“Langkah-langkah Menulis”
Disusun Oleh :
T.A 2019/2020
MEDAN
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa
tulis untuk tujuan, misalnya memberi tahu, meyakinkan, atau menghibur. Hasil dari proses
kreatif ini biasa disebut dengan istilah karangan atau tulisan. Kedua istilah tersebut mengacu
pada hasil yang sama meskipun ada pendapat mengatakan kedua istilah tersebut
memilikipengertian yang berbeda. Istilah menulis sering melekatkan pada proses kreatif yang
berjenis ilmiah. Sementara istilah mengarang sering dilekatkan pada proses kreatif yang berjenis
non-ilmiah.
Dengan demikian dapat dikatakan menulis adalah sebuah proses kreatif untuk
mengeluarkan gagasan yang berbentuk bahasa tulis sebagai alat atau medianya untuk
berkomuniakasi.dengan demikian dalam komunikasi tulis terdapat empat unsur yang terlibat
yaitu : (1) Penulis sebagai penyampai pesan, (2) Pesan atau isi tulisan, (3) Saluran atau media
berupa tulisan, dan (4) Pembaca sebagai penerima pesan. Menulis memiliki banyak manfaat
yang dapat dipetik dalam kehidupan ini diantaranya adalah : (1) peningkatan kecerdasan, (2)
pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas, (3) penumbuhan keberanian, dan (4) pendorongan
kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Berkenaan dengan proses menulis terdapat beberapa tahap diantaranya, seperti : (1)
Tahap prapenulisan (persiapan), (2) tahap penulisan, (3) tahap pascapenulisan. Tahap
prapenulisan merupakan fase persiapan menulis seperti menentukan topik dan tujuan karangan,
mengumpulkan informasi serta membuat kerangka karangan. “Tahap penulisan merupakan
tahapa untuk mengembangkan ide atau informasi yang diperoleh pada tahap prapenulisan. Tahap
pascapenulisan merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang kita hasilkan.
1.2 Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Menulis dan mengarang sebenarnya dua kegiatan yang sama karena menulis berarti
mengarang (baca: menyusun atau marangkai bukan menghayal) kata menjadi kalimat, menyusun
kalimat menjadi paragraf, menyusun paragraf menjadi tulisan kompleks yang mengusung pokok
persoalan. Menulis sebagai keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengemukakan
gagasan-pikirannya kepada orang atau pihak lain dengan dengan media tulisan. Setiap penulis
pasti memiliki tujuan dengan tulisannya antara lain mengajak, menginformasikan, meyakinkan,
atau menghibu pembaca. Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan
(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Dalam komunikasi
tulis terdapat empat unsur yang terlibat yaitu : (1) Penulis sebagai penyampai pesan, (2) Pesan
atau isi tulisan, (3) Saluran atau media berupa tulisan, dan (4) Pembaca sebagai penerima pesan.
Menulis memiliki banyak manfaat yang dapat dipetik dalam kehidupan ini diantaranya adalah :
1. Peningkatan kecerdasan,
“Smith dalam yusuf (2008) mengatakan bahwa pengalaman belajar menulis yang dialami siswa
di sekolah tidak terlepas dari kondisi gurunya sendiri”. Umumnya guru tidak dipersiapkan untuk
terampil menulis dan mengajarkannya.Karena itu, untuk menutupi keadaan yang sesuangguhnya
muncullah berbagai mitos atau pendapat yang keliru tentang menulis dan pembelajarannya.
Diantara mitos tersebut adalah
1. Menulis itu mudah Teori menulis atau mengarang, memang mudah. Gampang dihafal.
Tetapi, menulis atau mengarang bukanlah sekedar teori, melainkan keterampilan. Bahkan, ada
seni atau art di dalamnya. Teori hanyalah alat untuk mempercepat pemilikan kemampuan
seseorang dalam mengarang. Seseorang tanpa dilibatkan langsung dalam kegiatan dan latihan
menulis, tidak akan pernah mampu menulis dengan baik.
Seseorang perlu memiliki keterampilan mekanik seperti penggunaan ejaan, pemilihann kata,
pengkalimatan, pengalineaan, dan pewacanaan dalam mengarang. Namuan, kemampuan
mekanik saja tidak cukup, karangan harus mengandung ide, gagasan, perasaan, atau informasi
yang akan diungkapkan penulis kepada orang lain.
3. Menulis itu harus sekali jadi Tidak banyak orang yang dapat menulis sekali jadi. Bahkan,
penulis profesional sekalipun. Menulis merupakan sebuah proses. Proses yang melibatkan tahap
prapenulisan, penulisan, serta penyuntingan, perbaikan, dan penyempurnaan.
4. Orang yang tidak menyukai dan tidak pernah menulis dapat mengajarkan menulis
Seseorang yang tidak menyukai dan tidak pernah menulis tidak akan mungkin dapat
mengajarkan seseorang menulis. Seseorang yang akan mengajarkan menulis harus dapat
menunjukkan kepada muridnya manfaat dan nikmatnya menulis. Dia pun harus dapat
mendemonstrasikan apa dan bagaimana mengarang.
2.2 Tahapan proses menulis
1. Pramenulis (Prewriting)
Pramenulis merupakan tahap siap menulis, Murray (1985) menyebut tahap ini dengan
tahap penemuan menulis. Murray (1982) meyakini bahwa 20% atau lebih waktu tersita pada
tahap ini. Aktifitas dalam tahap ini meliputi:
a. Memilih topik.
Pada tahap pramenulis siswa berusaha mengemukakan apa yang akan mereka tulis. Dalam hal ini
guru bisa menggunakan berbagai strategi pramenulis yang diimplementasikan di kelas untuk
membantu siswa memilih tema dan menentukan lncarnya proses menulis. Bila guru menentukan
tema untuk siswa dan tem tersebut tidak sesuai dengan minat serta skemata siswa maka kegiatan
menulis siswa akan terhambat. Misalnya saja dalam pembelajaran menulis cerita, tema cerita
yang harus ditulis siswa harus sesuai dengan minat mereka.
Pada tahap ini siswa mengumpulkan gagasan dan informasi serta mencoba membuat kerangka
atau garis besar yang akan ditulis. Di sini guru dapat melakukan kolaborasi melaui ramu
pendapat, membuat klaster, atau menyusun daftar ide, sehingga menghasilkan tema dan topik
tulisan yang sesuai dengan minat dan keinginan mereka. Safi’ie (1988) berpendapat bahwa untuk
dapat menemukan perihal pokok karangan yang akan ditulis , maka dapat dilakukan dalam
kegiatan penjajagan ide melalui ramu pendapat. Melalui kegiatan ini juga guru dapat mengetahui
seberapa luas skemata yang dimiliki siswa berkaitan dengan hal atau topik yang akan dibahas.
Masih dalam tahap pramenulis, siswa mulai mencari dan menemntukan arah dan bentuk
tulisannya. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan membaca untuk menelaah satu bentuk
tulisan. Selain melakukan kegiatan membaca, khususnya dalam memilih topik siswa juga dapat
melakukan observasi, membaca buku dan sastra, serta menggunakan chart dan gambar.
2. Penyusunan Draf Tulisan (Drafting)
Tahap kedua dalam proses menulis adalah menulis draf. Dalam proses menulis, siswa
menulis dan menyaring tulisan mereka melalui sejumlah konsep. Selama tahap penyusunan
konsep, siswa terfokus dalam pengumpulan gagasan. Perlu disampaikan kepada siswa bahwa
dalam tahap ini mereka tidak perlu merasa takut malakukan kesalahan. Kesempatan dalam
menuangkan ide-ide dilakukan dengan sedikit memperhatikan ejaan, tanda baca, dan kesalahan
mekanikal yang lain. Aktifitas dalam tahap ini meliputi:
Penyusunan konsep merupakan tahap saat siswa mengorganisasikan dan mengembangkan ide
yang telah dikumpulkannya lewat kegiatan ramu pendapat dalam bentuk draf kasar. Misalnya
dalam pembelajaran menulis cerita, selama tahap penyusunan konsep siswa terfokus pada
aktifitas menuangkan ide dan menyusun konsep cerita yang akan dibuatnya.
Untuk membantu siswa mengembangkan ide dan menyusun konsep tulisannya, dapat dilaukan
pemberian chart struktur cerita sebagai media bagi siswa untuk menuangkan semua ide ynag
dimilikinya. Hal ini diharapkan dapat memudahkan mereka untuk mengungkapkan idenya
berkaitan dengan struktur cerita secara tidak ragu-ragu, karena pada tahap berikutnya teks yang
sudah disusun akan diperbaiki dan disusun ulang.
3. Perbaikan (Revising)
Selama tahap perbaikan, penulis menyaring ide-ide dalam tulisan mereka. Siswa biasanya
mengakhiri proses menulis begitu mereka mengakhiri dan melengkapi draf kasar, mereka
percaya bahwa tulisan mereka telah lengkap. Revisi bukan penyempurnaan tulisan, revisi adalah
mempertemukan kebutuhan pembaca dengan menambah, mengganti, menghilangkan, dan
menyusun kembali bahan tulisan. Kata revisi berarti melihat kembali, pada tahap ini penulis
dapat melihat tulisannya kembali dengan teman sekelas dan guru yang membantu mereka.
Aktifitas dalam tahap ini meliputi:
4. Penyuntingan (Editing)
Cara paling efektif untuk mengajarkan keterampilan mekanikal adalah pada saat penyuntingan.
Ketika penyuntingan tulisan disempurnakan melalui kegiatan membaca, siswa lebih tertarik pada
pemakaian keterampilan mekanikal secara benar karena mereka dapat berkomunikasi secara
efektif.
Para peneliti menyarankan bahwa pendekatan fungsional dalam pengajaran mekanikal tulisan
lebih efektif daripada latihan praktis. Aktifitas dalam tahap ini meliputi:
c. Mengoreksi kesalahan
Sebagai contoh, dalam pembelajaran menulis cerita, proses penyuntingan merupakan tahap
penyempurnaan tulisan cerita yang dilakukan sebelum kegiatan publikasi cerita yang ditulis
siswa. Pada tahap ini siswa menyalin kembali draf yang telah dibuatnya ke dalam polio bergaris
sehingga menjadi sebuah karangan yang utuh. Pada saat yang sama siswa juga melakukan
perbaikan kesalahan yang bersifat mekanis berkaitan dengan ejaan dan tanda baca
5. Pemublikasian (Publishing)
Pada tahap akhir proses penulisan, siswa mempublikasikan tulisan mereka dan
menyempurnakannya dengan membaca pendapat dan komentar yang diberikan teman atau siswa
lain, orangtua dan komunitas mereka sebagai penulis. Pada tahap publikasi siswa
mempublikasikan hasil penulisannya melalui kegiatan berbagi hasil tulisan (sharring). Kegiatan
berbagi hasil ini dapat dilakukan diantaranya melalui kegiatan penugasan siswa untuk
membacakan hasil karangan di depan kelas (Tompkins,1994). Sebagai contoh dalam
pembelajaran menulis cerita, kegiatan publikasi dapat dilakukan dengan menugaskan siswa
membacakan hasil cerita yang telah ditulisnya, sementara siswa lain memberikan pendapat
berkaitang dengan cerita tersebut. Kegiatan sharing lainnya dapat dilakukan dengan meminta
orangtua siswa membaca dan memberi komentar terhadap cerita yang telah ditulis siswa. Dengan
demikian, dalam kegiatan publikasi siswa mendapat beragam penguatan.
Dalam pembelajaran menulis terdapat beberapa pendekatan yang sering digunakan antara
lain :
3. Pendekatan koreksi menyatakan bahwa seseorang dapat menjadi penulis yang baik apabila
banyak mendapat masukan dari orang lain,
Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa
fase/tahap yaitu:
Tahap prapenulisan merupakan fase persiapan menulis seperti menentukan topik dan
tujuan karangan, mengumpulkan informasi serta membuat kerangka karangan. Tahap
prapenulisan mencakup tahap-tahap berikut diantaranya:
a. Menentukan topik
Topik adalah pokok persoalan atau permasalahan yang menjiwai seluruh tulisan. Ada pertanyaan
pemicu yang dapat digunakan untuk menentukan topik, misalnya: ”Saya mau menulis apa? Apa
yang akan saya tulis? Tulisan saya akan berbicara tentang apa?”.Nah, jawaban atas pertanyaan
tersebut berisi topik tulisan. Topik harus dibedakan dengan tema, karena tema mencakup hal
yang lebih umum.Sementara topik sudah mengarah pada hal yang lebih khusus. Jadi,akan lebih
tepat bila topik tulisan disejajarkan dengan sub tema.
Masalah yang dihadapi dalam memilih dan menentukan topik tulisan adalah:
1) Sangat banyak topik yang harus dipilih, karena semua topik menarik. Untuk itu pilihlah
yang paling dikuasai.
2) Tidak memiliki ide sama sekali. Untuk itu, banyaklah membaca buku atau majalah/koran,
berdiskusi dengan orang lain, melakukan pengamatan pada persoalan-persoalan yang terjadi di
lingkungan sekitar.
Tujuan dan sasaran penulisan harus diperhatikan agar tulisan dapat tersampaikan dengan baik.
Tujuan dan sasaran penulisan akan mempengaruhi corak dan bentuk tulisan, gaya penyampaian
dan tingkat kerincian isi tulisan. Agar tulisan kita dapat dipahami oleh pembaca, kita harus
memperhatikan siapa yang akan membaca tulisan kita, bagaimana level pendidikannya, status
sosialnya dan apa yang diperlukannya?.
Ketika akan menulis, kita tidak selalu memiliki bahan atau informasi yag benar-benar siap dan
lengkap. Untuk itulah sebabnya, sebelum menulis kita perlu mencari, mengumpulkan, dan
memilih informasi yang dapat mendukung, memperluas, memperdalam dan memperkaya tulisan
kita.Tanpa pengetahuan dan wawasan yang memadai.Maka, tulisan kita akan dangkal dan kurang
bermaka. Karena itulah, penelusuran dan pengumpulan informasi sebagai bahan tulisan sangat
diperlukan.
Mengumpulkan bahan dan informasi untuk mendukung tulisan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, seperti :
1) Wawancara
2) Studi kepustakaan
3) Observasi
4) Diskusi kelompok
Mengorganisasikan ide atau gagasan penting dilakukan tulisan yang kita buat menjadi saling
bertaut, runtut dan padu.
Untuk mempermudah mengorganisasikan ide atau gagasan, maka sebelum menulis kita perlu
membuat kerangka tulisan. Kerangka tulisan ini memuat garis-garis besar tulisan yang akan kita
buat. Secara umum, kerangka tulisan terdiri atas:
1) Pendahuluan atau pengantar, yang berisi mengapa dan untuk apa menulis topik tertentu
serta apa yang akan disajikan.
3) Penutup.
Seorang penulis mulai dari penulis pemula sampai penulis yang sudah profesional pun,
harus tetap mengunakan langkah-langkah pra penulisan, mungkin sebagian orang menganggap
langkah-langkah ini sebagai hal yang sepele, namun di lain sisi tahap pra penulisan dapat
membantu dan menuntun penulis agar pada saat tahap penulisan nantinya, tulisan yang
dihasilkan dapat koheren dan kohesif. Tulisan atau karangan dapat dikatakan kohesif dan
koheren apabila memenuhi syarat berikut, karangan tersebut mempunyai kalimat tesis yang dapat
mewakili seluruh isi tulisan serta setiap paragraf mempunyai kalimat topik dan hubungan antara
kalimat topik dengan kalimat penjelas saling berkaitan.Untuk kita sebagai seorang penulis
pemula yang baru seumur jagung dalam dunia tulis menulis, mulailah menulis dari pengalaman
yang terjadi sehari-hari. Cobalah dari pengalaman sehari-hari tersebut kita tuangkan semua
pikiran, pengalaman dan ide-ide ke dalam bentuk karya tulis, supaya kegiatan menulis tidak
hanya dijadikan sebuah pekerjaan untuk mencari uang, melainkan juga dapat dijadikan sebuah
kesenangan agar kebiasan menulis tertanam dalam jiwa kita.
2. Tahap penulisan
“Tahap penulisan merupakan tahapa untuk mengembangkan ide atau informasi yang
diperoleh pada tahap prapenulisan
Struktur karangan terdiri atas bagian awal, isi, dan akhir. Awal karangan berfungsi untuk
memperkenalkan sekaligus menggiring pembaca terhadap pokok tulisan kita. Isi karangan
menyajikan bahasan topik atau ide utama karangan, berikut hal-hal yang memperjelas atau
mendukung ide tersebut seperti: contoh, ilustrasi, informasi, bukti atau alasan. Akhir karangan
berfungsi untuk mengembalikan pembaca pada ide-ide inti karangan melalui perangkuman atau
penekanan ide-ide penting.
3. Tahap pascapenulisan
“Tahap pascapenulisan merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang kita
hasilkan. Tahap ini merpakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram (konsep) yang kita
hasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntinganan perbaikan (revisi). Penyuntingan pemeriksaan
dan perbaikan unsur mekanik karangan, seperti ejaan, pungtuasi, diksi, pengkalimatan,
pengaleniaan, gaya bahasa, pencatatan kepustakaan, dan konvensi penulisan lainnya. Revisi atas
perbaikan lebih mengarahka pada pemeriksaan dan perbaikan karangan .
b. Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan bila ada hal-hal yang
harus diganti, ditambahkan, disempurnakan; serta
Menulis merupakan kegiatan yang profuktif dan ekspresif, sehingga penulis harus dapat
memanfaatkan kemampuan menggunakan tata tulisan, struktur bahasa, dan kosakata. Bila ingin
berhasil dalam menulis, sebaiknya mengikuti langkah-langkah tertentu sebagai berikut:
1. Tahap perencanaan
a. Pemilihan topic
Tahapan ini merupakan tahap pengembangan kerangka karangan yang sudah disusun pada tahap
perencanaan dengan menggunakan bahan-bahan sesuai dengan topik yang telah dipersiapkan.
Pada tahap penulisan ini perlu diperhatikan:
4) Teknik pengetikan
3. Tahap pemeriksaan/revisi
Apabila karangan sudah selesai ditulis, tahap pemeriksaan perlu dilakukan agar tulisan itu lebih
sempurna.Mungkin ada yang perlu diperbaiki, dibuang karena informasi itu tidak relevan atau
bisa saja ditambah dan diperluas.Pemeriksaan dapat dilakukan secara menyeluruh yaitu:
b. Periksaan bahasa menyangkut penulisan paragraf, kalimat efektif, pilihan kata, dan ejaan;
Apakah sudah sesuai dengan pedoman umum ejaan yang disempurnakan. Sejalan dengan
pendapat Sabarti, menyusun tulisan diperlukan tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap prapenulisan merupakan tahap persiapan sebelum menulis. Dalam tahap ini langkah yang
ditempuh sebagai berikut :
a) Menentukan topik
Topik diperoleh dari pengalaman, membaca, pengamatan, pendapat, sikap, dan tanggapan yang
dipertanggungjawabkan.
b) Membatasi topik
Membatasi topik berarti mempersempit dan mengkhususkan lingkup pembi-caraan. Topik yang
terlalu luas akan menghasilkan tulisan yang dangkal, tidak mendalam. Topik yang terlalu sempit
akan menghasilkan tulisan yang tidak jelas.
c) Menentukan tujuan
Tahap menentukan tujuan berguna sebagai pola yang didasari tulisan secara menyeluruh.Tujuan
yang dirumuskan secara jelas karena merupakan sesuatu yang ingin dicapai dalam kegiatan
menulis.
Kerangka tulisan merupakan rencana kerja penulis dalam mengembangkan gagasan. Kerangka
tulisan yang disusun secara cermat akan sangat membantu penulis dalam hal-hal berikut:
· Membantu penulis dalam mengembangkan tulisan secara teratur sesuai dengan susunan
pikiran dalam kerangka.
e) Menentukan bahan
Bahan penulisan adalah semua informasi atau data yang digunakan untuk mencapai tujuan
penulisan.Bahan penulisan dapat berupa rincian, sejarah kasus, contoh penjelasan, definisi, fakta,
hubungan sebab akibat, hasil penelitian, dan sebagainya.Bahan penulisan dapat diperoleh dari
berbagai sumber.
2) Tahap penulisan
Tahapan penulisan merupakan bahasan dari semua topik yang terdapat dalam kerangka
karangan.Dalam penulisan karangan sangat diperlukan pilihan kata yang tepat, cermat, dan
lugas, sehingga dalam tahap penulisan ini, penulis harus dapat mencurahkan seluruh penguasaan
kosakata yang dimiliki.Tulisan yang baik adalah tulisan yang tidak lepas dari kaidah-kaidah
kebahasaan yang berlaku.Oleh karena itu, dalam hal ini karangan harus ditulis dengan ejaan yang
tepat, tanda baca yang tepat, dan sesuai dengan kaidah penulisan yang berlaku.
3) Tahap revisi
Pada tahap ini penulis harus membaca kembali tulisan yang telah dibuat.Kegiatan membaca
kembali ini untuk melihat secara teliti bagian-bagian yang perlu mendapat perbaikan, terutama
dalam penggunaan ejaan, tanda baca, pilihan kata, paragraf, logika kalimat, sistematika tulisan,
pengetikan, dan sebagainya.
Menulis merupakan suatu proses. Didalamnya diperlukan proses-proses agar tulisan sesuai
dengan apa yang diharapkan. Dalam menentukan tema yang akan diangkat diperlukan intuisi
yang kuat dalam mengembangkan gagasan yang akan dituangkan. Konsentrasi dan fokus pada
apa yang dikerjakan, setelah selesai bacalah kembali dan lakukan proses revisi agar apa yang
ditulis menghasilkan tulisan yang baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pramenulis merupakan tahap siap menulis, Murray (1985) menyebut tahap ini dengan
tahap penemuan menulis. Pada tahap pramenulis siswa berusaha mengemukakan apa yang akan
mereka tulis. Dalam hal ini guru bisa menggunakan berbagai strategi pramenulis yang
diimplementasikan di kelas untuk membantu siswa memilih tema dan menentukan lncarnya
proses menulis. Bila guru menentukan tema untuk siswa dan tem tersebut tidak sesuai dengan
minat serta skemata siswa maka kegiatan menulis siswa akan terhambat.
Misalnya saja dalam pembelajaran menulis cerita, tema cerita yang harus ditulis siswa harus
sesuai dengan minat mereka.Selama tahap perbaikan, penulis menyaring ide-ide dalam tulisan
mereka. Siswa biasanya mengakhiri proses menulis begitu mereka mengakhiri dan melengkapi
draf kasar, mereka percaya bahwa tulisan mereka telah lengkap.
Revisi bukan penyempurnaan tulisan, revisi adalah mempertemukan kebutuhan pembaca dengan
menambah, mengganti, menghilangkan, dan menyusun kembali bahan tulisan. Penyuntingan
merupakan penyempurnaan tulisan sampai pada bentuk akhir. Sampai tahap ini, fokus utama
proses menulis adalah pada isi tulisan siswa dengan fokus berganti pada kesalahan mekanik.
Siswa menyempurnakan tulisan mereka dengan mengoreksi ejaan dan kesalahan mekanikal yang
lain.Pada tahap akhir proses penulisan, siswa mempublikasikan tulisan mereka dan
menyempurnakannya dengan membaca pendapat dan komentar yang diberikan teman atau siswa
lain, orangtua dan komunitas mereka sebagai penulis. Pada tahap publikasi siswa
mempublikasikan hasil penulisannya melalui kegiatan berbagi hasil tulisan (sharring).
DAFTAR PUSTAKA
Nadeak, wilson. 1983. Bagaimana Menjadi Penulis yang Sukses?. Bandung: Gramedia.
Yusuf, Mohammad Suparno. 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka
(UT).