PENDAHULUAN
khusus baik oleh guru mata pelajaran atau pihak-pihak yang terkait dalam penyusunan kurikulum
pembelajaran. Saat ini pembelajaran menulis lebih banyak disajikan dalam bentuk teori, tidak
banyak melakukan praktik menulis. Hal ini menyebabkan kurangnya kebiasaan menulis siswa
Keterampilan menulis yang tidak diimbangi dengan praktik menjadi salah satu faktor
kurang terampilnya siswa dalam menulis. Siswa pada sekolah menengah pertama seharusnya
sudah lebih dapat untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, dan perasaannya secara tertulis.
Namun pada kenyataannya, kegiatan menulis belum sepenuhnya terlaksana. Menyusun suatu
gagasan, pendapat, dan pengalaman menjadi suatu rangkaian berbahasa tulis yang teratur,
sistematis, dan logis bukan merupakan pekerjaan mudah, melainkan pekerjaan yang memerlukan
latihan terus-menerus.
Kegiatan menulis adalah kemampuan yang paling penting bagi pengembangan diri, dan
kegiatan menulis juga pada hakikatnya dapat dilatihkan pada diri sendiri. Pelatihan ini akan
menjadi sesuatu yang pada gilirannya akan disadari besar sekali manfaatnya dalam kita
Kegiatan menulis secara benar dan teratur merupakan salah satu alat untuk menggali
berbagai “fosil ilmu” yang masih terpendam. Karena kegiatan menulis masih sering diabaikan
bahkan oleh seorang akademis sekalipun. Yang menjadi alasannya yaitu tidak mengetahui dasar
1
2
penulisan, kurang terlatih, sulit mencari pengembangan ide, takut meleset sasaran ulasan, lemah
adalah menulis cerpen. Kegiatan menulis cerpen ini bertujuan agar siswa dapat mengekspresikan
gagasan, pendapat, dan pengalamannya dalam bentuk sastra tertulis yang kreatif. Sudah
sewajarnya pembelajaran menulis cerpen disekolah perlu ditingkatkan agar siswa memiliki
kemampuan memahami cerpen lebih baik. Dengan berbekal pengetahuan dan kemampuan
memahami karya sastra (cerpen), siswa dengan mudah menghayati, mengambil manfaat dari
peristiwa kehidupan serta semakin arif dan bijaksana dalam berfikir dan bertindak.
Berdasarkan informasi awal yang diterima, bahwa sebagian siswa di SMP Negeri 11
Kota Jambi dihadapkan pada persoalan yang berhubungan dengan kegiatan menulis, terutama
dalam menulis cerpen. Sebagian besar dari mereka kurang memahami unsur-unsur pembangun
cerpen. Padahal unsur-unsur pembangun cerpen mempunyai peran yang penting dalam penulisan
Pembelajaran yang diajarkan pada siswa di jenjang SMP salah satunya adalah menulis
cerita pendek (cerpen). Sesuai dengan sebutannya, cerita pendek memang sebuah cerita yang
pendek. Alur cerita tidak bertele-tele, berkepanjangan, cara pengaturan cerita padat dan pas,
Cerpen merupakan prosa yang mengkisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang berupa
yang tidak dapat dilupakan. Cerpen sebagai cerita rekaan tentunya ditulis oleh pengarang
berdasarkan kenyataan, atau yang terjadi di sekelilingnya. Kenyataan inilah yang dapat dipelajari
3
oleh siswa dan mengetahui hikmah yang terkandung di dalam cerpen tersebut untuk dijadikan
Materi pembelajaran menulis cerpen dianggap sangatlah penting bagi siswa, hal ini dapat
dibuktikan dengan tercantumnya materi penulisan cerpen dalam Kurikulum 2013 yang memuat
materi penulisan cerpen dengan Kompetensi Inti: KI 1: Menghargai dan menghayati ajaran
agama yang dianutnya. KI 2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaan. KI 3:
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
merangkai, memodifikasi dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
mengaambar dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/teori. Kompetensi Dasar 4.2: Menyusun teks hasil observasi, tanggapan
deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan pengalaman pribadi berdasarkan unsure
pembangun cerpen.
pembelajaran yang ada di sekolah-sekolah. Semuanya saling berhubungan, tidak ada yang bisa
berdiri sendiri. Kurikulum mengandung materi-materi apa saja yang menjadi batasan di setiap
tingkat kelas dan mempunyai standar penguasaan pada siswa, serta tujuan yang harus dicapai
siswa disetiap kompetensi. Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam
cerpen merupakan salah satu standar kompetensi yang harus ditempuh oleh siswa dalam
Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan menulis cerpen telah dilakukan oleh
Suhendra (2011) dengan judul “Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Muaro Jambi
Tahun Pelajaran 2010/2011 Dalam Menulis Cerpen”, bahwa kemampuan siswa kelas VII C SMP
Negeri 1 Muaro Jambi dalam menulis cerita pendek masih didapatkan beberapa kekurangan
dalam memperhatikan pemahaman tentang unsur-unsur pembangun cerpen itu sendiri, sehingga
“Bagaimanakah kemampuan menulis cerpen siswa kelas VIIC SMP Negeri 11 Kota Jambi tahun
pelajaran 2014/2015?”
Penelitian ini bertujuan untuk dapat melihat kemampuan menulis cerpen siswa kelas
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara praktis. Manfaat penelitian
1) Bagi guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran dalam menciptakan suasana belajar
mengajar sastra khususnya menulis cerpen secara bervariasi sehingga siswa tidak
2) Bagi siswa
KAJIAN PUSTAKA
keterampilan tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan antara satu dan lainnya.
Keterampilan menulis mempunyai peranan penting sama dengan keterampilan lainnya dalam
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Selain itu, keterampilan menulis digunakan manusia
sebagai tempat untuk menuangkan segala imajinasi, gagasan, pikiran, pandangan hidup, dan
Menulis dapat menghasilkan karya sastra yang dapat dinikmati oleh semua orang. Selain
itu, menulis juga dapat memperluas daya intelektual, kreativitas, dan daya imajinasi seseorang.
Melalui tulisan seseorang dapat mencurahkan pandangan, pemikirannya tentang suatu masalah
dari sudut pandang penulis sendiri dan pembaca dapat mengetahui pandangannya dan menikmati
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak tatap muka dengan orang lain (Tarigan,1986:3).
Komunikasi tidak langsung ini dilakukan dengan menggunakan media tulis, dengan
menggunakan lambang-lambang bahasa. Dasar penulisan kreatif atau creatif writing sama
Keterampilan menulis dapat mengembangkan bakat yang dimiliki setiap orang dalam
menumpahkan semua gagasan, pikiran, pengalaman dan pandangannya. Oleh karena itu, salah
6
7
satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam komunikasi adalah keterampilan
menulis. Keterampilan menulis adalah suatu proses berpikir yang dituangkan dalam bentuk
tulisan. Ide atau gagasan tersebut kemudian dikembangkan dalam wujud rangkaian kalimat,
selain itu menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Kegiatan menulis merupakan kegiatan kreativitas untuk menghasilkan karya yang berupa
tulisan. Menulis menjadi sebuah pekerjaan dari beberapa orang, dimana mereka
menggantungkan hidupnya dari apa yang telah mereka tulis walaupun pada awalnya menulis
merupakan sebuah hobi bagi kebanyakan orang. Adapun tujuan menulis yang dijabarkan oleh
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu
karena ditugaskan, bukan atas kemauannya sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca,
ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan atau penerangan kepada para
pembaca.
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca.
Tujuan ini erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi ”keinginan kreatif” di sini
melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau
seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai
kesenian.
Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis
ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi dan meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan
gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.
Tujuan-tujuan yang telah dipaparkan menjadi suatu jawaban dari pertanyaan yang
diajukan oleh beberapa orang tentang “apa yang kita tuju dalam kegiatan menulis?”. Selain
mempunyai tujuan, menulis cerpen juga mempunyai beberapa fungsi di mana menulis membantu
seseorang berfikir. Menulis itu sendiri digunakan sebagai suatu alat yang sangat ampuh dalam
belajar yang dengan sendirinya memainkan peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan.
Cerita pendek atau cerpen merupakan sebuah karya sastra berbentuk prosa dan
mempunyai komposisi cerita, tokoh, latar, yang lebih sempit dari pada novel. Cerita pendek
merupakan satu karya sastra yang sering kita jumpai di berbagai media massa. Namun demikian
9
apa sebenarnya dan bagaimana ciri-ciri cerita pendek itu, banyak yang masih memahaminya.
Kita juga harus mengetahui apa itu cerpen, supaya kita bisa memahami dan mengamalkan
Cerita yang disajikan dalam cerpen terbatas hanya memiliki satu kisah. Cerpen (Short
Story) merupakan salah satu bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Menurut Sumardjo
(2007:84), cerpen adalah seni keterampilan menyajikan cerita. Oleh karena itu, seseorang penulis
dengan panjang cerita dan kualitas struktural yang diisyaratkan oleh panjang cerita itu.
Pendapat Suroto, penulis dapat memberi ulasan mengenai pendapatnya tersebut, bahwa
cerpen adalah karangan prosa yang berisi sebuah cerita kehidupan manusia, dan manusia itulah
yang menjadi pelaku atau tokohnya. Dalam cerpen, terdapat satu peristiwa saja. Namun biasanya
ada peristiwa lain yang akan menjadi pendukung dari peristiwa pokoknya, sehingga peristiwa-
peristiwa lain tersebut tidak dikembangkan atau diceritakan secara mendalam. Jadi, hanya satu
Cerita pendek apabila diuraikan menurut kata yang membentuknya berdasarkan Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut, cerita artinya tuturan yang membentang
bagaimana terjadinya suatu hal, sedangkan pendek berarti kisah pendek (kurang dari 10.000
kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh
Pengertian cerpen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia di atas, penulis dapar
mengulas pengertian tersebut yaitu, cerpen merupakan tuturan yang memaparkan bagaimana
10
terjadinya suatu peristiwa, yang memiliki kurang dari sepuluh ribu kata dan memberikan sebuah
kesan tunggal di dalamnya yang memusat dalam satu orang tokoh saja.
Menurut Nursito (2000:12), mengatakan cerpen ialah cerita yang hanya menceritakan
satu peristiwa dari seluruh kehidupan pelakunya pendek. Cerita pendek merupakan cerita yang
pendek, namun tidak setiap cerita yang pendek digolongkan ke dalam cerpen.
Pendapat Nursito tidak jauh berbeda dengan pendapat menurut Suroto yang mengatakan
bahwa cerpen adalah cerita yang menceritakan satu peristiwa dari seluruh kehidupan pelakunya
yang pendek. Cerita itu pula tidak menceritakan banyak peristiwa, meskipun kehidupan
pelakunya memiliki banyak peristiwa penting. Karena cerita pendek ini hanya menceritakan satu
peristiwa kehidupan sang pelaku. Namun, menurut Nursito tidak setiap cerita yang pendek dapat
digolongkan ke dalam cerpen. Hal itu dikarenakan tidak semua cerita yang pendek menceritakan
sebuah peristiwa seorang tokoh. Melainkan dapat berupa sebuah cerita curahan, prosa, dll.
cerpen. Cerpen dalam pendapatnya ialah karangan pendek yang berbentuk karangan naratif atau
cerita prosa yang mengisahkan kehidupan manusia yang penuh perselisihan, memberikan cerita
yang mengharukan, atau cerita yang menggembirakan, dan bagi pembaca akan menimbulkan
kesan-kesan yang sulit dilupakan. Setelah pembaca membaca cerpen, maka akan menyisakan
kesan yang akan selalu diingat, sebagai pembelajaran dan pengalaman dalam hidupnya.
Cerpen merupakan bentuk karya sastra fiksi yang menarik untuk dibaca yang disebabkan
cerita yang disajikan pendek, tokoh terbatas, dan terdiri satu situasi. Cerpen juga tersusun atas
unsur-unsur pembangun cerita yang saling berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya.
11
Keterkaitan antara unsur-unsur pembangun cerita tersebut membentuk totalitas yang bersifat
abstrak. Koherensi dan keterpaduan semua unsur cerita yang membentuk sebuah totalitas amat
menentukan keindahan dan keberhasilan cerpen sebagai suatu bentuk ciptaan sastra.
Unsur-unsur yang ada di dalam cerpen mencakup unsur intrinsik. Seperti tema yang
merupakan ide pokok atau pikiran utama.Alur yang membantu pembaca menangkap gambaran
utuh dari cerita. Penokohan yang memberi nama dan ciri tokoh. Serta latar yang memberi pijakan
cerita. Maka kualitas cerpen ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya, dengan kriteria tema,
amanat, alur (plot), penokohan, latar (setting), gaya bahasa, dan sudut pandang yang baik
(Aminuddin, 2011:90). Cerpen yang baik mengandung unsur-unsur pembangun sebagai berikut:
a. Tema
Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai
pangkal tokoh pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya (Aminuddin,
2011:91). Tema memiliki fungsi untuk menyatukan unsur-unsur lainnya. Jadi, bisa
dikatakan tema adalah ide atau gagasan atau permasalahan yang mendasari suatu cerita
yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita. Seorang pengarang harus
memahami tema cerita yang akan dipaparkan sebelum melaksanakan proses kreatif
menjadi media pemaparan tema tersebut. Tema yang baik harusnya memenuhi kriteria
sebagai berikut.
1). Memilih tema yang mampu dan benar-benar dikuasai/dimengerti oleh pengarang
untuk dapat dipaparkan secara jelas dan benar kepada para pembaca.
2). Mengangkat tema general yang memang kerap terjadi dalam kehidupan.
12
3). Terfokus pada satu tema saja agar tidak membingungkan pembaca.
4). Tema yang dipilih juga mengandung amanat yang bersifat mendidik.
(http://bektipatria.wordpress.com/2009/12/28/materi-menulis-naskah- drama/).
1). Penulis/siswa harus memilih permasalahan yang benar-benar terjadi saat ini.
3) Penulis/siswa sebaiknya hanya memilih satu tema saja agar dapat tersampaikan
Jadi, cerpen dianggap baik dalam mendeskripsikan tema, jika arah tujuan dari
cerita terlihat jelas sampai ke kesimpulan cerita, sehingga arah cerita bisa dimengerti
pembaca.
b. Amanat
Kita dapat mengetahui amanat dalam cerita, setelah membaca cerita tersebut
secara utuh. Oleh karena itu, amanat merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan
dalam cerpen, karena dengan adanya amanat, pembaca dapat menarik suatu kesimpulan
berupa nasehat dan bisa diaplikasikan ke dalam kehidupan pembaca. Surana (2001:85)
mengungkapkan bahwa amanat atau pesan adalah gagasan yang ingin disampaikan
1). Dalam cerita memiliki pesan yang dapat digambarkan pada pembaca.
Sebaiknya penggambaran amanat atau pesan yang disampaikan melalui cerita berupa
2). Dalam cerita memiliki amanat yang disampaikan bersifat positif maupun
negatif. Sebaiknya amanat yang disampaikan berupa nasehat yang positif dan bisa
Cerpen dianggap baik jika dalam cerita tersebut memiliki amanat atau pesan
yang dapat digambarkan secara jelas kepada pembaca isi pesan yang hendak
c. Alur (plot)
Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam sebuah karya sastra
Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah
interelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi.
Dengan demikian alur atau plot merupakan kerangka utama dalam sebuah cerita.
Alur dalam cerpen atau dalam karya prosa fiksi pada umumnya adalah rangkaian cerita yang
dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para
pelaku dalam suatu cerita.
alur maju, alur sorot balik (flash back) dan alur gabungan. Alur maju adalah alur cerita
yang dimulai masa kini, lalu diungkapkan masa atau rencana mendatang. Alur mundur
adalah alur cerita dengan torehan kembali ke masa lalu, dikenal dengan sorot balik
(Surana, 2001:55). Alur gabungan adalah karya sastra bukan hanya memakai satu alur
saja yang dipakai oleh pengarang, bukan hanya alur maju atau alur mundur, sehingga
Alur atau plot dapat disimpulakan sebagai rangkaian peristiwa atau kejadian
yang terdapat dalam sebuah cerita yang mempunyai hubungan sebab akibat, sehingga
cerita yang disajikan merupakan kesatuan yang kuat dan utuh. Berikut adalah ciri-ciri
1) Alur atau plot yang baik haruslah bergerak dari permukaan atau dikenal dengan
dengan istilah eksposisi, dimana pada bagian ini para tokoh mulai diperkenalkan,
2) Alur atau plot yang baik haruslah menimbulkan ketegangan pada diri pembaca
melalui kemampuannya untuk menumbuhkan dan memelihara rasa ingin tahu dan
1) Memilih konsisten apakah akan menggunakan alur maju, mundur, atau maju mundur.
2) Jika menggunakan alur maju, buat pembaca penasaran apa yang terjadi kedepannya,
jika menggunakan alur mundur, buat pembaca penasaran apa yang melatarbelakangi
atau menjadi penyebabnya, dan jika menggunakan alur maju mundur, pandai-
pandailah mengatur bagian masa lalu dengan masa sekarang sehingga pembaca dapat
3) Alur peristiwa itu harus terjadi secara kebetulan dengan alasan yang masuk akal
(http://bektipatria.wordpress.com/2009/12/28/materi-menulis-naskah- drama/).
Bergerak dari suatu pemulaan, melalui suatu bagian tengah, menuju suatu akhir.
Dalam drama bagian-bagian ini dikenal dengan eksposisi, komplikasi, dan resolusi
(denouement).
15
Pendapat lain dikemukakan oleh Titik (2012:52) Alur yang baik memiliki
1) Alur yang ditulis hendaknya merupakan rangkaian cerita ada sebab akibat
yang mengarah pada konflik, klimaks sampai pada akhir cerita. Penggambaran alur
sebaiknya tidak membuat kebingungan pembaca. Namun tidak perlu juga berlama-
lama dalam membangun cerita itu sehingga klimaks hanya muncul dalam satu
kalimat saja.
lebih mudah. Cerita itu akan menjelaskan kenapa hal itu terjadi sehingga membuat
cerita berkesinambungan.
Rangkaian cerita yang ditulis sangat ditentukan dengan narasi, dialog pilihan
atas tokoh yang ditampilkan, serta latar yang sesuai dengan cerita. Biasanya, alur cerita
menjadi menarik ketika sampai pada suatu tahap yang mendekati klimaks. Penulis yang
memiliki wawasan yang luas dapat menyusun alur secara mengasikan meskipun
Cerpen dikatakan baik apabila jalan cerita digambarkan secara detail dan
mempunyai atmosfir cerita yang khas serta terdapat ketegangan dan kejutan serta
d. Penokohan
menyatakan bahwa penokohan atau karakterisasi adalah proses yang dipergunakan oleh
16
(2011:79) menyatakan tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita
menerangkan secara langsung sifat-sifat watak itu baik yang bersifat batiniah maupun
tetapi hal itu disampaikan melalui (1) pilihan nama tokoh, (2) melalui penggambaran
fisik atau postur tubuh, cara berpakaian, tingkah laku terhadap tokoh-tokoh lain,
lingkunganya dan sebagainya, dan (3) melalui dialog, baik dialog tokoh yang
berhasil atau tidaknya menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut.
Sedangkan, Penokohan yang di dalamnya ada perwatakan dianggap sangat penting bagi
sebuah cerita, bisa dikatakan ia sebagai mata air kekuatan sebuah cerita pendek.
diri tokoh bisa dimunculkan dari perkataan tokoh itu sendiri maupun
tokoh dapat muncul dari apa yang diperbuat tokoh. Hal ini berkaitan
dapat ditulis dalam bentuk ilustrasi. Penulis tidak mengatakan itu secara
langsung.
Tokoh tidak boleh terlepas dari tema, tanpa pengetahuan dan pemahaman
tentang tokoh yang ditampilkan, mustahil penulis dapat menghidupkan tokoh dalam
bayangan pembaca. Sejauh mana tokoh yang digambarkan dapat hidup dalam angan
pembaca, tergantung pada kepandaian penulis. Contohnya jika tokoh itu hidup di masa
lampau, penulis akan bercerita tentang keadaan pada masa lampau, termasuk adat,
Cerpen dikatakan baik apabila dalam pelukisan watak tokoh, penulis mampu
d. Latar (setting)
Sebuah cerita sering juga didukung oleh unsur-unsur yang membangun cerita
sehingga menjadi kesatuan yang utuh, salah satu unsur yang selalu hadir dalam sebuah
latar atau setting adalah lingkungan tempat peristiwa yang terjadi. Jadi, latar juga sebagai tempat
pengambilan nilai-nilai yang diungkapkan pengarang melalui cerita. Untuk menentukan peristiwa-
peristiwa yang dijalin oleh tokoh selalu di latar belakangi tempat, waktu, suasana kehidupan,
maupun situasi tertentu.
18
Sejalan dengan itu, Aminuddin (2011: 67) berpendapat bahwa latar adalah latar
peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki
fungsi fisikal dan fungsi psikologis. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penggambaran latar.
2). Latar yang tidak lazim ada di dunia secara konkrit ada baiknya lebih ditulis
(http://bektipatria.wordpress.com/2009/12/28/materi-menulis-naskah-
Latar yang baik menurut Titik (2012 : 54), memiliki latar sebagai berikut.
keadaan. Latar cerita itu menunjukkan latar belakang suatu cerita dimana,
2) Dalam cerita memberikan pijakan cerita secara nyata (kongkrit) dan jelas.
Cerpen dikatakan baik apabila tepat dalam memilih tempat yang mengukuhkan
terjadinya peristiwa, tepat memilih waktu yang memiliki tampakan atmosfir dan
f. Gaya Bahasa
Dalam karya sastra kedudukan bahasa sangat penting karena bahasa tidak hanya
digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan maksud cerita tersebut, tetapi tidak
pembacanya. Gaya bahasa dalam karya sastra dapat menimbulkan rasa keindahan, rasa
kebencian, rasa jijik, rasa kasihan, rasa kemesraan dan sebagainya, yang jelas
penggunaan gaya bahasa dapat memiliki rasa jika menggunakan bahasa itu dengan
baik.
harmonis serta mampu menuansakan makna dari suasan yang dapat menyentuh daya
yang digunakan dalam cerita, apakah berjalan santai, serius, dan puitis. Oleh karena itu,
gaya bahasa sangat berkaitan dengan penggunaan majas dan penggambaran angan. Gaya
bahasa merupakan cara pemakaian bahasa yang khas bagi seorang pengarang.
20
Titik (2012:54) mengatakan gaya adalah cara atau teknik pengarang dalam
menuturkan cerita dengan bahasanya sendiri, dan erat hubungannya dengan kepribadian
Jadi, gaya adalah keterampilan pengarang dalam mengolah dan memilih bahasa
Cerpen dianggap baik, jika tepat memilih bahasa yang mengandung unsur emosi
tepat dalam memilih ungkapan. Karena pada dasarnya, cerpen yang baik adalah cerpen
yang mempunyai gaya bahasa yang menarik, jelas dan tidak bertele-tele.
g. Sudut Pandang
berlaku sebagai tokoh utama dengan menggunakan kata ganti aku, saya, atau kami yang
berlaku sebagai pengamat dengan menggunakan kata ganti dia, mereka, ia atau kata
ganti nama”.
Jadi, sudut pandang adalah cara memandang yang digunakan sebagai sarana
menyajikan tokoh, tindakan latar, dan sebagai peristiwa yang membentuk cerita dalam
Dalam cerita penggunaan sudut pandang sesuai dengan tema orang pertama,
Cerpen dianggap baik jika dapat memberikan perasaan kedekatan tokoh dan
pembangunnya, yaitu alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa,
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Hal ini sejalan dengan pendapat
Nurboko dan Achmadi (2001:19) menyatakan bahwa penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data,
sedangkan penelitian kuantitatif adalah untuk mendeskripsikan data yang dilakukan melalui
perhitungan, penjumlahan dan pemerolehan hasil yang berupa persentase sesuai dengan kriteria
yang ditentukan.
Berdasarkan judul penelitian, maka yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 28
siswa.
Data penelitian ini adalah kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 11
Kota Jambi Tahun Ajaran 2014/2015. Sumber datanya yaitu berupa cerpen karangan siswa kelas
Menurut Arikunto (2006:160), ”Instrumen penelitian adalah alat bantu/alat ukur yang
digunakan peneliti untuk mempermudah dirinya untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan”.
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes menulis cerita pendek.
22
23
Instrumen ini disusun bertujuan untuk memperoleh data tentang kemampuan menulis
Untuk memudahkan subjek yang diteliti dalam menulis cerpen tersebut,maka instrumen
penelitian dilengkapi petunjuk pengerjaan tugas yang dirumuskan. Untuk mendapatkan data
dalam penelitian ini, maka dibutuhkan instrumen penelitian. Menurut Arikunto (2006:101),
“Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam kegiatan mengumpulkan data agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah”. Untuk memudahkan subjek yang diteliti dalam
menulis cerpen, maka instrumen penelitian dilengkapi petunjuk mengerjakan tugas yang telah
3.4.1 Validitas
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.Validitas isi menuntut
adanya kesesuaian isi antara kemampuan yang ingin diukur dan tes yang digunakan untuk
mengukurnya (Djiwandono, 2010:29). Kesesuaian ini juga mencakup bahan tes yang harus
mencerminkan cakupan bahan dan kemampuan yang dijadikan sasaran pokok tes. Dikatakan
memenuhi validitas isi apabila terdapat kesesuaian bahan tes dengan kurikulum yang berlaku.
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah”. Lebih lanjut Arikunto (2006:160) menyatakan “sebuah instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan”. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat
24
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran yang
dimaksud.
a. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil tes menulis cerpen. Peneliti
melakukan pengumpulan data dengan memberikan tes pada subjek penelitian yang
cerpen.
e. Siswa mulai menulis cerita pendek berdasarkan pengalaman pribadi mereka yang
bebas.
Tabel 3.1 Pedoman Penialaian Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Unsur-unsur Pembangunnya
No Aspek Penilaian Skor Maksimal
1 Tema 5
2 Amanat 5
3 Alur 5
4 Penokohan 5
5 Latar 5
6 Gaya Bahasa 5
7 Sudut Pandang 5
Kriteria penilaian unsur-unsur pembangun cerpen bisa dilihat dalam tabel 3.2. Adapun
aspek yang dijadikan kriteria penilaian dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen yaitu :
Tabel 3.2 Kriteria PeniaianKemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Unsur-unsur Pembangun Cerpen
Aspek
No Indikator Skor Nilai Kriteria
Penilaian
1 Tema • Dapat mendeskripsikan tema. Jika ada 5, skor 5 Sangat Mampu
• Tergambar pada ucapan, tindakan dan kejadian.
• Memiliki hubungan di setiap paragraf. Jika ada 4, skor 4 Mampu
• Arah dan tujuan cerita jelas sampai ke kesimpulan
keseluruhan cerita. Jika ada 3, skor 3 Cukup Mampu
• Dapat dimengerti oleh pembaca.
Jika ada 2, skor 2 Kurang Mampu
2 Amanat • Memiliki amanat atau pesan. Jika ada 5, skor 5 Sangat Mampu
• Dapat menggambarkan isi pesan dengan jelas.
• Dapat dimengerti pembaca. Jika ada 4, skor 4 Mampu
• Bersifat nasehat langsung atau tidak langsung
• Terdapat dikeseluruhan isi cerpen. Jika ada 3, skor 3 Cukup Mampu
3 Alur • Memiliki peristiwa (maju, mundur atau gabungan) Jika ada 5, skor 5 Sangat Mampu
• Memiliki pembuka, konflik dan akhir.
• Berkesinambungan. Jika ada 4, skor 4 Mampu
• Memiliki atmosfer cerita.
• Jalan cerita digambarkan secara jelas. Jika ada 3, skor 3 Cukup Mampu
26
4 Penokohan • Memiliki tokoh dan watak yang jelas (antagonis, Jika ada 5, skor 5 Sangat Mampu
protagonis)
• Tokoh sesuai dengan tema cerita. Jika ada 4, skor 4 Mampu
• Terdapat penjelasan tokoh.
• Terdapat penggambaran fisik tokoh. Jika ada 3, skor 3 Cukup Mampu
• Tokoh dapat dimengerti pembaca.
Jika ada 2, skor 2 Kurang Mampu
6 Gaya • Memilih kata dan penggunaan kalimat yang baik. Jika ada 5, skor 5 Sangat Mampu
Bahasa • Mengandung unsur emotif bersifat konotatif.
• Menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca. Jika ada 4, skor 4 Mampu
• Memilih ungkapan yang mewakili sesuatu yang
diungkapkan. Jika ada 3, skor 3 Cukup Mampu
• Memiliki majas serta penghematan kata dan kalimat.
Jika ada 2, skor 2 Kurang Mampu
7 Sudut • Memiliki letak sudut pandang yang jelas dengan orang Jika ada 5, skor 5 Sangat Mampu
Pandang pertama, orang ketiga maupun campuran.
• Memiliki kejelasan siapa yang diceritakan. Jika ada 4, skor 4 Mampu
• Memiliki kesesuaian dengan tema.
• Memberikan perasaan kedekatan tokoh. Jika ada 3, skor 3 Cukup Mampu
• Menunjukkan perasaan tokoh kepada pembaca.
Jika ada 2, skor 2 Kurang Mampu
Berdasarkan kriteria dalam tabel 3.2, dapat diketahui siswa yang berhasil mencapai skala
nilai sangat mampu, mampu, cukup mampu, kurang mampu dan tidak mampu. Berikut ini adalah
Tabel 3.3 Daftar skala skor keterampilan menulis cerpen berdasarkan Penerapan Unsur-unsur Pembangun
Cerpen
Aspek Penilaian
Skala
Nilai Tema Amanat Alur Penokohan Latar Gaya Bahasa Sudut Pandang
5 5 5 5 5 5 5
SM
4 4 4 4 4 4 4
M
3 3 3 3 3 3 3
CM
2 2 2 2 2 2 2
KM
1 1 1 1 1 1 1
TM
Keterangan:
CM = Cukup Mampu
Tabel 3.4 Contoh Format Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Cerpen
Jumlah nilai
Skor
Skor untuk tiap unsur (skor akhir : skor
No Nama Siswa akhir
maksimum= hasil)
1 2 3 4 5 6 7
1
2
3
4
5
6
7
8
28
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Keterangan:
1. Membaca seluruh cerpen siswa. Lalu mencari ketujuh unsur pembangun cerpen dan
menilai satu per satu tulisan tersebut. Tulisan akan dinilai penilai I (Guru Bahasa
Indonesia kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi), kemudian dinilai oleh penilai II
sebagai berikut:
M= ∑fx
N
Keterangan:
M = Rata-rata skor
∑ fx = Jumlah skor standar
N = Jumlah Individu
Berdasarkan kriteria tersebut maka prosedur penafsiran dalam penelitian ini adalah
HASIL PENELITIAN
Mengukur tingkat kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota
Jambi Tahun Ajaran 2014/2015, hasilnya diperoleh melalui perhitungan dari penilaian dari
unsur-unsur pembangun cerpen yaitu tema, amanat, alur, penokohan, latar, gaya bahasa, dan
sudut pandang. Hasil penilaian tersebut dapat dilihat pada uraian sebagai berikut.
Tema adalah ide atau gagasan yang mendasari suatu cerita yang merupakan titik tolak
pengarang dalam menyusun cerita atau karya sastra. Aspek tema difokuskan pada keterkaitan
tema dengan kejadian sehari-hari yang biasa terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.
Kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi dari unsur
tema:
M=
∑ fx
N
= 95
28
= 3,3
Kemampuan rata-rata siswa dalam menerapkan unsur tema, termasuk dalam kategori
30
31
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya kepada
pembaca atau pendengar.Pesan bisa berupa harapan, nasehat, kritik, dan sebagainya.
Kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi dari unsur
amanat:
M=
∑ fx
N
= 89
28
= 3,1
Kemampuan rata-rata siswa dalam menerapkan unsur amanat termasuk dalam kategori
Alur merupakan rangkaian peristiwa yang mempunyai hubungan sebab akibat, sehingga
cerita yang disajikan merupakan kesatuan yang utuh.Aspek penggunaan alur difokuskan pada
kemampuan siswa dalam menciptakan alur yang menarik dan bisa dimengerti pembaca.
Kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi dari unsur
alur:
M=
∑ fx
N
= 56
28
=2
32
Kemampuan rata-rata siswa dalam menerapkan unsur alur termasuk dalam kategori
Penokohan adalah pemberian sifat pada pelaku-pelaku yang di buat dalam cerpen. Aspek
Kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi dari unsur
penokohan:
M=
∑ fx
N
= 50
28
= 1,7
Latar merupakan keterangan yang menyebutkan waktu, ruang, dan suasana terjadinya
peristiwa yang di buat dalam cerpen.Aspek penggunaan latar difokuskan pada ketetapan siswa
Kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi dari unsur
latar:
M=
∑ fx
N
33
= 75
28
= 2,6
Kemampuan rata-rata siswa dalam menerapkan unsur latar termasuk dalam kategori
Gaya adalah keterampilan pengarang dalam mengolah dan memilih bahasa secara tepat
dan sesuai dengan pikiran dan watak pengarang. Aspek penggunaan gaya bahasa difokuskan
pada ketetapan dalam memilih ungkapan yang mewakili sesuatu yang diungkapkan.
Kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi dari unsur
gaya bahasa:
M=
∑ fx
N
= 61
28
= 2,1
Kemampuan rata-rata siswa dalam menerapkan unsur gaya bahasa termasuk dalam
Sudut pandang adalah posisi pengarang pada sebuah cerita. Kemampuan menulis cerpen
siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi dari unsur sudut pandang.
34
M=
∑ fx
N
= 37
28
= 1,9
Kemampuan rata-rata siswa dalam menerapkan unsur sudut pandang termasuk dalam
Setelah semua perhitungan penilaian terhadap kemampuan menulis cerpen siswa kelas
VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi telah dilakukan, langkah selanjutnya adalah menjumlahkan
seluruh nilai dari setiap unsur pembangun yakni tema, amanat, alur,penokohan, latar, gaya
bahasa, dan sudut pandang. Kriteria penilaian dari unsur tema, tergolong dalam kriteria
“mampu” dengan unsur amanat tergolong dalam kriteria “mampu” dengan unsur alur tergolong
dalam kriteria“kurang mampu”, unsur penokohan dalam kriteria “kurang mampu”, unsur latar
tergolong dalam kriteria “cukup mampu”, unsur gaya bahasa tergolong dalam kriteria “cukup
mampu”, dan unsur sudut pandang tergolong dalam kriteria “kurang mampu”.
35
Tabel 4.1.8 Data Hasil Tes Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Kelas VII C
SMP 11 Kota Jambi
Mengetahui
Wali Kelas VII C
Zuraidah, S.Pd
36
M=
∑ fx
N
= 14,8
7
= 2,1
Apabila penghitungan nilai sudah didapat, kemudian peneliti mencocokkan dengan
menulis cerpen siswa kelas VII C SMP 11 Kota Jambi, yaitu dengan nilai 2,1. Nilai tersebut
4.2 Pembahasan
Berdasarkan penilaian kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 11
Kota Jambi tahun ajaran 2014/2015 secara keseluruhan kemampuan rata-rata siswa dalam
menulis cerpen berdasarkan penerapan unsur tema adalah 3,3 dengan kategori “mampu”, karena
berada pada interval 3,1-4. Dalam hal memilih dan mengemas tema siswa mampu, hal ini
diketahui ada sebanyak 9 dari 28siswa yang memperoleh nilai 5,4 dari 28 siswa memperoleh
Hal ini dikarenakan siswa mampu mengerti tentang tema sehingga tema yang diangkat
pun bisa jelas dan siswa mengangkat tema yang mengandung ajaran yang bersifat mendidik atau
positif. Sisanya 6 siswa yang memperolah nilai 2,dan 3 siswa yang memperoleh nilai 1.
Perolehan tersebut membuktikan bahwa siswa sudah mampu memilih tema yang benar-benar
dikuasai atau dimengerti oleh pengarang untuk dapat dipaparkan secara jelas dan mengangkat
tema yang bersifat general yang memang kerap terjadi dalam kehidupan.
37
unsur amanat adalah 3,1 dengan kategori “mampu”, karena berada pada interval 3,1-4. Dalam
hal ini, siswa cukup mampu menyampaikan amanat ke dalam cerpen.Hal ini diketahui ada
sebanyak 7 siswa yang yang tidak mampu memperoleh nilai rata-rata,dan 4 siswa yang
memperoleh nilai rata-rata 2. Hal ini dikarenakan siswa kurang mengerti tentang amanat,
sehingga amanat yang akan disampaikan menjadi tidak jelas. Sisanya 5 siswa yang memperoleh
nilai rata-rata 3,6 siswa yang memperoleh nilai rata-rata 4 dan 6 siswa yang memperoleh nilai
rata-rata 5. Perolehan tersebut membuktikan bahwa siswa sudah mampu menyampaikan amanat
Kemampuan rata-rata siswa dalam menulis cerpen berdasarkan penerapan unsur alur
adalah 2 dengan kategori “kurang mampu”, karena berada pada interval 1,1-2. Dalam hal ini,
siswa kurang mampu membuat jalan cerita di dalam cerpen. Hal ini diketahui ada sebanyak 10
siswa yang memperoleh nilai 1, 9 siswa yang memperoleh nilai 2 dan hanya1 siswa yang
memperoleh nilai 4. Hal ini dikarenakan siswa kurang meemahami tentang alur, sehingga alur
yang dibuat menjadi tidak jelas. Sisanya 8 siswa yang memperolah nilai 3, 19. Perolehan tersebut
membuktikan bahwa siswa ada yang cukup mampu membuat jalan cerita atau alur ke dalam
penerapan unsur penokohan adalah 1,7 dengan kategori “kurang mampu”, karena berada pada
interval 1,1-2. Dalam hal ini, siswa kurang mampu menampilkan tokoh di dalam cerpen.Hal ini
diketahui ada sebanyak 13 siswa yang memperoleh nilai 1, dan hanya 2 yang memperoleh nilai
4, 8 siswa yang memperoleh 2 sedangkan yang memperoleh nilai 3 hanya 5. Hal ini dikarenakan
siswa kurang memahami tentang penokohan, sehingga tokoh yang dibuat menjadi tidak jelas.
38
penerapan unsur latar adalah 2,6 dengan kategori “cukup mampu”, karena berada pada interval
2,1-3. Dalam hal ini, siswacukup mampu mendeskripsikan latar di dalam cerpen. Hal ini
diketahui ada 4 siswa yang memperoleh nilai 1, dan 9 siswa yang memperoleh nilai 2. Hal ini
karena siswa yang kurang mampu menciptakan latar sebagai tempat mengungkapkan nilai-nilai.
Sisanya 9 siswa yang memperolah nilai 3, hanya 2 siswa yang memperoleh nilai 4, dan 4 siswa
yang memperoleh nilai 5. Perolehan tersebut membuktikan bahwa siswa cukup mampu
penerapan unsur gaya bahasa adalah 2,1 dengan kategori “cukup mampu”, karena berada pada
interval 2,1-3. Dalam hal ini,siswa cukup mampu memakai gaya bahasa yang baik di dalam
cerpen.Walaupun ada sebanyak 13 siswa yang yang memperoleh nilai 1, dan 10 siswa yang
memperoleh nilai 2 siswa yang memperoleh. Hal ini karena siswa yang kurang mampu memakai
gaya bahasa dan memilih kata-kata yang baik di dalam cerpen. Sisanya hanya 5 siswa yang
memperolah nilai 3, perolehan tersebut membuktikan bahwa siswa sudah mampu memakai gaya
bahasa yang baik ke dalam cerpen serta dapat dimengerti oleh pembaca.
rata-rata siswa dalam menulis cerpen berdasarkan penerapan unsur sudut pandang adalah 1,9
dengan kategori “kurang mampu”, karena berada pada interval 1,1-2. Dalam hal ini, siswa
kurang mampu memberikan sudut pandang dan kesesuaian dengan unsur-unsur yang lain di
dalam cerpen. Hal ini diketahui ada sebanyak 21 siswa yang yang memperoleh nilai 1, dan ada 5
siswa yang memperoleh nilai 2. Hal ini karena siswa yang kurang mampu memberikan sudut
pandang yang jelas, sehingga tidak dapat dipahami oleh pembaca. Sisanya hanya 2 siswa yang
39
memperolah nilai 3. Siswa yang memperoleh nilai 3 membuktikan bahwa siswa sudah cukup
mampu memberikan sudut pandang yang baik dan kesesuaian dengan unsur-unsur yang lain di
Teori menulis cerpen, menurut Titik (2012 : 50) yaitu untuk dapat menulis cerpen dan
fiksi yang baik, terlebih dahulu harus dipahami arti menulis dan arti fiksi serta mengenal unsur-
unsur pembangun cerita. Jika hal itu sudah dipahami, barulah pekerjaan menulis dapat dimulai.
Berdasarkan kenyataan temuan penulis, kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP
Negeri 11 Kota Jambi berkategori “cukup mampu”, dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.4.2 Berikut nilai kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII C SMP 11 Kota
Jambi.
cerpen oleh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Muaro Jambi oleh Suhendra (2011). Hasil
penelitian ini diperoleh secara umum kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Muaro
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dalam bab IV, disimpulkan bahwa kemampuan menulis
cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi tahun ajaran 2014/2015 berdasarkan unsur-
unsur pembangun cerpen berada pada kriteria “cukup mampu” dengan nilai 2,1.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa di kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Jambi
masih memiliki kelemahan dalam menerapkan tema, menyelipkan amanat, menerapkan alur
menentukan tokoh dan penokohan, membangun latar, menggunakan gaya bahasa dan
5.2 Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan
2. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti kemampuan menulis cerpen secara
40
41
DAFTAR RUJUKAN
Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung :Sinar Baru Algensindo.
http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/29/unsur-unsur-intrinsik-dalam-
prosa/http://identesis.com/peningkatan-kemampuan-menulis-cerpen-melalui teknik-pengandaian-
diri-siswa-kelas-X2-SMAN4
42
Lampiran 1
Lampiran 2
Skor Kategori
No. Nama Siswa
Mengetahui
Wali Kelas VII C
Zuraidah, S.Pd
44
Lampiran 3
Skor Kategori
No. Nama Siswa
Mengetahui
Wali Kelas VII C
Zuraidah, S.Pd
45
Lampiran 4
Skor Kategori
No. Nama Siswa
Mengetahui
Wali Kelas VII C
Zuraidah, S.Pd
46
Lampiran 5
Skor Kategori
No. Nama Siswa
Mengetahui
Wali Kelas VII C
Zuraidah, S.Pd
47
Lampiran 6
Skor Kategori
No. Nama Siswa
Mengetahui
Wali Kelas VII C
Zuraidah, S.Pd
48
Lampiran 7
Skor Kategori
No. Nama Siswa
Mengetahui
Wali Kelas VII C
Zuraidah, S.Pd
49
Lampiran 8
Skor Kategori
No. Nama Siswa
Mengetahui
Wali Kelas VII C
Zuraidah, S.Pd
50
SMP N 5 Ma. Bungo dan selesai pada tahun 2007. Pada tahun
Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai Mahasiswa Universitas Jambi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, melalui Jalur Reguler Mandiri. Memasuki semester tiga pada tahun 2011
penulis memilih jurusan jurnalistik sebagai mata kuliah kekhususan dan magang di Harian Jambi
Independent. Memasuki semester tujuh penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di dusun
Berbak. Kab Tanjabtim. Dan semester delapan penulis melaksanakan Praktik Pendidikan di
SMA N 8 Jambi, dan pada hari Jumat, tanggal 13 Februari tahun 2015 penulis berhasil
mempertahankan skripsinya dihadapan Dewan Penguji dan dinyatakan lulus serta memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dengan Indek Prestasi Kumulatif (IPK) yaitu 3,32 (Tiga koma