KETERAMPILAN MENULIS
Indikator:
1. Hakikat Menulis
Menurut Tarigan (2003:3) menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang
produktif dan ekspresif, yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dengan
media bahasa tulis. Senada dengan pendapat Tarigan, Rofi’uddin dan Zuhdi (1999:159)
mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan menuangkan pikiran, gagasan,
pendapat tentang suatu, tanggapan terhadap suatu pernyataan keinginan, atau pengungkapan
perasaan dengan menggunakan bahan tulis. Menurut Nurgiyantoro (2001:273), menulis adalah
aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Lebih lanjut dijelaskan bahwa menulis
merupakan kegiatan produktif dan ekspresif sehingga penulis harus memiliki kemampuan dalam
menggunakan kosakata, tata tulis, dan struktur bahasa.
Pengertian lain dikemukakan oleh Semi (1993:47), yang menyatakan bahwa keterampilan
menulis sebagai tindakan memindahkan pikiran dan perasaan ke dalam bahsa tulis dengan
1
menggunakan lambang-lambang. Senada dengan pendapat tersebut, Harris (dalam Rori’uddin
dan Zuhdi, 1999:276) menyatakan bahwa keterampilan menulis diartikan sebagai kemampuan
menggunakan bahasa untuk menyatakan ide, pikiran, atau perasaan kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai media atau alatnya.
Sementara itu, Mc. Crimmon dalam Slamet (2008:96) menjelaskan bahwa menulis adalah
melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Dengan
demikian, menulis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengemukakan suatu ide atau
gagasan dalam bentuk lambang bahasa tulis agar dapat dibaca oleh orang lain.
2. Fungsi Menulis
Menulis memiliki banyak fungsi. D’Angelo (dalam Tarigan, 2008), menjelaskan bahwa
pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi tak langsung. Menulis
dapat memudahkan penulis dan memperdalam daya tangkap atau persepsi, memecahkan
masalah-masalah yang di hadapi, atau menyusun uritan pengalaman. Melalui tulisan, dijelaskan
pikiran-pikiran, perasaan, pendapat/ide, dan lain sebagainya. Tidak jauh berbeda dengan
pendapat D’Angelo, Akhadiah (1988) mengungkapkan fungsi menulis sebagai berikut.
a) Penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Dengan menulis, penulis dapat
mengetahui sampai mana pengetahuannya tentang suatu topik itu, penulis harus berpikir
menggali pengetahuan dan pengalamannya
b) Penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis, penulis
terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan, serta membanding-bandingkan fakta untuk
mengembangkan berbagai gagasan.
2
c) Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan
dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan secara
teoritis mengenai fakta-fakta yang berhubungan.
d) Penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta
mengungkapkan secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat memperjelas
permasalahan yang semula masih samar.
e) Penulis
f) Dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan
permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih
kongkret.
g) Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif.
h) Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar menjadi penyebab
informasi dari orang lain.
i) Dengan kegiatan menulis terencana, penulis membiasakan berpikir serta ber-bahasa
secara tertib dan teratur.
j) Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan fungsi dari menulis adalah sebagai alat
komunikasi tidak langsung yang dapat menggali kemampuan seseorang tentang suatu
topik dengan cara berlatih mengorganisasikan gagasan secara sistematis dan terencana
agar dapat berbahasa dengan tertib dan teratur. Selain itu, menulis juga dapat membantu
seseorang memperdalam daya tangkap dan membantu memecahkan masalah.
3. Tujuan Menulis
Pada dasarnya tujuan menulis adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain
menggunakan bahasa tulis. Tarigan (2008:24) membagi tujuan menulis menjadi empat, yaitu:
memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak/mengajak, menghibur atau
menyenangkan, dan mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api.
Sementara itu, Hartig (dalam Tarigan 2008:26), membagi tujuan menulis menjadi tujuh bagian
sebagai berikut.
3
d) Informational purpose (tujuan imformasional/penerangan): tulisan yang bertujuan
memeberikan informasi atau keterangan/penerangan kepada para pemaca.
e) Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri): tulisan yang bertujuan untuk
memperkenalkan atau menyatakan diri seorang pengarang kepada pembaca.
f) Creative purpose (tujuan kreatif): tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan
diri, tetapi “keinginan kreatif“ disini melebihi pernyataan diri, tetapi melibatkan dirinya
dengan keinginan mencapai norma artistik atau seni ideal, seni idaman. Tulisan yang
bertujuan mencapai nilai-nilai artistik dan nilai kesenian.
g) Problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah): penulis ingin memecahkan
masalah yang di hadapi dengan cara menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta
meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat
dimengerti dan diterima oleh pembaca.
Sementara itu, program pengajaran menulis pada dasarnya dilaksanakan untuk mencapai
tujuan-tujuan berikut, yaitu (a) mendorongn siswa/mahasiswa untuk menulis dengan jujur dan
bertanggung jawab, dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa secara berhati-hati, integritas,
dan sensitif; (b) merangsang imajinasi dan daya pikir atau intelek siswa/mahasiswa; dan (c)
menghasilkan tulisan/karangan yang bagus orientasinya, tepat, jelas, dan ekonomis penggunaan
bahasanya dalam membebaskan segala sesuatu yang terkandung dalam hati dan pikiran;
Prinsip-prinsip yang mendasari program pengajaran menulis adalah bahwa menulis: (a)
merupakan suatu proses dua arah, dalam pengertian si penulis menyampaikan/menghasilkan dan
menghendaki sesuatu dari pembacanya; (b) didasarkan pada pengalaman, yakni bahwa sumber
utama tulisan adalah pengalaman si penulisnya; (c) perbaikan hasil tulisan terjadi karena praktek,
dalam pengertian bahwa aktivitas menulis yang kontinyu dapat mengembangkan kelancaran,
keterampilan, serta keteraturan berpikir; dan (d) pengertian yang akan dikandung atau dibawakan
dalam tulisan lahir atau lebih dahulu sebelum tercipta bentuk.
4. Manfaat Menulis
Menulis memiliki banyak manfaat. Salah satu manfaat menulis yang paling utama adalah
sarana mengekspresikan gagasan, ide, atau pendapat. Menurut Akhadiah (1988), manfaat
menulis dapat dirinci sebagai berikut.
a) Mengetahui potensi diri: kemampuan dan pengetahuan diri tentang topik yang dipilih.
Dengan mengembangkan topik itu penulis dipaksa berpikir, mengenali pengetahuan, dan
pengalaman yang tersimpan dalam diri.
b) Melatih kemampuan bernalar, dengan mengembangkan berbagai gagasan penulis dipaksa
bernalar, menghubung-hubungkan, dan membandingkan fakta-fakta.
c) Memperluas wawasan. Melalui menulis, penulis lebih banyak menyerap, mencari, serta
berupaya menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis
4
d) Memperjelas masalah. Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik
serta mengungkapkan secara tersurat. Dengan demikian, setiap permasalahan yang
semula samar-samar akan menjadi lebih jelas.
e) Melalui tulisan, penulis dapat menjadi peninjau dan penilai gagasan sendiri dan orang
lain secara obyektif.
f) Lebih mudah memecahkan masalah karena melalui tulisan, analisis masalah dapat
dilakukan secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret.
g) Meningkatkan aktivitas berpikir. Melalui menulis, penulis menjadi aktif berpikir
sehingga memungkinkannya menjadi penemu sekaligus pemecahan masalah, bukan
hanya sekedar penerima informasi pasif. Dalam kontek ini pula, penulis akan terlatih
berpikir secara sistematis.
5. Tahapan Menulis
Langkah pertama adalah tahap pramenulis. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan penulis pada
tahap ini sebagai berikut: a) menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri/pengalaman orang
lain (utamakan pengalaman sendiri); b) melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum dibuat; c)
mengidentifikasi calon pembaca tulisan yang akan memilih bentuk tulisan yang tepat
berdasarkan pembaca dan tujuan yang telah ditetapkan.
Langkah kedua adalah tahap pembuatan draft. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan antara
lain: a) membuat draft kasar, dengan membekal apa-apa yang telah dipersiapkan pada tahap
pramenulis, pembelajaran mulai menuliskan gagasan. b) Lebih menekankan isi daripada tata
tulisan. Pada tahap penyusunan draft, sebaiknya lebih ditekankan pada pencurahan gagasan dan
kelengkapan isi tulisan. Pengaturan tata tulis dan penggunaan bahasa hendaknya diabaikan
kecuali yang muncul secara spontan.
Langkah ketiga adalah tahap merivisi, yang perlu dilakukan oleh pembelajaran menulis pada
tahap merivisi, yaitu: a) berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok); b) berpartisipasi secara
konstruktif dalam diskusi tentang tulisan teman-teman sekelompok atau sekelas; c) mengubah
tulisan dengan memperhatikan reaksi/komentar, baik dari pengajar maupun teman; dan d)
membuat perubahan yang substantif pada draft berikutnya sehingga menghasilkan draft akhir.
5
Langkah keempat adalah tahap menyunting. Pada tahap menyunting ini, hal-hal yang perlu
diperhatikan antara lain yaitu: a) membetulkan kesalahan bahasa tulisan sendiri, mulai
menggunakan ejaan, pilihan kata penggunaan kalimat, sampai pengembangan paragraf; b)
membetulkan kaidah tata tulis yang meliputi kaidah penulisan paragraph, penulisan judul,
penomoran, kaidah, kaidah pengutipan, dan kaidah-kaidah lain yang diatur secara teknis; c)
mengoreksi dan menata kembali isi tulisan, baik dari segi sistematika, kelogisan, ketajaman
pembahasan, kelengkapan isi; dan d) berbagi dengan teman untuk saling memberikan koreksi.
Langkah kelima adalah yaitu tahap berbagi (sharing) atau publikasi. Pada tahap ini,
pembelajaran menulis dapat melakukan hal-hal yaitu a) memublikasikan (memajang) tulisan
dalam suatu bentuk tulisan yang sesuai, atau b) berbagi tulisan yang dihasilkan dengan pembaca
yang telah mereka tentukan dalam forum diskusi atau seminar.
Proses pembelajaran keterampilan menulis dapat dipandang sebagai suatu seni enam
langkah secara berurutan. Dalam hal ini guru dan siswa bekerja bersama-sama untuk dapat
memproduksi suatu kompisisi/karangan yang selesai. Adapun enam langkah dimaksud adalah:
6
(a) diskusi umum yang menghasilkan topik-topik untuk ditulis; (b) siswa menuliskan draft kasar
(first draft) dan menghaluskannya sebaik keterampilan; (c) guru membaca dan member
komentar tulisan siswa; (d) mendiskusikan tulisan dalam kelas dalam kelompok-kelompok kecil
atau konferensi; (e) guru menggunakan seperangkat catatan atau tulisan untuk menentukan segi-
segi atau hal-hal yang harus dibicarakan/diperbaiki; dan (f) siswa merevisi tulisannya sesuai
dengan saran-saran yang diperoleh dalam diskusi/konferensi kelas.
Adapun beberapa tahap yang harus dilakukan dalam menyusun naskah pidato, yaitu
memilih subjek dan membatasi tujuan umum pidato.
1. Membatasi subjek untuk mencocokkan waktu yang tersedia, menjaga kesatuan dan
kepaduan pidato.
2. Menyusun ide pokok menurut tahap-tahap urutan alur dasar pidato (Perhatian,
kebutuhan, kepuasan, dan lain-lain) atau menurut salah satu pola organisasi
(misalnya, urutan kronologis, urutan ruang).
3. Memasukkan dan menyusun submateri yang berhubungan di setiap ide pokok.
4. Mengisi materi pendukung yang memperkuat atau membuktikan ide.
5. Memeriksa draft kasar, untuk meyakinkan bahwa subjek telah cukup terekam dan
mencerminkan tujuan khusus pidato.
Menyusun atau menulis naskah pidato harus melalui tiga kegiatan, yaitu mengumpulkan
bahan, membuat kerangka dan menguraikan isi naskah pidato secara terperinci. Penjelasannya
adalah sebagai berikut.
a. Mengumpulkan bahan
Setelah Anda meneliti persoalan dan merumuskan tujuan pidato serta menganalisis
pendengar maka Anda sudah siap untuk menggarap naskah pidato. Anda boleh mulai menulis
pidato dengan menggunakan apa-apa yang telah Anda ketahui mengenai persoalan yang akan
Anda bicarakan/sampaikan. Jika hal ini Anda anggap kurang maka Anda harus mencari bahan-
bahan tambahan yang berupa fakta, ilustrasi, cerita atau pokok-pokok yang konkret untuk
mengembangkan pidato ini. Tidak ada salahnya Anda bertanya kepada orang/pihak yang
mengetahui persoalan yang akan Anda bicarakan. Buku-buku, peraturan-peraturan majalah-
7
majalah, dan surat kabar merupakan sumber informasi yang kaya yang dapat Anda gunakan
sebagai bahan dalam rangka menguraikan isi pidato Anda.
Setelah dasar dapat Anda buat sebelum mencari bahan-bahan, yaitu dengan menentukan
pokok-pokok yang akan dibicarakan, sedangkan kerangka yang terperinci baru dapat Anda
setelah bahan-bahan anda kumpulkan. Dengan bahan-bahan itu, Anda dapat menyusun pokok-
pokok yang paling penting dalam tata urut yang baik. Pokok-pokok utama tadi dibuatkan
perincian dengan tujuan bahwa bagian-bagian yang terperinci itu harus memperjelas pokok-
pokok utama tadi. Di dalam kerangka ini, harus terlihat adanya kesatuan dan koherensi antar
bagian-bagian. Sebagai gambaram perhatikanlah contoh kerangka pidato berikut ini.
Dengan mempergunakan kerangka yang telah Anda buat, ada dua hal yang dapat Anda
lakukan, (1) Anda dapat mempergunakan kerangka tersebut untuk berpidato, yaitu berpidato
dengan menggunakan metode ekstemporan, dan (2) menulis atau menyusun naskah pidato secara
lengkap untuk Anda bacakan atau Anda hafalkan.
Tulisan ilmiah ialah hasil pemikiran ilmiah tentang disiplin ilmu tertentu yang disusun
secara sistematis, benar, logis, utuh, bertanggung jawab, serta menggunakan bahasa yang
benar (Pateda 1993: 93). Sistematis berarti urutannya teratur, terarah, dan menganut cara
penyusunan tertentu. Benar berarti analisis dan pembuktiannya meyakinkan, baik secara empiris
maupun logis. Uraikan yang sistematis, benar, dan logis itu harus utuh. Maksudnya, apa yang
diuraikan harus selesai, bukan fagmen atau bagian dari suatu keseluruhan sehingga pembaca
akan memperoleh gambaran yang menyeluruh. Tulisan ilmiah disusun bertanggung jawab
berarti penyusunannya memenuhi kode etik penyusunan tertentu seperti: penyebutan sumber
yang tidak jelas, berbicara sesuai fakta (tidak memanipulasi data), dan lain-lain. Tulisan yang
bertanggung jawab berarti juga mengindahkan kaidah teknik penulisan, baik yang berhubungan
dengan kaidah bahasa yang digunakan maupun sistematika penulisan.
8
2) Jenis Karya Ilmiah
Karya ilmiah dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain: (1) paper, (2) makalah, (3)
skripsi, (4) tesis, (5) disertasi, (6) laporan penelitian, dan lain-lain (Pateda1993: 94;
Brotowidjoyo, 1985: 10). Disamping itu ada pula kritik, timbangan buku, dan tulisan ilmiah
popular.
Paper adalah tulisan ilmiah yang panjang isinya kurang-lebih lima halaman. Biasanya
disusun untuk memenuhi permintaan dosen pengajar mata kuliah tertentu. Makalah ialah tulisan
ilmiah yang disusun untuk dibahas pada pertemuan ilmiah berupa seminar. Makalah biasanya
berisi hasil penelitian atau berupa penemuan baru.
Skripsi ialah tulisan ilmiah yang disusun untuk memenuhi persyaratan mengakhiri studi
program S-1 guna mencapai gelar sarjana. Tesis adalah tulisan ilmiah yang disusun untuk
memenuhi persyaratan mnempuh ujian S-2 atau megister (untuk memperoleh gelar master).
Sedangkan disertasi ialah tulisan ilmiah yang disusun untuk memperoleh gelar doctor (S-3).
Sedangkan laporan penelitian yaitu tulisan ilmiah yang melaporkan tentang pelaksanaan dan
hasil penelitian tertentu. Kritik yaitu pembahasan secara ilmiah tentang bidang ilmu tertentu dan
seni. Timbangan buku ialah tulisan ilmiah tentang pendapat seseorang mengenai buku ilmiah
tertentu, baik kelebihan maupun kelemahannya. Sedangkan tulisan ilmiah popular ialah tulisan
dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni tertentu yang disusun secara mudah
sehingga dapat dipahami oleh kalangan luas.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar sebuah tulisan disebut ilmiah. Syarat itu
antara lain: (a) komukatif, (b) bernalar, (c) logis, (d) berlandaskan teori yang kuat, (e)
bertanggung jawab, dan lain sebagainya (Pateda 1993: 95).
Tulisan ilmiah harus komunikatif berarti uraiannya seharusnya dipahami pembaca. Hal
ini membawa kita pada kenyataan bahwa kita harus mengunakan kata-kata atau kalimat yang
kira-kira mudah dipahami pembaca. Bernalar maksudnya tulisan itu harus sistematis, isi pikiran
yang dikemukakan berurutan atau bersistem, berhubungan satu dengan lainnya, dan mengikuti
metode penulisan yang tepat. Tulisan yang bernalar itu harus logis. Maksudnya, apa yang
dipaparkan masuk akal, benar, baik secara empiris maupun secara logika. Dalam hal ini, apa
yang diuraikan harus masuk akal.
Tulisan ilmiah harus berlandaskan teori yang kuat. Teori yang kuat berarti teori itu
dihargai oleh semua ahli dalam disipilin ilmu yang bersangkutan. Dalam hal ini, misalnya
landasan teori yang digunakan adalah teori mutakhir. Kemutakhiran suatu tulisan itu
bertanggung jawab. Maksudnya, sumber data, buku acuan, dan sumber kutipan harus secara
jujur disebutkan. Selain itu, tulisan itu harus pula mengindahkan teknik penulisan yang tepat
serta penggunaan bahasa yang benar.
9
4) Stuktur Karya Ilmiah
Jika dicermati berbagai karya ilmiah yang ada, akan ditemukan bahwa struktur atau
komponen karya ilmiah terdiri atas bagian awal bagian inti dan bagian akhir. Hal ini berjalan
dengan pendapat Wardani (2007), yang menyatakan bahwa secara umum struktur karya ilmiah
dipisahkan atas tiga bagian, yaitu bagian awal, isi, dan akhir. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
bagian awal berupa bagian pelengkap pendahuluan, bagian isi terdiri atas pendahuluan,
pembahasan, dan penutup, sedangkan bagian akhir berupa bagian pelengkap penutup (UM, 2005;
Musaddat, 2006). Berikut diuraikan satu per satu secara sederhana.
Dalam sebuah karya ilmiah hanya ada satu bagian pelengkap pendahuluan, yaitu halaman
judul. Halaman judul berfungsi menampilakan karangan agar kelihatan lebih menarik. Pada
halaman judul dicantumkan hal-hal : judul tulisan, keterangan tugas (tugas dari guru, dosen, atau
disampaikan pada sebuah seminar), nama penulis, tempat dan tahun. Di samping itu , adapula
yang tdak menggunakan halaman judul. Untuk mengganti halaman judul, pemakalah meletakkan
judul makalah dan informasinya pada bagian isi tulisan. Judut tulisan dan nama penulis
diletakkan di tengah atas keterangan tentang tugas serta keterangan penulis dicantumkan paa
catatan kaki. Yang perlu dipahami adalah bila menggunakan cara pertama, cara kedua tidak
boleh digunakan secara bersama – sama.
Bagian Isi
Bagian isi merupakan bagian inti dari karya ilmiah. Bagian ini terdiri atas tiga
bagianyaitu pendahuluan, pembahasan, dan simpulan. Tujuan utama dari pendahuluan adalah
untuk menarik perhatian pembaca terhadap masalah yang akan dibicarakan. Oleh karena itu,
pendahuluan harus memuat :
Bagian pembahasan merupakan bagian utama dai bagian isi karya ilmiaih. Disiniah
terletak penjelasan mengenai segala persoalan yang telah dibahas secara sistematis dan utuh.
Sementara itu, simpulan merupakan sari dari pokok-pokok yang telah diuraikan dalam
pembahasan. Simpulan harus dirumuskan dengan tegas seagai pendapat penulis terhadap
masalah yang telah diuraikan. Namun demikian, adapula pemakalah yang tidak memberikan
simpulan pada makalahnya, untuk mengakhiri makalahnya ia menggunakan istilah penutup.
Konsekuensinya ia tidak perlu menyarikan kembali masalah yang telah diuraikan, tetapi cukup
10
dengan memberikan harapan yang diinginkan. Pada konteks ini, tidak dibenarkan menggunakan
kedua cara ini secara bersamaan.
Bagian pelengkap penutup biasanya berupa bibliografia atau daftar pustaka. Ini adalah
daftar yang berisi judul buku-buku, artikel,-artikel, atau bahan penerbitan lainnya yang
berhubungan dengan tulisan. Unsur-unsur pokok yang terdapatdalam daftar pustaka adalah :
nama pengarang, tahun penerbitan, judul buku, termasuk judul tambahan, tempat terbit, dan
penerbit.
Tulisan yang dihasilkan, lebih-lebih karya ilmiah tidak muncul begitu saja. Tulisan atau
karya ilmiah lahir melalui suatu proses yang cukup panjang. Menurut Mahan (dalam pateda
1993:98), proses lahirnya tulisan ilmiah teridiri atas tahapan :
a. Merencanakan.
b. Menetapkan masalah yang akan ditulis.
c. Membatasi masalah (membatasi lingkup kajian).
d. Mengkaji tulisan yang akan disusun.
e. Membuat kerangka.
f. Mengumpulkan bahan.
g. Menyusun buram (oretan atau garis catatan kasar).
h. Menyeleksi atau mengganti kata dan kalimat yang dirasa kurang sesuai.
i. Memeriksa dan menggandakan serta menyiarkan atau menyampaikan dalam forum
ilmiah.
Menurut hemat penulis, menghasilan tulisan termasuk tulisan ilmiah dapat dibagi atas empat
tahapan, yaitu :
1. Merencanakan
2. Menyusun
3. Memeriksa
4. Menyampaikan
Hampir sama dengan pandangan di atas, Suparno (2007) menjelaskan dengan bahwa
proses menulis, termasuk menulis karya ilmiah mengikuti tiga tahap, yaitu pra-penulisan, saat
penulisan, dan pasca penulisan. Lebih lanjut dijelaskan, tahap pra-penulis berisi kegiatan berupa
penentuan topik, penentuan maksud dan tujuan penulisan, mempertimbangkan target pembaca,
mengumpulkan informasi, dan membuat kerangka tulisan. Tahap saat penulisan berisi kegiatan
mengembangkan kerangka tulisan, sedangkan tahap pasca-penulisan berisi kegiatan
penyuntingan, revisi, dan publikasi (bandingkan dengan Tompkins, 1995:216-222).
11
Menghasilkan tulisan ilmiah berarti menyusun kalimat yang tepat, merangkai kalimat
sehingga menjadi paragraf yang baik, menjaga keterkaitan antara kata dengna kata yang
menghasilkan kalimat, kalimat dengan kalimat yang menghasilkan paragraf termasuk
penggunaan tanda bacanya dan lain sebagainya (semi, 2003). Untuk dapat dengan mudah
menghasilakn tulisan ilmiah beberapa cara atau teknik dalam menghasilkannya perlu dikuasai.
Masing-masing bagian tulisan ilmiah membutuhkan cara tersendiri dalam menghasilkannya.
Berikut dipaparkan beberapa teknik dalam menghasilkan tulisan ilmiah.
Bagian terpenting dari pendahuluan adalah latar belakang dan masalah. Untuk
memudahkan menghasilkan bagian ini, coba lakukan penjabaran topik menjadi tema atau
pernyataan tematis, judul, dan rumusan masalah. Cermati cobtoh pada tabel 1 berikut.
12
mau maju peningkatan
kemampuan menulis
deskripsi melalui
pemanfaatan
lingkungan pada siswa
kelas 5 SD mau maju
dari segi hasil ?
4. Bahasa gaul Bahasa gaul Bahasa gaul 1. Bagaimanakah
dapat dan tauran bentuk bahasa gaul
menimbulkan remaja dikalangan remaja
tauran NTB ?
antaremaja 2. Yang
menimbulkan
tauran antaremaja
di NTB ?
5. Penataan sungai Penataan sungai Penataan 1. Apakah mungkin
yang baik dapat sungai sungai dapat ditata
menjadikan menjadi menjadi taman kota ?
sungai sebagai taman kota 2. Bagaimana cara
taman kota penataan sungai agar
menjadi taman kota ?
Perlu dipahami bahwa uraian latar belakang yang baik dapat dilihat dari dua segi, yaitu
judul dan masalah. Dari segi judul, latar belakang memberi jawaban mengapa penulis memilih
judul tertentu (jawaban harus rasional-objektifbukan emosional-subyektif). Dari segi masalah,
latar belakang mengantarkan pembaca pada pokok masalah yang akan dibahas. Oleh karena itu,
untuk menghasilakn latar belakang yang baik dapat dilakukan dengan membuat pemetaan
menggunakan matrix seperti contoh di atas. Dari matrix tersebut disusub latar belakangnya
dengan mengeksplorasi kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, yang kemudian didukung
oleh teori-tori yang berkembang. Menurut tim pengembangan BIG (2005), UM (2007), dan
Suparno (2007), beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguraikan latar belakang
adalah:
13
Teknik Menghasilkan Pembahasan
1. Apabila kita mengambil pendapat ahli lain dan pendapat itu merupakan bahan yang akan
diuraikan, biasanya menggunakan kata, “menurut pendapat …” ahli yang kita kutip
pendapatnya kita tempatkan di dalam tanda kurung atau cukup tahun terbit dan halaman
buku yang diletakkan di dalam tanda kurung). Contoh: (a) “Menurut pendapt Keraf
(1980: 316), ada empat macam metode berpidato ….” atau “Menurut Gorys Keraf, ada
empat macam metode berpidato …. (Keraf, 1980: 316)”; (b) “Keraf (1980: 316)
mengatakan, ada empat macam metode berpidato ….”
2. Seandainya pendapat tersebut mendukung pendapat penulis, penulis dapat
merumuskannya menjadi, “hal ini sesuai dengan pendapat Keraf, Gorys (1980: 316) …”
atau “hal yang sama dikemukakan pula oleh … (1980: 316) …”. Apabila pendapat
penulis akan dibandingkan dengan pendapat sarjana lain, penulis dapat merumuskannya,
“bandingkan dengan pendapat Keraf, Gorys (1980: 316) …”. Perlu diingat bahwa untuk
penulisan nama ahli (untuk kedua kalinya) apabila dalam buku yang sama, cukup nama
terakhirnya saja.
3. Apabila kutipan itu dari surat kabar/majalah, nama besar penulis tetap ditulis. Kata
dalam majalah tidak perlu dicantumkan karena keterangan lengkap tentang judul tulisan
akan diperoleh melalui daftar pustaka. Apabila data atau keterangan yang diperoleh
bukan berupa artikel, nama surat kabar/majalah yang disebut diikuti tanda kurung yang
berisi: tahun terbit, tanggal dan bulan terbit, lalu halaman. Contoh: Menurut KOMPAS
(1990, 24/12: 1) “Jakarta menapaki perjalan waktu …”. Apabila sumber keterangan tidak
mencantumkan nama penulis, nama penerbit (bukan pencetak) yang dicantumkan.
Contoh . Berbicara tentang penyetandaran tata … , Depdikbud (1988: 17) mengatakan
“belum pernah dilakukan secara resmi”. Penerbit yang bernama Depdikbud dan judul
buku serta keterangan lain yang diperlukan dapat ditemukan pada daftar pustaka.
14
Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar bahasan dalam karya ilmiah diuraikan
dengan teknik member ilustrasi berupa contoh-contoh atau alternative solusi, membuat
perbandingan, atau melakukan pengelompokan. Menurut Tim Pengembangan BIK (2005) dan
Suparno (2007), menguraikan bahasa adalah: (1) teknik ilurtratif, terdiri atas: pola pemberian
contoh dan perbandingan; (2) teknik analitik, terdiri atas : pola klasifikasi, proses, sebab-akibat,
dan pola pemecahan masalah; dan (3) teknik argumentative, terdiri atas: pola deduktif-induktif,
kausalitas, dan pola analogi.
Sebagaimana telah dijelaskan pda bagian awal bahwa bagian penutup terdiri atas dua
bentuk, yaitu simpulan dan penutup. Dalam menghasilkan bagian ini, harus ditetapkan dahulu
bentuk mana yang akan digunakan. Jika menggunakan bentuk pertama berarti penulis harus
menyarikan apa-apa yang telah dibahas pada bagian pembahasan, sedangkan jika memilih
bentuk kedua, penulis cukup menguraikan harapan dan tindak lanjut.
Hal lain yang harus diperhatikan selain itu adalah menaati teknik penulisan yang berlaku.
Tulisan ilmiah dirakit dengan teknik tertentu. Teknik itu bersifat konvensi, artinya teknik yang
digunakan sedapat-dapatnya digunakan secara internasional (minimal nasional). Tiap lembaga
pendidikan tinggi biasanya menyusun aturan tentang teknik penulisan karya ilmiah. Teknik
penulisan misalnya berhubungan dengan: cara mengutip dan menyusun daftar pustaka.
Apabila kita mengambil pendapat ahli lain dan pendapat itu merupakan bahan yang akan
diuraikan, baisanya kita menggunakan kata, “menurut pendapat …” ahli yang kita kutip
pendapatnya kita tempatkan di dalam tanda kurung (setelah dibalik namanya, terutama untuk
yang pertama), atau cukup tahun terbit dan halaman buku yang diletakkan di dalam tanda
kurung). Contoh: (a) “Menurut pendapat Keraf Gorys (1980: 316) ada empat macam metode
berpidato …” atau “Menurut Gorys Keraf, ada empat macam metode berpidato …. (Keraf,
Gorys 1980: 316)”; (b) “Keraf, Gorys (1980: 316) mengatakan ada empat macam metode
berpidato ….”
Seandainya pendapat tersebut mendukung pendapat kita, maka kita dapat merumuskannya
menjadi, “hal ini sesuai dengan pendapat Keraf, Gorys (1980: 316) …” atau “hal yang sama
dikemukakan pula oleh … (1980: 316) …”. Apabila pendapat kita akan dibandingkan dengan
pendapat sarjana lain, maka kita dapat merumuskannya, “bandingkan dengan pendapat
Keraf, Gorys (1980:316) …”. Perlu diingat bahwa untuk penulisan nama ahli (untuk kedua
kalinya) apabila dalam buku yang sama, maka cukup nama terakhirnya saja. Dan apabila
pendapat itu kita tentang, maka kita dapat merumuskannya, “Pendapat itu berbeda dengan
pendapat Keraf, (1980: 316) …”
Apabila kutipan itu dari surat kabar/majalah, nama besar penulis tetap ditulis. Kata dalam
majalah tidak perlu dicantumkan karena keterangan lengkap tentang judul tulisan akan
15
diperoleh melalui daftar pustaka. Apabila data atau keterangan yang kita dapti bukan berupa
artikel, maka nama surat kabar/majalah yang kita sebut diikuti tanda kurung yang berisi:
tahun terbit, tanggal dan bulan terbit, lalu halaman. Menurut KOMPAS (1990, 24/12: 1)
“Jakarta menapaki perjalanan waktu …”. Apabila sumber keterangan tidak mencantumkan
nama penulis, maka nama penerbit (bukan percetakan) yang kita cantumkan. Contoh .
Berbicara tentang penyetandaran tata … , Depdikbud (1988: 17) mengatakan “belum pernah
dilakukan secara resmi”. Penerbit yang bernama Depdikbud dan judul buku serta keterangan
lain yang diperlukan dapat ditemukan pada daftar pustaka. Dan apabila sumber kutipan
berasal dari yayasan, panitia, badan, atau organisasi, maka nama yayasan, panitia, badan,
atau organisasi yang kita sebut. Tentu saja penyebutannya harus lengkapa dan jelas. Cara lain
juga digunakan dapat diperhatikan secara langsung pada tulisan ini.
Sedangkan daftar pustaka sebagai bukti keilmiahan tulisan dan sekaligus bentuk
pertanggungjawaban akademis dan etis dari sebuah karya ilmiah harus mengikuti aturan
penyusunan sebagai berikut.
1. Penyusunan daftar kepustakaan harus bersifat alfabetis, baik secara horizontal maupun
secara vertical. Dan diketik satu spasi. Yang dimaksud dengan penyusunan secara
horizontal yaitu urutan nama penulis dari A-Z. Sedangkan yang dimaksud dengan
penyusunan secara vertikal yaitu urutan nama penulis dari A-Z ke arah bawah.
2. Susunan penulisan daftar kepustakaan adalah nama besar (unsur nama terakhir), koma,
nama kecil, titik, tahun terbitnya buku, titik, judul buku yang digaris bawah atau dicetak
miring atau dicetak tebal, jilid buku (kalau ada), titik, tempat terbit, titik dua, dan nama
penerbit. Contoh: Pateda, Mansoer. 1990. Linguistik Terapan. Ende: Nusa Indah.
3. Apabila seorang penulis banyak bukunya dijadikan sumber, maka dibawahnya cukup
digunakan tanda hubung (-) sebanyak sembilan buah, atau digunakan sembilan ketukan.
Contoh: Keraf, Gorys. 1979. Komposisi, Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende:
Nusa Indah_________. 1991. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia
Sedangkan jika nama penulisnya tiga orang atau lebih, cukup disebutkan satu saja
kemudian ditambahkan dkk (yang berarti dan kawan-kawan). Penulisan sumber yang belum
berupa buku, judul tulisannya tidak boleh digaris bawah, dicetak miring atau dicetak tebal, tetapi
cukup diberi tanda petik (“…”)
Menulis puisi anak merupakan suatu usaha membuat tulisan atau karya dalam bidang
puisi yang dikhususkan bagi anak-anak dengan tujuan agar puisi tersebut dapat dibaca dan
dipahami oleh anak-anak serta dapat menggugah rasa baru anak karena Anda harus menguasai
segala macam yang ada sangkut-pautnya dengan anak-anak. Anda perlu mempelajari semua
lingkup perkembangan kepribadian anak. Misalnya, segla keinginan, kesukaan; permainan,
kebiasaan baik dan buruknya anak tersebut dan lain-lain. Semuanya itu akan membantu anda
16
dalam menemukan bahan tulisan. Dengan mengetahui lebih banyak informasi tentang anak-anak
karena Anda akan lebih mudah mencari bahan untuk Anda tuliskan.
Tentang kriteria puisi yang bagaimana yang sesuai untuk porsi anak sudah Anda pelajari
pada modul 10, kegiatan belajar tiga, yang intinya bahwa puisi anak harus memenuhi dua
kriteria; yaitu keterbacaan dan kesesuaian. Keterbacaan sangat berkaitan erat dengan penggunaan
bahasa yang sesuai dengan kemampuan anak mudah dicerna oleh anak. Sedangkan kesesuaian
berhubungan dengan lingkungan kehidupan anak dan sesuai dengan perkembangan jiwa anak.
Pada umumnya usia anak SD berkisar antara 6 samapi dengan 12 (dua belas) tahun.
Menurut Rahmanti 1993; usia murid SD bisa memiliki dua tahapan, yaitu tahap pengkhayal (8
s.d. 9 tahun), dan tahap romantic (10 s.d. 13 tahun). Selisihnya sudah merupakan tahap realistik
untuk ukuran anak SMP. Walaupun tahap realistik masuk ke dalam usia SMP, tetapi tidak
menutup kemungkinan akan adanya siswa SD yang sudah memasuki tahap realistik.
Kemungkinan ini bisa terjadi karena berkembangnya ilmu dan teknologi. Apalagi perkembangan
informasi dan era globalisasi sudah memasuki semua Negara termasuk Indonesia.
Tahapan-tahapan usia ini tentunya sudah harus dipikirkan dan dijadikan bahan
pertimbangan oleh guru satra terutama dalam menuliskan karya satra. Dengan demikian, akan
memudahkan Anda dalam memilih tema sastra yang sesuai dengan anak-anak SD.
a. Anda tentukan isi pantun tersebut. Biasanya berupa maksud, tujuan Anda membuat
pantun tersebut. Misalnya, biar anak-anak giat belajar.
b. Tuliskan tujuan tersebut dalam dua baris kalimat yang tiap barisnya tidak kurang dari 8
suku kata dan tidak lebih dari 12 suku kata.
c. Kedua kalimat tersebut diletakkan pada bagian isi pantun, yaitu pada baris ketiga dan
keempat.
d. Carilah kata-kata yang berbunyi akhirnya sama.
e. Buatlah kalimat dari masing-masing kata temuan tersebut.
f. Letakkan kalimat buatan tersebut pada kalimat pertama dan kedua seingga akan bersajak
sama antara baris 1 dan 3, baris 2 dan empat.
a. ------------------------
b. ------------------------
Langkah ke-4 mencari kata-kata yang sama bunyi akhirannya dengan akhir kalimat 3 dan
4. Untuk mendapatkan ini banyak sekali yang sama dengan akhir kalimat 3, seperti pagar, jajar,
gitar, layar, pasar, pensil, kail, kerikil, kecil, ambil, kanci.
Alternatif pertama
Alternatif kedua.
Contoh di atas dapat dikembangkan lagi menjadi bermacam-macam pantun. Anda dapat
merangkai kalimat sebanyak Anda inginkan untuk mendapatkan sampiran. Sampiran bisa Anda
temukan dari sebanyak kosakata yang anda, misalnya nama anggota tubuh, tempat, Anda juga
dapat mebuat isi pantun bermacam-macam atau bisa juga berupa nasihat, anjuran, larangan,
slogan, dan lain-lain.
18
Langkah – langkah membuat syair :
a) Tulislah satu kalimat pernyataan .isinya tentang apa saja. Misalnya ,lucunya adikku Amil.
b) Amati bunyi kata akhir kalimat pernyataan tadi, yaitu amril.
c) Carilah kata sebanyak banyaknya yang fonem suku terakhirnya berbunyi il, seperti kecil,
mungil jahil,tahlil ,tahlil,kancil, kikil,dekil, mantil.
d) Buatlah kalimat dari tiap kata tersebut dengan posisi kata tersebut dengan posisi kata
yang dibuat terletak pada akhir kalimat.
e) Pilihlah dari kalimat yang sudah anda buat yang dapat disesuaikan dengan kalimat
pertama.
f) Urutkan sampai berjumlah empat baris sehingga menjadi satu bait. Jika kalimatnya lebih
buatalah kelompok baris berikutnya sehingga menjadi bait lagi .begitu seterusnya .
19
g) Carilah kalimat atau kata yang bisa di ganti dengan kata yang memiliki intensitas makna
yng lebih kuat dan lebih imajinatif .misalnya kata angina diganti dengan bayu , hitam
diganti dengan pekat , kelam, matahari diganti sang surya , mentari .
h) Perbaiki terus kata tiap kalimat jika dianggap masih kurang memenuhi keindahan bunyi
boleh juga mempergunakan gaya bahasa sehingga akan menghasilkan cerita yang singkat
tepat dan padat , di samping memiliki keindahan bunyi .
Misalkan , anda berada di ruang kelas atau kamar belajar . cobalah amati sekitar anda .
pilihlah apa yang akan anda ceritakan . misalnya anda akan menuliskan tentang lampu
berdasarkan pengamatan anda secermat cermatnya . carilah suatu maalah atau kejadian yag
bertentangan dengan keadaan lampu atau fungsi lampu . cata semua data yang anda saksikan .
tulislah dalam kalimat kalimat . susun berurutan ke bawah .
Setelah semua tersusun cobalah anda cari kata-kata yang terlalu terperinci sehingga
membuat kalimatnya menjadi panjang, yaitu kalimat no : 3,4,9,10,11. Pendekkanlah dengan
membaginya ke dalam 2 atau 3 bagian yang disusun kebawah . Bisa juga anda cari kata lain yang
lebih mewakilidan berkesan imajinatif. Misalnya kata sudah tidak terang lagi di ganti dengan
memudar . kalimatnomor 4 dijadikan sinarmu menerangi segala , nomor 9 menjadi “ syang,
wajahmu ter……debu . nomor 10 menjadi cayamu menjadi buram . nomor 11 , menjadi buktimu
terlupakan .
20
Perhatikanlah puisis akhir berikut ini .
Lampu
Lampu
Warnamu memudar
Tanpa mu
Saying
Baktimu terlupakan
(A.T. Mahmud)
21
Pahlawan kecil
di Sungai Mahakam
bersama 67 penumpang
Bakuan
22
Yuliati telah banyak selamatkan
Tahapan yang harus dilakukan dalam rangka menulis cerita anak-anak adalah sebagai
berikut :
Materi tulisan ( cerita rekaan, termaksuk cerita anak ), bersumber dari peristiwa ,baik
yang pernah terjadi, maupun yang hanya terjadi dalam khayal pengarang. Untuk menjadi cerita
anak, peristiwa itu diolah oleh pengarang . pengolahan tersebut berdasarkan pandangan, tafsiran,
dan penilaian dirinya.
Seorang guru atau pendidik tentu akan berpandangan bahwa anak-anak itu harus menjadi
anak yang baik. namun, ia pun sadar bahwa kenakalan anak-anak dalam batas-batas tertentu
adalah wajar dan manusiawi. Dia mengetahui atau berupaya mengetahui cara menyalurkan
kenalan anak-anak ke dalam kegiatan yang lebih positif. Dengan demikian anak – anak yang
nakal akan menjadi anak yang baik dn berguna. Atas dasar tersebut dibuatlah cerita anak.
Ini salah satu contoh, bagaimana pengarang mengolah peristiwa yang terjadi (kenakalan
anak) menjadi cerita rekaan. untuk memperoleh cerita anak yang baik maka pada waktu
mengolah kita perlu mengerahkan pikiran, perasaan dan imajinasi. Sebab jika tidak, anak-anak
yang membaca cerita akan merasakan adanya kejanggalan. Mereka mungkin akan berkomentar ”
masa begini “. Pelu kita ingat bahwa anak-anak mengenal betul dunianya. Jadi, kalau terjadi
kejanggalan akan segera meraka rasakan.
Cobalah merenung sejenak untuk menghairkan pengalaman yang pernah anda miliki.
Bagi yang merasa tidak punya pengalaman, anda akan memperoleh pengalan itu dengan cara
berikut:
23
Setelah anda memiliki pengalaman , berarti anak telah memiliki bahan untuk dijadikan cerita
anak. Sekarang anda tinggal memiliki keterampilan menulisnya saja.
Cara Menceritakan
Sesuatu yang di ceritakan berhubungan dengan tema, sedangkan cara menceritakan akan
berhubungan dengan cara pengarang menyusun cerita, menampilkan watak, menampilkan
tempat, menempatkan dirinya sehubungan dengan cerita tersebut. Pengetahuan tentang unsur-
unsur tersebut akan membantu anda dalam menyusun cerita anak dengan pengetahuan itu pula,
anda akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
Begitulah jika semua pertanyaan sudah terjawab semua, dapat dipastikan anda dapat
membuat cerita anak –anak. Dalam menjawab pertanyaan “ bagaimana susunan cerita “, anda
tidak selalu harus menggunakan bagian-bagian alur secara lengkap. Ini berarti anda dapat
memulai cerita pada saat pertikaian atau perumitan. begitu pula dalam menyudahinya. Anda
dapat menyudahi cerita pada saat klimaks. Jadi tidak ada bagian cerita yang berupa peleraian.
Selain itu, cerita dapat dibalik dari akhir menuju ke bagian awal kisah yang diceritakan
.dari semua itu perlu anda ingat bahwa cerita anak yang anda buat perlu mengandung klimaks.
Jika tidak, cerita yang anda buat akan terasa menoton. Untuk memelihara hal tersebut anda dapat
menggunakan pola sederhana berikut, yaitu pola kejadian dalam cerita : peristiwa _ masalah _
pemecahan masalah.
Susunan pola kejadian ini, bisa anda balik, mulai puncak masalah, lalu bercerita tentang
sebab – sebab adanya pemecahan atau cara lainnya. Sedaangkan langkah-langkah penulisannya
dapat dilakukan sebgai berikut :
24
Dalam langkah – langkah tersebut diatas, tidak tampak pemberin judul. Mungkin Anda
bertanya, kapan saat yang tepat untuk memberi judul? di awal atau di akhir? pemberian judul
dapat dilakukan sejak awal ataupun setelah cerita selesai. Agar mendapat gambaran yang lebih
jelas, berikut ini di sajikan sebuah contoh penerapan langkah-langkah tesebut.
1. Topic pembicaraan : anak sekolah yang mencuri jambu setelah pulang sekolah
2. Butir- butir yang berhubungan dengan topic
a. Pergi dan pulang sekolah bersama ibu _ bersama teman
b. Kehausan : mengambil air _ minta minum
c. Mencuri baju sepulang sekolah
d. Mencuri jambu, sepulang sekolah
e. Mencuri jambu, kepergok bu guru .
f. Dimarahi bu guru _ sebel pada guru
g. Mdncuri jambu _ jatuh
h. Sakit kaki
i. Dibawa pulang oleh seorang kakak
j. Ditengok oleh ibu guru
k. Dimarahi ibu guru
l. Kapok
3. Atas beberapa pertimbangan maka butir-butir cerita pada nomor 2 deperbaiki sebgai
berikut menjadi, seperti berikut:
a. Pergi pulang sekolah bersama ibu _ bersama teman
b. Kehausan : mengambil air dari keran _ minta minum.
c. Mencuri jambu selamat.
d. Mencuri jambu, kepergok bu guru.
e. Mencuri jambu, Jatuh.
f. Kapok (dibawa pulang oleh seorang kakek)
Dari susunan butir –butir tersebut dapat langsung anda buat cerita anak. Cerita itu dapat
anda buat pendek atau panjang tergantung penggambarannya suasana yang anda buat. Marilah
kita baca contoh pengembangannya!
25
PESONA JAMBU KEMPOT
Sudah tiga bulan ini, aku berangkat dan pulang sekolah sendiri.Mulanya aku takut juga
ketika ibu yang biasa mengantar jemput menghentukan kebiasaannya. “Sekarang kamu sudah
besar, mulai besok ibu tidak akan mengantarmu kesekolah, berangkatlah bersama temanmu”.
Aku memang takut, jika anjing dihalaman itu lepas talinya bagaimana? Aku
membanyangkan hal yang menakutkan.
“Hi, si Antik dan si Pedro temanku pun tak akan berani mengusir anjing itu. Bagaimana
kalau kakiki digigit anjing sebekum sampai ke sekolah? “
Aku ingin masih larna tibanya hari esok, aku tetap takut anjing. Walaupun sebenarnya
belum pernahanjing itu lepas, paling-paling anjing itu memggonggong dari balik pagar apabila
kami lewat disitu, tetapi tetap saja aku takut.
Tanpa ku inginkan hari itu datang juga.Aku berangkat sendirian.Hari pertaman kulalui
biasa saja. Aku berangkat sendiri. Aku menyusuri jalan yang biasa kususuri bersama ibu,
diperjalanan pulang, udara terasa panas. Aku sangat kehausan. Tiba-tiba aku ingat,diperumahan
sana, ada rumah tak berpagar,dan dipinggir benteng rumahnya ada keran air.
“Ayok cepat! Disana ada keran air! “ si Pedri mengajak kami mempercepar jalan.
Rupanya dia ingat keran air itu juga.
“Enggak, aku kenal anak laki-laki pemilik rumah itu! Si Pedro menyakinkan kami.
Sesampai di keran air itu, si Pedro langsung memutar keran itu. Mengucurkan air jernih
dengan deras. Si Pedro mengarahkan mukanya kearah kucuran air tersebut. Kemudian,
kepalanya pun diguyurnya. Tidak cukup sampai disitu,si Pedro masih beraksi. Sekarang
mulutnya mengaga kearah kucuran air itu. Ia minum.
“Andi! “ kantanya
26
Tiba-tiba pintu kayu berwarna coklat muda itu bergerak dan terbuka sedikit. Kepala anak
laki-laki sebaya si Pedro menyembul disitu.
“Aku minta air Ndi! Aku kepanasan, aku minum dari sana” si Pedro menjelaskan.
“ Oh, boleh” kata anak yang dipanggil si Pedrro dengan nama Andi itu.
“Kamu jangan minum dari kran sana, nanti sakit perut. Itu air mentah!
“Kalau kamu mau minum, dirumahku ada cukup banyak air! “ kata anak itu lagi.
“Aku sudah kenyang, tapibtemanku itu pasti mau!Kata si Pedro sambil menunjuk
kearahku dan si Antik.
Anak yang punya rumah itu menghilang sebentar,dan keluar lagi membawa sebuah botol
berisi air, dengan sebuah cangkir merah.
“Nih” katanya
Aku dan si Antik meminumsampai puas. Enak sekali rasanya. Dalam keadaan haus, ada
yang memberikan air dingin.
“Terima kasihl, ya! “ kataku kepada anak yang memberi air itu, ketika pamit pergi.
“Bukan hanya aku, si Herma, si Pitriadi juga sekelas dengan dia! “ kata si Pedro
27
Aku mulai memanjat bak sampah dari tembok dan menjulurkan tangan menjangkah
unung ranting.
Aku memanjat lebih tinggi lagi. Kebetulan di atas bak sampah itu ada tembok yang bisa
kuinjak lagi. Aku memanjat lagi dan memanjat hingga sampai diujung tembok pagar.
Aku mulau menarik ranting memetik beberapa buah jambu. Kumakan disitj, nikmat
sekali. Kemudian kulemparkan beberaoa juga untuk si Antik.
“Ah, senang juga, berangjat sekolag tanpa ibu! “ kataku dalam hati
Setelah kejadian itu,hampir setiap hari kami memanjat pohon jambu itu. Buah jambu itu
memang berbeda dengab jambu yang lain. Bentuknya lucu dan rasanya enak. Kami menyebutnya
dengan nama “Jambu Kempot”. KamI leluasa memanjatnya karena pemilik jambu itu pindah ke
tempat lain. Jadi, rumah itu kosong .
Pernah suatu hari, kamu kepergok bu guru Santi. Tentu saja bu guru marah, terlebih
padaku.
Pada waktu itu kami menurut pada bu guru. Namun, esoknya acara memanjat dan
memetik jambu kempot itu berlangsung lagi. Sampai pada saat aku dipaksa kapok. Sebab, jika
akubtidak jatuh dari atas tembok pagar itu dan kaki kanak ku bengkak, serta sakitnya tak
tertahankan,aku tak akan kapok.
Ya, waktu itu seperti biasa aku berdiri diatas tembok pagar, menarik ujung ranting,
kemudian batang jambukupegang kuat-kuat untuk meraih jambu-jambu kempot yang
menggantung disitu. Hari itu ternyata sial. “ Krik!!” Batang jambu yang kupegang putus. Tak
ada waktu menyelamatkan diri aku jatuh diparit setelah membnting tembok pilar parit tersebut.
Sekarang aku betul-betul kapok, setelah sembuh nanti tak akan kuulangu perbuatan itu.
“Terima kasih untuk kak Tresna ( kakak perempuam si Andi), yang telah mengantarkanku
pulang kerumah dengan becak.
28