Anda di halaman 1dari 13

PAPER

KETERAMPILAN MENULIS “NASKAH DRAMA”

Dosen pengampu:

Dr. Kundharu Saddhono, S.S, M.Hum

Disusun Oleh:

Iftitahul Kamaliyah

K1217031/A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2018/2019
1. Keterampilan Berbahasa

Kegiatan berbahasa telah mengakar dalam kehidupan manusia, terutama karena fungsinya
sebagai alat komunikasi. Dengan adanya manusia akan lebih mudah melakukan kegiatannya
termasuk selama poses belajar mengajaar di kelas. Pada dasarnya, Bahasa mampu membantu
peserta didik untuk mengembangkan kesadaran diri. Selain itu, Bahasa medorong peserta
didik untuk mampu menggungkapkan pendapat atau perasaan mereka , berinteraksi social,
serta menggunakan analitik dan kemampuan imajinatif (Saddhono dkk, 2014).

Ketika manusia melakukan kegiatan berbahasa, maka mereka harus memiliki


keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa dibagi menjadi empat bagian yaitu
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berdasarkan keempat keterampilan
berbahasa tersebut, keterampilan menulis sering sekali menjadi sorotan karena kurangnya
motivasi dan penguasaan siswa dalam keterampilan menulis. Menulis menjadi salah satu
bidang aktivitas dan materi pengajaran Bahasa Indonesia memegang peranan penting. Effendi
berpendapat bahwa menulis merupakan aktivitas komunikasi bahasa yang
menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Andyani dkk, 2016). Menulis merupakan
keterampilan yang paling kompleks, sebelum menulis seorang penulis harus memiliki
penguasaan yang baik terhadap materi yang akan disampaikan. Menulis merupakan salah satu
kompetensi bahasa yang ada dalam setiap jenjang pendidikan, mulai tingkat prasekolah
hingga perguruan tinggi (Mundziroh dkk, 2013).

2. Pengertian Menulis

Menulis dikatakan sebagi suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir
divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat). Menulis merupakan suatu kegiatan
penyampaian pesan(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau
medianya (Suparno dkk, 2008). Ada pula pendapat lain bahwa menulis merupakan aktivitas
melahirkan pikiran dan perasaan lewat tulisan dengan memperhatikan aspek-aspek
kebahasaan yang baik dan benar sehingga dapat dipahami oleh pembaca (Andayani,
2009:29).

Menulis proses pembuatan makna dan serangkaian kegiatan pembuatan teks terkait:
menghasilkan, mengatur, dan mengembangkan gagasan dalam kalimat: menyusun,
membentuk, membaca ulang teks, mengedit dan merevisi (Boals, 2012). Raimes juga
menyatakan bahwa menulis juga dikenal sebagai proses kreatif karena merupakan proses
menjangkau pikiran seseorang dan menemukannya. Sepotong tulisan yang bagus menuntut
bentuk standar tata bahasa, sintaksis dan pilihan kata, tidak melupakan mekanisme yang baik,
pengaturan paragraf, konten. Proses dan tujuan penulis harus komunikasi ide yang jelas,
lancar dan efektif (Yusuf dkk, 2019).

3. Unsur-unsur Menulis

Keterampilan menulis dapat dikuasai melalui latihan atau praktik yang banyak
dan teratur. Proses menulis mendorong penulis secara sitematis dan logis sekaligus kreatif.
Sebagai proses kreatif yang berlangsung secara kognitif, dalam komunikasi tulis.
Iskandarwassid dan Sunendar (2008:248) menyatakan bahwa dibandingkan dengan
menyimak, berbicara, dan membaca, keterampilan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh
penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun, hal ini disebabkan kemampuan menulis
menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri
yang akan menjadi isi tulisan (Saddhono dkk. 2015). Menurut Dalman (2012:6 ) ada empat
unsur yang terlibat yaitu: 1) penulis sebagai penyampai pesan, 2) pesan atau isi tulisan, 3)
saluran atau media berupa tulisan, 4) pembaca sebagai penerima pesan.

Ada pendapat lain mengenai unsur-unsur menulis, Gie mengemukakan empat unsur-
unsur dalam kegiatan menulis yang terdiri dari: 1) Gagasan, yang dapat berupa pendapat,
pengalaman, atau pengetahuan yang ada dalam pikiran seseorang. Gagasan seseorang akan
sangat tergantung pada pengalaman masa lalu, pengetahuan yang dimilikinya, latar belakang
hidupnya, kecenderungan personal dan untuk tujuan apa gagasan itu ingin dikemukakan. 2)
Tuturan (narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi), yaitu pengungkapan gagasan
sehingga dapat dipahami oleh pembaca. 3) Tatanan, yaitu tata tertib pengaturan dan
penyusunan gagasan dengan mengindahkan berbagai asas, aturan, teknik, sampai
merencanakan, rangka dan langkah. 4) Wahana, sering disebut juga dengan alat. Wahana
dalam menulis berarti sarana pengantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama
menyangkut kosa kata, gramatika, dan retorika (seni memakai bahasa) (Nurudin, 2010).

4. Tujuan Menulis

Sebagai suatu keterampilan yang produktif dan ekspresif, keterampilan menulis tentu
tidak mudah dikuasai oleh seseorang begitu saja. Apabila seseorang ingin memiliki
keterampilan menulis yang baik, ia harus mampu melewati tahap-tahap atau proses menulis
untuk menghasilkan tulisan yang bermutu (Ariningsih dkk, 2012). Pada dasarnya seseorang
yang akan melakukan kegiatan menulis pasti mempunyai tujuan atau maksud tertentu Tujuan
utama dari menulis adalah menginformasikan segala sesuatu baik fakta, maupun
peristiwa agar khalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru
tentang berbagai yang terjadi di muka bumi ini.

Hal tersebut selaras dengan pendapat Tarigan (1993: 24-25), pada dasarnya menulis
mempunyai tujuan sebagai berikut: 1) Tujuan Penugasan. 2) Tujuan Altruistik, 3) Tujuan
Persuasif, 4) Tujuan Informasi atau Tujuan Penerangan, 5) Tujuan Menyatakan Diri. 6)
Tujuan Kretif. 7) Tujuan Pemecahan Masalah. Dengan demikian, tujuan menulis yaitu agar
penulis dapat mengekspresikan diri mereka sendiri, memberikan informasi, membujuk
pembaca dan menciptakan karya sastra. Ini tujuan berkontribusi penting bagi pemikiran dan
budaya manusia. Melalui tulisan, pesan kepada orang lain tentang topik atau subjek tertentu
dikirimkan (Troyka,2010).

5. Ciri-ciri seseorang memiliki kemampuan menulis

Sebuah tulisan dapat mendeskripsikan mengenai sesuatu hal, masalah, informasi yang
ingin disampaikan oleh penulis, supaya para pembaca bisa lebih mudah memenmukan
jawaban atas kebingunggannya. Tulisan juga dapat berfungsi sebagai petunjuk, ,
menyampaikan, mengingatkan memerintah, berkorespondensi dan memberi tahu (Sari dkk,
2013). Sebagai salah satu keterampilan/ kemahiran berbahasa selain membaca, menyimak,
dan berbicara, menulis harus dikuasai oleh pengguna bahasa. Seperti yang dipaparkan
Mosley bahwa seseorang dapat dikatakan memiliki kemampuan tulis terdapat empat ciri
berikut ini: 1) Dapat mengungkapkan informasi sarana bahasa melalui bentuk karangan
sebagai proses kognisi (reproduksi, organisasi/reorganisasi, cipta/kreasi), 2) Dapat
mengungkapkan informasi bahasa melalui bentuk karangan yang mengandung maksud/tujuan
(latihan, emosional, informasi/referensial, persuasi, hiburan, dsb, 3) Dapat mengunggapkan
informasi dengan menggunakan bahasa dalam bentuk karangan sesuai pembaca atau untuk
diri sendiri 4) Dapat mengungkapkan informasi dengan menggunakan bahasa dalam bentuk
karangan berupa wacana: dokumentatif, konstatif (naratif, deskriptif, keterangan), dan
eksploratif (interpretatif, eksposisi, argumentasi) (Widodo dkk, 1993).

6. Asas-asas Menulis

Sebelum melakukan kegiatan menulis, seseorang perlu mengerti dan memahami


bagaimana cara menulis dengan baik dan benar. Dalam menulis yang baik, terdiri dari asas-
asas yang perlu diperhatikan bagi sebuah tulisan, yaitu: 1) Kejelasan (Clarity), yaitu tulisan
harus dapat dibaca, dimengerti, dan tidak membingungkan pembaca, 2) Keringkasan
(Consiseness), yaitu kalimat yang disusun tidak hanya pendek tetapi menghindari
penggunaan ungkapan-ungkapan yang berlebihan, 3) Ketepatan (Correctness), yaitu apa yang
ingin disampaikan oleh penulis melalui tulisan dapat dipahami sama persis oleh pembaca, 4)
Kesatupaduan (Unity), yaitu terdapat satu gagasan dalam satu alenia, sehingga dalam satu
alenia tidak mempunyai gagasan yang bercabang, 5) Pertautan (Coherence), yaitu antar
bagian bertautan satu sama lain (antar alenia atau kalimat), 6) Penegasan (Emphasis), yaitu
adanya penonjolan atau mempunyai derajad perbedaan antar bagian (Nurudin, 2010:36).

7. Syarat-syarat Menulis

Menulis naskah drama bukan tanpa syarat. Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan
sebelum melakukan kegiatan menulis naskah drama. Menulis telah sering dipandang sebagai
tugas kognitif atau sosial dan praktik pengajaran dipengaruhi oleh satu atau perspektif lainnya
(Philippakos, Munsell, Robinson, 2018:1). Namun, alternatif mungkin perlu dipertimbangkan
itu tidak terpolarisasi dan mempertimbangkan individu, lingkungan mereka, perkembangan
mereka, kebutuhan mereka, dan peran komunitas. Ada beberapa syarat yang perlu
diperhatikan dalam mengungkapkan bahasa tulis antara lain: a) kesatuan gagasan atau ide
yang harus dimiliki terlebih dahulu oleh penulis. b) kemampuan menuangkan gagasan ke
dalam kalimat yang jelas dan efektif, c) kecakapan menyusun paragraf, d) kekayaan bahasa
atau kosa kata yang diperlukan (Imron 1988:136).

8. Manfaat Menulis

Gie menyatakan bahwa menulis merupakan suatu kepandaian yang amat berguna bagi
setiap orang. Dengan memiliki kepandaian itu, seseorang akan mengungkapkan berbagai
gagasan untuk dibaca oleh peminat yang luas. Dari pendapat tersebut, kegiatan menulis dapat
bermanfaat bagi seseorang untuk mengungkapkan gagasan agar dibaca dan dipahami oleh
pembaca. Dengan menulis, seseorang mampu mengungkapkan gagasan secara sistematis,
jelas, logis, serta mampu berkomunikasi sesuai dengan konteks. Selain itu, melalui kegiatan
menulis, gagasan yang diungkapkan dapat diketahui oleh banyak orang sehingga dapat
bermanfaat bagi masyarakat luas (Oktaria dkk, 2017). Dengan menulis, seseorang akan ada
banyak manfaat yang didapat. Ada lima manfaat keterampilan menulis, sebagai berikut. 1)
Menulis menyumbangkan kecerdasan, 2) Menulis mengembangkan daya inisiatif dan
kreativitas, 3) Menulis mengembangkan keberanian, 4) Menulis mendorong kemauan
dan kemampuan mengumpulkan informasi, 5) Membuat perasaan dan kesehatan menjadi
lebih baik. Kegiatan juga mampu menjadikan anak-anak lebih mampu mengekplorasi
berbagai hal serta memecahkan permaslahan. Hal tersebut dapat ditemui apabila seorang anak
sedang melakukan kegiatan menulis naskah drama, yang menyebabkan anak-anak memiliki
daya imajinasi serta kreatifitas yang tinggi.

Selain lima manfaat di atas, Komaidi (2007:12–13) juga mengemukanam enam manfaat
kegiatan menulis sebagai berikut. Pertama, untuk menimbulkan rasa ingin tahu (curiocity)
dan melatih kepekaan dalam melihat realitas di sekitar. Kedua, melalui kegiatan menulis,
mendorong seseorang untuk mencari referensi seperti buku, majalah, koran dan jurnal.
Melalui kegiatan tersebut, akan menambah wawasan dan pengetahuan tentang apa yang
ditulis. Ketiga, melalui kegiatan menulis, terlatih untuk menyusun pemikiran dan argumen
secara runtut, sistematis, dan logis. Keempat, melalui kegiatan menulis, secara psikologis
akan mengurangi tingkat ketegangan dan stres. Kelima, melalui kegiatan menulis, apabila
hasil tulisan dimuat oleh media massa atau diterbitkan oleh suatu penerbit, akan memperoleh
kepuasan batin karena tulisannya dianggap bermanfaat bagi orang lain. Selain itu, juga
memperoleh honorarium (penghargaan). Keenam, mendapatkan popularitas apabila
tulisannya dibaca oleh banyak orang. Hal ini akan memperoleh kepuasan tersendiri dan
merasa dihargai oleh orang lain.”

9. Tahap Menulis

Saddhono menyatakan ada lima tahap atau kegiatan yang dilakukan pada proses penulisan,
yaitu: (1) Prapenulisan merupakan tahap persiapan. Pada tahap ini merupakan langkah awal
dalam menulis yang mencakup kegiatan menentukan topik tulisan, merumuskan tujuan,
menentukan bentuk tulisan, menentukan pembaca yang akan ditujunya, memilih bahan, serta
menentukan generalisasi dan cara-cara mengorganisasi ide untuk tulisannya; (2) Pembuatan
draft dimulai dengan menjabarkan ide ke dalam tulisan. Pertama-tama mengembangkan ide
atau perasaannya dalam bentuk kata-kata, kalimat-kalimat hingga menjadi sebuah wacana
sementara (draft). Apabila pada tahap pramenulis belum ditentukan judul karangan, maka
pada akhir tahap ini, penulis dapat menentukan judul karangan.; (3) Perevisian (Revising)
dilakukan koreksi terhadap keseluruhan. Koreksi dilakukan terhadap berbagai aspek. Aspek
kebahasaan meliputi pilihan kata, struktur bahasa, ejaan, dan tanda baca. Pada tahap revisi
dapat mengganti, menambah, memindahkan, dan menghilangkan bagian-bagian kalimat
tertentu yang dipandang bermasalah; (4) Pengeditan (Editing), pada bagian ini perhatian
difokuskan pada aspek mekanis bahasa sehingga dapat memperbaiki tulisannya dengan
membetulkan kesalahan penulisan kata maupun kesalahan mekanis lainnya; (5)
Pemublikasian (Publishing/sharing) mempunyai dua pengertian. Pengertian pertama
menyampaikan kepada publik dalam bentuk cetakan, sedangkan pengertian kedua
menyampaikan dalam bentuk noncetakan. Penyampaian noncetakan dapat dilakukan dengan
pementasan, penceritaan, peragaan, pembacaan di depan kelas (Nurhayani dkk, 2013).

10. Pengertian Drama

Setelah mengetahui komponen-komponen penting dalam kegiatan menulis, yang perlu


kita lakukan ialah mengimplementasikan berbagai hal tersebut. Dalam pembahasan kali ini,
kita akan mempelajari penulisan naskah drama. Drama adalah jenis sastra berupa lakon yang
ditulis dengan dialog-dialog yang memperhatikan unsur-unsur dengan gerak atau perbuatan
yang akan dipentaskan di atas panggung. (Milawati,2011:70). Mengutip dari Wiyanto yang
menyatakan bila kita akan mengadaka pertunjukan drama,hal pertama yang kita butuhkan
adalah naskah drama Komaidi (2011:187). Oleh sebab itu, kegiatan menulis naskah drama
sangat penting dalam apresiasi sastra. Menurut pandangan Gemtou drama adalah karya sastra
yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat
lakuan dan dialog. Drama merupakan satu-satunya seni yang paling objektif daripada seni
lainnya. Penulisan naskah drama tidak hanya berhenti pada tahap pembeberan peristiwa
untuk dinikmati secara artistik imajinatif oleh para pembaca. Naskah drama diharap dapat
dipentaskan dalam suatu penampilan gerak dan perilaku konkret yang dapat ditonton
(Herawati dkk, 2018).

Ada pun pendapat lain yang menyatakan bahwa drama adalah karya sastra yang
disusun untuk melukiskan hidup dan aktivitas menggunakan aneka tindakan, dialog,
dan permainan karakter. Drama penuh dengan permainan akting dan karakter yang
memukau penonton. Drama merupakan karya yang dirancang untuk pentas teater.
Oleh karena itu,membicarakan drama jelas tak akan lepas dari aspek komposisi yang
kreatif (Endraswara, 2011:265). Wiyanto juga mengemukakan bahwa drama mempunyai
dua pengertian dalam masyarakat yaitu drama dalam arti luas dan drama dalam arti
sempit. Drama dalam arti luas yaitu semua bentuk tontonan yang mengandung cerita
yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Arti sempit yaitu kisah hidup manusia dalam
masyarakat yang diproyeksikan di atas panggung, disajikan dalam bentuk dialog dan gerak
berdasarkan naskah, didukung tata panggung, tata lampu, tata musik, tata rias dan tata busana
(Rahayu, 2007). Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis naskah
drama merupakan kegiatan menuangkan ide dan gagasan yang ada dalam pikiran kedalam
sebuah tulisan dari objek yang dilihat atau diamati.
11. Ciri-ciri Drama

Dari beberapa definisi drama di atas dapat dirumuskan ciri umum drama, yaitu gambaran
kehidupan dan wata manusia yang berupa cerita, disampaikan dalam bentuk dialog melalui
tingkah laku (akting), dan bertujuan untuk dipentaskan.Karlina (2017) mengemukakan bahwa
ciri khas naskah drama yakni adanya cakapan atau dialog dalam naskah drama tersebut.
Dalam penyusunan dialog, penulis harus benar-benar memperhatikan pembicaraan tokoh-
tokoh dalam kehidupan sehari-hari. Ciri-ciri naskah drama yang baik menurut Satoto,
(2012:8) adalah sebagai berikut. 1. Dapat atau mudah dipentaskan sesuai dengan situasi dan
kondisinya, 2. Memberikan kekayaan batin, memberikan kegarahan hidup, 3. Menciptakan
situasi yang memerlukan jawaban serta meningkatkan daya imajinasi, 4. Terdapat konflik-
konflik, 5. melontarkan persoalan-persoalan yang harus dijawab oleh para penonton, 6.
dialognya tidak terlalu panjang dan bertele-tele, 7. tema diambil dari dunia realitas atau nyata,
tetapi digarap secara imajiner, 8. memenuhi persyaratan-persyaratan teatreal.

Dalam drama, struktur merupakan elemen paling utama dan merupakan prinsip kesatuan
lakuan (unity of action) dalam drama. Sistematika pembicaraan dilakukan dalam
hubungannya dengan alur (plot) dan penokohan (perwatakan) (Satoto, 2012:9). Sedangkan
Waluyo (2003) menyatakan bahwa tingkat keterampilan menulis naskah drama ditentukan
oleh keterampilan menjalin konflik yang diwarnai oleh kejutan dan suspense. Dengan
demikian, keunggulan naskah drama adalah pada konflik yang dibangun.

12. Jenis-jenis Drama

Drama dibedakan menjadi dua macam, yakni drama naskah dan drama pentas. Drama
naskah merupakan salah satu genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa.
Sedangkan drama pentas ialah jenis kesenian mandiri yang merupakan integrasi antara
berbagai jenis kesenian seperti music, tata lampu, seni lukis, kostum, dan sebagainya
(Waluyo, 2003). Adapun empat jenis drama yang diklasifikasi sebagai berikut. 1) Tragedi
(duka cerita) atau drama duka adalah drama yang melukiskan kisah sedih yang besar
dan agung. Tokoh-tokoh terlibat dalam bencana besar. Pengarang berusaha
menempatkan dirinya secara tepat di dalam kemelut kehidupan manusia itu. Dalam
drama tragedi ini, tokohnya adalah tragic hero artinya pahlawan yang mengalami nasib
tragis. Contoh drama tragedi “Hamlet”, “Macbeth”, “Romeo-Yuliet”. 2) Komedi (drama
ria) Komedi adalah drama ringan yang sifatnya menghibur yang di dalamnya
terdapat dialog kocak yang bersifat menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan.
Lelucon bukan tujuan utama dalam komedi, tetapi drama ini bersifat humor dan
pengarangnya berharap akan menimbulkan kelucuan atau tawa riang. Drama komedi
menampilkan tokoh yang tolol, konyol, atau tokoh bijaksana tetapi lucu. Misalnya
tokoh Pak Pandir, Pak Belalang, Abu Nawas, dan sebagainya. 3) Melodrama Melodrama
adalah lakon yang sangat sentimental, dengan tokoh dan cerita yang mendebarkan
hati dan mengharukan. Penggarapan alur dan penokohan yang kurang
dipertimbangkan secara cermat, maka cerita seperti dilebih-lebihkan sehingga kurang
menyakinkan penonton. Drama melodi ini bersifat ekstrim, tokohnya dilukiskan
menerima nasibnya seperti apa yang terjadi. 4) Dagelan (farce) Dagelan disebut juga
banyolan. Drama ini sering disebut komedi murahan atau komedi picisan atau
komedi ketengan. Ciri khas yang membedakan banyolan dari komedi adalah
banyolan hanya mementingkan tertawa yang diakibatkan oleh lakon yang dibuat
selucu mungkin. Segi entertaiment lebih ditonjolkan dari pada artistik baik dalam hal
teater maupun mutu literer (Waluyo 2003:38-44).

Adapun yang berpendapat lain mengenai jenis-jenis drama, diantranya drama baca, drama
pentas, drama busana, drama masa, drama duka, drama ria, drama dukaria, drama riadi,
drama riang, drama riantik, drama romantic, drama satuan, drama sebabak, drama wiraan,
drama puitik,drama liris, drama simbolis, drama monologi, drama rakyat, drama tradisional,
drama modern, drama absurd, drama problema, drama sejarah, drama liturgi, dan drama turgi
(Satoto, 2012).

13. Unsur -unsur Naskah Drama

Sebagaimana karya sastra lainnya, di dalam drama terdapat unsur yang membentuk dan
membangun dari dalam karya itu sendiri (intrinsik) dan unsur yang mempengaruhi
penciptaan karya yang tentunya berasal dari luar karya (ekstrinsik). Sebelum menulis naskah
drama, perlunya memperhatikan unsur-unsur yang ada dalam drama. Waluyo, (2003)
memaparkan bahwasannya teks drama sebagai salah satu genre sastra dibangun oleh struktur
fisik (kebahasaan) dan struktur batin (semantik, makna). Wujud fisik sebuah teks drama
adalah dialog atau ragam tutur. Drama naskah dapat diberi batasan sebagai salah satu jenis
karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan
mempunyai kemungkinan dipentaskan. Drama sebagai sebuah karya sastra memiliki dua
unsur penting yaitu unsur intinsik dan unsur ekstrinsik. Dua hal ini merupakan ‘kewajiban’
yang secara tradisional dan ‘tanpa disadari langsung ada dalam sebuah naskah drama.. Unsur
intrinsik yang dimaksudkan antara lain tema, alur, latar, perwatakan, dan sudut pandang
Dalam drama, unsur intrinsik yang penting diperhatikan adalah konflik yang membangun
cerita dan dialog antar tokoh yang mengekspresikan konflik-konflik. Sedangkan unsur
ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak
langsung mempengaruhi bangunan atau system organisasi karya sastra. (Nurgiyantoro, 2012).

Menurut Teeuw, bahasa dan makna dalam naskah drama meliputi hal-hal sebagai
berikut. 1) Teks sastra memiliki unsur atau struktur batin atau intern stucture relation,
yang bagian-bagianya saling menentukan dan saling berkaitan. 2) Naskah sastra juga
memiliki struktur luar atau extern structure relation, yang terkait oleh bahasa
pengarangnya. 3) Sistem sastra juga merupakan model dunia sekunder, yang sangat
komplek dan bersusun-susun (Waluyo, 2003).

14. Langkah-langkah penulisan Drama

Adanya pembelajaran drama seorang anak akan dapat mengeksplorasi masalah, peristiwa
dan koneksi melalui drama (Kalidas, 2013). Merujuk pada pendapat tersebut, drama diyakini
mampu membantu anak-anak dalam mengekplorasi diri atau menggali kemampuan yang
mereka miliki.

Dalam menulis naskah drama yang baik, ada beberapa lagkah-langkah yang harus diikuti.
Langkah-langkah menulis teks drama dimulai dari merumuskan tema atau gagasan,
mendeskripsikan penokohan atau memberi nama tokoh, membuat garis besar isi cerita,
mengembangkan garis besar isi cerita ke dalam dialog-dialog, membuat petunjuk pementasan
yang biasanya ditulis dalam tanda kurung maupun dapat ditulis dengan huruf miring atau
huruf kapital semua, dan memberi judul pada teks drama yang sudah ditulis (Milawati,
2011:73). Ada 8 langkah atau cara praktis menulis naskah drama: 1) Menggali Ide, 2)
Membuat Riset, 3) Menemukan Konflik Cerita, 4) Membuat Sinopsis, 5) Menentukan Tokoh-
tokoh Cerita, 6) Menentukan Alur, 7)Menentukan Latar Cerita, 8) Menyusun Naskah Drama/
Skenario (Yonny, 2014:27-42).
REFERENSI

Andyani, N., Saddhono, K., & Mujyanto, Y. (2016) Peningkatan Kemampuan Menulis Teks
Eksplanasi Dengan Menggunakan Media Audiovisual Pada Siswa Sekolah Menengah
Pertama. Basastra Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya,
4(2), 161-174. ISSN I2302-6405

Ariningsih, N.E., Sumarwati., & Saddhono, K. (2012). Analisis Kesalahan Berbahasa


Indonesia Dalam Karangan Eksposisi Siswa Sekolah Menengah Atas. Basastra Jurnal
Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya, 1(1), ISSN I2302-6405

Boals, A. (2012). The Use of Meaning Making in Expressive Writing: When Meaning is
Beneficial, Journal of Social and Clinical Psychology, 31(4), 393-409.
https://doi.org/10.1521/jscp.2012.31.4.393

Abas, Nurwahida. 2011. Peningkatan Kemampuan Menulis Pengumuman pada Siswa di


Kelas IV SDN Paranggi Melalui Metode Latihan. Palu: Program Studi PGSD
Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Untad

Dalman, H. (2012). Keterampilan Menulis. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Endraswara, Suwardi. 2011. Metode Pembelajaran Drama. Yogyakarta: CAPS

Herawati, L., Kusuma, D., & Nuryanto, T. (2018). Structural Analysis on Script of Drama
Raja Galau (Analisis Struktural Naskah Drama Raja Galau), 3(2),171 – 180.
http://dx.doi.org/10.24235/ileal.v3i2.2175
Kalidas, C.S. (2013). Drama: A Tool For Learning,444-449.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.01.1443

Komaidi, Didik. 2007. Aku Bisa Menulis. Panduan Praktis Menulis Kreatif Lengkap.
Yogyakarta: Sabda Media.

Kusumaningsih, D., Suparmin., & Triyanto, B. (2013). Terampil Berbahasa Indonesia.


Yogyakarta: Andi Offset.
Milawati, Teti. (2011). Peningkatan Kemampuan Anak Memahami Drama dan Menulis Teks
Drama Melalui Model Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual. 2, 70-78

Misra. (2013) Peningkatan Kemampuan Menulis Pengumuman Melalui Metode Latihan


Siswa Kelas IV SD Inpres 2 Gio Kecamatan Moutong, 1(2), 60-73 ISSN 2354-614X

Mundziroh, S., Andayani., & Saddhono, K. (2013). Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita
Dengan Menggunakan Metode Picture And Picture Pada Siswa Sekolah Dasar.
Basastra Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya 2, 1-10

Mulyana, Y., dkk. 1998. Sanggar Sastra. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Nurhayani, E., & Sukidi, M. (2013). Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan
Keterampilan Menulis Deskripsi Siswa Kelas II Sekolah Dasar, 1(2), 1-10

Nurgiyantoro, (2012). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Nurudin. (2010). Dasar-dasar Penulisan. Maalang: UMM Press.

Oktaria, D., Andayani., & Saddhono, K. (2017). Penguasaan Kalimat Efektif Sebagai Kunci
Peningkatan Keterampilan Menulis Eksposisi. Metalingua, 15(2), 167-177. DOI: http://
dx.doi.org/10.26499/metalingua.v15i2.63

Philippakos, Z.A.T., Munsell,S., & Robinson. L.B. (2018). Supporting Primary Students’
Writing by Including Retellings, Talk, and Drama with Strategy Instruction, 28, 1-22
Rahayu, S.P. (2007) Peningkatan Keterampilan Menulis teks Drama Dengan Menggunakan
Media Gambar Siswa Kelas XI IA SMA Muhammadiyah 1 Semarang. Skripsi Fakultas
Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Semarang.
Saddhono, K & Rohmadi, M. (2014). A Sociolinguistics Study on the Use of the Javanese
Language in the Learning Process in Primary Schools in Surakarta, Central Java,
Indonesia, 7(6), 25-30. http://dx.doi.org/10.5539/ies.v7n6p25

Sari, I.K., Setiawan, B., & Saddhono, K. (2013) Penerapan Metode Quantum Learning
Dengan Teknik Pengelompokan (Clustering) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Menulis Puisi Pada Siswa Sekolah dasar. Basastra Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra
Indonesia dan Pengajarannya, 2,1-13.

Satoto, Soediro. (2012). Analisis Drama dan Teater Jilid 2.Yogyakarta: Penerbit Ombak
Satoto, Sudiro. 1990.“Drama-Drama Arifin C. Noer: Proses Penciptaan Penyajian, dan
Teknik Pemahamannya.” Makalah pada Pertemuan Ilmiah Nasional III HISKI di
Malang 26-28 November 1990

Tarigan, H.R. (1994). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Bandung.

Troyka, L. Q. (2010). Simon & Schuster Handbook for Writers, 5th Ed. Toronto: Pearson
Prentice Hall.

Waluyo, Herman. J. (2003). Drama: Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta : Hanindita Graha
Widya

Wulandari, Y.T, Suryanto.E., & Saddhono.K (2015). Penerapan Metode Picture And Picture
Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Keterampilan Menulis Teks Narasi Pada Siswa
Sekolah Menengah Kejuruan. Basastra Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan
Pengajarannya, 3(2), 1-18

Yusuf, Q., Jusoh, Z., & Yusuf, Y.Q. (2019) Cooperative Learning Strategies to Enhance
Writing Skills among Second Language Learner, 12, 1400-1412.
https://doi.org/10.29333/iji.2019.12189a

Yonny, Acep. (2014). Mahir Menulis Naskh Drama. Yogyakarta : Suaka Media.

Anda mungkin juga menyukai