Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran menulis merupakan salah satu pembelajaran yang memerlukan perhatian

khusus baik oleh guru mata pelajaran atau pihak-pihak yang terkait dalam penyusunan kurikulum

pembelajaran. Saat ini pembelajaran menulis lebih banyak disajikan dalam bentuk teori, tidak

banyak melakukan praktik menulis. Hal ini menyebabkan kurangnya kebiasaan menulis siswa

sehingga mereka sulit menuangkan ide mereka dalam bentuk tulisan.

Keterampilan menulis yang tidak diimbangi dengan praktik menjadi salah satu faktor

kurang terampilnya siswa dalam menulis. Siswa pada sekolah menengah pertama seharusnya

sudah lebih dapat untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, dan perasaannya secara tertulis.

Namun pada kenyataannya, kegiatan menulis belum sepenuhnya terlaksana. Menyusun suatu

gagasan, pendapat, dan pengalaman menjadi suatu rangkaian berbahasa tulis yang teratur,

sistematis, dan logis bukan merupakan pekerjaan mudah, melainkan pekerjaan yang memerlukan

latihan terus-menerus.

Kegiatan menulis adalah kemampuan yang paling penting bagi pengembangan diri, dan

kegiatan menulis juga pada hakikatnya dapat dilatihkan pada diri sendiri. Pelatihan ini akan

menjadi sesuatu yang pada gilirannya akan disadari besar sekali manfaatnya dalam kita

melengkapi wawasan dan pengetahuan berfikir dalam keilmuan.

Kegiatan menulis secara benar dan teratur merupakan salah satu alat untuk menggali

berbagai “fosil ilmu” yang masih terpendam. Karena kegiatan menulis masih sering diabaikan

bahkan oleh seorang akademis sekalipun. Yang menjadi alasannya yaitu tidak mengetahui dasar

1
2

penulisan, kurang terlatih, sulit mencari pengembangan ide, takut meleset sasaran ulasan, lemah

retorika dan miskin wawasan mengenai bidang yang akan ditulis.

Kegiatan menulis di sekolah-sekolah sangat diperlukan, salah satu kegiatan tersebut

adalah menulis cerpen. Kegiatan menulis cerpen ini bertujuan agar siswa dapat mengekspresikan

gagasan, pendapat, dan pengalamannya dalam bentuk sastra tertulis yang kreatif. Sudah

sewajarnya pembelajaran menulis cerpen disekolah perlu ditingkatkan agar siswa memiliki

kemampuan memahami cerpen lebih baik. Dengan berbekal pengetahuan dan kemampuan

memahami karya sastra (cerpen), siswa dengan mudah menghayati, mengambil manfaat dari

peristiwa kehidupan serta semakin arif dan bijaksana dalam berfikir dan bertindak.

Berdasarkan informasi awal yang diterima, bahwa sebagian siswa di SMP Negeri 11

Kota Jambi dihadapkan pada persoalan yang berhubungan dengan kegiatan menulis, terutama

dalam menulis cerpen. Sebagian besar dari mereka kurang memahami unsur-unsur pembangun

cerpen. Padahal unsur-unsur pembangun cerpen mempunyai peran yang penting dalam penulisan

cerpen yang baik.

Pembelajaran yang diajarkan pada siswa di jenjang SMP salah satunya adalah menulis

cerita pendek (cerpen). Sesuai dengan sebutannya, cerita pendek memang sebuah cerita yang

pendek. Alur cerita tidak bertele-tele, berkepanjangan, cara pengaturan cerita padat dan pas,

sehingga masalah yang timbul dapat selesai atau dianggap selesai.

Cerpen merupakan prosa yang mengkisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang berupa

pertikaian-pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan dan mengandung pesan

yang tidak dapat dilupakan. Cerpen sebagai cerita rekaan tentunya ditulis oleh pengarang

berdasarkan kenyataan, atau yang terjadi di sekelilingnya. Kenyataan inilah yang dapat dipelajari
3

oleh siswa dan mengetahui hikmah yang terkandung di dalam cerpen tersebut untuk dijadikan

sebagai pedoman hidup.

Materi pembelajaran menulis cerpen dianggap sangatlah penting bagi siswa, hal ini dapat

dibuktikan dengan tercantumnya materi penulisan cerpen dalam Kurikulum 2013 yang memuat

materi penulisan cerpen dengan Kompetensi Inti: KI 1: Menghargai dan menghayati ajaran

agama yang dianutnya. KI 2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung

jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif

dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaan. KI 3:

Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya

tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

KI 4: Mencoba, mengolah dan menyajikan dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,

merangkai, memodifikasi dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,

mengaambar dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang

sama dalam sudut pandang/teori. Kompetensi Dasar 4.2: Menyusun teks hasil observasi, tanggapan

deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan pengalaman pribadi berdasarkan unsure

pembangun cerpen.

Kurikulum, sekolah, dan guru adalah komponen-komponen yang penting dalam

pembelajaran yang ada di sekolah-sekolah. Semuanya saling berhubungan, tidak ada yang bisa

berdiri sendiri. Kurikulum mengandung materi-materi apa saja yang menjadi batasan di setiap

tingkat kelas dan mempunyai standar penguasaan pada siswa, serta tujuan yang harus dicapai

siswa disetiap kompetensi. Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam

cerpen merupakan salah satu standar kompetensi yang harus ditempuh oleh siswa dalam

pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku.


4

Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan menulis cerpen telah dilakukan oleh

Suhendra (2011) dengan judul “Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Muaro Jambi

Tahun Pelajaran 2010/2011 Dalam Menulis Cerpen”, bahwa kemampuan siswa kelas VII C SMP

Negeri 1 Muaro Jambi dalam menulis cerita pendek masih didapatkan beberapa kekurangan

dalam memperhatikan pemahaman tentang unsur-unsur pembangun cerpen itu sendiri, sehingga

cerpen yang dihasilkan menjadi kurang menarik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian adalah

“Bagaimanakah kemampuan menulis cerpen siswa kelas VIIC SMP Negeri 11 Kota Jambi tahun

pelajaran 2014/2015?”

1.3 Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk dapat melihat kemampuan menulis cerpen siswa kelas

VIIC SMP Negeri 11 Kota Jambi tahun pelajaran 2014/2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara praktis. Manfaat penelitian

secara praktis adalah sebagai berikut.

1) Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran dalam menciptakan suasana belajar

mengajar sastra khususnya menulis cerpen secara bervariasi sehingga siswa tidak

merasa bosan dalam mempelajari bahasa dan sastra Indonesia.


5

2) Bagi siswa

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis,

menyalurkan kegemaran yang sudah dimilikinya dan meningkatkan kepekaan

terhadap fenomena yang terjadi disekitarnya.

3) Hasil penelitian ini diharapkan penulis dapat digunakan sebagai pengembangan

proses pengajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam meningkatkan keterampilan

menulis cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Keterampilan Menulis

Keterampilan berbahasa terdiri dari empat keterampilan yaitu keterampilan berbicara,

keterampilan menyimak, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat

keterampilan tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan antara satu dan lainnya.

Keterampilan menulis mempunyai peranan penting sama dengan keterampilan lainnya dalam

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Selain itu, keterampilan menulis digunakan manusia

sebagai tempat untuk menuangkan segala imajinasi, gagasan, pikiran, pandangan hidup, dan

pengalamannya untuk mencapai maksud.

Menulis dapat menghasilkan karya sastra yang dapat dinikmati oleh semua orang. Selain

itu, menulis juga dapat memperluas daya intelektual, kreativitas, dan daya imajinasi seseorang.

Melalui tulisan seseorang dapat mencurahkan pandangan, pemikirannya tentang suatu masalah

dari sudut pandang penulis sendiri dan pembaca dapat mengetahui pandangannya dan menikmati

tulisan yang telah dihasilkannya.

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak tatap muka dengan orang lain (Tarigan,1986:3).

Komunikasi tidak langsung ini dilakukan dengan menggunakan media tulis, dengan

menggunakan lambang-lambang bahasa. Dasar penulisan kreatif atau creatif writing sama

dengan menulis biasa pada umumnya.

Keterampilan menulis dapat mengembangkan bakat yang dimiliki setiap orang dalam

menumpahkan semua gagasan, pikiran, pengalaman dan pandangannya. Oleh karena itu, salah

6
7

satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam komunikasi adalah keterampilan

menulis. Keterampilan menulis adalah suatu proses berpikir yang dituangkan dalam bentuk

tulisan. Ide atau gagasan tersebut kemudian dikembangkan dalam wujud rangkaian kalimat,

selain itu menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.

2.2 Tujuan Menulis

Kegiatan menulis merupakan kegiatan kreativitas untuk menghasilkan karya yang berupa

tulisan. Menulis menjadi sebuah pekerjaan dari beberapa orang, dimana mereka

menggantungkan hidupnya dari apa yang telah mereka tulis walaupun pada awalnya menulis

merupakan sebuah hobi bagi kebanyakan orang. Adapun tujuan menulis yang dijabarkan oleh

Hartig (Tarigan1986:24) adalah sebagai berikut.

1) Assignment purpose (tujuan penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu

karena ditugaskan, bukan atas kemauannya sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas

merangkum buku; sekretaris yang ditugaskan membuat laporan, notulen rapat).

2) Altruistik purpose (tujuan altruistik)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca,

ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin

membuat hidup para pembaca lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

3) Persuasive purpose (tujuan persuasif).

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

4) Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)


8

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan atau penerangan kepada para

pembaca.

5) Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri).

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca.

6) Creative purpose (tujuan kreatif).

Tujuan ini erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi ”keinginan kreatif” di sini

melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau

seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai

kesenian.

7) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah).

Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis

ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi dan meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan

gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

Tujuan-tujuan yang telah dipaparkan menjadi suatu jawaban dari pertanyaan yang

diajukan oleh beberapa orang tentang “apa yang kita tuju dalam kegiatan menulis?”. Selain

mempunyai tujuan, menulis cerpen juga mempunyai beberapa fungsi di mana menulis membantu

seseorang berfikir. Menulis itu sendiri digunakan sebagai suatu alat yang sangat ampuh dalam

belajar yang dengan sendirinya memainkan peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan.

2.3 Pengertian Cerpen

Cerita pendek atau cerpen merupakan sebuah karya sastra berbentuk prosa dan

mempunyai komposisi cerita, tokoh, latar, yang lebih sempit dari pada novel. Cerita pendek

merupakan satu karya sastra yang sering kita jumpai di berbagai media massa. Namun demikian
9

apa sebenarnya dan bagaimana ciri-ciri cerita pendek itu, banyak yang masih memahaminya.

Kita juga harus mengetahui apa itu cerpen, supaya kita bisa memahami dan mengamalkan

penulisan cerpen dalam kehidupan kita sehari-hari.

Cerita yang disajikan dalam cerpen terbatas hanya memiliki satu kisah. Cerpen (Short

Story) merupakan salah satu bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Menurut Sumardjo

(2007:84), cerpen adalah seni keterampilan menyajikan cerita. Oleh karena itu, seseorang penulis

harus memiliki ketangkasan menulis dan menyusun cerita yang menarik.

Sayuti (2000:10), menyatakan cerpen menunjukkan kualitas yang bersifat compression

‘pemadatan’, concentration ‘pemusatan’, dan intensity ‘pendalaman’, yang semuanya berkaitan

dengan panjang cerita dan kualitas struktural yang diisyaratkan oleh panjang cerita itu.

Pendapat Suroto, penulis dapat memberi ulasan mengenai pendapatnya tersebut, bahwa

cerpen adalah karangan prosa yang berisi sebuah cerita kehidupan manusia, dan manusia itulah

yang menjadi pelaku atau tokohnya. Dalam cerpen, terdapat satu peristiwa saja. Namun biasanya

ada peristiwa lain yang akan menjadi pendukung dari peristiwa pokoknya, sehingga peristiwa-

peristiwa lain tersebut tidak dikembangkan atau diceritakan secara mendalam. Jadi, hanya satu

peristiwa yang penjadi pokok suatu cerita.

Cerita pendek apabila diuraikan menurut kata yang membentuknya berdasarkan Kamus

Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut, cerita artinya tuturan yang membentang

bagaimana terjadinya suatu hal, sedangkan pendek berarti kisah pendek (kurang dari 10.000

kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh

dalam situasi atau suatu ketika.

Pengertian cerpen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia di atas, penulis dapar

mengulas pengertian tersebut yaitu, cerpen merupakan tuturan yang memaparkan bagaimana
10

terjadinya suatu peristiwa, yang memiliki kurang dari sepuluh ribu kata dan memberikan sebuah

kesan tunggal di dalamnya yang memusat dalam satu orang tokoh saja.

Menurut Nursito (2000:12), mengatakan cerpen ialah cerita yang hanya menceritakan

satu peristiwa dari seluruh kehidupan pelakunya pendek. Cerita pendek merupakan cerita yang

pendek, namun tidak setiap cerita yang pendek digolongkan ke dalam cerpen.

Pendapat Nursito tidak jauh berbeda dengan pendapat menurut Suroto yang mengatakan

bahwa cerpen adalah cerita yang menceritakan satu peristiwa dari seluruh kehidupan pelakunya

yang pendek. Cerita itu pula tidak menceritakan banyak peristiwa, meskipun kehidupan

pelakunya memiliki banyak peristiwa penting. Karena cerita pendek ini hanya menceritakan satu

peristiwa kehidupan sang pelaku. Namun, menurut Nursito tidak setiap cerita yang pendek dapat

digolongkan ke dalam cerpen. Hal itu dikarenakan tidak semua cerita yang pendek menceritakan

sebuah peristiwa seorang tokoh. Melainkan dapat berupa sebuah cerita curahan, prosa, dll.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, penulis dapat mengulas pendapatnya mengenai

cerpen. Cerpen dalam pendapatnya ialah karangan pendek yang berbentuk karangan naratif atau

cerita prosa yang mengisahkan kehidupan manusia yang penuh perselisihan, memberikan cerita

yang mengharukan, atau cerita yang menggembirakan, dan bagi pembaca akan menimbulkan

kesan-kesan yang sulit dilupakan. Setelah pembaca membaca cerpen, maka akan menyisakan

kesan yang akan selalu diingat, sebagai pembelajaran dan pengalaman dalam hidupnya.

2.3.1 Unsur-unsur Pembangun Cerpen

Cerpen merupakan bentuk karya sastra fiksi yang menarik untuk dibaca yang disebabkan

cerita yang disajikan pendek, tokoh terbatas, dan terdiri satu situasi. Cerpen juga tersusun atas

unsur-unsur pembangun cerita yang saling berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya.
11

Keterkaitan antara unsur-unsur pembangun cerita tersebut membentuk totalitas yang bersifat

abstrak. Koherensi dan keterpaduan semua unsur cerita yang membentuk sebuah totalitas amat

menentukan keindahan dan keberhasilan cerpen sebagai suatu bentuk ciptaan sastra.

Unsur-unsur yang ada di dalam cerpen mencakup unsur intrinsik. Seperti tema yang

merupakan ide pokok atau pikiran utama.Alur yang membantu pembaca menangkap gambaran

utuh dari cerita. Penokohan yang memberi nama dan ciri tokoh. Serta latar yang memberi pijakan

cerita. Maka kualitas cerpen ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya, dengan kriteria tema,

amanat, alur (plot), penokohan, latar (setting), gaya bahasa, dan sudut pandang yang baik

(Aminuddin, 2011:90). Cerpen yang baik mengandung unsur-unsur pembangun sebagai berikut:

a. Tema

Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai

pangkal tokoh pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya (Aminuddin,

2011:91). Tema memiliki fungsi untuk menyatukan unsur-unsur lainnya. Jadi, bisa

dikatakan tema adalah ide atau gagasan atau permasalahan yang mendasari suatu cerita

yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita. Seorang pengarang harus

memahami tema cerita yang akan dipaparkan sebelum melaksanakan proses kreatif

penciptaan, sementara pembaca baru dapat memahami unsur-unsur signifikan yang

menjadi media pemaparan tema tersebut. Tema yang baik harusnya memenuhi kriteria

sebagai berikut.

1). Memilih tema yang mampu dan benar-benar dikuasai/dimengerti oleh pengarang

untuk dapat dipaparkan secara jelas dan benar kepada para pembaca.

2). Mengangkat tema general yang memang kerap terjadi dalam kehidupan.
12

3). Terfokus pada satu tema saja agar tidak membingungkan pembaca.

4). Tema yang dipilih juga mengandung amanat yang bersifat mendidik.

(http://bektipatria.wordpress.com/2009/12/28/materi-menulis-naskah- drama/).

Berikut langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menentukan tema.

1). Penulis/siswa harus memilih permasalahan yang benar-benar terjadi saat ini.

2) Penulis/siswa benar-benar mengetahui dan memahami pokok permasalahan/cerita

yang akan dipilih.

3) Penulis/siswa sebaiknya hanya memilih satu tema saja agar dapat tersampaikan

dengan lebih jelas.

Jadi, cerpen dianggap baik dalam mendeskripsikan tema, jika arah tujuan dari

cerita terlihat jelas sampai ke kesimpulan cerita, sehingga arah cerita bisa dimengerti

pembaca.

b. Amanat

Kita dapat mengetahui amanat dalam cerita, setelah membaca cerita tersebut

secara utuh. Oleh karena itu, amanat merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan

dalam cerpen, karena dengan adanya amanat, pembaca dapat menarik suatu kesimpulan

berupa nasehat dan bisa diaplikasikan ke dalam kehidupan pembaca. Surana (2001:85)

mengungkapkan bahwa amanat atau pesan adalah gagasan yang ingin disampaikan

pengarang kepada pembacanya secara tersirat.

Amanat yang baik memiliki kriteria sebagai berikut.

1). Dalam cerita memiliki pesan yang dapat digambarkan pada pembaca.

Sebaiknya penggambaran amanat atau pesan yang disampaikan melalui cerita berupa

jalan keluar terhadap persoalan.


13

2). Dalam cerita memiliki amanat yang disampaikan bersifat positif maupun

negatif. Sebaiknya amanat yang disampaikan berupa nasehat yang positif dan bisa

diaplikasikan dalam kehidupan.

Cerpen dianggap baik jika dalam cerita tersebut memiliki amanat atau pesan

yang dapat digambarkan secara jelas kepada pembaca isi pesan yang hendak

disampaikan melalui cerita tersebut.

c. Alur (plot)

Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam sebuah karya sastra

khususnya cerita pendek.

Semi (1988:43) menyatakan:

Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah
interelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi.
Dengan demikian alur atau plot merupakan kerangka utama dalam sebuah cerita.

Sedangkan, Aminuddin (2011:83) menyatakan:

Alur dalam cerpen atau dalam karya prosa fiksi pada umumnya adalah rangkaian cerita yang
dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para
pelaku dalam suatu cerita.

Bedasarkan cara menyusun bagian-bagiannya, alur dapat dibedakan menjadi

alur maju, alur sorot balik (flash back) dan alur gabungan. Alur maju adalah alur cerita

yang dimulai masa kini, lalu diungkapkan masa atau rencana mendatang. Alur mundur

adalah alur cerita dengan torehan kembali ke masa lalu, dikenal dengan sorot balik

(Surana, 2001:55). Alur gabungan adalah karya sastra bukan hanya memakai satu alur

saja yang dipakai oleh pengarang, bukan hanya alur maju atau alur mundur, sehingga

dapat digabung dari kedua alur tersebut (Husnan, 1986:132-133).


14

Alur atau plot dapat disimpulakan sebagai rangkaian peristiwa atau kejadian

yang terdapat dalam sebuah cerita yang mempunyai hubungan sebab akibat, sehingga

cerita yang disajikan merupakan kesatuan yang kuat dan utuh. Berikut adalah ciri-ciri

alur yang baik.

1) Alur atau plot yang baik haruslah bergerak dari permukaan atau dikenal dengan

dengan istilah eksposisi, dimana pada bagian ini para tokoh mulai diperkenalkan,

kemudian bergerak ke bagian tengah cerita atau disebut komplikasi kemudian

beralih ke bagian akhir atau disebut resolusi.

2) Alur atau plot yang baik haruslah menimbulkan ketegangan pada diri pembaca

melalui kemampuannya untuk menumbuhkan dan memelihara rasa ingin tahu dan

penasaran pembaca dari awal sampai akhir.

Langkah-langkahyang harus diperhatikan dalam menggambarkan alur/plot.

1) Memilih konsisten apakah akan menggunakan alur maju, mundur, atau maju mundur.

2) Jika menggunakan alur maju, buat pembaca penasaran apa yang terjadi kedepannya,

jika menggunakan alur mundur, buat pembaca penasaran apa yang melatarbelakangi

atau menjadi penyebabnya, dan jika menggunakan alur maju mundur, pandai-

pandailah mengatur bagian masa lalu dengan masa sekarang sehingga pembaca dapat

membedakannya dan tidak menjadi bingung.

3) Alur peristiwa itu harus terjadi secara kebetulan dengan alasan yang masuk akal

sehingga dapat dipahami kehadirannya.

(http://bektipatria.wordpress.com/2009/12/28/materi-menulis-naskah- drama/).

Plot yang baik menurut Kosasih (2012:135) :

Bergerak dari suatu pemulaan, melalui suatu bagian tengah, menuju suatu akhir.
Dalam drama bagian-bagian ini dikenal dengan eksposisi, komplikasi, dan resolusi
(denouement).
15

Pendapat lain dikemukakan oleh Titik (2012:52) Alur yang baik memiliki

kriteria sebagai berikut.

1) Alur yang ditulis hendaknya merupakan rangkaian cerita ada sebab akibat

yang mengarah pada konflik, klimaks sampai pada akhir cerita. Penggambaran alur

sebaiknya tidak membuat kebingungan pembaca. Namun tidak perlu juga berlama-

lama dalam membangun cerita itu sehingga klimaks hanya muncul dalam satu

kalimat saja.

2) Jika alur ditulis membuat cerita berkesinambungan penentuannya akan

lebih mudah. Cerita itu akan menjelaskan kenapa hal itu terjadi sehingga membuat

cerita berkesinambungan.

Rangkaian cerita yang ditulis sangat ditentukan dengan narasi, dialog pilihan

atas tokoh yang ditampilkan, serta latar yang sesuai dengan cerita. Biasanya, alur cerita

menjadi menarik ketika sampai pada suatu tahap yang mendekati klimaks. Penulis yang

memiliki wawasan yang luas dapat menyusun alur secara mengasikan meskipun

masalah yang ditampilkan sepele.

Cerpen dikatakan baik apabila jalan cerita digambarkan secara detail dan

mempunyai atmosfir cerita yang khas serta terdapat ketegangan dan kejutan serta

pembayangan peristiwa yang akan terjadi.

d. Penokohan

Tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan pengarang, meskipun dapat juga

merupakan gambaran dari orang-orang hidup di dunia nyata. Tarigan (1982:141)

menyatakan bahwa penokohan atau karakterisasi adalah proses yang dipergunakan oleh
16

seorang pengarang untuk menciptakan tokoh-tokoh fiksinya. Sedangkan Aminuddin

(2011:79) menyatakan tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita

fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita.

Cara menggambarkan watak tokoh dikatakan analitik apabila pengarang

menerangkan secara langsung sifat-sifat watak itu baik yang bersifat batiniah maupun

lahiriah.Pengarang menggambarkan secara langsung kondisi badannya, umurnya,

kesukaannya, kesopanannya dan sebagainya. Sebaliknya cara penggambaran dikatakan

dramatik yaitu penggambaran perwatakan yang tidak diceritakan secara langsung,

tetapi hal itu disampaikan melalui (1) pilihan nama tokoh, (2) melalui penggambaran

fisik atau postur tubuh, cara berpakaian, tingkah laku terhadap tokoh-tokoh lain,

lingkunganya dan sebagainya, dan (3) melalui dialog, baik dialog tokoh yang

bersangkutan dalam berinteraksi dengan tokoh lain.

Tokoh harus tampak hidup dan nyata hingga pembaca merasakan

kehadirannya.Dalam cerpen, berhasil atau tidaknya sebuah cerpen ditentukan oleh

berhasil atau tidaknya menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut.

Sedangkan, Penokohan yang di dalamnya ada perwatakan dianggap sangat penting bagi

sebuah cerita, bisa dikatakan ia sebagai mata air kekuatan sebuah cerita pendek.

Kriteria penokohan yang baik adalah sebagai berikut.

1) Dalam cerita terdapat dialog yang menggambarkan kepribadian tokoh.

Narasi atau penuturan cerita serta dialog-dialog yang disajikan penulis

dapat menghidupkan kepribadian dan kejiwaan tokoh. Dialog gambaran

diri tokoh bisa dimunculkan dari perkataan tokoh itu sendiri maupun

dialog tokoh yang lainnya.


17

2) Dalam cerita terdapat penjelasan tokoh. Penjelasan akan gambaran diri

tokoh dapat muncul dari apa yang diperbuat tokoh. Hal ini berkaitan

dengan sikap tokoh ketika tokoh harus mengambil keputusan.

3) Dalam cerita terdapat penggambaran fisik tokoh. Dengan penggambaran

langsung, fisik tokoh dapat mengetahui penokohan itu. Penggambaran

dapat ditulis dalam bentuk ilustrasi. Penulis tidak mengatakan itu secara

langsung.

Tokoh tidak boleh terlepas dari tema, tanpa pengetahuan dan pemahaman

tentang tokoh yang ditampilkan, mustahil penulis dapat menghidupkan tokoh dalam

bayangan pembaca. Sejauh mana tokoh yang digambarkan dapat hidup dalam angan

pembaca, tergantung pada kepandaian penulis. Contohnya jika tokoh itu hidup di masa

lampau, penulis akan bercerita tentang keadaan pada masa lampau, termasuk adat,

tradisi, dan pola pikir (Titik, 2012:51).

Cerpen dikatakan baik apabila dalam pelukisan watak tokoh, penulis mampu

membawa pembaca seolah-olah mengalami peristiwa tersebut.

d. Latar (setting)

Sebuah cerita sering juga didukung oleh unsur-unsur yang membangun cerita

sehingga menjadi kesatuan yang utuh, salah satu unsur yang selalu hadir dalam sebuah

cerita adalah latar atau setting. Semi (1988:46) menyatakan:

latar atau setting adalah lingkungan tempat peristiwa yang terjadi. Jadi, latar juga sebagai tempat
pengambilan nilai-nilai yang diungkapkan pengarang melalui cerita. Untuk menentukan peristiwa-
peristiwa yang dijalin oleh tokoh selalu di latar belakangi tempat, waktu, suasana kehidupan,
maupun situasi tertentu.
18

Sejalan dengan itu, Aminuddin (2011: 67) berpendapat bahwa latar adalah latar

peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki

fungsi fisikal dan fungsi psikologis. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

penggambaran latar.

1). Dalam penggambaran latar sebaiknya penulis memperhatikan aspek sejauh

mana kemampuan pembaca yang dituju dalam mengimajinasikan latar yang

digambarkan oleh penulis.

2). Latar yang tidak lazim ada di dunia secara konkrit ada baiknya lebih ditulis

mendetail agar pembaca dapat mengimajinasikan apa yang diinginkan penulis.

(http://bektipatria.wordpress.com/2009/12/28/materi-menulis-naskah-

drama/ diakses 10 mei 2013).

Untuk dapat memenuhi unsur-unsur tersebut, berikut langkah-langkah yang

harus diperhatikan dalam menggambarkan latar.

1). Mengambarkan latar dengan baik akan sangat mendukung

unsur-unsur pembangun yang lain.

2). Pahamilah latar suasana/budaya cerita karena setiap latar

waktu dan tempat yang diceritakan kemungkinan besar

memiliki suasana dan budaya yang berbeda.

Latar yang baik menurut Titik (2012 : 54), memiliki latar sebagai berikut.

1) Jika dalam cerita menunjukkan pada pengertian tempat, waktu dan

keadaan. Latar cerita itu menunjukkan latar belakang suatu cerita dimana,

kapan serta dalam keadaan bagaimana cerita itu terjadi.


19

2) Dalam cerita memberikan pijakan cerita secara nyata (kongkrit) dan jelas.

Guna memberikan kesan realitas pada pembaca, menciptakan suasana

tertentu yang seolah-olah ada dan terjadi.

Cerpen dikatakan baik apabila tepat dalam memilih tempat yang mengukuhkan

terjadinya peristiwa, tepat memilih waktu yang memiliki tampakan atmosfir dan

mampu menggambarkan suasana yang mendukung cerita.

f. Gaya Bahasa

Dalam karya sastra kedudukan bahasa sangat penting karena bahasa tidak hanya

digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan maksud cerita tersebut, tetapi tidak

berfungsi sebagai sarana yang dapat menimbulkan kesan imajinatif terhadap

pembacanya. Gaya bahasa dalam karya sastra dapat menimbulkan rasa keindahan, rasa

kebencian, rasa jijik, rasa kasihan, rasa kemesraan dan sebagainya, yang jelas

penggunaan gaya bahasa dapat memiliki rasa jika menggunakan bahasa itu dengan

baik.

Menurut Aminuddin (2011:72) gaya bahasa adalah cara seorang pengarang

menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan

harmonis serta mampu menuansakan makna dari suasan yang dapat menyentuh daya

intelektual dan emosi pembaca.

Sedangkan Kusrini (2011:15) menyatakan gaya bahasa berkaitan dengan bahasa

yang digunakan dalam cerita, apakah berjalan santai, serius, dan puitis. Oleh karena itu,

gaya bahasa sangat berkaitan dengan penggunaan majas dan penggambaran angan. Gaya

bahasa merupakan cara pemakaian bahasa yang khas bagi seorang pengarang.
20

Titik (2012:54) mengatakan gaya adalah cara atau teknik pengarang dalam

menuturkan cerita dengan bahasanya sendiri, dan erat hubungannya dengan kepribadian

pengarang itu sendiri.

Jadi, gaya adalah keterampilan pengarang dalam mengolah dan memilih bahasa

secara tepat dan sesuai dengan pikiran dan watak pengarang.

Cerpen dianggap baik, jika tepat memilih bahasa yang mengandung unsur emosi

bersifat konotatif, mengedepankan dan mengaktualkan sesuatu yang dituturkan dan

tepat dalam memilih ungkapan. Karena pada dasarnya, cerpen yang baik adalah cerpen

yang mempunyai gaya bahasa yang menarik, jelas dan tidak bertele-tele.

g. Sudut Pandang

Menurut Aminuddin (2011:90) sudut pandang adalah cara pengarang

menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya. Sedangkan Kusrini

(2011:14) mengatakan “sudut pandang merupakan segi penceritaan, pencerita dapat

berlaku sebagai tokoh utama dengan menggunakan kata ganti aku, saya, atau kami yang

berlaku sebagai pengamat dengan menggunakan kata ganti dia, mereka, ia atau kata

ganti nama”.

Jadi, sudut pandang adalah cara memandang yang digunakan sebagai sarana

menyajikan tokoh, tindakan latar, dan sebagai peristiwa yang membentuk cerita dalam

sebuah cerita kepada pembaca.

Kriteria sudut pandang yang baik adalah sebagai berikut.

1) Jika pelaku yang ditampilkan menyadarkan pembaca tentang siapa yang

sedang dipaparkan. Dalam cerita jelas pelaku utama yang dituju.


21

2) Pilihan sudut pandang mampu menghubungkan tema dengan fakta cerita.

Dalam cerita penggunaan sudut pandang sesuai dengan tema orang pertama,

orang ketiga, maupun campuran (Titik, 2012:55).

Cerpen dianggap baik jika dapat memberikan perasaan kedekatan tokoh dan

baik dalam menjelakan kepada pembaca siapa yang dituju.

Jadi, syarat-syarat dalam penulisan cerpen dilihat dari kelengkapan unsur-unsur

pembangunnya, yaitu alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa,

amanat, dan tema.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Hal ini sejalan dengan pendapat

Nurboko dan Achmadi (2001:19) menyatakan bahwa penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data,

sedangkan penelitian kuantitatif adalah untuk mendeskripsikan data yang dilakukan melalui

perhitungan, penjumlahan dan pemerolehan hasil yang berupa persentase sesuai dengan kriteria

yang ditentukan.

3.2 Subjek Penelitian

Berdasarkan judul penelitian, maka yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah

siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 28

siswa.

3.3 Data dan Sumber Data

Data penelitian ini adalah kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 11

Kota Jambi Tahun Ajaran 2014/2015. Sumber datanya yaitu berupa cerpen karangan siswa kelas

VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2014/2015.

3.4 Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006:160), ”Instrumen penelitian adalah alat bantu/alat ukur yang

digunakan peneliti untuk mempermudah dirinya untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan”.

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes menulis cerita pendek.

22
23

Instrumen ini disusun bertujuan untuk memperoleh data tentang kemampuan menulis

cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dengan memperhatikan unsur-unsur pembangunnya.

Untuk memudahkan subjek yang diteliti dalam menulis cerpen tersebut,maka instrumen

penelitian dilengkapi petunjuk pengerjaan tugas yang dirumuskan. Untuk mendapatkan data

dalam penelitian ini, maka dibutuhkan instrumen penelitian. Menurut Arikunto (2006:101),

“Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam kegiatan mengumpulkan data agar

kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah”. Untuk memudahkan subjek yang diteliti dalam

menulis cerpen, maka instrumen penelitian dilengkapi petunjuk mengerjakan tugas yang telah

dirumuskan, yaitu buatlah sebuah cerpen dengan ketentuan sebagai berikut.

1 Buatlah cerita pendek berdasarkan pengalaman pribadi dengan tema bebas.

2 Buatlah cerita pendek dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen.

3 Waktu mengerjakan 90 menit.

3.4.1 Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.Validitas isi menuntut

adanya kesesuaian isi antara kemampuan yang ingin diukur dan tes yang digunakan untuk

mengukurnya (Djiwandono, 2010:29). Kesesuaian ini juga mencakup bahan tes yang harus

mencerminkan cakupan bahan dan kemampuan yang dijadikan sasaran pokok tes. Dikatakan

memenuhi validitas isi apabila terdapat kesesuaian bahan tes dengan kurikulum yang berlaku.

Menurut Arikunto (2006:168), “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau

mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas

rendah”. Lebih lanjut Arikunto (2006:160) menyatakan “sebuah instrumen dikatakan valid

apabila mampu mengukur apa yang diinginkan”. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat
24

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen

menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran yang

dimaksud.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil tes menulis cerpen. Peneliti

melakukan pengumpulan data dengan memberikan tes pada subjek penelitian yang

berupa kemampuan menulis cerita pendek dari siswa.

b. Peneliti mengecek dan memeriksa kehadiran siswa.

c. Peneliti memberi penjelasan kepada siswa tentang unsur-unsur pembangun cerpen.

d. Peneliti meminta siswa untuk menuangkan pengalaman tersebut ke dalam bentuk

cerpen.

e. Siswa mulai menulis cerita pendek berdasarkan pengalaman pribadi mereka yang

telah disesuaikan dengan instrumen:

1. Buatlah sebuah cerita pendek berdasarkan pengalaman pribadi dengan tema

bebas.

2. Buatlah cerita pendek dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen.

3. Waktu mengerjakan 90 menit.

f. Siswa mengumpulkan tugasnya.


25

Tabel 3.1 Pedoman Penialaian Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Unsur-unsur Pembangunnya
No Aspek Penilaian Skor Maksimal
1 Tema 5

2 Amanat 5

3 Alur 5

4 Penokohan 5

5 Latar 5

6 Gaya Bahasa 5

7 Sudut Pandang 5

Kriteria penilaian unsur-unsur pembangun cerpen bisa dilihat dalam tabel 3.2. Adapun

aspek yang dijadikan kriteria penilaian dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen yaitu :

Tabel 3.2 Kriteria PeniaianKemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Unsur-unsur Pembangun Cerpen

Aspek
No Indikator Skor Nilai Kriteria
Penilaian
1 Tema • Dapat mendeskripsikan tema. Jika ada 5, skor 5 Sangat Mampu
• Tergambar pada ucapan, tindakan dan kejadian.
• Memiliki hubungan di setiap paragraf. Jika ada 4, skor 4 Mampu
• Arah dan tujuan cerita jelas sampai ke kesimpulan
keseluruhan cerita. Jika ada 3, skor 3 Cukup Mampu
• Dapat dimengerti oleh pembaca.
Jika ada 2, skor 2 Kurang Mampu

Jika ada 1, skor 1 Tidak Mampu

2 Amanat • Memiliki amanat atau pesan. Jika ada 5, skor 5 Sangat Mampu
• Dapat menggambarkan isi pesan dengan jelas.
• Dapat dimengerti pembaca. Jika ada 4, skor 4 Mampu
• Bersifat nasehat langsung atau tidak langsung
• Terdapat dikeseluruhan isi cerpen. Jika ada 3, skor 3 Cukup Mampu

Jika ada 2, skor 2 Kurang Mampu

Jika ada 1, skor 1 Tidak Mampu

3 Alur • Memiliki peristiwa (maju, mundur atau gabungan) Jika ada 5, skor 5 Sangat Mampu
• Memiliki pembuka, konflik dan akhir.
• Berkesinambungan. Jika ada 4, skor 4 Mampu
• Memiliki atmosfer cerita.
• Jalan cerita digambarkan secara jelas. Jika ada 3, skor 3 Cukup Mampu
26

Jika ada 2, skor 2 Kurang Mampu

Jika ada 1, skor 1 Tidak Mampu

4 Penokohan • Memiliki tokoh dan watak yang jelas (antagonis, Jika ada 5, skor 5 Sangat Mampu
protagonis)
• Tokoh sesuai dengan tema cerita. Jika ada 4, skor 4 Mampu
• Terdapat penjelasan tokoh.
• Terdapat penggambaran fisik tokoh. Jika ada 3, skor 3 Cukup Mampu
• Tokoh dapat dimengerti pembaca.
Jika ada 2, skor 2 Kurang Mampu

Jika ada 1, skor 1 Tidak Mampu

5 Latar/setting • Memiliki latar. Jika ada 5, skor 5 Sangat Mampu


• Memiliki kejelasan tempat.
• Memiliki kejelasan waktu. Jika ada 4, skor 4 Mampu
• Memiliki kejelasan suasana.
• Saling berkesinambungan. Jika ada 3, skor 3 Cukup Mampu

Jika ada 2, skor 2 Kurang Mampu

Jika ada 1, skor 1 Tidak Mampu

6 Gaya • Memilih kata dan penggunaan kalimat yang baik. Jika ada 5, skor 5 Sangat Mampu
Bahasa • Mengandung unsur emotif bersifat konotatif.
• Menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca. Jika ada 4, skor 4 Mampu
• Memilih ungkapan yang mewakili sesuatu yang
diungkapkan. Jika ada 3, skor 3 Cukup Mampu
• Memiliki majas serta penghematan kata dan kalimat.
Jika ada 2, skor 2 Kurang Mampu

Jika ada 1, skor 1 Tidak Mampu

7 Sudut • Memiliki letak sudut pandang yang jelas dengan orang Jika ada 5, skor 5 Sangat Mampu
Pandang pertama, orang ketiga maupun campuran.
• Memiliki kejelasan siapa yang diceritakan. Jika ada 4, skor 4 Mampu
• Memiliki kesesuaian dengan tema.
• Memberikan perasaan kedekatan tokoh. Jika ada 3, skor 3 Cukup Mampu
• Menunjukkan perasaan tokoh kepada pembaca.
Jika ada 2, skor 2 Kurang Mampu

Jika ada 1, skor 1 Tidak Mampu

Sumber: online http://identesis.com/peningkatan-kemampuan-menulis-cerpen-melalui


teknik-pengandaian-diri-siswa-kelas-X2-SMAN4.
27

Berdasarkan kriteria dalam tabel 3.2, dapat diketahui siswa yang berhasil mencapai skala

nilai sangat mampu, mampu, cukup mampu, kurang mampu dan tidak mampu. Berikut ini adalah

skala nilai menulis cerita pendek:

Tabel 3.3 Daftar skala skor keterampilan menulis cerpen berdasarkan Penerapan Unsur-unsur Pembangun
Cerpen
Aspek Penilaian
Skala
Nilai Tema Amanat Alur Penokohan Latar Gaya Bahasa Sudut Pandang

5 5 5 5 5 5 5
SM
4 4 4 4 4 4 4
M
3 3 3 3 3 3 3
CM
2 2 2 2 2 2 2
KM
1 1 1 1 1 1 1
TM

Keterangan:

SM = Sangat Mampu KM = Kurang Mampu

M = Mampu TM = Tidak Mampu

CM = Cukup Mampu

Tabel 3.4 Contoh Format Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Cerpen

Jumlah nilai
Skor
Skor untuk tiap unsur (skor akhir : skor
No Nama Siswa akhir
maksimum= hasil)
1 2 3 4 5 6 7
1
2
3
4
5
6
7
8
28

9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Keterangan:

1= Penilaian dari unsur tema

2= Penilaian dari unsur amanat

3= Penilaian dari unsur alur

4= Penilaian dari unsur penokohan

5= Penilaian dari unsur latar

6= Penilaian dari unsur gaya bahasa

7= Penilaian dari unsur sudut pandang


29

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah:

1. Membaca seluruh cerpen siswa. Lalu mencari ketujuh unsur pembangun cerpen dan

menilai satu per satu tulisan tersebut. Tulisan akan dinilai penilai I (Guru Bahasa

Indonesia kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi), kemudian dinilai oleh penilai II

(Peneliti), dengan menggunakan rumus Nurkencana dan Sunartana, (1986:152)

sebagai berikut:

M= ∑fx
N

Keterangan:

M = Rata-rata skor
∑ fx = Jumlah skor standar
N = Jumlah Individu

Tabel 3.5 Kriteria Peringkat Kemampuan

Data Siswa Predikat

4,1-5 Sangat Mampu


3,1-4 Mampu
2,1-3 Cukup Mampu
1,1-2 Kurang Mampu
0-1 Tidak Mampu
Sumber : Nurgiyantoro (1988:65)

Berdasarkan kriteria tersebut maka prosedur penafsiran dalam penelitian ini adalah

dengan cara menilai kemampuan menulis cerpen siswa di kelas VII C.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Mengukur tingkat kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota

Jambi Tahun Ajaran 2014/2015, hasilnya diperoleh melalui perhitungan dari penilaian dari

unsur-unsur pembangun cerpen yaitu tema, amanat, alur, penokohan, latar, gaya bahasa, dan

sudut pandang. Hasil penilaian tersebut dapat dilihat pada uraian sebagai berikut.

4.1.1 Hasil Penilaian dari Unsur Tema

Tema adalah ide atau gagasan yang mendasari suatu cerita yang merupakan titik tolak

pengarang dalam menyusun cerita atau karya sastra. Aspek tema difokuskan pada keterkaitan

tema dengan kejadian sehari-hari yang biasa terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.

Kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi dari unsur

tema:

M=
∑ fx
N

= 95

28

= 3,3

Kemampuan rata-rata siswa dalam menerapkan unsur tema, termasuk dalam kategori

”mampu” dengan nilai rata-rata 3,3.

30
31

4.1.2 Hasil Penilaian dari Unsur Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya kepada

pembaca atau pendengar.Pesan bisa berupa harapan, nasehat, kritik, dan sebagainya.

Kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi dari unsur

amanat:

M=
∑ fx
N

= 89

28

= 3,1

Kemampuan rata-rata siswa dalam menerapkan unsur amanat termasuk dalam kategori

“mampu” dengan nilai rata-rata 3,1.

4.1.3 Hasil Penilaian dari Unsur Alur

Alur merupakan rangkaian peristiwa yang mempunyai hubungan sebab akibat, sehingga

cerita yang disajikan merupakan kesatuan yang utuh.Aspek penggunaan alur difokuskan pada

kemampuan siswa dalam menciptakan alur yang menarik dan bisa dimengerti pembaca.

Kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi dari unsur
alur:

M=
∑ fx
N

= 56

28

=2
32

Kemampuan rata-rata siswa dalam menerapkan unsur alur termasuk dalam kategori

“kurang mampu” dengannilai rata-rata 2.

4.1.4 Hasil Penilaian dari Unsur Penokohan

Penokohan adalah pemberian sifat pada pelaku-pelaku yang di buat dalam cerpen. Aspek

penggambaran tokoh difokuskan pada kemampuan siswa dalam menggambarkan atau

melukiskan watak tokoh yang dapat menghidupkan cerita.

Kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi dari unsur

penokohan:

M=
∑ fx
N

= 50

28

= 1,7

Kemampuan rata-rata siswa dalam menerapkan unsur penokohan termasuk dalam

kategori “kurang mampu” dengan nilai rata-rata 1,7.

4.1.5 Hasil Penilaian dari Unsur Latar

Latar merupakan keterangan yang menyebutkan waktu, ruang, dan suasana terjadinya

peristiwa yang di buat dalam cerpen.Aspek penggunaan latar difokuskan pada ketetapan siswa

dalam mendeskripsikan latar yang sesuai dengan situasi yang digambarkan.

Kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi dari unsur

latar:

M=
∑ fx
N
33

= 75

28

= 2,6

Kemampuan rata-rata siswa dalam menerapkan unsur latar termasuk dalam kategori

“cukup mampu” dengan nilai rata-rata 2,6.

4.1.6 Hasil Penilaian dari Unsur Gaya Bahasa

Gaya adalah keterampilan pengarang dalam mengolah dan memilih bahasa secara tepat

dan sesuai dengan pikiran dan watak pengarang. Aspek penggunaan gaya bahasa difokuskan

pada ketetapan dalam memilih ungkapan yang mewakili sesuatu yang diungkapkan.

Kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi dari unsur

gaya bahasa:

M=
∑ fx
N

= 61

28

= 2,1

Kemampuan rata-rata siswa dalam menerapkan unsur gaya bahasa termasuk dalam

kategori “cukup mampu” dengan nilairata-rata 2,1.

4.1.7 Hasil Penilaian dari Unsur Sudut Pandang

Sudut pandang adalah posisi pengarang pada sebuah cerita. Kemampuan menulis cerpen

siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi dari unsur sudut pandang.
34

M=
∑ fx
N

= 37

28

= 1,9

Kemampuan rata-rata siswa dalam menerapkan unsur sudut pandang termasuk dalam

kategori “kurang mampu” dengan nilai rata-rata 1,9.

Setelah semua perhitungan penilaian terhadap kemampuan menulis cerpen siswa kelas

VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi telah dilakukan, langkah selanjutnya adalah menjumlahkan

seluruh nilai dari setiap unsur pembangun yakni tema, amanat, alur,penokohan, latar, gaya

bahasa, dan sudut pandang. Kriteria penilaian dari unsur tema, tergolong dalam kriteria

“mampu” dengan unsur amanat tergolong dalam kriteria “mampu” dengan unsur alur tergolong

dalam kriteria“kurang mampu”, unsur penokohan dalam kriteria “kurang mampu”, unsur latar

tergolong dalam kriteria “cukup mampu”, unsur gaya bahasa tergolong dalam kriteria “cukup

mampu”, dan unsur sudut pandang tergolong dalam kriteria “kurang mampu”.
35

Tabel 4.1.8 Data Hasil Tes Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Kelas VII C
SMP 11 Kota Jambi

Skor Untuk Tiap Unsur


Skor
No. Nama Siswa Rata- Kategori
T AM AL P L GB SP standar
rata
1. Adilla Nur Aulia 5 4 3 2 3 1 1 19 2,7 CM
2. Al Pasya Pasmah 1 1 1 1 1 1 1 7 1 TM
3. Andreas Rahul Pratama 3 4 1 2 2 2 2 16 2,2 CM
4. Anniska Nuria 2 1 2 1 3 1 1 15 2,1 CM
5. Dian Hikmah Safitri 5 5 3 2 3 2 1 21 3 CM
6. Dinanda Achirudin 5 1 2 3 5 3 2 21 3 CM
7. Dinanti Salsabila 2 2 1 2 1 1 1 10 1,4 KM
8. Dinda Jensry Sabrin 3 4 1 1 2 3 1 15 2,1 CM
9. Dwi Jayanti 5 5 1 1 2 1 1 16 2,2 CM
10. Elsa Silalahi 2 2 2 1 2 2 1 12 1,7 KM
11. Fahmi Ilham Rizki 3 1 1 1 1 1 1 9 1,2 KM
12. Fasya Ramadhan 1 1 1 1 1 1 1 7 1 TM
13. Fira Dwi Ananda 5 3 3 2 4 2 3 22 3,1 M
14. Fitra Dwi Panthosa 5 1 3 1 5 2 2 19 2,7 CM
15. Hilman Firmansyah 3 1 2 1 4 2 1 14 2 KM
16. Muhammad Farhan 2 3 1 1 2 1 1 11 1,5 KM
17. Natasya Afarti 3 2 2 1 3 2 1 16 2,2 CM
18. Peby Ilmiana 5 5 3 2 5 1 1 20 2,8 CM
19. Qurrata Ayun 2 1 3 3 2 2 1 14 2 KM
20. Ranawulan Faras 4 4 1 1 2 3 1 16 2,2 CM
21. Rasya Galih Eki 1 3 1 3 5 3 1 17 2,4 CM
22. Rayhan Akbar 4 5 4 4 3 1 1 22 3,1 M
23. Rayhan Rizaldy 3 3 2 2 2 1 2 15 2,1 CM
24. Renza Dara 2 2 2 1 2 1 3 13 1,8 KM
25. Stania Yolanda 4 5 2 2 3 3 2 23 3,2 M
26. Tiara Amanda 5 5 2 4 3 2 1 22 3,1 M
27. Vina Saputri 4 3 3 3 3 1 1 18 2,5 CM
28. Zahara Marcella 5 4 3 3 3 2 1 21 3 CM
Jumlah 95 89 56 50 75 61 37
Nilai rata-rata 3,3 3,1 2 1,7 2,6 2,1 1,3 14,8 2,1 CM

Mengetahui
Wali Kelas VII C

Zuraidah, S.Pd
36

Berdasarkan tabel tersebut, peneliti menghitung tingkat kemampuan siswa dalam


menganalisis unsur intrinsik cerpen dengan rumus:

M=
∑ fx
N
= 14,8
7
= 2,1
Apabila penghitungan nilai sudah didapat, kemudian peneliti mencocokkan dengan

kategori peringkat kemampuan untuk memperoleh kesimpulan. Dapat diketahui kemampuan

menulis cerpen siswa kelas VII C SMP 11 Kota Jambi, yaitu dengan nilai 2,1. Nilai tersebut

berada pada interval 2,1 – 3 yang berkategori cukup mampu.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan penilaian kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 11

Kota Jambi tahun ajaran 2014/2015 secara keseluruhan kemampuan rata-rata siswa dalam

menulis cerpen berdasarkan penerapan unsur tema adalah 3,3 dengan kategori “mampu”, karena

berada pada interval 3,1-4. Dalam hal memilih dan mengemas tema siswa mampu, hal ini

diketahui ada sebanyak 9 dari 28siswa yang memperoleh nilai 5,4 dari 28 siswa memperoleh

nilai 4, dan 6 dari 28 siswa memperoleh nilai 3.

Hal ini dikarenakan siswa mampu mengerti tentang tema sehingga tema yang diangkat

pun bisa jelas dan siswa mengangkat tema yang mengandung ajaran yang bersifat mendidik atau

positif. Sisanya 6 siswa yang memperolah nilai 2,dan 3 siswa yang memperoleh nilai 1.

Perolehan tersebut membuktikan bahwa siswa sudah mampu memilih tema yang benar-benar

dikuasai atau dimengerti oleh pengarang untuk dapat dipaparkan secara jelas dan mengangkat

tema yang bersifat general yang memang kerap terjadi dalam kehidupan.
37

Keseluruhan kemampuan rata-rata siswa dalam menulis cerpen berdasarkan penerapan

unsur amanat adalah 3,1 dengan kategori “mampu”, karena berada pada interval 3,1-4. Dalam

hal ini, siswa cukup mampu menyampaikan amanat ke dalam cerpen.Hal ini diketahui ada

sebanyak 7 siswa yang yang tidak mampu memperoleh nilai rata-rata,dan 4 siswa yang

memperoleh nilai rata-rata 2. Hal ini dikarenakan siswa kurang mengerti tentang amanat,

sehingga amanat yang akan disampaikan menjadi tidak jelas. Sisanya 5 siswa yang memperoleh

nilai rata-rata 3,6 siswa yang memperoleh nilai rata-rata 4 dan 6 siswa yang memperoleh nilai

rata-rata 5. Perolehan tersebut membuktikan bahwa siswa sudah mampu menyampaikan amanat

ke dalam cerpen dan dapat dimengerti oleh pembaca.

Kemampuan rata-rata siswa dalam menulis cerpen berdasarkan penerapan unsur alur

adalah 2 dengan kategori “kurang mampu”, karena berada pada interval 1,1-2. Dalam hal ini,

siswa kurang mampu membuat jalan cerita di dalam cerpen. Hal ini diketahui ada sebanyak 10

siswa yang memperoleh nilai 1, 9 siswa yang memperoleh nilai 2 dan hanya1 siswa yang

memperoleh nilai 4. Hal ini dikarenakan siswa kurang meemahami tentang alur, sehingga alur

yang dibuat menjadi tidak jelas. Sisanya 8 siswa yang memperolah nilai 3, 19. Perolehan tersebut

membuktikan bahwa siswa ada yang cukup mampu membuat jalan cerita atau alur ke dalam

cerpen serta dapat dimengerti oleh pembaca.

Secara keseluruhan kemampuan rata-rata siswa dalam menulis cerpen berdasarkan

penerapan unsur penokohan adalah 1,7 dengan kategori “kurang mampu”, karena berada pada

interval 1,1-2. Dalam hal ini, siswa kurang mampu menampilkan tokoh di dalam cerpen.Hal ini

diketahui ada sebanyak 13 siswa yang memperoleh nilai 1, dan hanya 2 yang memperoleh nilai

4, 8 siswa yang memperoleh 2 sedangkan yang memperoleh nilai 3 hanya 5. Hal ini dikarenakan

siswa kurang memahami tentang penokohan, sehingga tokoh yang dibuat menjadi tidak jelas.
38

Secara keseluruhan kemampuan rata-rata siswa dalam menulis cerpen berdasarkan

penerapan unsur latar adalah 2,6 dengan kategori “cukup mampu”, karena berada pada interval

2,1-3. Dalam hal ini, siswacukup mampu mendeskripsikan latar di dalam cerpen. Hal ini

diketahui ada 4 siswa yang memperoleh nilai 1, dan 9 siswa yang memperoleh nilai 2. Hal ini

karena siswa yang kurang mampu menciptakan latar sebagai tempat mengungkapkan nilai-nilai.

Sisanya 9 siswa yang memperolah nilai 3, hanya 2 siswa yang memperoleh nilai 4, dan 4 siswa

yang memperoleh nilai 5. Perolehan tersebut membuktikan bahwa siswa cukup mampu

mendeskripsikan latar ke dalam cerpen serta dapat dimengerti oleh pembaca.

Secara keseluruhan kemampuan rata-rata siswa dalam menulis cerpen berdasarkan

penerapan unsur gaya bahasa adalah 2,1 dengan kategori “cukup mampu”, karena berada pada

interval 2,1-3. Dalam hal ini,siswa cukup mampu memakai gaya bahasa yang baik di dalam

cerpen.Walaupun ada sebanyak 13 siswa yang yang memperoleh nilai 1, dan 10 siswa yang

memperoleh nilai 2 siswa yang memperoleh. Hal ini karena siswa yang kurang mampu memakai

gaya bahasa dan memilih kata-kata yang baik di dalam cerpen. Sisanya hanya 5 siswa yang

memperolah nilai 3, perolehan tersebut membuktikan bahwa siswa sudah mampu memakai gaya

bahasa yang baik ke dalam cerpen serta dapat dimengerti oleh pembaca.

Berbeda dengan kemampuan menggunakan gaya bahasa di dalam cerpen. Kemampuan

rata-rata siswa dalam menulis cerpen berdasarkan penerapan unsur sudut pandang adalah 1,9

dengan kategori “kurang mampu”, karena berada pada interval 1,1-2. Dalam hal ini, siswa

kurang mampu memberikan sudut pandang dan kesesuaian dengan unsur-unsur yang lain di

dalam cerpen. Hal ini diketahui ada sebanyak 21 siswa yang yang memperoleh nilai 1, dan ada 5

siswa yang memperoleh nilai 2. Hal ini karena siswa yang kurang mampu memberikan sudut

pandang yang jelas, sehingga tidak dapat dipahami oleh pembaca. Sisanya hanya 2 siswa yang
39

memperolah nilai 3. Siswa yang memperoleh nilai 3 membuktikan bahwa siswa sudah cukup

mampu memberikan sudut pandang yang baik dan kesesuaian dengan unsur-unsur yang lain di

dalam cerpen serta dapat dimengerti oleh pembaca.

Teori menulis cerpen, menurut Titik (2012 : 50) yaitu untuk dapat menulis cerpen dan

fiksi yang baik, terlebih dahulu harus dipahami arti menulis dan arti fiksi serta mengenal unsur-

unsur pembangun cerita. Jika hal itu sudah dipahami, barulah pekerjaan menulis dapat dimulai.

Berdasarkan kenyataan temuan penulis, kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP

Negeri 11 Kota Jambi berkategori “cukup mampu”, dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.4.2 Berikut nilai kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP 11 Kota
Jambi.

No Unsur penilaian Skor Nilai Rata-rata


1 Tema 95 3,3
2 Alur 89 3,1
3 Tokoh dan perwatakan 56 2
4 Latar 50 1,7
5 Sudut Pandang 75 2,6
6 Amanat 61 2,1
7 Gaya Bahasa 37 1,9
Jumlah 14,8
M = 14,8
Nilai Rata-rata 7
= 2.1
Kategori Cukup Mampu

Hasil penelitian ini berbeda dengan peneliti sebelumnya, kemampuan menulis

cerpen oleh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Muaro Jambi oleh Suhendra (2011). Hasil

penelitian ini diperoleh secara umum kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Muaro

Jambi menuliscerpen adalah kurang mampu.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dalam bab IV, disimpulkan bahwa kemampuan menulis

cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi tahun ajaran 2014/2015 berdasarkan unsur-

unsur pembangun cerpen berada pada kriteria “cukup mampu” dengan nilai 2,1.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa di kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi

masih memiliki kelemahan dalam menerapkan tema, menyelipkan amanat, menerapkan alur

menentukan tokoh dan penokohan, membangun latar, menggunakan gaya bahasa dan

memberikan sudut pandang yang baik di dalam cerpen.

5.2 Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan

saran kepada guru dan peneliti selanjutnya sebagai berikut.

1. Guna meningkatkan pemahaman siswa yang kurang terhadap menulis cerpen,

hendaknya guru bisa meningkatkan pengajaran dan pemahaman tentang penulisan

cerpen dengan baik dan benar khususnya pada unsur instrinsik.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti kemampuan menulis cerpen secara

tertulis dapat memanfaatkan skripsi ini sebagai bahan rujukan.

40
41

DAFTAR RUJUKAN

Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung :Sinar Baru Algensindo.

Arikunto,S. 2006. Prosedur Penilitian :Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta :


Rineka Cipta.

Husnan.1986. Apresiasi Sastra untuk Indonesia.Bandung : Angkasa

Kosasih, E. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Rama


Widya.

Nurboko, Ahmadi. 2001. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.


Yogyakarta: BFFE-Yogyakarta.

Nurkencana dan Sunartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha


Nasional.

Nursito, 2001.Penuntun Mengarang. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa

Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama


Media.

Semi, M. 1988.Anatomi Sastra. Padang : Angkasa Raya.

Sumardjo, Jakob dan Saini. 1997.Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Surana. 2001. Pengantar Sastra Indonesia. Solo: PT Tiga Serangkai.

Suroto.1989. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis (Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa).


Bandung: Angkasa.

Titik, WS 2012.Kreatif Menulis Cerita Anak. Bandung : Nuansa.

http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/29/unsur-unsur-intrinsik-dalam-
prosa/http://identesis.com/peningkatan-kemampuan-menulis-cerpen-melalui teknik-pengandaian-
diri-siswa-kelas-X2-SMAN4
42

Lampiran 1

Daftar Nama Siswa Kelas VIIC SMP Negeri 11 Kota Jambi

Tahun Pelajaran 2014/2015

No. Nama Siswa

1. Adilla Nur Aulia


2. Al Pasya Pasmah
3. Andreas Rahul Pratama
4. Anniska Nuria
5. Dian Hikmah Safitri
6. Dinanda Achirudin
7. Dinanti Salsabila
8. Dinda Jensry Sabrin
9. Dwi Jayanti
10. Elsa Silalahi
11. Fahmi Ilham Rizki
12. Fasya Ramadhan
13. Fira Dwi Ananda
14. Fitra Dwi Panthosa
15. Hilman Firmansyah
16. Muhammad Farhan Pratama
17. Natasya Afarti
18. Peby Ilmiana
19. Qurrata Ayun
20. Ranawulan Faras
21. Rasya Galih Eki
22. Rayhan Akbar
23. Rayhan Rizaldy
24. Renza Dara
25. Stania Yolanda
26. Tiara Amanda
27. Vina Saputri
28. Zahara Marcella
43

Lampiran 2

Penilaian Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Unsur Tema

Skor Kategori
No. Nama Siswa

1. Adilla Nur Aulia 5 SM


2. Al Pasya Pasmah 1 TM
3. Andreas Rahul Pratama 3 CM
4. Anniska Nuria 2 KM
5. Dian Hikmah Safitri 5 SM
6. Dinanda Achirudin 5 SM
7. Dinanti Salsabila 2 KM
8. Dinda Jensry Sabrin 3 CM
9. Dwi Jayanti 5 SM
10. Elsa Silalahi 2 KM
11. Fahmi Ilham Rizki 3 CM
12. Fasya Ramadhan 1 TM
13. Fira Dwi Ananda 5 SM
14. Fitra Dwi Panthosa 5 SM
15. Hilman Firmansyah 3 CM
16. Muhammad Farhan Pratama 2 KM
17. Natasya Afarti 3 CM
18. Peby Ilmiana 5 SM
19. Qurrata Ayun 2 KM
20. Ranawulan Faras 4 M
21. Rasya Galih Eki 1 TM
22. Rayhan Akbar 4 M
23. Rayhan Rizaldy 3 CM
24. Renza Dara 2 KM
25. Stania Yolanda 4 M
26. Tiara Amanda 5 SM
27. Vina Saputri 4 M
28. Zahara Marcella 5 SM
Jumlah 95
Rata-rata 3,3 M

Mengetahui
Wali Kelas VII C

Zuraidah, S.Pd
44

Lampiran 3

Penilaian Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Unsur Amanat

Skor Kategori
No. Nama Siswa

1. Adilla Nur Aulia 4 M


2. Al Pasya Pasmah 1 TM
3. Andreas Rahul Pratama 4 M
4. Anniska Nuria 1 TM
5. Dian Hikmah Safitri 5 SM
6. Dinanda Achirudin 4 M
7. Dinanti Salsabila 2 KM
8. Dinda Jensry Sabrin 4 M
9. Dwi Jayanti 5 SM
10. Elsa Silalahi 2 KM
11. Fahmi Ilham Rizki 1 TM
12. Fasya Ramadhan 1 TM
13. Fira Dwi Ananda 3 CM
14. Fitra Dwi Panthosa 1 TM
15. Hilman Firmansyah 1 TM
16. Muhammad Farhan Pratama 3 CM
17. Natasya Afarti 2 KM
18. Peby Ilmiana 5 SM
19. Qurrata Ayun 1 TM
20. Ranawulan Faras 4 M
21. Rasya Galih Eki 3 CM
22. Rayhan Akbar 5 SM
23. Rayhan Rizaldy 3 CM
24. Renza Dara 2 KM
25. Stania Yolanda 5 SM
26. Tiara Amanda 5 SM
27. Vina Saputri 3 CM
28. Zahara Marcella 4 M
Jumlah 89
Rata-rata 3,1 M

Mengetahui
Wali Kelas VII C

Zuraidah, S.Pd
45

Lampiran 4

Penilaian Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Unsur Alur

Skor Kategori
No. Nama Siswa

1. Adilla Nur Aulia 3 CM


2. Al Pasya Pasmah 1 TM
3. Andreas Rahul Pratama 1 TM
4. Anniska Nuria 2 KM
5. Dian Hikmah Safitri 3 CM
6. Dinanda Achirudin 2 KM
7. Dinanti Salsabila 1 TM
8. Dinda Jensry Sabrin 1 TM
9. Dwi Jayanti 1 TM
10. Elsa Silalahi 2 KM
11. Fahmi Ilham Rizki 1 TM
12. Fasya Ramadhan 1 TM
13. Fira Dwi Ananda 3 CM
14. Fitra Dwi Panthosa 3 CM
15. Hilman Firmansyah 2 KM
16. Muhammad Farhan Pratama 1 TM
17. Natasya Afarti 2 KM
18. Peby Ilmiana 3 CM
19. Qurrata Ayun 3 CM
20. Ranawulan Faras 1 TM
21. Rasya Galih Eki 1 TM
22. Rayhan Akbar 4 M
23. Rayhan Rizaldy 2 KM
24. Renza Dara 2 KM
25. Stania Yolanda 2 KM
26. Tiara Amanda 2 KM
27. Vina Saputri 3 CM
28. Zahara Marcella 3 CM
Jumlah 55
Rata-rata 2 KM

Mengetahui
Wali Kelas VII C

Zuraidah, S.Pd
46

Lampiran 5

Penilaian Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Unsur Penokohan

Skor Kategori
No. Nama Siswa

1. Adilla Nur Aulia 2 KM


2. Al Pasya Pasmah 1 TM
3. Andreas Rahul Pratama 2 KM
4. Anniska Nuria 1 TM
5. Dian Hikmah Safitri 2 KM
6. Dinanda Achirudin 3 CM
7. Dinanti Salsabila 2 KM
8. Dinda Jensry Sabrin 1 TM
9. Dwi Jayanti 1 TM
10. Elsa Silalahi 1 TM
11. Fahmi Ilham Rizki 1 TM
12. Fasya Ramadhan 1 TM
13. Fira Dwi Ananda 2 KM
14. Fitra Dwi Panthosa 1 TM
15. Hilman Firmansyah 2 KM
16. Muhammad Farhan Pratama 1 TM
17. Natasya Afarti 1 TM
18. Peby Ilmiana 1 TM
19. Qurrata Ayun 3 CM
20. Ranawulan Faras 1 TM
21. Rasya Galih Eki 3 CM
22. Rayhan Akbar 4 M
23. Rayhan Rizaldy 2 KM
24. Renza Dara 1 TM
25. Stania Yolanda 2 KM
26. Tiara Amanda 4 M
27. Vina Saputri 3 CM
28. Zahara Marcella 3 CM
Jumlah 50
Rata-rata 1,7 KM

Mengetahui
Wali Kelas VII C

Zuraidah, S.Pd
47

Lampiran 6

Penilaian Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Unsur Latar

Skor Kategori
No. Nama Siswa

1. Adilla Nur Aulia 3 CM


2. Al Pasya Pasmah 1 TM
3. Andreas Rahul Pratama 2 KM
4. Anniska Nuria 3 CM
5. Dian Hikmah Safitri 3 CM
6. Dinanda Achirudin 5 SM
7. Dinanti Salsabila 1 TM
8. Dinda Jensry Sabrin 2 KM
9. Dwi Jayanti 2 KM
10. Elsa Silalahi 2 KM
11. Fahmi Ilham Rizki 1 TM
12. Fasya Ramadhan 1 TM
13. Fira Dwi Ananda 4 M
14. Fitra Dwi Panthosa 5 SM
15. Hilman Firmansyah 5 SM
16. Muhammad Farhan Pratama 2 KM
17. Natasya Afarti 3 CM
18. Peby Ilmiana 4 M
19. Qurrata Ayun 2 KM
20. Ranawulan Faras 2 KM
21. Rasya Galih Eki 5 SM
22. Rayhan Akbar 3 CM
23. Rayhan Rizaldy 2 KM
24. Renza Dara 2 KM
25. Stania Yolanda 3 CM
26. Tiara Amanda 3 CM
27. Vina Saputri 3 CM
28. Zahara Marcella 3 CM
Jumlah 75
Rata-rata 2,6 CM

Mengetahui
Wali Kelas VII C

Zuraidah, S.Pd
48

Lampiran 7

Penilaian Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Unsur Gaya Bahasa

Skor Kategori
No. Nama Siswa

1. Adilla Nur Aulia 1 TM


2. Al Pasya Pasmah 1 TM
3. Andreas Rahul Pratama 2 KM
4. Anniska Nuria 1 TM
5. Dian Hikmah Safitri 2 KM
6. Dinanda Achirudin 3 CM
7. Dinanti Salsabila 1 TM
8. Dinda Jensry Sabrin 3 CM
9. Dwi Jayanti 1 TM
10. Elsa Silalahi 2 KM
11. Fahmi Ilham Rizki 1 TM
12. Fasya Ramadhan 1 TM
13. Fira Dwi Ananda 2 KM
14. Fitra Dwi Panthosa 2 KM
15. Hilman Firmansyah 1 TM
16. Muhammad Farhan Pratama 1 TM
17. Natasya Afarti 2 KM
18. Peby Ilmiana 2 KM
19. Qurrata Ayun 2 KM
20. Ranawulan Faras 3 CM
21. Rasya Galih Eki 3 CM
22. Rayhan Akbar 1 TM
23. Rayhan Rizaldy 1 TM
24. Renza Dara 1 TM
25. Stania Yolanda 3 CM
26. Tiara Amanda 2 KM
27. Vina Saputri 1 TM
28. Zahara Marcella 2 KM
Jumlah 61
Rata-rata 2,1 CM

Mengetahui
Wali Kelas VII C

Zuraidah, S.Pd
49

Lampiran 8

Penilaian Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Unsur Sudut Pandang

Skor Kategori
No. Nama Siswa

1. Adilla Nur Aulia 1 TM


2. Al Pasya Pasmah 1 TM
3. Andreas Rahul Pratama 2 KM
4. Anniska Nuria 1 TM
5. Dian Hikmah Safitri 1 TM
6. Dinanda Achirudin 2 KM
7. Dinanti Salsabila 1 TM
8. Dinda Jensry Sabrin 1 TM
9. Dwi Jayanti 1 TM
10. Elsa Silalahi 1 TM
11. Fahmi Ilham Rizki 1 TM
12. Fasya Ramadhan 1 TM
13. Fira Dwi Ananda 3 CM
14. Fitra Dwi Panthosa 2 KM
15. Hilman Firmansyah 1 TM
16. Muhammad Farhan Pratama 1 TM
17. Natasya Afarti 1 TM
18. Peby Ilmiana 1 TM
19. Qurrata Ayun 1 TM
20. Ranawulan Faras 1 TM
21. Rasya Galih Eki 1 TM
22. Rayhan Akbar 1 TM
23. Rayhan Rizaldy 2 KM
24. Renza Dara 3 CM
25. Stania Yolanda 2 KM
26. Tiara Amanda 1 TM
27. Vina Saputri 1 TM
28. Zahara Marcella 1 TM
Jumlah 37
Rata-rata 1,9 KM

Mengetahui
Wali Kelas VII C

Zuraidah, S.Pd
50

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Wulan Prasasti, lahir di Muaro Bungo, 08 Mei 1993. Penulis

lahir sebagai anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak

Ari Bintoro dan Ibu Zunarti. Penulis menyelesaikan pendidikan

Sekolah Dasar di SD Muhammadiyah 7 Bandung pada tahun

2004. Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di

SMP N 5 Ma. Bungo dan selesai pada tahun 2007. Pada tahun

2010 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah

Atas di SMA N 1 Ma. Bungo.

Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai Mahasiswa Universitas Jambi, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, melalui Jalur Reguler Mandiri. Memasuki semester tiga pada tahun 2011

penulis memilih jurusan jurnalistik sebagai mata kuliah kekhususan dan magang di Harian Jambi

Independent. Memasuki semester tujuh penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di dusun

Berbak. Kab Tanjabtim. Dan semester delapan penulis melaksanakan Praktik Pendidikan di

SMA N 8 Jambi, dan pada hari Jumat, tanggal 13 Februari tahun 2015 penulis berhasil

mempertahankan skripsinya dihadapan Dewan Penguji dan dinyatakan lulus serta memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dengan Indek Prestasi Kumulatif (IPK) yaitu 3,32 (Tiga koma

Tiga Puluh Dua) dengan predikat sangat memuaskan.

Anda mungkin juga menyukai