerjakan meskipun hanya menulis satu atau dua paragraf 4
sampai 5 kalimat, karena siswa tidak terbiasa menulis.
c) Aktivitas kelas cukup,meskipun banyak siswa yang yang masih membuka-buka
buku paket ,bertanya pada guru maupun teman yang menjadikan kelas menjadi
hidup..
d) Tugas dikerjakan secara mandiri namun banyak siswa yang
berdiskusi dengan temannya bahkan ada pula yang menulis hampir
sama dengan pekerjaan temannya.
e). Siswa sudah dapat menulis tentang pengalaman pribadi yang paling berkesan.
b. Aktivitas dan sikap siswa dalam pembelajaran
a) Aktivitas belajar sudah mulai kelihatan,sudah tercipta interaksi antara siswa
dengan siswa , guru dengan siswa cukup ramai namun hidup.
b) Ada satu dua siswa yang kebingungan,tetapi banyak siswa yang aktif
menulis satu atau dua paragraf ada pula yang menulis satu halaman bahkan
lebih.
52
c) Siswa sudah menunjukkan perhatian pada pelajaran meskipun ada siswa
lain yang tidak menulis dengan alasan tidak mempunyai pengalaman,tidak bisa
menulis.
d) Setelah selesai mengerjakan,siswa disuruh ke depan kelas untuk
membacakan tulisannya.Banyak siswa yang tidak berani mereka saling
menunjuk temannya,ada yang hanya senyum-senyum
saja,tengok sana tengok sini.Ada juga yang menunjuk temannya,tetapi dia
sendiri tidak berani dengan alasan malu.Ada juga yang saling bertukar
pekerjaan dengan teman kemudian dibaca.
c. Aktivitas guru dalam pembelajaran
Dalam pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan kesatu ini, guru menjelaskan
kembali cara menulis paragraf yang dibantu dengan kata tanya: apa ,siapa , kapan
,di mana ,mengapa dan bagaimana tetapi dengan catatan tidak digunakan untuk
bertanya melainkan dalam kalimat berita berbentuk paragraph.
a) Guru mengelilimgi kelas membantu siswa untuk menggali pengalaman
dengan mengingatkan kembali,memancing situasi agar siswa mempunyai ide
untuk menulis pengalamannya.
b) Guru memberi beberapa contoh kalimat untuk mengawali cerita.
c) Guru menumbuhkan tanya jawab,ada interaksi yang baik antara guru dan
siswa.
4. Refleksi dan Evaluasi Hasil Penelitian
Setelah guru menjelaskan kembali secara perlahan cara menulis pokok-pokok
pengalaman yang paling berkesan hasilnya sebagai berikut:
a) Siswa mengangguk-angguk sambil tersenyum tandanya kalau mereka sudah
mulai bisa memahami.
b) Banyak siswa yang mengerjakan tugas meskipun belum seluruhnya.
c) Aktivitas kelas sudah mulai mengarah pada pembelajaran aktif dan kreatif
terutama dalam bertanya pada guru.
d) Semua siswa sudah mengumpulkan tugas hanya ada satu dua siswa yang
tugasnya belum selesai.
e) Solusinya guru masih harus meningkatkan proses pembelajaran yang
menarik,membimbing siswa dalam pelajaran sehingga siswa dapat
termotivasi,tidak mengalami kejenuhan.
d) Sebagian siswa sudah mengerjakan dengan benar,bahkan ada yang berani
mengungkapkan pengalamannya dengan tema hari minggu tetapi dengan
tertawa dan malu-malu.
III. Pertemuan ke 2 Siklus II Dengan Proses Pembelajaran dan Langkah-langkah
sebagai Berikut :
1 Pendahuluan
a). Guru masuk kelas mengucapkan salam, menanyakan siswa yang tidak masuk,
mengecek papan tulis, kebersihan kelas menyuruh siswa mengeluarkan buku.
b). Guru menulis jurnal kelas, agenda guru, menyiapkan RPP, materi,
membagikan buku paket.
c). Menulis tujuan pembelajaran, menulis materi yang akan disampaikan.
d). Mengingatkan kembali pelajaran yang lalu.
2. Pelaksanaan Tindakan.
Pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II pertemuan kedua ini dilakukan pada
hari Jum’at , tanggal 14 Oktober 2012 pada jam kedua dan ketiga yaitu pukul 07.40-
09.00 dengan kegiatan sebagai berikut:
a.). Penulis menjelaskan kembali secara perlahan-lahan unsur intrisik cerita
pendek seperti : tema, latar, alur, tokoh, perwatakan, konflik dsb.
b). Penulis bertanya jawab tentang cara mengembangkan pengalaman pribadi
menjadi cerpen.
c). Siswa mengembangkan paragraf pengalaman pribadi yang sudah di tulis
menjadi cerpen yang menarik.
3. Observasi
a).Suasana Kelas dampak proses pembelajaran.
Dalam hasil penelitian tindakan kelas menunjukkan adanya perubahan tingkat
belajar siswa di kelas IXC. Adanya tindakan yang telah dilaksanakan
penulis didukung dengan rencana pembelajaran yang menarik
telah memotivasi siswa untuk lebih mandiri, lebih semangat belajar menulis cerpen.
Siswa terlihat lebih mandiri dalam kegiatan pembelajaran dengan menuliskan
pengalaman pribadi. Dalam mengerjakan tugas pada akhir
siklus II yang diberikan penulis, siswa mengerjakan dengan kemampuan mereka
masing-masing tanpa bertanya pada temannya.
Suasana umum kelas setelah pembelajaran dengan metode Kontekstual pada
pembelajaran tindakan siklus II menyatakan peningkatan pembelajaran yang
mengarah pada situasi yang kondusif, terarah menyenangkan, siswa berpartisipasi
aktif dalam pembelajaran menulis cerita pendek.
Kelas sudah aktif dan kreatif , maka guru tidak lagi mendominasi kelas tetapi
hanya sebagai fasilitator dan motivator selama belajar. Keaktifan siswa dalam
berinteraksi dengan teman / kelompok maupun dengan guru ada peningkatan .
Perhatian siswa sudah tampak pada pembelajaran menulis cerpen , kelas
sudah tenang tidak gaduh lagi, ada peningkatan pada siklus II ini. Suasana tersebut
sangat membantu dalam meningkatkan pembelajaran menulis cerita pendek.
b). Sikap dan aktifitas belajar siswa.
- Dalam pembelajaran menulis cerita pendek ini siswa sudah menjadi aktif
, tidak bingung lagi ,suasana menjadi kondusif.
- Banyak siswa yang langsung menulis cerpen ,tidak lagi membuka buku
paket, karena sudah mengetahui cara menulis cerpen.
- Sikap siswa menjadi aktif, tidak seperti pertemuan – pertemuan yang lalu.
56
- Kreativitas siswa sudah tercipta, aktivitas belajar sudah kelihatan,
suasana kondusif ,tenang tidak lagi gaduh.
- Ada sebagian siswa yang tidak mau mengerjakan hanya diam saja.Ada pula
yang mengerjakan tetapi hanya satu dua paragraf.
- Perhatian siswa sudah terfokus, karena dilakukan dengan penuh kesungguhan
hati. Nilai ulangan pada pertemuan kedua ini sudah mencapai 87,09 % yang
sudah tuntas atau sekitar 27 siswa , yang belum tuntas ada 4 siswa atau
sekitar 12,91%. sedangkan satu anak tidak masuk sekolah izin.
- Kreativitas dalam pembelajaran cerpen juga cukup bagus telah
menggunakian imajinasi sehingga cerita yng ditulis menarik.
- Siswa banyak yang menulis cerita pendek lebih dari 2 halaman folio.
-Beberapa siswa sudah berani membaca cerpennya di depan kelas bahkan
ada yang akan memasukkan tulisannya majalah sekolah.
c). Aktivitas guru dalam Proses Pembelajaran.
- Penulis tidak lagi mengarahkan siswa dalam penulisan cerpen tetapi hanya
memberi motivasi dan mengamati siswa dalam mengerjakan tugas.
- Penulis hanya sesekali menjawab pertanyaan siswa.
- Penulis merespon pekerjaan siswa.

 penulis memberikan penilaian terhadap pekerjaan siswa.


 Hal ini terbukti ketika menulis cerpen banyak siswa yang mendapat bagus
,dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 7
Hasil Kegiatan Menulis Cerpen Siklus II

Berdasarkan tabel diatas siswa yang terlampaui ada 27 siswa atau 87,09 % sedangkan 4
siswa atau 12,91 % belum tercapai sehingga belum terampil dalam menulis cerpen sedangkan
satu siswa tidak masuk karena izin.Sudah tidak ada lagi pertanyaan tentang cerita pendek,
siswa sudah memahami materi pembelajaran.
Siswa sudah dapat menulis cerita pendek berdasarkan pengalaman pribadi dengan
mengembangkan paragraf pengalaman pribadi.
4.Refleksi dan Evaluasi Hasil Belajar
Dalam hasil penelitian tindakan kelas menunjukkan adanya perubahan tingkat
belajar siswa di kelas IXC. Adanya tindakan yang telah dilaksanakan guru didukung
dengan rencana pembelajaran yang menarik
telah memotivasi siswa untuk lebih mandiri, lebih semangat belajar menulis cerpen.
Siswa terlihat lebih mandiri dalam kegiatan pembelajaran dengan menuliskan
pengalaman pribadi dan dalam mengerjakan tugas postes setiap akhir siklus yang
diberikan peneliti dengan kemampuan mereka masing-masing tanpa bertanya pada
temannya.
Suasana umum kelas setelah pembelajaran dengan metode Kontekstual pada
pembelajaran tindakan siklus I dan II menyatakan peningkatan pembelajaran yang
mengarah pada situasi yang kondusif,
terarah menyenangkan, siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran menulis cerita
pendek.
Kelas sudah aktif dan kreatif dalam diskusi, maka guru tidak lagi
mendominasi kelas tetapi hanya sebagai fasilitator dan motivator selama belajar.
Keaktifan siswa dalam berinteraksi dengan teman / kelompok maupun dengan guru
ada peningkatan .
Perhatian siswa sudah tampak pada pembelajran menulis cerita pendek ,
kelas sudah tenang tidak gaduh lagi ada peningkatan pada siklus II ini. Suasana
tersebut sangat membantu dalam meningkatkan pembelajaran menulis cerita pendek.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penerapan metode
Kontekstual dapat meningkatkan hasil pembelajaran menulis cerpen pada siswa
kelas IXC SMP Muhammadiyah5 Surakarata. Hal ini tampak dalam kegiatan
prasiklus, siklus I dan siklus kedua selalu meningkat.Seperti tampak pada tabel
berikut :
Tabel 8
Hasil Kegiatan Menulis Cerpen
61
Adapun tanggapan siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen kali ini dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9
Tanggapan Siswa Terhadap Metode Pembelajaran Kontekstual
No Pernyataan Tanggapan Jumlah
1 Menarik 32 - 32
2 Mudah dipahami 29 3 32
3 Pembelajaran aktif 32 - 32
4 Menyenangkan 30 2 32
5 Inovatif 31 1 32
Jumlah 154 6 160
Prosentase 96,25 % 3,75 % 100 %
Berdasarkan tabel di atas dari 32 siswa atau 96,25 % menyatakan bahwa metode
Kontekstual untuk meningkatkan proses dan hasil belajar menulis cerpen adalah setuju
dengan pernyataan menarik, mudah dipahami, merupakan pembelajaran aktif,
menyenangkan dan inovatif, sedangkan 3,75 % menyatakan tidak setuju.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode
Kontekstual dapat meningkatkan proses dan hasil belajar menulis cerpen.Dengan metode
Kontekstual pembelajaran menulis cerpen menjadi menarik, mudah dipahami, pembelajaran
aktif .Ini terbukti dari hasil ulangan maupun observasi terhadap pembelajaran.Selain itu
suasana pembelajaran menjadi kondusif , tenang dan menyenangkan.
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan dalam observasi dan hasil pembahasan
selanjutnya depat di tarik kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Penelitian ini dikategorikan berhasil dengan tahapan sebagai berikut :

a. Hasil observasi pembelajaran guru pada siklus I yang hanya mencapai 59,84
% atau sekitar 19 siswa yang baru mencapai batas tuntas , pada pelaksanaan
siklus II ada peningkatan menjadi 87,09 % atau sekitar 27 siswa dari 31 siswa,
sedangkan ada satu anak tidak masuk izin.
Ini berarti pada siklus II pembelajaran menulis cerpen dengan menerapkan
metode Kontekstual dapat dikatakan berhasil karena sudah mencapai
kompetensi dasar menulis cerpen. Siswa juga sudah mencapai indikator
ketercapaian yaitu mendapat nilai di atas Kreteria Ketuntasan Maksimal ( KKM
) 72, sedangkan yang belum tuntas hanya 4 orang.
b. Hasil Observasi pembelajaran Siswa.
Tingkat perhatian konsentrasi siswa pada saat pembelajaran
berlangsung sebelum ada penelitian, kemudian tindakan siklus I, tindakan
siklus II selalu ada peningkatan. Perhatian siswa sudah mulai aktif , suasana
kondusif, tenang . Siswa sudah dapat menulis
cerpen beberapa lembar dengan kreatif dan juga menarik
2). Keberhasilan Penelitian dengan menggunakan metode Kontekstual dapat
dilihat dari hasil pembelajaran baik siklus I maupn siklus II yang mengalami
peningkatan selain itu juga angka yang menyatakan bahwa siswa yang setuju kalau
metode Kontekstual ini menarik, tidak membosankan sebesar 96,25 %.
3). Persepsi siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan
metode Kontekstual tenyata banyak siswa yang menyatakan bahwa pembelajaran
kali ini menyenangkan dan tidak membosankan.
Ini terbukti pada nilai postes siklus II penulisan cerpen mengalami peningkatan
sebesar 4,53 yaitu dari nilai siklus kesatu rata-rata 6.93 menjadi 74,48. Selain itu 95
% siswa menyatakan bahwa pembelajaran menulis cerita pendek dengan metode
kontekstual ini menarik, menyenangkan, kreatif, mudah dipahami serta inovatif.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis menyampaikan saran – saran sebagai
berikut :
1.. Kepada siswa
Siswa hendaknya selalu memperhatikan diri dan mengikuti pembelajaran dengan aktif
serta sebaik-baiknya sehingga dapat meningkatkan hasil pembelajaran menulis cerpen
maupun pembelajaran yang lain dengan menggunakan model pembelajaran yang lain.Siswa
hendaknya saling bekerja sama membiasakan berdiskusi dengan kelompok agar selalu
termotivasi dalam belajar sehingga dapat mencapai keberhasilan.
2. Kepada Guru.
Dalam proses belajar mengajar handaknya guru mampu memilih pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diberikan kepada siswa. Guru diharapkan
menggunakan pendekatan CTL , mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran agar
menarik salah satunya dengan menggunakan metode Kontekstual. Agar ketercapaian
dalam pembelajaran guru hendaknya mengajar sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran ( RPP ) yang lengkap disesuaikan dengan kondisi siswa, kekurangan dalam
pembelajaran sebelaumnya agar ditambahkan pada pertemuan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Atikah Anindyarini , dkk. 2008. Bahasa Indonesia.Jakarta:CV.Putra Nugraha.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004.Pendekatan Kontekstual. Jakarta : Dirjen
Dikdasmen.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005.Kamus Bsar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Ismiatun. 2005. Menumbuhkan Minat Menulis Siswa Melalui Pemberdayaan Cerpen
Sebagai Media Pembelajaran.Jurnal Pendidikan : Lembaga Pendidikan.
Suharsimi, Ari Kunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Naning Pranoto, Dra. 2007. Creative Writing, Bogor Raya Kultura.
Rochimin, dkk. 2003. Meningkatkan Kompetensi Menulis Siswa Kelas IIIC SLTP N 2 Ngara
Batin Melalui Pola Latihan Berjenjang. Makalah disampaikan pada simposium guru
VI di Batu Jawa Timur. Jakarta : Depdiknas.
Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Beserta Sistematika Proposal dan
Laporannya. Jakarta : Bina Aksara
Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher.
Slamet P.H. 2005. MBS, Life Skill, KBK, CTL dan Saling Keterkaitan (Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan Edisi III, Desember 2005). Jakarta : Balitbang Depdiknas.
Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung :
Angkasa.
Wiratmaja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Oleh: Apriarti Purwaningsih
SMP Muhammadiyah 5, Surakarta
NIP. 19640417 198703 2 009

Dipublikasikan oleh Google Drive–Laporkan Penyalahgunaan –


Dimutakhirkan secara otomatis setiap 5 menit

Anda mungkin juga menyukai