Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari pembelajaran di sekolah.

Salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah adalah bahasa Indonesia.

Pelajaran bahasa Indonesia mencakup keterampilan yang tidak dapat dikuasai

dengan sendirinya, akan tetapi keterampilan yang membutuhkan praktik dan

seringnya berlatih. Salah satu keterampilan berbahasa yang memerlukan latihan

adalah menulis, karena menulis merupakan kegiatan yang membutuhkan

pemikiran agar pesan yang terkandung dalam tulisan mampu dipahami oleh

pembacanya. Melalui tulisan kita dapat berkomunikasi secara tidak langsung dari

penulis kepada pembaca.

Untuk dapat memahami sebuah tulisan, maka penulis harus menggunakan

bahasa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah yang tepat. Selain itu, untuk

mengembangkan suatu gagasan agar tulisan menjadi menarik, proses penulisan

juga memerlukan pemikiran yang kreatif dan imajinatif. Menulis juga dapat

dikatakan sebagai kegiatan merangkai kalimat menjadi suatu teks untuk

disampaikan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat memahaminya dan

terjalinnya komunikasi antara penulis dan pembaca dengan baik.

Munurut Dalman (2015:5) menulis merupakan sebuah proses kreatif

menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis dengan tujuan memberitahu,

meyakinkan, atau menghibur. Hasil dari proses kreatif ini lah biasa disebut

karangan atau tulisan. Istilah menulis sering melekatkan pada proses kreatif

ilmiah, sedangkan istilah mengarang sering dilekatkan pada proses kreatif yang

1
berjenis nonilmiah, salah satu contohnya menulis cerpen. Menulis cerpen

merupakan salah satu sarana untuk mencurahkan perasaan dan menyampaikan

gagasan dalam kehidupan. Dengan kata lain, dengan menulis cerpen siswa dapat

mengekspresikan perasaan, pengalaman, dan juga permasalahan yang terjadi

dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia di SMK N 1 Kedawung yaitu Ibu Neni S.Pd dan Ibu Novi Rusdiana

S.Pd diperoleh informasi bahwa tidak sedikit siswa berhasil dalam

mengembangkan keterampilan menulis cerpen. Diperoleh kenyataan bahwa

pembelajaran menulis cerpen dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas

masih pasif. Siswa cenderung mengikuti pembelajaran hanya terpusat kepada apa

yang diterangkan oleh guru. Disamping itu, keberadaan sumber belajar hanya

terpaku pada buku pegangan siswa saja. Tidak hanya itu, siswa banyak menemui

hambatan dalam menulis cerpen, hambatan tersebut di antaranya siswa merasa

sulit untuk memulai menulis cerpen karena tidak terbiasa, kurangnya

perbendaharaan kata (kosa kata) yang dimiliki siswa, sehingga siswa merasa sulit

dalam mengembangkan ide ceritanya. Hal tersebut dikarenakan siswa hanya

memikirkan tema cerita yang diberikan oleh guru atau yang mereka buat sendiri

tanpa adanya gambaran sedikit pun tentang urutan cerita yang harus mereka tulis.

Hal ini terjadi karena siswa tidak dapat mengembangkan peristiwa yang terjadi

dalam kehidupan sehari-hari yang bisa dijadikan ide dalam menulis cerpen.

Padahal banyak sekali peristiwa yang dapat dicatat dan diabadikan dalam bentuk

cerita, khusunya cerpen. Selain faktor motivasi siswa yang rendah terkait dengan

pembelajaran cerpen, faktor lainnya adalah sulitnya siswa untuk mencari ide dan

2
pengembangan ide. Dengan kondisi yang demikian, maka tujuan dari

pembelajaran bahasa Indonesia belum dapat terpenuhi terutama mengenai

kemampuan siswa menggunakan bahasa Indonesia untuk kemampuan intelektual

dan kematangan emosi sosial.

Salah satu faktor lain yang menyebabkan kurang berhasilnya

pembelajaran sastra adalah kurangnya membaca dan motivasi. Kurangnya

motivasi siswa dilatarbelakangi oleh beberapa hal, di antaranya siswa tidak tahu

manfaat menulis cerpen dan merasa tidak memiliki bakat menulis cerpen. Padahal

dengan menulis memberikan hal yang positif bagi perkembangan kepribadian

siswa, di antaranya siswa mampu menceritakan suatu kisah, menerangkan suatu

kegiatan, serta menyalurkan inspirasinya melalui bahasa tulis. Begitu pula dengan

pendapat salah satu guru yang peneliti wawancarai di SMK Budi Arti. Menurut

beliau, menulis merupakan kegiatan yang mempunyai nilai positif, salah satunya

adalah menulis cerpen. Ketika kita menulis cerpen, kita dapat mengekspresikan

ide, gagasan, dan perasaan dengan cara mengungkapkannya melalui cerpen yang

kita buat. Selain itu, dengan menulis cerpen, dapat membentuk pribadi yang peka

terhadap keadaan yang terjadi di lingkungan sekitar. Adapun data yang penulis

peroleh dari hasil wawancara dengan guru Bahasa Indonesia bahwa siswa yang

tuntas atau mampu menulis cerpen hanya 32% dari 42 siswa. Sedangkan 68%

dinyatakan belum tuntas atau belum mampu menulis cerpen dengan baik. Artinya,

memang masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran

sastra khususnya dalam menulis cerpen.

Pembelajaran sastra mempunyai peranan yang sangat penting dalam

mempengaruhi watak, kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta

3
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan bersastra siswa. Melalui

pembelajaran sastra, siswa dapat mengenal dan menikmati karya sastra.

Pengembangan kegiatan pembelajaran apresiatif merupakan usaha untuk

membentuk pribadi imajinatif yaitu pribadi yang selalu menunjukkan hasil

belajarnya melalui aktivitas mengeksplorasi ide-ide baru, menciptakan tata artistik

baru, mewujudkan produk baru, membangun susunan baru, memecahkan masalah

dengan cara-cara baru, dan merefleksikan kegiatan apresiasi dalam bentuk karya-

karya yang unik.

Untuk mewujudkan tulisan dalam bentuk cerpen pada siswa SMK,

dibutuhkan bimbingan dan arahan guru, baik dalam proses pembelajaran maupun

di luar pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar, hendaknya seorang guru

mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menggiring siswa

untuk berimajinasi. Pada dasarnya seorang guru sangat berpengaruh besar

terhadap proses pembelajaran, karena cara guru mengajar dapat menentukan

bagaimana suasana pembelajaran tercipta. Seperti yang dikatakan Porter (Suyatno,

2009:8), “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan hantarkanlah dunia kita ke

dunia mereka”. Artinya, guru harus mampu menyesuaikan diri terhadap warna

dan sikap dasar siswa sehingga mampu membawa siswa ke dunia yang

dikehendaki berdasarkan tujuan pembelajaran. Dengan begitu, ikatan emosi,

empati, dan saling ketergantungan antara siswa dan guru terjadi dan memunculkan

dimensi keberhasilan belajar.

Dalam Kurikulum 2013 untuk jenjang SMK, pembelajaran bahasa

Indonesia dilakukan berbasis teks. Pembelajaran sastra mengenai cerpen terdapat

pada kompetensi memproduksi teks cerpen yang koheren sesuai dengan

4
karakteristik yang akan dibuat baik lisan maupun tulisan. Oleh karena itu, bahan

ajar berupa modul sangat dibutuhkan agar kompetensi yang diharapkan dapat

tercapai. Pada penelitian ini, peneliti merancang modul yang valid sesuai dengan

karakteristik siswa dan potensi yang ada di sekolah sehingga dapat meningkatkan

kreativitas dan hasil belajar siswa. Validasi isi menunjukkan bahwa modul tidak

dikembangkan secara asal-asalan. Isi modul dikembangkan berdasatkan konsep

dan teori yang yang berlaku dalam bidang ilmu serta sesuai dengan perkembangan

bidang ilmu dan hasil penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut, isi modul

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, benar dari segi keilmuan. Validasi isi

sangat penting untuk diperhatikan sehingga modul tidak menyebabkan kesalahan

konsep atau miskonsepsi yang dapat dibawa siswa ke jenjang pendidikan

selanjutnya atau ke dalam kehidupannya. Dalam kurikulum 2013, proses

pembelajaran harus memiliki tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, keterampilan,

sehingga dalam menulis cerpen dibutuhkan imajinasi dan kreatifitas dalam

mengembangkan ceritanya. Sehingga mengembangkan modul harus sesuai

dengan kebutuhan siswa yang tentunya memenuhi ketiga ranah tersebut. Dengan

mempersiapkan modul, maka dapat memudahkan pekerjaan guru dalam

melaksanakan proses pembelajaran. Salah satu cara untuk mengatasi

permasalahan tentang menulis cerpen adalah dengan pengembangan inovasi

pembelajaran. Inovasi bisa dilakukan melalui berbagai aspek, misalnya dari aspek

media, metode, dan teknik yang digunakan oleh guru. Sebagai upaya mengatasi

parmasalahan tersebut, peneliti penggunaan media pembelajaran untuk

menumbuhkan minat belajar siswa dan dapat memacu kreativitas siswa dalam

menulis cerpen. Media memiliki peranan penting dalam pembelajaran karena

5
dengan adanya media siswa dapat menangkap penjelasan yang disampaikan guru

dengan jelas. Salah satu media yang digunakan dalam pembelajaran menulis

cerpen adalah media audio visual berupa tayangan video Nilai-Nilai Kehidupan

Trans TV. Dengan menggunakan media audio visual, siswa bisa langsung

mengamati dan menghayati peristiwa yang dilihatnya. Penggunaan media audio

visual berupa gambar gerak diiringi oleh sebuah peristiwa yang diharapkan

mampu menstimulus daya imajinasi siswa dalam menerka peristiwa-peristiwa

yang diceritakan melalui video tersebut. Ketika siswa menonton tayangan video

Nilai–Nilai Kehidupan Trans TV, siswa dapat mengetahui rangkaian cerita yang

ada, sehingga memudahkan siswa untuk berimajinasi, serta memudahkan siswa

dalam mengembangkan suatu alur ceritanya. Karena sesungguhnya tayangan

video Nilai-Nilai Kehidupan Trans TV merupakan media penyampaian sebuah

cerita yang berupa informasi kepada khalayak umum dalam bentuk video yang

dikemas semenarik mungkin. Dengan kata lain, tayangan video Nilai-Nilai

Kehidupan Trans TV diharapkan mampu memberikan stimulus, sehingga

memudahkan siswa dalam mengembangkan imajinasinya. Dari hasil pengamatan

melihat tayangan video Nilai-Nilai Kehidupan Trans TV, siswa dapat

menstranformasikannya ke dalam tulisan, yaitu berupa cerpen. Transformasi

adalah suatu proses atau perubahan, tetapi perubahan tersebut tidak menyeluruh

dan masih terdapat hal-hal yang tetap dipertahankan sehingga muncul sebuah

perpaduan yang baru dan menarik. Teknik transformasi yang digunakan oleh

peneliti adalah transformasi dari tayangan video Nilai-Nilai Kehidupan Trans TV

yang berisi peristiwa kehidupan menjadi suatu teks menulis cerpen.

6
Prastowo (2011:300) mengungkapkan bahwa video merupakan tayangan

gambar bergerak yang disertai dengan suara. Video tidak hanya dapat digunakan

sebagai hiburan atau sekadar tontonan, tetapi juga dapat digunakan sebagai media

dalam pembelajaran. Dengan menggunakan teknik transformasi melalui tayangan

video Nilai–Nilai Kehidupan Trans TV diharapkan dapat menjadi solusi untuk

mengatasi permasalahan menulis.

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti akan melakukan penelitian dan

pengembangan dengan judul Pengembangan Modul dalam Pembelajaran Menulis

Cerpen dengan Menggunakan Media Audio Visual Tayangan Video Nilai- Nilai

Kehidupan Trans TV Melalui Teknik Transformasi Pada Siswa Kelas XI SMK.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan sebagai berikut.

1. Kegiatan menulis cerpen termasuk pembelajaran yang masih sulit bagi

siswa sehingga hasil belajar siswa cenderung rendah.

2. Siswa mengalami kesulitan dalam menemukan dan mengembangkan ide

atau gagasan dalam pembelajaran menulis cerpen.

3. Rendahnya motivasi siswa terkait dengan pembelajaran menulis cerpen

4. Penggunaan bahan ajar dapat memupuk keaktifan siswa. Oleh karena itu,

perlu adanya bahan ajar menulis cerpen selain buku teks siswa yang sudah

disediakan.

7
1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

diuraikan, peneliti merumuskan rumusan masalah penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah proses pengembangan modul dalam pembelajaran menulis

cerpen menggunakan media audio visual berupa tayangan video Nilai-

Nilai Kehidupan Trans TV melalui teknik transformasi pada siswa kelas

XI SMK?

2. Bagaimanakah bentuk rancangan pengembangan modul dalam

pembelajaran menulis cerpen menggunakan media audio visual Nilai-Nilai

Kehidupan Trans TV melalui teknik transformasi pada siswa kelas XI

SMK?

3. Bagaimanakah profil pengembangan pembelajaran menulis cerpen

menggunakan media audio visual Nilai-Nilai Kehidupan Trans TV melalui

teknik transformasi pada siswa kelas XI SMK?

4. Bagaimanakah efektivitas pengembangan modul dalam pembelajaran

menulis cerpen menggunakan media audio visual Nilai-Nilai Kehidupan

Trans TV melalui teknik transformasi pada siswa kelas XI SMK?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, tujuan yang

ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

8
1. Mengetahui proses pengembangan modul dalam pembelajaran menulis

cerpen menggunakan media audio visual Nilai-Nilai Kehidupan Trans TV

melalui teknik transformasi pada siswa kelas XI SMK.

2. Mengetahui bentuk rancangan pengembangan modul dalam pembelajaran

menulis cerpen menggunakan media audio visual Nilai-Nilai Kehidupan

Trans TV melalui teknik transformasi pada siswa kelas XI SMK.

3. Mendeskripsikan profil pengembangan modul dalam pembelajaran menulis

cerpen menggunakan media audio visual Nilai-Nilai Kehidupan Trans TV

melalui teknik transformasi pada siswa kelas XI SMK.

4. Mendeskripsikan efektivitas pengembangan pembelajaran menulis cerpen

menggunakan media audio visual Nilai-Nilai Kehidupan Trans TV melalui

teknik transformasi pada siswa kelas XI SMK.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dirancang untuk menghasilkan materi pembelajaran yang

diharapkan dapat mempermudah memahami materi cerita pendek. Hasil dari

penelitian ini diharapkan dapat memberi banyak manfaat praktis maupun manfaat

secara teoretis yang dijabarkan sebagai berikut.

1.5.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kemajuan dunia

pendidikan. Selain itu, melalui penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

pemahaman yang lebih baik dalam Pengembangan Modul dalam Pembelajaran

Menulis Cerpen Menggunakan Media Audio Visual Nilai-Nilai Kehidupan Trans

TV Melalui Teknik Transformasi Pada Siswa Kelas XI SMK

9
1.5.2 Manfaat Praktis

1. Siswa

a. Modul pembelajaran ini dapat dijadikan sumber belajar mandiri siswa

dalam menulis cerpen.

b. Dapat mendorong dan meningkatkan minat siswa dalam menulis cerpen

2. Guru

Bagi guru hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai

alternatif untuk menyusun strategi baru dalam melakukan pembelajaran di

kelas khususnya dalam Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Cerpen

dengan Menggunakan Media Audio Visual Tayangan Video Nilai - Nilai

Kehidupan Trans TV Melalui Teknik Transformasi Pada Siswa Kelas X SMK

serta dapat memberikan variasi pengajaran menulis agar guru dapat

mengoptimalkan kemampuan siswa dalam menulis, khususnya menulis cerpen.

Tidak hanya itu, modul sebagai referensi tambahan yang dapat mempermudah

guru dalam menjelaskan dan memberikan penugasan kepada siswa untuk

menulis cerpen, membantu guru membangkitkan motivasi dan minat siswa

dalam menulis cerpen.

3. Peneliti

Bagi peneliti hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan untuk

menambah wawasan serta pengetahuan mengenai penggunaan media audio

visual berupa tayangan video Nilai-Nilai Kehidupan Trans TV Melalui Teknik

Transformasi dalam pembelajaran menuli scerpen. Dengan penelitian ini,

peneliti dapat mengetahui kesulitan apa yang dialami siswa dalam menulis

10
cerpen. Selain itu, penelitian ini pun dapat menambahkan pengalaman bagi

peneliti mengenai pembelajaran menulis cerpen.

1.6 Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap berbagai istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, maka dikemukakan definisi operasioanalnya.

1. Menurut Sanjaya (2010:25) secara umum media pembelajaran adalah alat

bantu dalam proses belajar mengajar. Sesuatu apa pun yang dapat

dipergunakan untuk merangsang pikiran, perhatian, perasaan, dan

kemampuan atau ketrampilan pembelajaran tersebut sehingga dapat

mendorong terjadinya proses belajar atau kegiatan pembelajaran.

Singkatnya, pengertian media pembelajaran adalah suatu alat sebagai

perantara untuk pemahaman makna dari materi yang disampaikan olehguru

baik berupa media cetak, elektronik, maupun media pembelajaran sebagai

alat untuk memperlancar dari penerapan komponen-komponen dari sistem

pembelajaran tersebut, sehingga proses pembelajaran dapat menyenangkan.

2. Menurut Sanjaya (2010:23) media audio visual yaitu jenis media yang selain

mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat,

misalnya rekaman video, film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan

media ini dianggap lebih baik dan menarik.

3. Soebachman (2014:68) menjelaskan bahwa cerpen adalah jenis karya sastra

yang memaparkan kisah atau cerita tentang manusia dan seluk beluknya

melalui sebuah tulisan pendek. Cerpen merupakan cerita rekaan berbentuk

prosa yang lebih mengarah pada kisahan yang pendek serta bersifat fiktif

(tidak benar – benar terjadi, tetapi dapat terjadi di mana pun dan kapan pun).

11
Pembelajaran menulis cerpen adalah pembelajaran untuk memudahkan siswa

berpikir kritis, dapat menyampaikan gagasan, pendapat, pemikiran, dan

permasalahan yang sedang dihadapi, serta dapat bermanfaat bagi orang lain

dalam bentuk cerita dengan panjang cerita yang terbatas (cerpen).

4. Dalam KBBI (Depdiknas, 2013), transformasi memiliki arti perubahan rupa

(bentuk, sifat, atau fungsi). Transformasi adalah suatu proses perubahan atau

penyerapan sesuatu, tetapi perubahan tersebut tidak menyeluruh dan masih

terdapat hal-hal yang tetap dipertahankan sehingga muncul sebuah

perpaduan yang baru dan menarik. Pada waktu proses ini, terlibat unsur-

unsur konteks baik berupa ruang dan waktu, maupun sosial dan budaya.

12

Anda mungkin juga menyukai