Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Bahasa Daerah

Salah satu keputusan kongres internasional II Bahasa-bahasa Daerah di

Sulawesi Selatan pada tanggal 14 Oktober 2012 adalah merekomendasikan bahwa

bahasa daerah dijadikan mata pelajaran tersendiri di dalam kurikulum dan

diajarkan pada jenjang pendidikan mulai dari jenjang pendidikan mulai dari

jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan dasar dan jenjang

pendidikan menengah. Dengan demikian, diperlukan satandar kompotensi mata

pelajaran bahasa daerah yang memadai dan efektif sebagai alat berkomunikasi,

dalam interaksi sosial dan sebagai media pengembangan ilmu dan alat pemersatu

antara masyarakat daerah.

Bahasa daerah merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling

berbagi pengalaman, saling meningkatkan kemampuan intelektual, dan

kesusastraan antara warga masyarakat pada tingkat daerah. Standar Kompetensi

mata pelajaran bahasa daerah adalah program untuk mengembangkan

pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa daerah,

serta menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.

Standar kompetensi ini disusun dengan mempertimbangkan kedudukan

dan fungsi bahasa daerah di Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan nasional,

dalam kebudayaannya sebagai bahasa daerah memiliki beberapa fungsi, yaitu (1)

7
8

sebagai lambang kebanggan daerah, (2) lambang identitas daerah, (3) alat

perhubungan antarasemua masyarakat daerah, (4) bahasa pengantar pada kelas-

kelas permulaan di sekolah dasar yang berbahasa ibu bahasa daerah (Daeng dan

Syamsuddin 2013:4).

Secara umum tujuan pembelajaran bahasa daerah sebagai berikut:

a. Siswa menghargai dan bangga terhadap bahasa daerah sebagai warisan

budaya bangsa;

b. Siswa memahami bahasa daerah dari segi bentuk, makna dan fungsi,

serta menggunakannya dengan tepat dan efektif untuk bermacam-

macam tujuan, keperluan, dan keadaan;

c. Siswa memiliki kompetensi menggunakan bahasa daerah untuk

meningkatkan kecerdasan spritual, intelektual, dan emosional, serta

kematangan sosial;

d. Siswa dapat disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan

menulis);

e. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk

mengembangkan kepribadian, dan memperluas wawasan kehidupan;

f. Siswa menghargai dan bangga terhadap sastra daerah sebagai warisan

budaya yang agung;

2. Menulis

a. Pengertian Menulis

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai peserta didik

adalah menulis. Kegiatan menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
9

keseluruhan proses kegiatan belajar mengajar bidang studi bahasa dan sastra

Indonesia. Dengan menulis, peserta didik diharapkan dapat menuangkan ide,

pikiran, dan perasaannya kedalam bahasa Makassar, bagi yang berkaitan dengan

kebahasaan maupun kesustraan.

Menulis adalah mencoretkan huruf atau angka dengan pena dan

sebagainya di atas kertas atau yang lain (kamus terbaru bahasa Indonesia).

(Tarigan 1986:21), mengemukakan bahwa menulis adalah menurunkan atau

menuliskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang

dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang

grafik tersebut sepanjang mereka memahami bahasa dan gambaran grafik

tersebut. Menulis merupakan keterampilan berbahasa aktif. Menulis merupakan

kemampuan puncak seseorang untuk dikatakan terampil berbahasa. Menulis

merupakan keterampilan yang sangat kompleks.

Menulis dalam arti komunikasi adalah menyempaikan pengetahuan atau

informasi tentang subjek, defenisi tersebut diungkapkan oleh Gere. Semi juga

mengatakan bahwa menulis pada hakikatnya merupakan pemindahan pikiran atau

perasaan ke dalam bentuk lambang bahasa (Syarif dkk, 2009:5). Dari beberapa

pengertian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan proses

menyampaikan pikiran melalui lambang bahasa yang diwujudkan di atas kertas

atau semacamnya.

b. Tujuan Menulis

Menurut (Semi 2007:14-21) tujuan menulis ada lima yaitu: 1) untuk

menceritakan sesuatu, 2) untuk memberi petunjuk, 3) umtuk menjelaskan sesuatu,


10

4) untuk meyakinkan, dan 5) untuk dirangkum. Adapun uraian penjelasan dari

tujuan tersebut sebagai berikut:

1) untuk menceritakan sesuatu

Setiap orang mempunyai pengalaman hidup. Selain itu, orang juga

mempunyai pikiran, perasaan, imajinasi, dan intuisi. Semuanya itu ada dalam diri

setiap manusia. Segala hal itu sebaiknya dikomunikasikan kepada orang lain

dalam bentuk tulisan.

2) untuk memberikan petunjuk dan pengarahan

Bila seseorang mengajari orang lain tentang bagaimana mengajarkan

sesuatu dengan tahapan yang benar, berarti dia sedang memberi petunjuk atau

pengarahan.

3) untuk menjelaskan sesuatu

Apabila anda menghadapi atau membaca barbagai buku pelajaran sehari-

hari, tentu kamu akan merasakan bahwa, buku itu berisi berbagai penjelasan.

Sebagai contoh buku tentang manfaat berolah raga, maka tulisan itu dapat

digolongkan kedalam tulisan yang bertujuan menjelaskan sesuatu.

4) untuk meyakinkan

Adakalanya orang menulis untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat

atau pandangannya mengenai sesuatu. Mengapa seseorang perlu meyakinkan

orang lain tentang pandangan atau buah pikirannya, karena orang sering berbeda

pendapat tentang banyak hal. Suatu ketika seseorang ingin mengajak orang lain

untuk percaya dengan pandangannya karena dia merasa apa yang dipikirkannya

dan dilakukannya merupakan sesuatu yang benar.


11

5) untuk merangkum

Tujuan menulis semacam ini, umumnya dijumpai pada kalangan murid

sekolah, baik yang berada di sekolah dasar, sampai para mahasiswa yang berada

diperguruan tinggi.

Berbeda dengan Semi, Hartig (dalam Tarigan, 2008) Membagi tujuh

tujuan menulis:

1) Tujuan penugasan adalah tulisan yang pada dasarnya tidak mempunyai tujuan

sama sekali, penulis, menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan

tersendiri.

2) Tujuan altruistik adalah tulisan yang berusaha untuk menyenangkan para

pembaca, ingin membantu pembaca memahami, menghargai perasaan dan

penalannya dan mengatasi segala macam persoalan yang dihadapi.

3) Tujuan persuasif adalah tulisan yang berusaha meyakinkan para pembaca

tentang kebenaran yang diutarakan penulis lewat tulisanya.

4) Tujuan informasi adalah tulisan yang berusaha memberikan keterangan atau

informasi kepada para pembaca.

5) Tujuan pernyataan diri adalah tulisan yang berusaha memperkenalkan dan

menyatakan diri kepada pembaca melalui tulisannya.

6) Tujuan kreatif adalah jenis tulisan yang erat kaitannya dengan tujuan

pernyataan diri, namun keinginan kreatif melebihi pernyataan diri, karena

penulisan melihatkan diri untuk mencapai norma artistik atau seni ideal.

7) Tujuan pemecahan masalah adalah jenis tulisan dimana penulis berusaha

memecahkan masalah yang dihadapi dengan menyalurkan ide-idenya dalam


12

bentuk tulisan. Maksud dari penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, serta

meneliti secara cermat atau gagsan-gagasan agar dapat dimegerti dan diterima

oleh pembaca (Pujiono 2013:69).

Kedua pendapat tersebut, penulis menyatupadukan pendapat dari Hartig

dan Semi sesuai dengan tujuan penulisan yang diinginkan oleh penulis, dari

pendapat Semi tujuan penulisan yang dipilih penulis adalah tujuan untuk

menceritakan sesuatu karena tujuan ini sesuai dengan tema perjuagan dan tema

pendidikan yang mana siswa menceritakan perjuangan para pahlawan, orang-

orang yang ada dilingkungannya maupun pengalaman hidupnya. Tujuan menulis

ini juga sesuai dengan tema pendidikan karena ketika mendengar kata pendidikan

yang ada dipikiran dan imajinasi siswa berhubungan dengan sekolah. Oleh karena

itu siswa mampu menceritakan mengalaman pendidikan yang mereka rasakan atau

apa yang mereka lihat tentang pendidikan yang ada di Indonesia.

Pendapat Hartig, penulis memilih tiga tujuan dari ke tujuh menulis yang

diuraikan yaitu pertama tujuan penugasan, pada tujuan penugasan ini siswa siswa

menulis bukan karena kemauan tersendiri malainkan tugas yang diberikan penulis.

Tujuan kedua yaitu tujuan persuasif yang sesuai dengan tema tema lingkungan

yang mana pada tujuan penulisan ini siswa meyakinkan para pembaca tentang

kebenaran yang diuraikan dalam puisi yang dituliskan. Selanjutnya tujuan kreatif

yang juga erat kaitannya dengan tujuan pernyataan diri yang sesuai dengan tema

yang mana siswa berusaha memperkenalkan dan menyatakan dirinya kepada

pembaca melalui tulisan yang kreatif yang melibatkan diri untuk mencapai norma

artistik atau seni ideal.


13

3. Pembelajaran Sastra

Kalau kita berbicara tentang sastra secara koheren, fungsi dan sifatnya

tidak dapat dipisahkan. Fungsi puisi sesuai dengan sifat-sifatnya: setiap benda

atau jenis benda berfungsi paling tepat dan efesien sebagai dirinya sendiri (Wellek

2014:23). Sastra adalah alat (wahana) untuk mengajarkan kearifan hidup.

Kearifan hidup tidak lain adalah suatu kebenaran (Suwardi 2012: 2). Sastra

Indonesia dibandingkan dengan sastra di negara lain sesungguhnya lahir dan

berkembang dalam dinamika sosiokultural yang khas. Khasnya sastra Indonesia

berada pada heterogenitasnya tentang masyarakat Indonesia yang memiliki

kebudayaan yang beragam. Sastra yang lahir dan berkembang pada masyarakat

dengan kebudayaan yang berbeda. Perbedaan ini akan sangat berpengaruh pada

masalah yang akan dihadapi oleh masyarakat Indonesia seiring perkembangan

zaman.

Dilihat dari fungsinya karya sastra bukan hanya berfungsi sebagai media

alternatif yang dapat menghubungkan manusia masa lampau, masa sekarang, dan

masa yang akan datang tetapi juga dapat berfungsi sebagai bahan informasi masa

lampau yang berguna dalam upaya merancang peradaban manusia kearah

kehidupan yang lebih baik dan berpihak di masa yang akan datang.

Masalah yang dihadapi saat ini adalah bagaimana pembelajaran sastra

dapat memberikan sumbangan yang maksimal untuk pendidikan secara utuh. Dari

pendapat tersebut dapat diungkapkan bahwa pembelajaran sastra sangatlah

diperlukan. Hal ini bukan saja ada hubungan dengan konsep atau pengertian sastra

tetapi juga ada dengan tujuan akhir dari pembelajaran sastra. Dewasa ini sama-
14

sama dirasakan kepekaan manusia terhadap peristiwa-peristiwa disekitar semakin

tipis, kepekaan terhadap masalah-masalah manusia semakin berkurang. Inilah

sebaiknya yang perlu menjadi bahan renungan sebagai dasar untuk

mempersiapkan pembelajaran sastra di kelas yang merupakan pembelajaran

apresiasi. Pembelajaran sastra dipandang penting dalam pembinaan kehidupan

manusia. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang tidak lepas dari

kehidupan sekitar. Pembelajaran sastra mengambil objek kehidupan sehari-hari

untuk di tuangkan dalam bentuk karya sastra.

4. Puisi

a. Pengertian Puisi

Tang (2008:39) mengatakan bahwa puisi merupakan salah satu bentuk

(genre) sastra yang berbeda dengan bentuk prosa atau drama. Mulyana (dalam

Tang 2008:39) mengatakan bahwa puisi adalah sintesis dari pelbagai peristiwa

bahasa yang telah tersaring semurni-murninya dan pelbagai proses jiwa yang

mencari hakikat pengalamannya, tersusun dengan sistem korespondensi dalam

salah satu bentuk.

Dunton (dalam Mahmudah 2012 : 2) berpendapat bahwa sebenarnya puisi

itu merupakan pemikiran manusia secara kongkret dan artistik dalam bahasa

emosional serta berirama. Misalnya, sengan kiasan, dengan citra-citra dan di

susun serta artistik (misalnya selaras, sitemati, pemilihan kata-katanya tepat dan

sebagainya) dan bahasa-bahasanya penuh perasaan serta berirama seperti musik,

(pergantian bunyi kata-katanya berturut-turut secara teratur).


15

b. Perbedaan Puisi Baru dan Puisi Lama dalam bahasa Makassar

Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra tertua. Puisi berisi

perasaan sang penulis dengan bahasa sarat makna dan berirama. Untaian kata

yang cantik dan makna yang dalam dari setiap penggunaan kata itulah yang

membuat puisi tak hilang ditelan zaman.

Melirik sejarah perkembangan puisi dunia secara garis besar dapat dibagi

dua yaitu puisi baru dan puisi lama dalam bahasa Makassar. Puisi lama bahasa

Makassar adalah puisi yang masih terikat dengan aturan-aturan yang ketat. Ciri-

ciri puisi lama dalam bahasa Makassar yang mengikat tiap puisi. Berdasarkan

bentuknya, jenis puisi lama bahasa Makassar dapat dibedakan menjadi doangan,

paruntuk kana, kelong, pakkiok bunting, dondo, aru dan rapang. Puisi lama

banyak digunakan sebagai pujian atas Tuhan sebagai rasa syukur atau sarana

pemberi nasehat di dalam suatu masyarakat.

Puisi baru dalam bahasa Makassar yaitu kelong karena kelong merupakan

ucapan atau perkataan yang diucapkan dengan intonasi dan nada atau irama

tertentu dengan menggunakan bahasa Makassar untuk menyampaikan maksud

tertentu. Sejak dahulu orang Makassar telah mengenal tentang bahasa berirama

atau sastra jenis ini. Kelong dapat dibandingkan dengan pantun yaitu masing-

masing terdiri atas empat baris dalam satu bait. Namun demikian terdapat juga

beberapa perbedaan antara lain: (1) Kelong tidak mementingkan sajak; (2) Tidak

menjadi syarat bagi kelong bahwa baris pertama dan kedua merupakan lampiran

seperti pantun; (3) Kesatuan suara terdapat pada tiap-tiap baris, dan terwujud pula
16

kesatuan sintaksis yaitu kata dan kelompok kata, maka kelong itu tergolong ke

dalam puisi seperti kata, kelompok kata, kelong termasuk puisi baru dalam bahasa

Makassar.

Perbedaan puisi baru dan puisi lama, puisi baru lebih bebas dan lincah.

Tak seperti puisi lama bahasa Makassar yang penggunaannya lebih ditujukan

untuk kepentingan agama, budaya, dan masyrakat, puisi baru bahasa Makassar

lebih mementingkan isi atau makna.

c. Struktur Puisi

Dalam pandangan struktural, secara garis besar puisi dapat dibagi ke

dalam dua bagian yaitu struktur fisik atau metode puisi dan struktur batin atau

hakikat puisi. Secara ringkas akan dikemukakan kedua masalah tersebut:

1) Struktur fisik atau metode puisi (Bentuk Puisi)

Struktur fisik atau metode puisi meliputi diksi, pengimajian, kata konkret,

bahasa figuratif (majas), verifikasi, dan tata wajah Semi (dalam Tang 2008:41).

a) Diksi (pilihan kata)

sangat penting bagi penyair. Penyair harus cermat memilih kata, sebab

kata yang ditulis dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dan rima dan

irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata

dalam keseluruhan puisi.

b) Pengimajian

Adalah kata/susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman

sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.

c) Kata konkret
17

Adalah kata-kata itu dapat menyarankan arti yang menyeluruh.

Pengkonkretan kata berhubungan erat pengimajian, pelambangan dan

pengiasan.

d) Bahasa figuratif (majas)

Adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan

cara yang biasa yakni secara langsung mengungkapkan makna. Kata atau

bahasanya bermakna kias atau makna lambang.

e) Verifikasi ( rima, ritma, dan metrum)

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi; ritma sangat erat

berhubungan dengan bunyi juga berhungan dengan pengulangan bunyi, kata

frasa, dan kalimat; sedangkan metrum berupa pengulangan tekanan kata yang

tetap.

f) Tatawajah (tipografi)

Tatawajah atau tipografi berkaitan erat dengan bentuk yang khas sebuah

puisi. Bentuk khas sebuah puisi seringkali berperan penting menciptakan

makna (Tang 2008:41).

2) Struktur batin atau hakikat puisi (isi puisi)

Struktur batin atau hakikat puisi meliputi tema/amanat (pesan), nada

perasaan (feeling), dan suasana. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan

dijelaskan secara ringkas:

a) Tema/amanat (pesan)

Adalah gagasan utama (pokok pikiran) yang di kemukakan oleh panyair.

Pokok pikiran atau gagasan sentral itu demikian kuat mendesak dalam jiwa
18

penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapan atau penciptaan

sebuah karya sastra. Lain halnya dengan amanat (pesan) yakni hal yang

mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanatnya umumnya

tersirat dibalik kata-kata yang tersusun dan juga berada di balik tema yang

diungkapkan. Amanat juga terkadang dikemukakan secara tersurat, berupa

jalan keluar atau jawaban dari persoalan dalam sebuah karya sastra. Secara

substansial tema berbeda dengan amanat, tema berhubungan dengan arti

sastra, sedangkan amanat berhubungan dengan makna sastra.

b) Nada

Tinggi rendahnya suatu bunyi dalam puisi atau ungkapan keadaan jiwa

atau suasana hati.

c) Perasaan (feeling)

Berkaitan dengan suasana perasaan penyair yang diekspresikan yang

mungkin dapat dihayati oleh pembaca.

d) Suasana

Merupakan keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi atau akibat

psokologis yang ditimbulkan sebuah puisi terhadap pembaca.

d. Puisi Bebas Makassar

Masyarakat Makassar mengenal berbagai jenis bentuk puisi seperti

doangang, paruntuk kana, rapang, dondo, aru, pakkiok bunting dan kelong

(Daeng 2016:58). Karya sastra Makassar yang paling banyak mengalami

perkembangan adalah puisi yang berbentuk puisi bebas.


19

Puisi bebas merupakan puisi yang tidak terikat pada aturan khusus yaitu

jumlah baris pada tiap bait, jumlah suku kata tiap baris, sajak, irama, ritma dan

pilihan kata. Dalam menulis puisi bebas pun hal yang penting adalah bahwa

perasaan penulis dapat terekspresi dalam bentuk kata. Kata yang tepat sehingga

menghasilkan makna yang tajam dan mendalam.

Adapun langkah-langkah menulis puisi bebas adalah sebagai berikut:

1. Menentukan tema.

2. Menuliskan baris demi baris dan bait demi bait dan pilihan kata yang

tepat sehingga tercipta sebuah puisi.

3. Mengoreksi kembali antara ketepatan diksi dengan makna.

4. Memadatkan kata-kata dalam puisi tanpa mengurangi makna (Kartini

2016:4).

Puisi bebas dengan menggunakan bahasa Makassar sudah mulai kita

dapati di lingkungan masyarakat terutama di dunia musik. Tetapi untuk lebih

meningkatkan karya sastra Makassar dalam hal ini menulis puisi bebas dalam

bahasa Makassar perlu kita peruntukkan kepada siswa agar lebih bebas

mengeluarkan ide, kreatifitas, dan perasaannya dalam bentuk puisi.

e. Ciri-ciri Puisi

Wahyuni (2014:15-17) mengemukakan bahwa pada dasarnya, puisi memiliki

ciri-ciri yang menurut perkembangan zamannya. Akan tetapi, meskipun memiliki

ciri-ciri yang berbeda, puisi tetap memiliki kesamaan yang dapat dikategorikan

sebagai ciri-ciri umum puisi, yakni sebagai berikut:


20

1). Menggunakan bahasa yang konsentrif dan indah. Kata konsentrif di sini

singkat, padat, dan bermakna. Sementara, kata indah bermakna indah didengar

dan bergaya majas.

2). Menggunakan dua macam bahasa, yakni bahasa denotasi (bahasa yang bersifat

sebenarnya) dan konotasi (bahasa yang bersifat bukan sebenarnya atau yang

berarti kiasan).

3). Memiliki rima yang dapat memberikan efek musikalisasi sehingga mudah

diingat atau dihafal. Rima di sini bernakna bersamaan bunyi akhir.

4). Menggunakan diksi (pilihan kata) yang tepat. Diksi di sini ditujukan untuk

memperindah bait puisi, menimbulkan kesan yang kuat, dan menciptakan

kekaguman bagi pembaca yang membaca puisi.

5). Setiap bait dapat menyentuh perasaan atau membangkitkan rasa emosional

dalam bentuk kegembiraan/kebahagiaan, kepuasan, kesedihan, penyesalan dan

sebagainya.

5. Teknik Akrostik

Menulis puisi bebas dalam bahasa Makassar dengan teknik akrostik ini

menitikberatkan pada aspek menentukan judul, penjabaran huruf-huruf akrostik

dengan menggunakan diksi yang tepat, dan penggunaan kata konkret dengan

menulis puisi bebas dalam bahasa Makassar. Teknik akrostik ini merupakan

perangsang bagi siswa dalam menuangkan ide, pikiran dan perasaannya ke dalam

bentuk puisi bebas dengan menggunakan bahasa Makassar, dianggap sebagai

perangsang karena sudah ada huruf awal yang disusun secara vertikal dan
21

membentuk suatu kata yang merupakan pancingan bagi siswa untuk menghasilkan

sebuah karya sastra berupa puisi.

a. Pengertian Teknik Akrostik

Beberapa ahli berpendapat mengenai teknik akrostik yakni sebagai

berikut:

1. Menurut Bill Lucas, akrostik adalah sajak atau susunan kata-kata

yang seluruh huruf awal atau akhir tiap barisnya merupakan sebuah

kata atau nama diri yang digunakan untuk mengingat hal lain.

2. Menurut Deasy, akrostik adalah kata yang menggunakan huruf

pertama untuk membuat satu frase guna membantu mengingat daftar.

3. Menurut Markowitz, akrostik adalah susunan kata yang tidak selalu

menggunakan huruf pertama dan tidak selalu menghasilkan dalam

bentuk satu kata, informasi yang diingat dalam akrostik dapat

berbentuk kalimat atau frasa tertentu (Widiarsa 2014:5).

4. Magee (dalam Hapriani 2017:24) mengemukakan bahwa teknik

akrostik ialah teknik yang huruf awal pada tiap barisnya membentuk

sebuah kata apabila dibaca secara vertikal.

5. Jingga (dalam Hapriani 2017:24) juga menjelaskan bahwa akrostik

adalah pembuatan puisi yang mengandung pesan terselubung. Pola

rima dan jumlah angka baris dapat bervariasi dalam akrostik, karena

puisi akrostik lebih dari puisi deskriptif yang menjelaskan kata yang

dibentuk.
22

Dari beberapa pendapat ahli tentang teknik akrostik tersebut, dapat disimpulkan

bahwa teknik akrostik adalah cara yang dilakukan guru untuk memudahkan

siswanya dalam menulis puisi bebas. Akrostik merupakan nama salah satu

permainan bahasa. Permainan ini dapat diaplikasikan ke dalam pembelajaran

menulis puisi, yakni menulis satu bait puisi dengan cara menguraikan huruf awal

setiap baris, jika disusun secara vertikal maka membentuk nama seseorang, nama

hewan, nama benda, dan lainnya.

b. Manfaat Teknik Akrostik

Teknik akrostik ini memiliki banyak manfaat di antaranya: (1)

mengarahkan siswa dalam menemukan ide dari sesuatu yang dikenal dan berada

di sekitarnya, (2) membantu siswa dalam memperkaya perbendaharaan kosakata,

(3) membantu siswa menemukan kata pertama dalam puisinya, (4) membimbing

siswa melakukan tahap-tahap menulis puisi, (5) dapat membantu siswa mengingat

informasi lebih cepat dan mempertahankan lebih lama (Hapriani 2017:26).

c. Langkah-langkah Menulis puisi bebas dengan teknik akrostik

1. Menulis puisi akrostik sangat mudah dan menyenangkan.

2. Huruf kapital selalu dimulai pada tiap-tiap baris baru.

3. Membaca dan kembali membaca membantu menemukan kata yang

baik.

4. Kalimat tidaklah terlalu penting.

5. Masalah kurangnya pemahaman kita dalam perbendaharaan kata, kita

dapat melihat kamus.


23

d. Kelebihan Teknik Akrostik

Puisi yang disusun dengan teknik akrostik berbeda dengan puisi yang lain

karena jika huruf-huruf awal barisnya dibaca secara vertikal maka akan

membentuk kata. Media kata yang digunakan akan membawa pengalaman siswa

pada sesuatu yang telah mereka kenal dan pahami sebelumnya (topik tertentu) dan

hal tersebut tentunya akan membantu proses belajar mengajar di dalam kelas.

Keunggulan menulis puisi dengan teknik akrostik, yakni lebih variatif pada pola

rima dan jumlah barisnya. Puisi akrostik berbeda dengan puisi-puisi lain karena

huruf-huruf pertama tiap baris mengeja sebuah kata yang dapat dibaca secara

vertikal. Pola rima dan jumlah angka baris dapat bervariasi dalam puisi akrostik

karena menjelaskan kata yang dibentuk.

e. Kekurangan Teknik Akrostik

Akrostik tradisional menggunakan sebuah nama atau frase yang ditulis

secara vertikal, yaitu setiap baris dalam puisi dimulai dengan huruf pertama dari

kata kunci yang digunakan. Di sisi lain, teknik akrostik juga memiliki kekurangan,

salah satunya yang diungkapkan Frey (dalam Hapriani 2017:28) bahwa menulis

sebuah puisi dengan teknik akrostik mungkin terkesan kurang memperhatikan

keindahan rasa.

Dalam menulis puisi bebas dengan teknik akrostik ini, perbendaharaan

kata masing-masing berbeda. Pengalaman dalam membaca puisi terutama puisi

bebas bahasa Makassar sangat mempengaruhi hasil tulisan puisi bebas. Semakin

banyak dalam membaca puisi bahasa Makassar maka semakin banyak pula kata-

kata yang akan dipilihnya dan dikembangkan dalam puisinya sehingga hasil karya
24

puisinya pun mempunyai nilai estetika yang semakin tinggi. Contoh puisi bebas

bahasa Makassar dengan teknik akrostik;

ABBAS

Assikolaki tinggi-tinggi Abbas

Barang lintajaki sarjana

Bija pammanakangta antu

Attayang ngasemmi ri kampong kalassukanta

Siagang poeng anrong manggeta appasadiami berasak ri mangkok kebo

langkioriangki riwattu takjojota naik ri biring tukatta.

B. Kerangka Pikir

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok dari

keseluruhan proses pendidikan. Berdasarkan Kurikulum 2013 dalam pembelajaran

Bahasa Daerah terdapat empat keterampilan bersastra yang hendak dicapai yaitu

keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

keterampilan menulis. Aspek menulis terbagi kedalam beberapa sandar

kompetensi dan kompetensi dasar pada Kurikulum 2013 Kelas VIII Bahasa

Daerah yakni membacakan dan menuliskan puisi bebas dalam bahasa Makassar.

Pembelajaran di SMP Negeri 4 Mangarabombang yang merupakan tempat

peneliti mengadakan penelitian terdapat beberapa permasalahan yakni siswa

merasa sulit meluangkan ide dan perasaanya kedalam bentuk tulisan sehingga

mengakibatkan kurangnya karya sastra yang muncul berupa puisi bebas dalam

bahasa Makassar. Dengan demikian melihat permasalahan tersebut peneliti


25

termotivasi untuk menggunakan teknik akrostik dalam menulis puisi bebas bahasa

Makassar.

Teknik akrostik merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk

merangsang siswa untuk menentukan judul, menjabarkan huruf-huruf akrostik

dengan menggunakan diksi yang tepat, dan penggunaan gaya bahasa dalam

menulis puisi bebas dengan menggunakan bahasa Makassar. Hal ini di harapkan

agar siswa lebih giat untuk menulis puisi terutama puisi bahasa daerahnya sendiri

yaitu bahasa Makassar. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat dari dari gambar

berikut ini:
26

Gambar 2.1 Kerangka pikir

Pembelajaran Bahasa Daerah KTSP


Pe

Menyimak Berbicara Membaca Menulis

Menulis Puisi Bebas


dalam Bahasa Makassar

Teknik Akrostik

Analisis

Temuan

Mampu Tidak Mampu

Anda mungkin juga menyukai