Anda di halaman 1dari 11

Makalah

KONSEP MENULIS

Untuk memenuhi Tuga Kelompok matakuliah Keterampilan Menulis

Dosen Pengampu: FIRDA ALFIANA PATRICIA, S.Pd, M.Pd

Oleh:

Cyndy Aprilliantytha (2181000210003)

Indah Hartati (2181000210011)

Ikrimatul Kuroimah (2181000210021)

Jurusan Pendidikan Matematika

2018-A

Fakultas Pendidikan Ilmu Eksakta dan Keolahragaan

IKIP BUDI UTOMO

Malang
KONSEP MENULIS

Sebelum menulis, seorang penulis harus memahami konsep dasar menulis dengan baik.

Konsep dasar menulis terkait definisi menulis, tujuan menulis, ragam tulisan, tahapan menulis,

dan problem menulis harus dikuasai. Selanjutnya, penulis dapat menuangkan gagasan dan

perasaaannya melalui tulisan.

A. Definisi Menulis

Definisi menulis banyak disampaikan para ahli dan institusi. Berikut ini sepuluh

definisi tentang menulis :

1. Menulis adalah kegiatan menurunkan atau menuliskan lambang-lambang grafik untuk

menyampaikan informasi tentang suatu peristiwa sehingga ada komunikasi (Syafi’ie,

1984:40).

2. Menulis merupakan suatu kegiatan partisipatif aktif yang melibatkan berbagai poses

dalam mengolah suatu pesan agar mampu dipahami atau diterima oleh pembaca.

Menulis merupakan suatu proses berpikir yang berkelanjutan, mencobakan, dan

mengulas kembali (Murray dalam Temple, 1988:213).

3. Menulis adalah mengabadikan bahasa dengan tanda-tanda grafis (Hardjono, 1988:85).

4. Menulis adalah meletakkan atau mengatur simbol-simbol grafis yang menyatakan

pemahaman suatu bahasa sedemikian rupa sehingga orang lain dapat membaca

simbol-simbol grafis itu sebagai bagian penyajian satuan-satuan ekspresi bahasa (Lado

dalam Ahmadi, 1990:28).

5. Menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan. Ini berarti bahwa kita

melakukan kegiatan itu dalam beberapa tahap yaitu tahap prapenulisan, tahap
penulisan, dan tahap revisi. Tulisan yang baik dapat menghubungkan antara penulis

sebagai pemberi pesan dan pembaca sebagai penerima pesan. Pesan yang akan

disampaikan harus ditulis secara sistematis agar pembaca dapat menangkap pesan

dengan jelas dan tidak menimbulkan salah penafsiran (Akhadiah, 1990:55).

6. Menulis adalah menuangkan ide, pikiran, perasaan, dan kemauan dengan wahana

bahasa tulis (Widodo & Chasanah, 1993).

7. Menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan

(emosional) dan belahan otak kiri (logika). Aktivitas otak kanan untuk keterampilan

menulis meliputi perencanaan, outline, tata bahasa, penyuntingan, penulisan kembali,

penelitian dan tanda baca, sedangkan aktivitas otak kiri yaitu semangat, spontanitas,

emosi, warna, imajinasi, gairah, ada unsur baru, dan kegemberiaan. Aktivitas dalam

penulisan otak kiri dan otak kanan harus bekerjasama, berikut gambar pemanfaatan

kedua belahan otak kiri dan otak kanan dalam menulis (DePorter, 2000:179).

8. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang aktif, produktif, kompleks,

dan terpadu yang berupa pengungkapan dan yang diwujudkan secara tertulis. Menulis

juga merupakan keterampilan yang menuntut penulis untuk menguasai berbagai unsur

di luar kebahasaan itu sendiri yang akan menjadi isi dalam suatu tulisan (Nurgiyantoro,

2001:271).

9. Menulis merupakan kegiatan komunikasi verbal yang berisi penyampaian pesan

dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Pesan yang dimaksud di sini adalah

isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan, sedangkan tulisan pada dasarnya

adalah rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan

seperti ejaan dan pungtuasi. Dengan demikian, menulis merupakan salah satu bentuk

pengggunaan bahasa, disebut keterampilan berbahasa, yang melibatkan empat unsur,


yakni penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau medium

tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan (Yunus, 2002:13).

10. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008), me·nu·lis

1) Membuat huruf (angka dsb.) dng pena (pensil, kapur, dsb): anak-anak sedang

belajar melukis baginya merupakan kesenangan yg dimulai sebelum ia belajar

2) Melahirkan pikiran atau perasaan (spt mengarang, membuat surat) dng tulisan: ~

roman (cerita), mengarang cerita; ~ surat membuat surat; berkirim surat;

3) Menggambar; melukis: ~ gambar pemandangan;

4) Membatik (kain): lebih mudah mencetak dp ~ kain (Kamus Bahasa Indonesia,

2008).

B. Manfaat Menulis

Menulis merupakan sebuah kebutuhan. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang

tak luput dari kegiatan beraksara tulis. Siswa SD/MI, SMP/Mts, SMA/SMK/MA,

mahasiswa Perguruan Tinggi, hingga orang-orang dewasa yang melek teknologi tentu tak

luput dari kegaitan menulis pesan pendek. Guru menulis di papan tulis untuk keperluan

kegiatan pengajaran di sekolah. Dosen pun demikian. Wartawan menulis berita di koran.

Pedagang pun membutuhkan alat tulis jika dia sedang menghitung total harga yang harus

dibeli pembeli. Bahkan, tukang judi pun membutuhkan alat tulis untuk menghitung.

Demikianlah, menulis memang sudah menjadi kebutuhan hidup di zaman modern ini.

Menulis memang memiliki kelebihan khusus. Widodo & Chasanah (1993)

menyatakan bahwa permasalahan yang rumit dapat dipaparkan secara jelas dan sistematis

melalui tulisan. Angka, tabel, grafik, dan skema dapat dipaparkan dengan mudah melalui

tulisan. Tulisan juga lebih mudah digandakan melalui bantuan teknologi produksi. Karya-

karya tulis memiliki daya bukti yang lebih kuat. Selain itu, tulisan memiliki sifat permanen
karena dapat disimpan dan lebih mudah diteliti karena dapat diamati secara perlahan dan

berulang-ulang.

Menulis juga memiliki nilai manfaat, baik secara materiil maupun nonmateriil.

Anda mengenal JK Rowling, penulis Harry Potter? Selain mendapatkan kepuasan dalam

proses menulis kreatifnya, penulis ini menjadi terkenal di seluruh dunia dan mendapatkan

materi yang berlimpah melalui tulisannya. Inilah salah satu bukti konkret manfaat menulis.

Manfaat-manfaat menulis banyak disampaikan para ahli. Berikut ini jabaran para

ahli tentang manfaat menulis :

1. Percy (dalam Nuruddin, 2011:20—27) menyatakan enam manfaat menulis, yaitu :

a) Sarana untuk mengungkapkan diri,

b) Sarana untuk pemahaman,

c) Membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, perasaan harga diri,

d) Meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan,

e) Keterlibatan secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah, dan

f) Mengembangkan suatu pemahaman tentang sesuatu dan kemampuan

menggunakan bahasa.

2. Komaidi (2011, 9-10) memberikan enam manfaat menulis. Keenam manfaat tersebut:

a) Menimbulkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan dalam melihat realitas

kehidupan,

b) Mendorong kita untuk mencari referensi lain, misalnya buku, majalah, koran,

jurnal, dan sejenisnya,

c) Terlatih untuk menyusun pemikiran dan argumen secara runtut, sistematis, dan

logis,

d) Mengurangi tingkat ketegangan dan stres,


e) Mendapatkan kepuasan batin terlebih jika tulisan bermanfaat bagi orang lain

melalui media massa, dan

f) Mendapatkan popularitas di kalangan publik.

3. Hernowo (2003:54) menyatakan lima manfaat dalam menulis, yaitu :

a) Menjernihkan pikiran,

b) Mengatasi trauma,

c) Membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru,

d) Membantu memecahkan masalah, dan

e) Membantu berpikir sistematis dan runtut ketika waktu terdesak.

4. Nuruddin (2011, 27—33) memberikan tujuh nilai (yang dianggap sebagai sinonim

manfaat) yang terkandung dalam menulis, yaitu :

a) Nilai kecerdasan,

b) Nilai kependidikan,

c) Nilai kejiwaaan,

d) Nilai kemasyarakatan,

e) Nilai keuangan,

f) Nilai kefilsafatan, dan

g) Nilai popularitas.

5. Lebih lanjut, dijelaskan Nuruddin (2011:11) bahwa menulis dapat membuat perasaan

dan kesehatan yang lebih baik. Mengacu pada pendapat Dr. Pennebaker bahwa

menulis tentang pikiran dan perasaan terdalam tentang trauma yang dialami

menghasilkan suasana hati yang lebih baik, pandangan positif, dan kesehatan yang

lebih baik. Sementara itu, mengacu pada pendapat Fatimah Merisi bahwa menulis

dapat mengencangkan kulit di wajah dan membuat awet muda.


C. Tujuan Menulis

Setiap penulis memiliki tujuan dalam menuangkan pikiran/gagasan dan

perasaannya melalui bahasa tulis, baik untuk diri sendiri dan orang lain. Contoh tujuan

menulis untuk diri sendiri antara lain agar tidak lupa, agar rapi, untuk menyusun rencana,

dan untuk menata gagasan/pikiran. Bentuk tulisan tersebut dapat dituangkan dalam buku

harian, catatan perkuliahan, catatan rapat, catatan khusus, dan sebagainya. Contoh tujuan

menulis untuk orang lain antara lain untuk menyampaikan pesan, berita, informasi kepada

pembaca, untuk memengaruhi pandangan pembaca, sebagai dokumen autentik, dan

sebagainya.

Umumnya, terdapat dua kondisi penulis terkait tujuan menulis. Ada penulis yang

dengan sangat sadar terhadap dampak positif dan negatif terhadap apa yang ditulis. Namun,

ada juga penulis yang tidak menyadarinya kedua dampak tersebut. Seorang penulis

profesional memiliki kesadaran tinggi terhadap tujuan kegiatan penulis. Seorang penulis

amatir terkadang hanya sekadar menuangkan gagasannya ke dalam wujud tulisan hanya

untuk kepuasan dan tidak menyadari dampak pisitif dan negatif dari apa yang sudah

ditulisnya.

Ketika tulisan sudah dibaca dan pesan sudah diterima oleh pembaca, terkadang

penulis baru menyadari dampak tulisannya. Penulis memberikan klarifikasi jika tulisan itu

memberikan dampak negatif. Dampak negatif ini bisa muncul akibat asumsi penulis dan

pembaca yang berbeda. Maksud penulis mengarah ke arah tertentu, sedangkan asumsi

pembaca mengarah ke arah yang lain. Akibatnya, muncul pesan baru yang diterima

pembaca. Sebelumnya, pesan ini tidak dirancang dan diduga oleh penulis. Akhirnya,

muncullah kesalahan pemahaman dan memberikan akibat tertentu. Sebaliknya, jika

tulisannya berdampak positif, penulis akan membiarkannya meskipun sebelumnya tidak

dirancang dan diduga oleh penulis.


D. Bentuk Tulisan

Bentuk-bentuk tulisan, dapat juga disebut sebagai ragam, dapat diklasifikasi

berdasarkan sudut pandang kenyataan. Klasifikasi tulisan dapat dibedakan menjadi

1. Fiksi: prosa (cerpen, novel, roman, drama, fabel, mite, dll.) dan puisi (mantra, syair,

kontemporer, dll.) dan

2. Nonfiksi: ilmiah (resume, makalah, artikel, laporan penelitian (tugas akhir, skripsi,

tesis, disertasi) dan popular (biografi, petunjuk, surat, resensi, berita, dan opini).

E. Proses Menulis

Menulis merupakan kegiatan yang membutuhkan proses untuk menghasilkan

tulisan. Dalam proses tersebut, menulis terdiri atas tahapan-tahapan kegiatan yang harus

dilalui hingga menghasilkan tulisan. Berikut ini pendapat para ahli tentang proses menulis.

 Graves 1975 (dalam Tompkins, 1994:8) menggambarkan proses menulis dalam

tahapan (a) pra-menulis, (b) saat menulis, dan (c) pasca menulis.

 Rafi’uddin (1988:76) mengemukakan proses menulis yaitu (a) pramenulis, (b)

penulisan draf, (c) revisi, (d) penyuntingan, dan (e) publikasi atau pembahasan.

 Ellis (1989:144) membagi empat tahap proses menulis, yaitu (a) prewriting, (b)

drafting, (c) revising, dan (d) editing.

 Ahmadi (1990 :55) menyatakan proses mengarang adalah serangkaian langkah yang

sengaja ditumpangkan pada aturan-aturan khusus dan diarahkan guna mencapai suatu

hasil yang khusus yang terdiri atas empat langkah, yaitu (a) pratulis, (b) menulis, (c)

merevisi dan (d) uji-baca.

 Farris (1993) mengklasifikasikan proses menulis itu ke dalam empat tahapan, yaitu (a)

pra menulis, (b) menulis, (c) kaji ulang tulisan, dan (d) publikasi.

 Tompkins (1994:7) menguraikan tahap-tahap proses menulis terdiri atas(a) pramenulis,

(b) pengonsepan, (c) revisi, (d) penyuntingan, dan (e) pemajangan.


 DePorter (2000:195) mengemukakan proses menulis terdiri (a) persiapan, (b) draf

kasar, (c) berbagi, (d) memperbaiki, (e) penyuntingan, (f) penulisan kembali, dan (g)

evaluasi.

 Dapat pula ditambahkan, bahwa kegiatan menulis terdiri atas tahapan-tahapan yang

sangat bergantung pada jenis tulisan. Secara umum, tahapan menulis terdiri atas (a)

perencanaan, (b) pembuatan draf kasar, dan (c) penyuntingan. Secara khusus, tahapan

menulis sangat bergantung pada apa yang ditulis, misal tahapan menulis opini terdiri

atas (a) penggalian ide, (b) pendaftaran ide, (c) pengurutan ide, (d) penyusunan draf

tulisan, (e) perbaikan tulisan, (f) pengkajian tulisan kembali, (g) pengulangan proses

butir (e) dan (f) jika diperlukan, dan (h) publikasi tulisan. Tahapan dalam proses

kegiatan menulis ini dijelaskan lanjut pada bagian berikutnya.

F. Ciri Kemampuan Menulis

Sebagai salah satu keterampilan / kemahiran berbahasa selain membaca,

menyimak, dan berbicara, menulis harus dikuasai oleh pengguna bahasa. Kapan seseorang

dapat dikatakan terampil/mahir dalam menulis? Berikut ini pendapat Mosley (dalam

Widodo & Chasanah, 1993).

Seseorang dapat dikatakan memiliki kemampuan tulis tampak empat ciri berikut ini.

 Dapat mengungkapkan informasi sarana bahasa melalui bentuk karangan sebagai

proses kognisi (reproduksi, organisasi/reorganisasi, cipta/kreasi).

 Dapat mengungkapkan informasi bahasa melalui bentuk karangan yang mengandung

maksud/tujuan (latihan, emosional, informasi/referensial, persuasi, hiburan, dsb.).

 Dapat mengunggapkan informasi dengan menggunakan bahasa dalam bentuk karangan

sesuai pembaca atau untuk diri sendiri


 Dapat mengungkapkan informasi dengan menggunakan bahasa dalam bentuk karangan

berupa wacana: dokumentatif, konstatif (naratif, deskriptif, keterangan), dan eksploratif

(interpretatif, eksposisi, argumentasi).


DAFTAR PUSTAKA

http://didin.lecture.ub.ac.id/keterampilan-menulis/konsep-

menulis#:~:text=Menulis%20adalah%20meletakkan%20atau%20mengatur,suatu%20proses

%2C%20yaitu%20proses%20penulisan.

Anda mungkin juga menyukai