Anda di halaman 1dari 11

KETERAMPILAN BERBAHASA

MENULIS KARANGAN DESKRIPSI

MATA KULIAH
PERENCANAAN MEDIA BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
Dosen Pengampu : Dr. Kundharu Saddhono,M.Hum

Disusun Oleh :
Donna Destiana F (K1217019)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
KOTA SURAKARTA
2019

MENULIS (DESKRIPSI)
1. Keterampilan Berbahasa
Bahasa hadir dalam kehidupan manusia karena manusia membutuhkan untuk
berkomunikasi (Nurgiyantoro,2014). Ketrampilan tersebut erat hubungannya dengan proses-
proses yang mendasari pikiran. (Mundzroh, dkk.2013) menyatakan bahwa semakin terampil
seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.

Keterampilan berbahasa bukan lagi hanya untuk diketahui, melainkan untuk dikuasai
siswa. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang saling mempengaruhi
yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills),
keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Salah satu
keterampilan berbahasa yang perlu mendapatkan perhatian sungguh-sungguh adalah
keterampilan menulis, karena pada kenyataanya terlihat bahwa keterampilan menulis siswa
masih sangat rendah. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus
melalui latihan dan praktik yang teratur.

Secara umum para ilmuan telah membedakan dua komponen kemampuan berbahasa,
yakni kemampuan produktif dan kemampuan reseptif. Kemampuan produktif diwujudkan
dengan keterampilan berbicara dan menulis, sedangkan kemampuan reseptif diwujudkan
dengan keterampilan mendengarkan dan membaca. Keterampilan berbahasa mencakup empat
aspek yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan
keterampilan menulis menurut (Slamet,2008:57). Dalam pembelajaran bahasa empat
keterampilan ini tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan. Keterampilan mendengarkan
tidak dapat dibedakan dari keterampilan berbicara, atau keterampilan membaca dan menulis
(Parera dan Amran 1996: 27-28).

Menulis dipergunakan oleh orang terpelajar untuk mencatat atau merekam,


meyakinkan, melaporkan, atau memberitahukan dan mempengaruhi. Maksud dan tujuan
seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun
pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas, menurut Morsey dalam (Tarigan,1985:20).
Kejelasan itu tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat
adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan gambar grafis yang dimengerti oleh penulis
bahasa itu sendiri maupun orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-
simbol bahasa tersebut (Tarigan,1983:2).

2. Menulis
Menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa
yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami
bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafisnya menurut Lado dalam (Tarigan,1983:21).
Menulis adalah suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif untuk mengungkapkan ide,
pikiran, gagasan, dan pengetahuan. Dalam kegiatan menulis ini, maka penulis haruslah
terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Menurut salah satu pakar
dalam (Tarigan,1983:3-4) disebut juga kegiatan produktif karena kegiatan menulis
menghasilkan tulisan, dan disebut juga kegiatan yang ekspresif karena kegiatan menulis
adalah kegiatan yang mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan pengetahuan penulis kepada
pembaca.

Keterampilan menulis dipergunakan oleh orang terpelajar untuk mencatat atau


merekam, meyakinkan, melaporkan atau memberitahukan, dan mempengaruhi, hanya dapat
dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan
mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian
kata-kata, dan stuktur kalimat, dijelaskan oleh Morsey dalam (Tarigan,1983:4). Sedangkan
menurut Heaton dalam (St.Y.Slamet,2008: 141) disebutkan bahwa sebagai keterampilan
berbahasa, menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks. Oleh karenanya
keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang dikuasai
seseorang sesudah menguasai keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca.

Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)


dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan
yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa
yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis
paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat yaitu: penulis sebagai penyampai pesan, pesan
atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan
dipaparkan oleh (Suparno dan Yunus,2008:1.3)

Menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang


dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang mempunyai kesamaan
pengertian terhadap simbol-simbol bahasa. Keterampilan menulis ini termasuk ke dalam jenis
keterampilan aktif, karena penulis aktif mengolah pesan (informasi) yang ingin disampaikan
kepada pembaca (Sari, dkk. 2014). Dalam hal ini, dapat terjadinya komunikasi antar penulis
dan pembaca dengan baik). Keterampilan menulis adalah kemampuan mengekspresikan
pikiran melalui lambang-lambang tulisan. Keterampilan menulis ini termasuk ke dalam jenis
keterampilan aktif, karena penulis aktif mengolah pesan (informasi) yang ingin disampaikan
kepada pembaca. (Sari, dkk. 2014: (1) 541)

3. Ragam Tulisan

Pembelajaran menulis merupakan salah satu pokok bahasan yang ada di kurikulum
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dari SD, SMP dan SMA. (Mundzroh dkk.,
2013). Menurut Dalman (2012:3) yang dikutip oleh (Sulkifi dan Marwati (2016:03) Menulis
merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis
kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Aktivitas
menulis melibatkan beberapa unsur, yaitu: penulis sebagai penyampaian pesan, isi tulisan,
saluran atau media, dan pembaca.

Ada lima ragam tulisan. Deskripsi, yaitu ragam tulisan yang bertujuan memberikan
kesa/imperasi kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan semacamnya
yang ingin disampaikan penulis. Narasi, yaitu ragam tulisan yang berusaha menceritakan
proses kejadian suatu peristiwa. Eksposisi, yaitu ragam tulisan yang bertujuan menerangkan,
menyampaikan atau menguraikan suatu hal yang dapat memperluas atau menambah
pengetahuan atau pandangan pembacanya. Argumentasi, yaitu ragam tulisan yang bertujuan
menyampaikan suatu opini, pendapat, atau konsepsi, tertulis kepada pembaca. Persuasi, yaitu
ragam tulisan yang ditunjukan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai
sesuatu hal yang disampaikan penulisannya dipaparkan dalam (Akhadiah,1996:64-68).

4. Manfaat Menulis
Manfaat menulis menurut Horiston (Darmadi, 1996:3) antara lain (a) kegiatan menulis
adalah sarana untuk menemukan sesuatu, dalam artian dapat mengangkat ide dan informasi
yang ada di alam bawah sadar pemikiran kita; (b) kegiatan menulis dapat memunculkan ide
baru; (c) kegiatan menulis dapat melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan
berbagai konsep atau ide yang kita miliki; (d) kegiatan menulis dapat melatih sikap objektif
yang ada pada diri seseorang; (e) kegiatan menulis dapat membantu diri kita untuk berlatih
memecahkan beberapa masalah sekaligus; (f) kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu
akan memungkinkan kita untuk menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penerima informasi.
Selain itu, penggunaan media pembelajaran menulis bagi mahasiswa BIPA untuk memahami
budaya lokal yang diberikan pengajar bermacam-macam, di antaranya media film, musik
lokal, gambar, dan media demonstrasi ketika pembelajaran di kelas juga merupakan salah
satu menfaat menulis. (Mawadati, dkk. 2017: 77)

Pembelajaran sastra menumbuhkan kemapuan dalam berkomunikasi dan peduli akan


budaya bangsa. Sastra media belajar bahasa dan budaya yang membangun pola pikir dan
karakter bangsa. Sastra, bahasa dan budaya tercipta dari kebutuhan dan kebiasaan masyarakat
yang didasari pengalaman nyata dengan imajinasi. Sastra, bahasa dan budaya data yang
akurat dalam menggambarkan kondisi sosial masyarakat sekitar. (Rondiyah, dkk. 2017:
145)

Menulis memiliki beberapa fungsi, antara lain mengekspresikan diri, menjalin


interaksi dengan yang lain, mengedukasi serta menyampaikan informasi. Pernyataan
tersebut didasarkan menurut Yunus (2014: 1-2) yaitu menulis memiliki sejumlah
fungsi, antara lain (1) fungsi personal, yaitu mengekspresikan pikiran, sikap, atau
perasaan pelakunya, yang diungkapkan melalui misalnya surat atau buku harian; (2)
fungsi instrumental (direktif), yaitu mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain (3)
fungsi interaksional, yaitu menjalin hubungan sosial; (4) fungsi informatif, yaitu
menyampaikan informasi, termasuk ilmu pengetahuan; dan (5) fungsi estetis, yaitu
untuk mengungkapkan atau memenuhi rasa keindahan. Fungi edukasi pada menulis
juga telah dituturkan oleh Listiyorini dalam (Ariningsih, dkk.2012: 48)
mengemukakan keterampilan menulis dan penguasaan bahasa dapat diperoleh
melalui berbagai latihan dan praktik yang terus menerus. The ability of integrated
speech constitutes one of important abilities that must be mastered by BIPA learners
becausethe learners can receive stimulus in form of sound, and foster them to give
responses in many other various skills such as speaking, writing, or motoric
responses. But, the availability of enabling integrated language materialfor BIPA
program was not adequate yet, moreover the intercultural and multimedia based
learning language integrated material which was integrated with skills of speech and
culture behave (Saddhono, 2015)

5. Karangan Deskripsi

Kata deskripsi berasal dari bahasa latin, yaitu describere yang berarti menulis tentang,
membeberkan (memerikan), melukiskan sesuatu hal. Dalam bahasa Inggris adalah
description yang tentu saja berhubungan dengan kata kerja to describe (melukiskan dengan
bahasa) (Lamuddin Finozza,2009: 239-240). Dilihat dari segi istilah menurut
(Ahmad Rofi‟uddin dkk,2001:117) mengemukakan bahwa deskripsi adalah suatu bentuk
karangan yang melukiskan suatu objek (berupa orang, benda, tempat, kejadian dan
sebagainya) dengan kata-kata dalam keadaan yang sebenarnya. Dalam karangan deskripsi
penulis menunjukkan bentuk, rupa, suara, bau, rasa, suasana, situasi sesuatu objek. Dalam
menunjukkan sesuatu tersebut penulis seakan-akan menghadirkan sesuatu kehadapan
pembaca, sehingga seolah-olah pembaca dapat melihat, mendengar, meraba, merasakan objek
yang dihadirkan oleh si penulis.
Dalam karangan deskripsi terdapat paragraf yang baik dan efektif. Paragraf yang baik
memiliki paling tidak 3 syarat. Pertama, ketunggalan yaitu paragraf yang memiliki satu
gagasan utama. Kedua, koherensi yaitu paragraf yang di dalamnya tidak hanya berisi kalimat-
kalimat tidak terpadu, namun antar kalimat memiliki satu kesatuan yang berhubungan dan
memiliki timbal balik sehingga pembaca mudah mengikuti alur bacaan. Ketiga, pemenuhan
kualitas yaitu hal yang terdapat di dalam paragraf tersebut memiliki kelengkapan yang dapat
menunjang kejelasan terhadap gagasan utama. (Bander, 1978 dan Leggget, 1978).
Deskripsi (pemerian) adalah wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu
berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sasaran
yang dituju yakni menciptakan atau memungkinkan terciptanya daya imajinasi (daya khayal)
pembaca sehingga ia seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang
dialami oleh pembuat wacana. Disini penulis berusaha memindahkan kesan-kesan hasil
pengamatan dan perasaannya kepada pembaca dengan membeberkan sifat dan semua
perincian yang ada pada sebuah objek ke dalam wacana deskripsi. Oleh karena itu, menulis
karangan deskripsi dapat dikatakan lebih menekankan pada dimensi ruang diungkapkan oleh
(St.Y.Slamet,2008:103),
Pengertian dari paragraf deskripsi juga dijelaskan oleh (Setyawan,2010). Paragraf
deskripsi adalah salah satu paragraf yang melukiskan suatu objek/benda yang mengharapkan
pembaca melihat apa yang dilihat oleh penulis, mendengar apa yang didengar oleh penulis.
Deskripsi lebih menekankan pengungkapan melalui rangkaian kata-kata. Untuk membuat
deskripsi yang baik, penulis harus mengatakan identifikasi terlebih dahulu, namun pengertian
deskripsi hanya menyangkut pengungkapan melalui kata-kata dengan mengenal ciri-ciri
garapan. Penulis dapat menggambarkan secara verbal objek yang ingin diperkenalkan kepada
pembaca. Penggambaran atau lukisan disajikan sehidup-hidupnya sehingga apa yang
dilukiskan hidup di dalam angan-angan.
Keterampilan menyusun teks deskripsi secara tertulis adalah keterampilan untuk
membuat tulisan yang berhubungan dengan suatu objek yang berbentuk deskripsi. Menurut
Finoza dalam (Nurudin,2010:60). Di dalam menulis teks deskripsi, penulis akan dilibatkan
untuk mengamati sebuah objek tertentu yang akan dituangkan dalam bentuk tulisan dengan
bantuan kemampuan berbahasa tulis, diksi, penguraian, komposisi tulisan, dan lain-lain.

6. Tujuan Menulis Karangan Deskripsi

Paragraf deskripsi bertujuan untuk menggambarkan suatu objek sehingga pembaca bisa
seolah-olah melihat, mendengar, merasakan atau mengalami objek dan peristiwa yang
dideskripsikan penulis.

Tujuan menulis karangan deskripsi adalah mengajak para pembaca bersama-sama


menikmati, merasakan, memahami dengan sebaik-baiknya beberapa objek (sasaran, maksud),
adegan, kegiatan (aktivitas), orang (pribadi, oknum), atau suasana hati (mood) yang telah
dialami oleh seseorang yang sedang menulis (Tarigan,1983:50). Sebuah wacana yang utuh
dapat di bagi-bagi berdasarkan tujuan umum yang tersirat dibalik wacana. Menurut
(Rosdiana, dkk,2008: 3.21) menyatakan bahwa menulis deskripsi bertujuan membuat para
pembaca menyadari dengan hidup apa yang diserap penulis melalui pancaindera, merangsang
perasaan pembaca mengenai apa yang digambarkannya, menyajikan suatu kualitas
pengalaman langsung.

7. Ciri-ciri Karangan Deskripsi

Terdapat lima ciri-ciri dari menulis karangan deskripsi yaitu: karangan deskripsi
memperlihatkan detil atau rincian tentang objek; karangan deskripsi lebih bersifat
mempengaruhi emosi dan membentuk imajinasi pembaca; karangan deskripsi umumnya
menyangkut objek yang dapat di indera oleh pancaindera sehingga objeknya pada umumnya
berupa benda, alam, warna, dan manusia; penyampaian karangan deskripsi dengan gaya
memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah; organisasi penyajian lebih umum
menggunakan susunan ruang, dijelaskan oleh (Semi,2007: 66).

Setiap teks yang dipelajari dalam Kurikulum 2013 selalu mempunyai unsur kebahasaan
yang harus dipahami oleh siswa. (Kemendikbud,2014:51) menyebutkan tiga unsur bahasa
yang perlu dipahami dalam teks deskripsi, yaitu rujukan kata, imbuhan kata, dan kelompok
kata. Berikut ini dijelaskan tiga unsur bahasa tersebut. Rujukan kata adalah kata yang
mengacu pada keterangan sebelumnya. kata yang sering dipakai untuk rujukan adalah ini, itu,
di sana, atau di sini. Imbuhan adalah bubuhan yang berupa awalan, sisipan, atau akhiran pada
kata dasar untuk membentuk kata baru. Awalan dapat berupa imbuhan me-, ke-, ber-, di-, pe-,
dan ter-, sisipan dapat berupa –em-, -er-, dan –el-, sedangkan akhiran dapat berupa –I, -kan,
dan –an. Kelompok kata adalah kata kompleks. Kelompok kata meliputi kelompok nomina,
kelompok verba, kelompok adjektiva, kelompok adverbial, dan kelompok preposisi.
Kelompok kata berbeda dengan frasa dalam hal bahwa kelompok merupakan perluasan dari
kata, sedangkan frasa merupakan bentuk singkat dari kalimat. Kelompok kata dianggap
sebagai kata kompleks (apabila dianalogikan dengan kalimat kompleks), sedangkan frasa
merupakan konstruksi kata-kata yang berjajar.

8. Menyusun Karangan Deskripsi

Langkah menyusun paragraf deskripsi meliputi: menemukan tema, kegiatan mula-mula


dilakukan jika akan menulis suatu karangan adalah menentukan tema. Hal ini bahwa berarti
harus ditentukan apa yang akan dibahas dalam tulisan. Tema adalah gagasan pokok yang
hendak disampaikan di dalam penulisan. Gagasan atau ide pokok dapat diperoleh dari
pengalaman, hasil penelitian, beberapa sumber, pendapat, dan pengamatan. Pernyataan tema
mungkin saja sama dengan judul, tetapi mungkin juga tidak; menetapkan tujuan penulisan,
setiap penulis harus mengungkapkan dengan jelas tujuan penulisan yang akan
dilaksanakannya.

Perumusan tujuan penulisan sangat penting dan harus ditentukan lebih dahulu karena
hal ini akan merupakan titik tolak dalam seluruh kegiatan menulis selanjutnya. Tujuan
merupakan penentu yang pokok dan akan mengarahkan serta membatasi karangan.
Kesadaran mengenai tujuan selama proses penulisan akan menjaga keutuhan tulisan;
pengumpulan bahan, pada waktu pemilihan dan membatasi topik kita hendaknya sudah
memperkirakan kemungkinan mendapatkan bahan. Dengan membatasi topik, maka telah
memusatkan perhatian pada topik yang terbatas itu, serta mengumpulkan bahan yang khusus
pula. Bahan penulisan ini dapat dikumpulkan pada tahap prapenulisan dan dapat pula pada
waktu penulisan berlangsung. Untuk masalah kecil yang tujuannya sudah jelas dalam pikiran
kita penetapan dan pengumpulan bahan dapat dilakukan pada waktu penulisan; membuat
kerangka karangan, agar dapat menentukan organisasi pengarang, sebelumnya kita harus
menyusun kerangka karangan merupakan satu cara untuk menyusun suatu rangkaian yang
jelas dan terstruktur yang teratur dari karangan yang akan ditulis.

Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang dapat digunakan sebagai garis
besarnya dalam mengarang. Kerangka karangan juga menjamin penulisan dalam ide secara
logis dan teratur; mengembangkan kerangka karangan, langkah selanjutnya setelah menyusun
kerangka karangan adalah mengembangkan kerangka karangan menjadi suatu karangan yang
utuh; merefleksi karangan, pada langkah merefleksi dilakukan penulisan secara menyeluruh
mengenai ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan sebagainya, dibuktikan dalam (Brian,2011)

Daftar Pustaka
Ahmadi, Mukhsin. (1990). Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa dan
Apresiasi Sastra. Malang: YA3 Malang.

Akhadiah, Sabarti, Maidah G, Arsjad, Sakura H. 1996. Buku Materi Pokok Menulis II.
Jakarta: Karunia Universitas Terbuka.
Akhadiah, Sabarti. dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Ariningsih, Nur Endah, Sumarwati & Saddhono, K. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa
Indonesia dalam Karangan Eksposisi Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal Penelitian
Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengarangnya. 1(1): 48.
Artika Sari, N., Saddhono, K., & Suyitno . (2014, April). Peningkatan Kulitas Pembelajaran
Menulis Dengan Metode Field Trip Pada siswa SMP. Jurnal Penelitian Bahasa,
Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume I Nomor 3, , 540-550.

Brook, Cleanth, Warren, Robeth Penn. 1979. Modern Rhetoric. New York: Harcourt Brace
Javanoich, Inc.
Cahnmann , M. (2003, April). The Craft, Practice, and Possibility of Poetry in Educational
Research. Educational Researcher, Vol. 32, No. 3 , 29-36.
doi:10.3102/0013189X032003029

Djiwandono, Soenardi. 2008. Tes Bahasa Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: PT
Indeks.
Finoza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa NonJurusan
Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Buku Guru Bahasa Indonesia Wahana
Pengetahuan SMP/ MTs Kelas VII Edisi Revisi 2014. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan kebudayaan.
Mawadati, Asqina, Andayani & Saddhono, Kundharu. 2017. Penggunaan Media
Pembelajaran Menulis bagi Mahasiswa BIPA untuk Memahami Budaya Lokal. Jurnal
Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Seni. 18(1): 77.
http://dx.doi.org/10.24036/komposisi.v18i1.7730

Mulyati, Yeti. 2015. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mundzroh, S., Andayani, & Saddhono, K. (2013). Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita
dengan Menggunakan Metode Picture and Picture pada Siswa Sekolah Dasar.
BASASTRA, 2 (1): 1-10.
Rondiyah, Arifa Ainun, Wardani, Nugraheni E. & Saddhono, K. 2017. Pembelajaran Sastra
melalui Bahasa dan Budaya untuk Meningkatkan Pendidikan Karakter Kebangsaan di
Era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). 1(1): 145.

Rofi‟uddin, Ahmad dkk. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Rosdiana, Yusi. dkk. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. 2008. Jakarta: Universiatas
Terbuka.
Sari, Novita Artika, Kundharu Saddhono, & Suyitno. 2014. Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Menulis Puisi dengan Metode Field Trip Pada Siswa SMP. Jurnal
Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya. 1(3): 541.
Saddhono, K. (2015). Integrating Culture In Indonesian Language Learning For Foreign
Speakers At Indonesian Universities, 6(2), 2–7. DOI 10.18502/kss.v3i9.2619
Sismulyasih, Nugraheti. 2015. Peningkatan Keterampilan Menulis Manuskrip Jurnal Ilmiah
Menggunakan Strategi Teaching Pada Mahasiswa PGSD Unnes. Jurnal Primary
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau. 4(1): 65. http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v4i1.2724
Tarigan, Djago. 1983. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya.
Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa.
Yunus, Muhammad. 2014. Keterampilan Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai