Anda di halaman 1dari 22

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Menulis

1. Pengertian Keterampilan Menulis

Keterampilan berasal dari kata dasar terampil, terampil menurut Soemarjadi

sama dengan kata kecekatan. Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan

sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar (Soemarjadi, 2001: 68). Untuk menjadi

terampil, diperlukan latihan peraktis yang biasa memberikan stimulus (rangsangan)

pada otak, agar kita semakin terbiasa Dalam kontes perolehan keterampilan

berbahasa, khususnya keterampilan menulis seseorang akan dikatakan terampil bila

selalu melatih keterampilan yang dimiliki. Melatih keterampilan ini dapat dilakukan

sejak dini, banyak sekali keterampilan yang dihasilkan, misalnya keterampilan

menulis.

Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Tarigan

mengemukakan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang

digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, atau tidak secara tatap muka

dengan orang lain (Wardani, dkk, 2007: 69). Sedangkan menulis Nurgiyantoro

(2001: 273), menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media

bahasa. Menulis merupakan kegiatan produktif dan ekspresif sehingga penulis harus

memiliki kemampuan dalam menggunakan kosakata, tata tulis,dan struktur bahasa.

Menulis juga dapat diartikan sebagai suatu aktivitas kompleks yang mencakup

gerakan lengan, tangan, jari, dan mata secara terintegrasi dengan pemahaman bahasa

dan kemampuan berbicara (Mulyana, 2003:224).

6
7

Keterampilan menulis merupakan proses perkembangan yang menuntut

pengalaman, waktu kesempatan, latihan, keterampilan dan pengajaran langsung

menjadi seorang penulis. Jadi keterampilan menulis adalah kegiatan jasmaniah

membuat huruf, angka atau membuat gagasan sebagai bentuk keterampilan motorik

seseorang. Menurut Abbas (2006:125), keterampilan menulis adalah kemampuan

mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui

bahasa tulis. Sedangkan menurut Tarigan (2008: 3), keterampilan menulis adalah

salah satu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif yang dipergunakan

untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan pihak

lain. Gie (2002:3) mengatakan keterampilan menulis adalah keterampilan dalam

pembuatan huruf, angka, nama, suatu tanda bahasa apapun dengan suatu alat tulis

pada suatu halaman tertentu. Sedangkan mengarang adalah segenap rangkaian

kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui

bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa

keterampilan menulis adalah keterampilan menuangkan ide, gagasan, perasaan dalam

bentuk bahasa tulis sehingga orang lain yang membaca dapat memahami isi tulisan

tersebut dengan baik.

2. Tujuan Menulis

Tujuan menulis adalah untuk memberikan gambaran atau perencanaan

menyeluruh yang akan mengarahkan penulis dalam melakukan tindakan

menyelesaikan tulisannya. Dengan mengetahui tujuan, penulis akan dapat

menentukan materi tulisan, organisasi, karangan, dan sudut pandang (point of view)

sehingga dapat menginformasikan suatu kepada pembaca, meyakinkan pembaca,


8

membaca, menghibur pembaca, melarang atau memerintah pembaca, mendukung

pendapat orang lain, dan menolak atau menyanggah pendapat orang lain (Hindun,

2012:31). Tarigan (2008: 5) menyatakan tujuan menulis ada empat yakni

memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghiburatau

menyenangkan, dan mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosiyang

berapi-api.

Semi (2007:14) mengungkapkan bahwa secara umum tujuan orang menulis

adalah : a) untuk menceritakan sesuatu, meceritakan di sini memiliki maksud agar

orang lain atau pembaca tahu tentang apa yang dialami, dihayalkan dan dipikirkan

oleh si penulis, b) untuk memberikan petunjuk atau pengarahan dengan tahapan

tahapan yang benar, c) untuk menjelaskan sesuatu kepada pembaca sehingga

pengetahuan sipembaca menjadi bertambah serta pemahaman pembaca tentang topik

yang kamu sampaikan itu lebih baik dan d) untuk menyakinkan orang lain tentang

pendapat, buah fikiran ataupun pandangan mengenai sesuatu.

Sedangkan menurut Suparno dan Yunus (2008: 3.7), tujuan yang ingin

dicapai seorang penulis bermacam-macam sebagai berikut, a) menjadikan pembaca

ikut berpikir dan bernalar, b) membuat pembaca tahu tentang hal yang diberitakan, c)

menjadikan pembaca beropini, d) menjadikan pembaca mengerti, e) membuat

pembaca terpersuasi oleh isi karangan, f) membuat pembaca senang dengan

menghayati nilai-nilai yang dikemukakan seperti nilai kebenaran, nilai agama, nilai

pendidikan, nilai sosial, nilai moral, nilai kemanusiaan dan nilai estetika.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan

menulis adalah agar pembaca mengetahui, mengerti dan memahami nilai-nilai dalam

sebuah tulisan sehingga pembaca ikut berpikir, berpendapat atau melakukan sesuatu

yang berhubungan dengan isi tulisan.


9

3. Proses Menulis

Proses pembelajaran menulis secara garis besar penulisan terdiri atas tiga

tahap, yaitu (Kurniawan, 2012 : 14-23):

a. Pramenulis (Tahap Pencarian Ide dan Pengendapan), pada tahap ini seorang

penulis melakukan berbagai kegiatan, misalnya menemukan atau menyiapkan ide

gagasan sebagai bahan membuat cerita, menentukan judul karangan, menentukan

tujuan, memilih bentuk atau jenis tulisan, membuat kerangka dan mengumpulkan

bahan-bahan.

b. Tahap Penulisan, tahap penulisan dimulai dengan menjabarkan ide ke dalam

bentuk tulisan. Ide-ide itu dituangkan dalam bentuk kalimat dan paragraf.

Selanjutnya, paragraf-paragraf itu dirangkaikan menjadi satu karangan yang utuh.

c. Tahap Editing dan Revisi, pada tahap editing dilakukan pemeriksaan kembali

terhadap keseluruhan karangan yang sudah kita tulis dari aspek kebahasaannya,

baik kesalahan kata, frasa, tanda baca, penulisan, sampai ke kalimat-kalimatnya.

Sedangkan tahap revisi dengan memeriksa kembali karangan yang baru kita tulis

dari aspek isi (content) atau logika cerita. Apabila karangan sudah dianggap

sempurna, lalu menyampaikan karangan kepada public dalam bentuk cetakan

atau menyampaikan dalam bentuk non cetakan.

Menurut Dalman (2014:15-20) )proses menulis terdiri dari lima tahap yaitu:

a. Pramenulis, merupakan kegiatan pada tahap persiapan yaitu penulis baru

menemukan gagasan, menentukan judul karangan, menentukan tujuan, memilih

bentuk dan jenis tulisan, membuat karangan, dan megumpulkan bahan-bahan.

b. Menulis, pada tahap ini dimulai dengan menjabarkan ide dalam bentuk tulisan.

Ide-ide itu dituangkan dalam bentuk kalimat dan paragrap yang kemudian
10

dirangkai menjadi karangan utuh. Pada tahap ini diperlukan berbagai

pengetahuan kebahasaan dan teknik penulisan.

c. Merevisi, pada tahap ini dilakukan koreksi terhadap keseluruhan karangan yang

dilakukan pada berbagai aspek, misalnya struktur puisi dan kebahasaan.

d. Mengedit, apabila puisi sudah dianggap sempurna dilakukan tahap pengeditan.

Disini diperlukan format baku yang akan menjadi acuan, misalnya ukuran kertas,

bentuk tulisan, dan pengaturan spasi.

e. Mempublikasikan, yang berarti menyampaikan puisi pada publik dalam bentuk

cetakan atau dalam bentuk non cetak, seperti pemenasan, penceritaan, peragaan,

dan sebagainya.

f. Proses menulis itu sendiri melalui dari beberapa tahap. Diantaranya tahap

pramenulis, tahap menulis, tahap merevisi, tahap mengedit, dan yang terakhir

tahap mempublikasikan. Hal ini bertujuan agar proses menulis yang sistematis

tersebut dapat menghasilkan sebuah karya tulis yang berkualitas.

4. Syarat-syarat Menulis

Keterampilan menulis dapat kita klarifikasikan berdasarkan dua sudut

pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan aktivitas dalam

melaksanakan keterampilan menulis. Menurut Sokolik dalam Mudiono keterampilan

menulis adalah kombinasi antara proses dan produk. Prosesnya yaitu pada saat

mengumpulkan ide sehingga tercipta tulisan yang dapat terbaca dan merupakan

produk dari kegiatan yang dilakukan.


11

Kemampuan menulis mencakup berbagai kemampuan misalnya kemampuan

memahami apa yang akan dikomunikasikan, penggunaan unsur bahasa, kemampuan

mengorganisasi wacana dalam bentuk karangan maupun mengungkapkan ekspresi

melalui sebuah puisi dengan gaya bahasa yang tepat. Syarat-syarat menulis adalah

sebagai berikut (Mudiono, 2010:99), a) harus kaya akan ide, ilmu pengetahuan,

pengalaman hidup, 2) memiliki intuisi yang tajam dan jiwa yang arif, 3) memiliki

kekayaan berbahasa, betapapun faktor bahasa tetap merupakan faktor dominan dan

modal prima dan dunia tulis-menulis.

5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Keterampilan Menulis

Kemampuan menulis setiap orang tidaklah sama. Dalam hal ini terdapat

beberapa faktor yang memengaruhi cara penulisan seseorang tersebut. Adapun faktor

yang memengaruhi penulisan adalah (Sumiharja, 1996:3) :

a. Maksud dan tujuan yaitu kebanyakan penulis pada khususnya para peserta didik

sekolah dasar belum sadar betul untuk apa mereka menulis. Mereka hanya

beranggapan bahwa tulisan mereka hanya diketahui oleh gurunya saja. Namun

sebenarnya tulisan itu juga akan dilihat oleh peserta didik dan teman yang lain.

b. Pembaca, keterampilan menulis yang paling efektif diperoleh melalui membaca

yang ekstentif, yang fokus membacanya terletak pada isi/gagasan yang

terkandung dalam tes itu. Hasil tulisan yang baik itu dipengaruhi oleh seberapa

banyak wawasan yang kita miliki. Wawasan yang dimiliki itu berasal dari diri

peserta didik yang telah membaca dalam dosis tinggi.

c. Waktu atau kesempatan, bahwa di samping waktu faktor kurang berlatih

kemampuan menulis peserta didik itu sangat dipengaruhi oleh waktu dan

kesempatan yang mereka miliki. Kebanyakan mereka yang gagal tidak bisa
12

menulis dikarenakan mereka tidak bisa memanfaatkan waktu dan kesempatan

yang mereka miliki untuk bisa mengungkapkan ide ataupun gagasan-gagasan

yang mereka miliki ke dalam bentuk sebuah tulisan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan menulis yang perlu

diperhatikan menurut Slameto (1995:54) diantaranya:

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu. Faktor-

faktor yang mempengaruhinya, yaitu:

1) Kesehatan, kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Jika

siswa mempunyai badan yang kurang sehat maka ia tidak akan bersemangat

dalam melakukan semua kegiatan disamping itu dia akan cepat lelah, mudah

pusing dan mengantuk. Cara yang dapat dilakukan agar siswa dapat menjaga

kesehatan yaitu berolahraga secara rutin minimal 15 menit setiap hari, makan

makanan yang bergizi, dan tidur secara teratur.

2) Minat, minat adalah kecenderungan yang tetap untuk melakukan sebuah

kegiatan. Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap keterampilan

menulis siswa, cara yang bisa dilakukan untuk dapat meningkatkan minat

anak dalam menulis yaitu dengan memberikan tema yang berhubungan

dengan peristiwa yang pernah dilakukan, seperti membantu ibu memasak dan

berlibur ke kebun binatang.

3) Bakat, bakat adalah kemampuan seseorang untuk belajar. Kemampuan ini

akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata jika siswa sudah berlatih.

Bakat dapat mempengaruhi kemampuan menulis anak, karena apabila anak

berbakat dalam menulis, maka ia akan lebih giat dalam mengembangkan


13

kemampuan menulisnya dan dapat mengerjakan berbagai tugas menulis

dengan baik.

4) Motivasi, motivasi adalah kondisi yang terdapat dalam diri seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu

tujuan. Cara yang dapat dilakukan untuk dapat memberikan motivasi kepada

anak yaitu dengan memberikan hadiah jika telah menyelesaikan tulisannya.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu yakni

kondisi di lingkungan sekitar siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu

(Djaali, 2011:99) :

1) Keluarga, kondisi keluarga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak.

Pendidikan orang tua, status ekonomi, perkataan dan bimbingan orang tua

mempengaruhi keterampilan menulis seoarang anak. Peran keluarga sengatlah

penting, cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan keterampilan

menulis anak yaitu membiasakan anak untuk menulis semua kejadian yang

telah dialami setiap hari dan di ceritakan kepada orang tua sebelum belajar di

rumah dimulai.

2) Lingkungan Sekitar, apabila seorang anak bertempat tinggal di lingkungan

masyarakat yang terdiri atas orang-orang yang berpendidikan, terutama

bersekolah tinggi dan moralnya baik, rumah dan suasana sekitar yang

nyaman, keadaan lalu lintas, dan iklim yang bagus maka dapat mempengaruhi

pencapaian tujuan belajar karena anak akan nyaman dalam belajar dan

memiliki motivasi untuk belajar yang tinggi.

3) Sekolah, faktor yang ada dalam lingkungan sekolah terdiri dari; a) rendahnya

peran guru dalam membina siswa agar terampil menulis. Pembelajaran


14

menulis yang seharusnya dapat membina siswa untuk berlatih menulis masih

belum secara optimal dilaksanakan di sekolah. b) Kurangnya sentuhan dalam

memberikan strategi menulis yang tepat, sehingga jika siswa sudah menulis

walaupun hasilnya belum bagus sudah dianggap memenuhi kompetensi yang

diharapkan tanpa memberikan bantuan langsung kepada siswa untuk

mengembangkan keterampilan menulis (Yunus, 2013: 187).

B. Puisi

1. Pengertian Puisi

Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra. Secara etimologis, kata puisi

dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam

bahasa Indonesia (Melayu) dikenal istilah Poezie (puisi), yaitu jenis sastra (genre)

yang berpasangan dengan istilah prosa. Sementara dalam bahasa Inggris ada istilah

poetry yang artinya adalah puisi (Pradopo, 2002: 306). Puisi adalah salah satu

cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai medium penyampaian untuk

membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan

warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya (Hudson dalam Kasnadi, 2008: 2).

Waluyo (2002: 1) memberikan pengertian puisi sebagai karya sastra dengan

bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberikan irama dengan bunyi yang padu

dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Menurut Pradopo (2000:7) puisi

merupakan alat mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang

merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.

Peirrine (Siswantoro: 2002: 20) menyatakan bahwa “ poetry might be defined

as a language that says more and says it more intensenly than does ordinary

language”. Pernyataan ini menegaskan bahwa puisi merupakan sejenis bahasa yang
15

berbeda dari bahasa sehari-hari, karena puisi lebih banyak mengatakan dan

mengekspresikan dirinya secara intens/sarat muatan makna.

2. Jenis Puisi

Untuk memahami pengertian tentang puisi, perlu juga memahami jenis-jenis

puisi yang ditulis para penyair Indonesia. Waluyo (2008: 166) mengungkapkan

macam-macam puisi, diantaranya:

a. Puisi Naratif, Puisi Lirik, Puisi Deskriptif Klasifikasi puisi ini berdasarkan cara

penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang akan disampaikan.

1) Puisi naratif, yaitu puisi yang mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair.

Macam puisi naratif yaitu, balada dan romansa. Balada adalah puisi yang

berisi cerita tentang orangorang perkasa. Romansa adalah jenis puisi cerita

yang menggunakan bahasa romantik yang berisi kisah percintaan yang

berhubungan dengan kesatria, dengan diselingi perkelahian dan petualangan

yang menambah percintaan mereka lebih mempesona.

2) Puisi lirik, puisi yang mengungkapkan aku lirik atau gagasan pribadinya.

Jenisnya yaitu, (a) elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka, (b)

serenada adalah sajak percintaan yang dapat dinyanyikan, (c) ode adalah puisi

yang berisi pujaan terhadap seseorang, sesuatu hal, atau sesuatu keadaan.

3) Puisi deskriptif, puisi yang penyairnya bertindak sebagai pemberi kesan

tehadap keadaan/peristiwa, benda, atau suasana yang dipandang menarik

perhatian penyair. Macam puisi deskriptif antara lain, satire, kritik sosial, dan

impresionistik. Satire adalah puisi yang mengunkapakan ketidakpuasan

penyair terhadap suatu keadaan. Kritik sosial adalah puisi yang menyatakan

ketidaksenangan penyair terhadapkeadaan atau diri seseorang.


16

b. Puisi Kamar dan Puisi Auditorium

Puisi kamar dan puisi auditorium sering dijumpai pada kumpulam puisi Hukla,,

maka juga disebut puisi Hukla. Puisi kamar cocok dibaca di dalam kamar. Puisi

auditorium cocok dibaca di auditorium.

c. Puisi Fisikal, Platonik, Mretafisikal

Fisikal adalah puisi yang menggambarkan kenyataan apa adanya. Platonik adalah

puisi yang berisi hal-hal yang bersifat spiritual atau kejiwaan. Metafisikal adalah

puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungkjan kehidupan dan

merenungkan Tuhan.

d. Puisi Obyektif dan Puisi Subyektif

Subyektif adalah puisi yang mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, dan

suasana dalam diri penyair sendiri. Obyektif adalah puisi yang mengungkapkan

hal-hal di luar diri penyair itu sendiri.

e. Puisi Konkret, puisi ini bersifat visual, yang dapat dihayati keindahan bentuk dari

sudut penglihatan (poems for the eve).

f. Puisi Diafan, Gelap dan Prismatis Diafan adalah puisi yang polos atau puisi yang

kurang sekali menggunakan pengimajian, kata konkret dan bahasa figuratif.

g. Puisi Parnasian adalah puisi yang mengandung nilai-nilai keilmuan. Puisi

Inspirati adalah puisi yang di ciptakan berdasarkan (mood atau passion).

h. Stansa, puisi yang terdiri dari 8 baris.

i. Puisi Demontrasi dan Pamflet, puisi demontrasi adalah puisi yang melukiskan

hasil refleksi demontrasi dari mahasiswa dan pelajar. Pamflet adalah puisi yang

mengungkapkan ketidakpuasan pada keadaan.


17

j. Alegori,adalah puisi yang mengungkapkan cerita yang isinya untuk memberikan

nasihat tentang budi pekerti dan agama.

3. Unsur-unsur Pembangun Puisi

Puisi tidak hanya dibatasi oleh susunan kata yang mempunyai makna,

sekedar susunan kata yang mempunyai pola rima tertentu dan bermakna tertentu

pula, atau puisi merupakan suatu bentuk pengucapan bahasa yang khusus, yang

memiliki baris-baris pendek dan sederhana. Akan tetapi sebuah karya puisi itu sendiri

dari banyak unsur. Menurut Pradopo (2002: 22) Unsur-unsur tersebut antara lain :

a. Bunyi, bunyi dalam puisi bersifat estetik, yaitu untuk mendapatkan keindahan

dan tenaga ekspresif. Bunyi selain hiasan dalam puisi, juga mempunyai tugas

yang lebih penting lagi, yaitu untuk memperdalam ucapan, menimbulkan rasa,

menimbulkan suasana yang khusus, dan sebagainya. Pentingnya peranan bunyi

dalam kasusasteraan menyebabkan bunyi menjadi salah satu unsur puisi yang

paling utama. Penilaian dalam sebuah puisi ditentukan pula oleh unsur bunyi,

dapat dikatakan bahwa unsur bunyi menentukan keberhasilan dan kegagalan

sebuah puisi.

b. Diksi, diksi adalah pilihan kata atau frase dalam karya sastra (Abrams melalui

Wiyatmi, 2006: 63). Untuk dapat memilih kata dengan baik diperlukan

pengusaan bahasa. Tanpa menguasai bahasa dengan baik maka sangat sulit

penyair unyuk memilih kata dengan cermat. Dengan demikian syarat utama

dalam diksi adalah penguasaan bahasa yang baik. Diksi atau pilihan kata

digunakan penyair untuk mengungkapkan maksud atau ide dan efek puitis yang

ingin dicapai.

c. Bahasa kias atau Figurative Language, bahasa kias atau figurative language

merupakan penyimpangan dari pemakaian bahasa yang biasa, yang makna


18

katanya atau rangkaian katanya digunakan dengan tujuan mencapai tujuan

tertentu (Abrams melalui Wiyatmi, 2006: 64). Bahasa kias sebagai salah satu

kepuitisan berfungsi agar sesuatu yang digambarkan dalam puisi menjadi jelas,

hidup, intensif, dan menarik. Bahasa kias memiliki beberapa jenis, yaitu

personifikasi, metafora, perumpamaan atau simile, metonimia, sinekdok, dan

alegori (Pradopo melalui Wiyatmi, 2006: 64).

d. Citraan, Citraan (imagery) merupakan gambaran-gambaran angan dalam puisi

yang ditimbulkan melalui kata-tata (Pradopo melalui Wiyatmi, 2006: 68). Ada

bermacam-macam jenis citraan, sesuai dengan indera yang dihasilkannya, yaitu

(1) citraan penglihatan (visual imagery), (2) citraan pendengaran (auditory

imagery), (3) citraan rabaan (thermal imagery), (4) citraan pengecapan (tactile

imagery), (5) citraan penciuman (olfactory imagery), (6) citraan gerak (kinestheti

imagery).

e. Sarana, Altenbernd & Lewis (Wiyatmi, 2006: 70) mengungkapkan bahwa sarana

retorika atau rhetorical devices merupakan muslihat intelektual yang dibedakan

menjadi beberapa jenis, yaitu hiperbola, ironi, ambiguitas, paradoks, litotes, dan

elipsis.

f. Bentuk Visual, bentuk visual merupakan salah satu bentuk puisi yang paling

mudah dikenal. Bentuk visual meliputi penggunaan tipografi dan susunan baris.

Bentuk visual pada umumnya mensugesti dengan makna puisi.

g. Makna, makna merupakan wilayah isi sebuah puisi. Setiap puisi pasti

mengandung makna baik yang disampaikan secara langsung maupun secara tidak

langsung, implisit atau simbolis. Makna tersebut pada umumnya berkaitan

dengan pengalaman dan permasalahan yang dialami dalam kehidupan manusia.


19

4. Proses Menulis Puisi

Sebelum membuat puisi harus melewati beberapa proses terlebih dahulu

sehingga akan menghasilkan sebuah puisi. Jabrohim, (2003: 31-32) mengemukakan

bahwa menulis puisi bermula dari proses kreatif, yakni mengimajinasikan atau

mengembangkan fakta-fakta empirik dengan sesuatu yang ada dalam diri kita

kemudian diwujudkan dalam bentuk puisi. Sayuti (2002: 5-8) mengemukakan bahwa

dalam membuat puisi ada beberapa tahapan dalam menulis kreatif adalah sebagai

berikut;

a. Tahap Preparasi atau Persiapan. Pada tahap persiapan dan usaha, seseorang akan

mengumpulkan informasi dan data yang dibutuhkan. Persiapan berupa

pengalamanpengalaman yang mempersiapkan seseorang untuk melakukan tugas

atau memecahkan masalah tertentu.Semakin banyak pengalaman atau informasi

yang dimiliki seseorang mengenai masalah atau tema yang digarapnya, selain

memudahkan dan melancarkan perlibatan dirinya dalam proses tersebut. Pada

tahap ini pemikiran kreatif dan daya imajinasi sangat diperlukan.

b. Tahap Inkubasi atau Pengendapan. Setelah informasi dan pengalaman yang

dibutuhkan serta berusaha dengan perlibatan diri sepenuhnya untuk

mengendapkannya. Pada tahap ini, seluruh bahan mentah diolah dan diperkaya

melalui akumulasi pengetahuan serta pengalaman yang relevan.

c. Tahap Iluminasi. Jika pada tahap pertama dan kedua upaya yang dilakukan masih

bersifat mencari-cari, pada tahap ini iluminasi semuanya menjadi jelas, tujuan

tercapai penulisan karya dapat diselesaikan. Seseorang penulis akan merasakan

suatu kelegaan dan kebahagiaan karena apa yang semula masih berupa gagasan

dan masih samar-samar akhirnya menjadi suatu yang nyata.


20

d. Tahap Verifikasi atau Tinjauan secara Kritis. Pada tahap ini penulis melakukan

evaluasi terhadap karyanya sendiri. Jika diperlukan, ia bisa melakukan

modifikasi, revisi, dan lain-lain. Pada tahap ini penulis seakan-akan mengambil

jarak, melihat karyanya secara kritis. Dilihat dari segi hakikatnya sajak atau puisi

sebagai perwujudan kreatifitas, pada dasarnya merupakan konsentrasi dari

pernyataan dan kesan.

Sedangkan pembelajaran menulis puisi di sekolah dasar dapat diajarakan

melalui tiga tahap yaitu, tahap reproduksi, tahap komplikasi, dan tahap mencipta puisi

(Mustakim, 2005: 23). Tahap reproduksi adalah tahapan awal yang diberikan guru

dalam menulis puisi. Dalam kegiatan ini siswa diharapkan dapat mencontoh atau

meniru sebuah puisi yang sudah pernah dibaca kemudian menggantikan sebagian dari

puisi tersebut dengan kata katanya sendiri. Tahap komplikasi adalah tahap kedua yang

yang dapat diajarkan oleh guru kepada siswanya dalam menulis puisi. Pada tahap ini

siswa diharapkan dapat menggabungkan dua buah puisi menjadi satu sebagai hasil

karangannya. Tahap mencipta puisi adalah tahap terakhir bagi siswa yang baru belajar

menulis puisi. Siswa dapat berkarya dengan bebas untuk menuangkan daya

imajinasinya. Guru dapat memberikan tema sesuai dengan tema yang sedang

diajarkan. Dalam pembelajaran puisi ini, guru mampu membingbing siswa dengan

pendekatan proses. Kegiatan ini meliputi pramenulis, saat menulis, dan pasca menulis.

Misalnya menulis puisi formulasi dari tema hiburan dengan pengembangan tema

Bendera Merah Putih.

C. Penerapan Pembelajaran Menulis Puisi dengan Media Gambar

1. Pengertian Media
21

Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium

yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Secara harfiah kata tersebut

mempunyai arti perantara atau pengantar. Akan tetapi sekarang kata tersebut

igunakan, baik untuk bentuk jamak maupun mufrad (Riyana, 2012:9). Menurut

Hamijaya media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan

informasi, ide atau gagasan kepada penerima informasi (Rohani, 2007:2).

Media pembelajaran menurut Hamalik (1994:12) adalah alat, metode, dan

teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi

antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Media

pembelajaran selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsur peralatan atau

perangkat keras (hardware) dan unsur pesan dibawanya (message/software).

Perangkat lunak (software) adalah informasi atau bahan ajar itu sendiri yang akan

disampaikan kepada siswa, sedangkan perangkat keras (hardware) adalah sarana

peralatan yang digunakan untuk menyajikan pesan/bahan ajar tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan, media pembelajaran adalah alat yang

digunakan guru untuk mengaktifkan siswa dan mengefektifkan penyampaian materi

pembelajaran kepada siswa.

2. Gambar sebagai Media Pembelajaran

Terdapat beberapa macam media pembelajaran yang dirancang khusus untuk

membantu siswa dalam menerima informasi dan membentuk konsep pengetahuannya

sendiri. Salah satunya adalah media gambar (media visual). Gambar yang dimaksud

termasuk foto, lukisan/gambar, dan sketsa (gambar garis). Tujuan utama penampilan

berbagai jenis gambar ini adalah untuk memvisualisasikan konsep yang ingin

disampaikan kepada siswa (Arsyad, 1997:111).


22

Menurut Hamalik (1994:12) gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan

secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran.

Gambar terdiri dari dua macam, antara lain:

a. Lambang visual Lambang visual adalah gambar yang secara keseluruhan dari

sesuatu yang dijelaskan ke dalam suatu bentuk yang dapat divisualisasikan,

macamnya: a. sketsa, hasil lukisan yang bentuknya lengkap atau tidak lengkap.

Misalnya, sketsa wajah, sketsa rumah, dan sebagainya; b. bagan, kombinasi garis

atau tulisan dengan gambar yang dijelmakan secara logis dan tersusun untuk

meragakan antara fakta dan ide. Misalnya: bagan balok (histogram), bagan

lingkaran, bagan penduduk bentuk piramida; c. grafik, gambar yang memberi

keterangan tentang angka dan hubungan-hubungan yang paling penting dari

keterangan tadi. Misalnya: grafik sistem koordinat, grafik kurva, grafik batang; d.

. poster, gambar yang ditujukan sebagai pemberitahuan atau peringatan atau

penggugah, misalnya poster lalu lintas, poster penghijauan, dan sebagainya; e.

komik, gambar atau lukisan bersambung yang merupakan ceritera. Salah satu

contohnya adalah cerita bergambar atau gambar bersambung; f. kartun,

gambar/lukisan/sketsa yang digunakan untuk menghibur, mengkritik, atau

menganjurkan. Salah satu contohnya adalah karikatur; g. diagram, suatu

kombinasi antara garis dan gambar yang menunjukkan hubungan intern, bersifat

abstrak. Misalnya, diagram batang, diagram lingkaran, dan sebagainya; h. peta,

gambar yang melukiskan lambang keadaan yang sebenarnya. Misalnya atlas

dunia, peta pulau, peta kota, dan sebagainya.

b. Lambang kata, lambang kata merupakan suatu rangkaian simbol-simbol bahasa

(huruf) yang membentuk kata dan memiliki arti. Lambang kata dapat dijumpai

dalam buku dan bahan bacaan seperti buku, majalah, koran, dan lain-lain.
23

3. Manfaat Media Gambar

Secara umum media memiliki beberapa manfaat, antara lain (Riyana, 2012:

13-14), a. memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas b. mengatasi keterbatasan

ruang, waktu tenaga dan daya indra c. menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih

langsung antara murid dengan sumber belajar d. memungkinkan anak belajar mandiri

sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya. e. Memberi

rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi

yang sama.

Adapun manfaat media gambar dalam dunia pendidikan, di antaranya : 1)

gambar bersifat konkret. Melalui gambar para siswa melihat dengan jelas sesuatu

yang sedang dibicarakan atau didiskusikan dalam kelas. Suatu persoalan dapat

dijelaskan dengan gambar selain penjelasan dengan kata-kata, 2) gambar mengatasi

batas ruang dan waktu. Dengan gambar para siswa dapat melihat jelas benda-benda

yang letaknya jauh dan peristiwaperistiwa penting yang telah terjadi di masa lalu, 3)

gambar dapat mengatasi kekurangan daya mampu panca indera manusia. Benda-

benda yang terlalu kecil atau terlalu besar dapat ditampilkan melalui gambar, 4)

dapat digunakan untuk menjelaskan suatu masalah, karena itu bernilai terhadap

semua pelajaran di sekolah, 5) gambar-gambar mudah didapat dan murah. Gambar

bernilai ekonomis dan menguntungkan karena mudah dan murah untuk dibuat

sehingga tidak membebani pihak yang menggunakan gambar sebagai media

pembelajaran, 6) mudah digunakan, baik untuk perseorangan maupun untuk


24

kelompok siswa. Satu gambar dapat dilihat oleh seluruh kelas, bahkan seluruh

sekolah (Hamalik, 1994: 63-64).

4. Kriteria Pemilihan Gambar

Pemilihan media dalam pembelajaran, karena didasari atas konsep

pembelajaran sebagai suatu sistem yang didalamnya terdapat suatu totalitas yang

terdiri atas sejumlah komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan

(Riyana, 2012:57). Gambar yang digunakan sebagai media pembelajaran biasanya

memiliki ciri-ciri berwarna-warni dan kaya dengan variasi. Hal ini dibuat agar dapat

menarik perhatian siswa, sehingga perhatian siswa lebih terpusat pada gambar yang

ditampilkan oleh guru. Berikut akan dijelaskan kriteria-kriteria pemilihan gambar,

antara lain:

a. Sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa. Guru perlu

menyesuaikan antara gambar yang digunakan dengan materi pembelajaran.

Selain itu, gambar juga berfungsi untuk menampilkan peristiwa atau benda yang

tak dapat dihadirkan langsung di kelas.

b. Menstimulir kreativitas pertanyaan, pendapat atau opini. Sesuai dengan tujuan

penggunaan media pembelajaran, khususnya media gambar, hendaknya gambar

yang dipilih guru dapat memancing siswa untuk bertanya dan mengeluarkan

pendapatnya.

c. Keaslian gambar. Gambar yang dipilih hendaknya sesuai dengan aslinya sehingga

seakan-akan siswa melihat keadaan atau benda sesungguhnya.


25

d. Kesederhanaan. Kesederhanaan gambar akan lebih memudahkan siswa dalam

menerima informasi yang tersirat pada gambar dan mengandung nilai praktis.

e. Bentuk item. Bentuk gambar yang dipilih masih sederhana. Tidak terlalu

mendetail, karena akan mempersulit siswa untuk memahami gambar. Selain itu,

kesederhanaan gambar lebih mencirikan karakteristik siswa kelas rendah.

f. Perbuatan. Gambar menunjukkan akivitas yang memberikan tanggapan baik bagi

siswa. Sehingga mempengaruhi sikap siswa untuk berbuat baik.

g. Artistik. Meskipun sederhana, gambar hendaknya tetap memiliki nilai seni agar

siswa senang mengikuti pembelajaran.

D. Kerangka Berfikir

Pada studi pendahuluan diawali dengan kegiatan survei, wawancara dan angket

kepada guru, siswa dan kepala sekolah. Dari kegiatan itu diperoleh temuan bahwa

pembelajaran kemampuan bersastra serta kemampuan menulis puisi siswa di kelas V

Kedung Baruk 1/ 275 masih rendah.

Berdasarkan hal tersebut disusun rencana tindakan dengan media cerita

bergambar untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis puisi. Rencana tersebut

dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran untuk dilaksanakan dalam siklus

pembelajaran.

Direncanakan tiga siklus pada pelaksanakan pembelajaran. Dalam satu siklus

terbagi menjadi tiga tahap yaitu, pertama tahap penemuan ide, kedua tahap penulisan

puisi, ketiga tahap penyajian. Setelah dilakukan tindakan pelaksanaan pembelajaran

kemudian merefleksinya. Selanjutnya kegiatan ini akan diikuti perencanaan ulang,

tindakan ulang dan refleksi ulang. Adapun alur penelitian tindakan digambarkan sebagai

berikut:
26
27

Anda mungkin juga menyukai