Anda di halaman 1dari 12

Analisis Kerangka Dalam Keterampilan Menulis

Teks Cerita Pendek

Buharudin Muliawan
Univeristas Sebelas Maret
Buharudin1923@gmail.com

ABSTRACT
Language is a tool used by humans to communicate. Language skills are divided
into four types, listening or listening, speaking, reading and writing. Writing is an
activity to express feelings, ideas, or ideas to create a work. Writing is also a
means of communication where the results of writing can be received by readers
properly. By writing, then one can pour his ideas and imagination into written
form so that people are able to understand them. Writing is a way to express
ideas into written form by paying attention to linguistic structure, written
structure, intrinsic and extrinsic elements in several sentences contained in
paragraphs. Writing short stories can be called fabricating but by using an
appropriate structure. Writing is almost the same as writing.
Keywords: language skills, writing, short stories

ABSTRAK
Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk melakukan
komunikasi. Keterampilan berbahasa terbagi menjadi empat jenis,
menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Menulis merupakan kegiatan mengekspresikan perasaan,ide, atau
gagasan untk mencipta sebuah karya. Menulis juga merupakan sarana
komunikasi dimana hasil menulis dapat diterima pembaca dengan baik.
Dengan menulis, maka seseorang dapat menuangkan idenya dan
imajinasinya dalam wujud tulisan sehingga orang mampu memahaminya.
Menulis adalah cara untuk menuangkan ide ke dalam bentuk tulisan
dengan memperhatikan struktur kebahasaan, struktur tulisan, unsur
instrinsik maupun ekstrinsik dalam beberapa kalimat yang terkandung
dalam paragraf. Menulis cerita pendek dapat disebut mengarang namun
dengan menggunakan struktur yang sesuai. Mengarang hampir sama
dengan menulis.
Kata kunci : keterampilan berbahasa, menulis, cerita pendek

Pendahuluan

Keterampilan berbahasa menulis merupakan salah satu pembelajaran


bahasa yang harus diajarkan pada setiap siswa. Pembelajaran
keterampilan menulis memerlukan perhatian khusus dari guru sebab
keterampilan menulis merupakan salah satu pembelajaran bahsa yang
cukup rumit. Seseorang dapat dikatakan terampil menulis apabila ia
mampu menyampaikan gagasan (pikiran, pendapat, perasaan,maksud)
kepada pembaca sehingga pembaca dapat menangkap gagasanyang
dituliskan secara benar,tepat, dan akurat. Keterampilan menulis juga
perlu dikembangkan dalam dunia pendidikan untuk melatih siswa berpikir
kritis dalam menanggapi segala sesuatu. Oleh karena itu, keterampilan
menulis perlu diajarkan diseluruh jenjang pendidikan. Pembelajaran
menulis cerita pendek (cerpen) penting bagi siswa sekolah
menengah pertama, karena cerpen dapat dijadikan sebagai sarana untuk
berimajinasi dan menuangkan pikiran. Menurut Widyamartaya
(2005:102) menulis cerpen ialah menulis tentang sebuah peristiwa
atau kejadian pokok. Selain itu, menurut Widyamartaya (2005:96)
menulis cerpen merupakan dunia alternatif pengarang. Sedangkan
Sumardjo (2001:84) berpendapat bahwa menulis cerita pendek
adalah seni, keterampilan menyajikan cerita. Berdasarkan tiga
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis cerpen merupakan
seni/keterampilan menyajikan cerita tentang sebuah peristiwa atau
kejadian pokok yang dapat dijadikan sebagai dunia alternatif pengarang.
Kemampuan menulis cerpen yang dimiliki siswa tidaklah sama.
Sebagian siswa mampu menulis cerpen dengan baik dan sebagian
siswa yang lain masih belum mampu menulis cerpen dengan baik.
Kondisi ini diperburuk dengan rendahnya minat menulis siswa.
Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat Badudu (dalam Suyono,
2004:5) bahwa keterampilan menulis siswa masih rendah ditandai dengan
(1) frekuensi kegiatan menulis yang dilakukan oleh siswa sangat rendah,
(2) kualitas karya tulis siswa sangat buruk, (3) rendahnya antusiasme
dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya.
Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk melakukan
komunikasi. Keterampilan berbahasa yaitu, menyimak atau
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (Tarigan 2008:2).
Keterampilan Berbahasa merupakan hal yang penting bagi seorang
pelajar khususnya, karena dengan menguasai keterampilan berbahasa
seseorang akan lebih mudah dalam menangkap pelajaran dan memahami
suatu maksud.  Setiap ketrampilan itu erat sekali hubungannya dengan
ketrampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam, dibuktikan (Istova
& Hartati, 2016) bahwa semuanya saling berkaitan, atau tiap satu
keterampilan akan berhubungan dengan keterampilan lainnya. Dalam
memperoleh ketrampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu
hubungan urutan yang terakhir: mula-mula pada masa kecil kita belajar
menyimak bahasa kemudian berbicara; sesudah itu kita membaca dan
menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki
sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari disekolah. Keempat
ketrampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang
saling berkaitan dan berpengaruh satu sama lain yang disebut dengan
istilah caturtunggal. Selanjutnya, setiap ketrampilan itu erat pula
hubungannya dengan proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa
seseorang mencerminkan pikirannya, dibuktikan (Saddhono dkk. 2013)
bahwa semakin terampil seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas
pula jalan pikirannya. (Bonk, 2012) menyatakan “Given the importance L2
knowledge must have for L2 listening ability, and the previously
mentioned correlations with reading, a correlation of the magnitude
reported by Feyten seems somewhat unlikely and would require
independent replication with more complete documentation of the test
data”.
Selain berkomunikasi menggunakan lisan, manusia juga melakukan
komunikasi menggunakan tulisan. (Saddhono dkk. 2016) berpendapat
bahwa menulis merupakan aktivitas komunikasi bahasa yang
menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Kemampuan menulis akan
berkembang apabila ditunjang dengan kegiatan membaca dan kekayaan
kosa kata yang dimilikinya. Ditinjau dari cara pemerolehannya,
keterampilan menulis memang berbeda dengan keterampilan menyimak
dan berbicara. Keterampilan menulis tidak diperoleh secara “alamiah”,
tetapi harus dipelajari dan dilatihkan dengan sungguh-sungguh.
Kehidupan manusia dengan keterampilan menulis tidak bisa dipisahkan.
Menulis pada hakikatnya adalah suatu proses berpikir yang teratur,
sehingga apa yang ditulis mudah dipahami pembaca. Sebuah tulisan
dikatakan baik apabila memiliki ciriciri, antara lain bermakna, jelas, bulat
dan utuh, ekonomis, dan memenuhi kaidah gramatika. Kemampuan
menulis adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan buah pikiran,
ide, gagasan, dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik
dan benar. Semakin canggihnya teknologi, maka manusia semakin
membutuhkan tulisan untuk menyesuaikan zaman. Contoh dengan
adanya aplikasi pesan daring seperti whatsapp, line, dll mendorong
manusia untuk terus menerus menulis sekadar memberikan informasi
singkat. Keterampilan menulis setiap manusia seharusnya perlu untuk
selalu dikembangkan. Untuk mengembangkannya dapat dilaukan dengan
cara memperbanyak membaca agar mempunyai banyak referensi untuk
menulis, dibuktikan (Saddhono dkk. 2012) bahwa faktor dari dalam diri
siswa yang dapat mendorong siswa aktif membaca adalah tumbuhnya
motivasi.

Hal ini didukung bahwa menulis merupakan kegiatan komunikasi,


sama dengan komunikasi lisan, pesan yang tepat dan efektif akan
memudahkan penerima pesan memahaminya. Penulis yang baik adalah
penulis yang mampu menggunakan teknik menulis secara berbeda
tergantung dari siapa sasaran tulisannya dan untuk tujuan apa tulisan itu
dibuat (Siti 2013).
Cerita pendek merupakan sebuah prosa fiksi yang dapat dibaca
sekali duduk atau relatif cepat. Cerpen timbul sebagai suatu yang
menggambarkan tentang kejadian sehari-hari dimasyarakat, meskipun
kejadian yang tidak nyata, tetapi itu merupakan sesuatu yang dapat
dipahami dengan prinsip yang sama dalam kehidupan sehari-hari. Di
dalam cerpen itu lebih menitikberatkan kepada tokoh manusia (peran) di
dalam karangannya dari pada terjadinya dan secara keseluruhan
mengambil bentuk yang dikatakan (disebut) dengan ciptaan dunia
berdasarkan kepada perbedaan individual. Menurut (Nurgiyantoro, 2005)
menyatakan bahwa cerpen merupakan suatu bentuk karya sastra
sekaligus fiksi. Fiksi merupakan suatu karya yang menceritakan sesuatu
yang bersifat rekaan atau khayalan. Hal ini sejalan dengan (Rampan,
1995) yang mengatakan bahwa pada dasarnya sebuah cerpen
mengandung karya fiksi yang menampilkan realitas imajinatif. (Semi
,1993) menyatakan bahwa memberi batasan bahwa fiksi merupakan
suatu penceritaan tentang tafsiran atau imajinasi pengarang tentang
peristiwa yang pernah terjadi atau hanya terjadi dalam khayalannya saja.

Setiap peserta didik pasti pernah menuliskan cerita pendek karena


dalam pembelajaran bahasa Indonesia, cerita pendek merupakan prosa
fiksi yang relatif mudah untuk dikerjakan. Menulis merupakan kegiatan
literasi yang harus dipupuk sejak dini. Manusia tidak akan bisa menulis
sebelum membaca buku. Salah satu tujuan membaca adalah menemukan
maksud dari isi bacaan, dibuktikan (Gibbons, 1993) bahwa membaca
sebagai proses memperoleh makna dari cetakan. Dan menurut
(Abdurahman ,2003) membaca merupakan aktivitas kompleks yang
mencakup fisik dan mental. Banyak penulis ataupun sastrawan yang telah
menciptakan cerita pendek populer, seperti WS Rendra dengan karyanya
Pacar Seorang Seniman. Cerpen ini menceritkan tentang wanita yang
tidak mau dikawinkan lantas dulunya ia mempunyai pacar seorang
seniman,, tetapi seniman itu sudah delapan tahun yang lalu meninggal
dunia karena sakit yang di deritanya. Wanita itu sangat mencintainya
sehingga sampai sekarang ia tak mau kawin dengan orang lain, meskipun
usianya sudah 28 tahun.Sang ibu sedih dan malu karenanya, ia merasa
kehilangan muka kalau orang-orang menyangka bahwa anaknya itu tidak
laku kawin. Dengan menulis cerita pendek, manusia akan bisa melatih
soft skill untuk bekal di masa depan. Cerita pendek atau cerpen
merupakan kisah yang relatif singkat. Hal tersebut menyebabkan cerita
pendek menjadi prosa fiksi yang paling diminati oleh masyarakat. Struktur
karya sastra menyaran juga pada pengertian hubungan antarunsur
(intriksik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling
mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang
utuh (Nurgiyantoro, 1998). Adapun kajian struktur formal prosa fiksi atau
novel dalam kajian struktural antara lain: (1) Tema merupakan formulasi
dari ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatar belakangi
penciptaan karya sastra; (2) Tokoh dan Penokohan yaitu merujuk pada
tokoh yang ada dalam cerita fiksi dan karakternya; (3) Plot (Alur Cerita)
adalah alur cerita merupakan hal yang penting dalam novel karena
menentukan alur cerita, peristiwa dapat dirunut dan hubungan antartokoh
dapat ditelusuri secara intensif.; (4) Setting atau Pelataran ialah satu
elemen pembentuk cerita uamh dapat menentukan situasi umum sebuah
karya sastra (Abraham, 1981). Setting merujuk pada pengertian tempat,
hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa
diciptakan; (5) Sudut Pandang merupakan cara cerita itu dikisahkan; (6)
Gaya, dan; (7) Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca (Fanani, 2001).

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa sebagai sarana


komunikasi, dibuktikan dalam (Setyaningrum dkk, 2018) bahwa keterampilan
berbahasa sebagai sarana berkomunikasi, pengajaran dan integrasi yang
meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis sama artinya
dengan menciptakan karya. (Djuharie, 2005) menyatakan bahwa menulis
merupakan suatu keterampilan yang dapat dibina dan dilatihkan. Dengan
menulis, maka seseorang mampu menuangkan idenya dalam wujud tulisan
sehingga semua orang mampu memahaminya. Menulis merupakan cara untuk
menuangkan ide ke dalam bentuk tulisan dengan memperhatikan struktur
kebahasaan, struktur tulisan, unsur instrinsik maupun ekstrinsik dalam beberapa
kalimat yang terkandung dalam paragraf. Menulis cerita pendek dapat juga
dengan mengarang namun dengan menggunakan struktur yang sesuai.
Mengarang hampir sama dengan menulis, dibuktikan (Widyamartaya, 1990)
bahwa mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada
pembaca untuk dipahami seperti yang dimaksudkan pengarang. (Sukandar,
2011) menyatakan bahwa esensi cerpen yang baik bukan soal pendek atau
panjangnya, namun bagaimana menuangkan gagasan ke dalam cerita lewat
suatu pengisahan peristiwa kecil kemanusiaan yang menyentuh, mengharukan,
menghimbau pembaca mencicipi setetes madu atau racun pahit kemanusiaan.
Kegiatan menyusun karangan harus dilakukan jika ingin menulis karya fiksi. You
should start the writing process as a logical consequence of the research process
(Santos, 2015).

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis sangat cocok karena
metode ini untuk meneliti gagasan atau produk pemikiran dari
manusiayang telah tertuang dalam bentuk media cetak, baik yang
berbentuk naskah primer maupun naskah sekunder dengan melakukan
studi kritis terhadapnya (Nurwicaksosno&Diah, 2018). Pelaksanaan
metode penelitian yang digunakan tentunya tidak terbatas pada
pengumpulannya dan penyusunan data, tetapi juga analisis lengkap dan
interpretasi tentang data tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Keterampilan menulis sangat penting diterapkan bagi siswa di sekolah,
khususnya keterampilan menulis cerpen, dibuktikan (Umar, 2004) bahwa
pembelajaran menulis cerita pendek (cerpen) dapat dijadikan sebagai sarana
untuk berimajinasi dan menuangkan pikiran. Oleh karena itu, dalam
pembelajaran menulis cerpen tentunya siswa harus mengetahui syarat atau
kaidah penulisa cerpen. Untuk menyajikan sebuah cerpen yang tidak monoton
dangan minat baca yang tinggi, terdapat beberapa hal-hal tertentu yang penting
diperhatikan. Syarat-syarat yang menjadi perhatian penulis dalam menulis
sebuah cerpen, yaitu: 1) isi dalam sebuah cerpen harus padat; 2) saat hendak
menulis sebuah cerpen, hindari narasi yang bersifat verbal dan menggurui; 3)
cerpen yang ditulis jangan bertele-tele, melainkan harus lugas; 4) isi sebuah
cerpen yang ditulis harus jelas dan fokus pada konflik yang diangkat sehingga
pembaca bisa dengan mudah memahami apa yang hendak disampaikan penulis;
5) Hindari penggunaan kata yang tidak ekonomis. Selain itu, hal lain yang perlu
diperhatikan adalah menghindari penggunaan kata atau kalimat yang jauh dari
konflik, menghindari penggunaan kata/kalimat yang tidak sesuai dengan tema,
dan menghindari kalimat yang apa adanya, seperti “sempoyongan kakiku,
keminum segelas air supaya tenggorokan segar”, kalimat tersebut seharusnya
dapat ditulis seperti ini “kuminum air putih. Segar!”.

Menentukan ide atau tema penulisan juga sangat penting diperhatikan


karena sebagai dasar dalam sebuah penulisan cerpen. (Siki dkk, 2017)
menyatakan bahwa menulis merupakan aktivitas yang memerlukan proses yang
dimulai dari ide sampai pada publikasi tulisan.Perhatikan pula aspek kedalaman
dalam menulis, meliputi: cerita yang hendak ditulis sebaiknya digali berdasarkan
pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain kemudian dramatisir. Dengan
begitu akan memudahkan penulis dalam menulis cerita karena sudah
memahami peristiwa yang hendak ditulisnya, perhatikan latar, tokoh, dan
peristiwanya, alur cerita yang dibuat usahakan berkesinambungan mulai dari
latar, tokoh maupun peristiwa yang diceritakan. Penting dalam menjelaskan
penokohan tokoh baru dengan jelas. Jika terjadi perubahan sudut pandang,
usahakan pembaca dapat memahaminya

Sebelum belajar menulis sebuah cerpen, kegiatan membaca sangat


diperlukan untuk mencari sumber referensi, dibuktikan dalam (Darmuki dkk.
2015) yang menyatakan bahwa membaca buku referensi akan membantu para
pembaca untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Sebuah cerpen tidak
dapat ditulis sesuai dengan kehendak seseorang, melainkan dalam menulis
sebuah cerpen terdapat sistematika khusus yang harus diikuti. Sitematika
tersebut dikenal sebagai kerangka. Kerangka dalam penulisan sebuah cerpen
sangatlah penting. Tujuan kerangka penulisan tersebut ialah unsur cerpen yang
ditulis tersampaikan kepada pembaca. (Anggraini dkk. 2007) menyatakan bahwa
kesulitan yang biasanya dialami seseorang dalam menulis cerpen adalah sulit
untuk menyusun suatu gagasan, ide, pendapat, dan pengalaman menjadi suatu
rangkian berbahasa tulis yang teratur, sistematis, dan logis. Maka seseorang
yang akan menulis sebuah cerpen harus mengetahui dan paham bagaimana
kerangka dan cara menulis cerpen yang benar.

Adapun kerangka sebuah cerpen tersebut meliputi beberapa tahapan-tahapan,


yaitu: a) observasi atau pengamatan, merupakan langkah awal dalam penulisan
sebuah cerpen. Observasi ini dapat dilakukan secara langsung, yakni mengamati
peristiwa disekitar dan dipilih satu subjek untuk dijadikan tokoh dalam cerpen.
Selain observasi secara langsung, penulis juga dapat mengingat atau
mendengarkan kejadian yang dilakukan oleh orang lain sehingga dapat diangkat
sebagai sebuah cerpen; b) menentukan tema dan judul, disebut juga sebagai ide
cerpen yang biasanya diperoleh dari hasil pengamatan. Untuk membuat sebuah
cerpen yang menarik, pilihlah tema yang menjadi isu. Contoh tema seperti
olahraga, jurnalistik, sosial-budaya, dan lain sebagainya; c) menentukan latar,
dibuat berdasarkan tema yang telah dipilih. Latar pada sebuah cerita terdiri atas
latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Latar sangat mendukung jalannya
suatu cerita; d) menciptakan dan menentukan tokoh, merupakan alat
penyampaian masalah yang ingin disampaikan penulis. Tokoh biasanya
ditentukan berdasarkan pengamatan langsung atau mendengar cerita dari orang
lain. Dalam menentukan tokoh disertai dengan penentuan sifat dan karakter dari
tokoh tersebut; e) menciptakan konflik, merupakan pertentangan dalam sebuah
cerpen yang membutuhkan penyelesaian. Tanpa sebuah konflik, sebuah cerita
akan terasa monoton. Oleh sebab itu, pilihlah konflik yang paling menarik karena
dalam menulis sebuah cerpen hanya terdapat sebuah konflik yang ditemukan
titik penyelesainnya; f) menentukan sudut pandang, disebut juga point of view.
Sudut pandang merupakan cara yang digunakan oleh penulis dalam menyajikan
tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam
sebuah karya fiksi; g) membuat alur, sangatlah penting dalam menulis sebuah
cerita. Pilihlah alur yang tidak membuat jenuh pembaca. Dalam karya sastra
dikenal tiga macam alur, yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran; h)
menulis cerpen, sudah dapat dilakukan apabila tema, latar, tokoh, konflik, sudut
pandang, dan alur sudah ditentukan. Jalan cerita dalam menulis sebuah cerpen
dikembangkan dari tema yang telah dipilih dengan menggunakan kata dan
kalimat yang sederhana dan komunikatif. Cermatlah dalam ejaan dan pemilihan
katanya.
KESIMPULAN

Dalam penulisan cerita pendek diperlukan persyaratan agar menjadi teks cerita
pendek yang baik dan benar. Dimulai dari penyusunan kerangka hingga menjadi
suatu teks cerita pendek. Karena teks cerita pendek yang baik dapat berasal dari
kerangka teks cerita pendek yang baik. Dengan kerangka yang baik dapat
memudahkan bagi pembaca untuk memahami isi teks cerita pendek tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Andyani, N., Saddhono, K., & Mujyanto, Y. (2016). Peningkatan Kemampuan Menulis Teks
Eksplanasi Dengan Menggunakan Media Audiovisual Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama. Jurnal Basastra, 4(2), 161–174.

Anggraini, D., Hanye, P., & Syambasril. (2007). Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen
Menggunakan Metode Peta Pikiran (Mind Map) SMA Negeri 3 Pontianak. Jurnal
Untan. 3 (2): 1-16.
Bonk, W. J. 2012. Second Language Lexical Knowledge and Listening Comprehension.
International Journal of Listening. 14(1) : 14–31.
https://doi.org/10.1080/10904018.2000.10499033

Darmuki, A., Nurkamto, J., & Saddhono, K. (2015). Model Student Learning To Speak For
Education Study Language And Literature Indonesia : Document Analysis And
Needs Learning To Speak. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 2(1),
99–109. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20961/ pras.v0i0.1452

Djuharie, S. 2005. Panduan Membuat Karya Tulis. Bandung: CV Yrama Widya.

Gibbons. (1993). Learning to Learn in a Second Language. Australia: Heinemann Portmourth


NH.
Harsono, E. S., Fuady, A., & Saddhono, K. (2012). Pengaruh Strategi Know Want to Learn
(KWL) dan Minat Membaca Terhadap Kemampuan Membaca Intensif Siswa SMP
Negeri di Temanggung. BASASTRA. 53-64.

Istova, M., & Hartati, T. 2016. Pengaruh Media Film Animasi Fiksi Islami Untuk
Meningkatkan Kemampuan Menyimak Dan Berbicara Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Sekolah Dasar, 2(1) : 72 - 86.

Mulyono Abdurrahman. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nurgiyantoro, B. (2005). Teori Pengkajian Fiksi. . Yogyakarta: UGM Press.

Setyaningrum, L. W., Andayani, & Saddhono, K. (2018). Pembelajaran Afiks Bahasa


Indonesia Bagi Penutur Asing. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia,
1(2), 49–61. https://doi.org/https://doi.org/10.21831/amp.v6i1. 8066

Siki, F., Sunoto., & Roekhan. (2017). Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerpen
Berdasarkan Pengalaman Pribadi dengan Strategi Pemodelan. Jurnal Pendidikan. 2
(12): 1679-1682.
Siti, M., Andayani, & Saddhono, K. (2013). Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita
Dengan Menggunakan Metode Picture And Picture Pada Siswa Sekolah Dasar.
Jurnal Basastra, 2(April), 1–10.

Sukandar, R. (2011). Menulis Cerpen dengan Teknik Transformasi Lagu. Diperoleh tanggal
12 Desember 2011.

Sumardjo, Jakob. 2007. Seluk-Beluk dan Petunjuk Menulis Cerita Pendek. Bandung: Pustaka
latifah.

Tarigan, H. G. 2008. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit


Angkasa.

Umar, S. (2004). Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The
Master Melalui Media Audiovisual pada Siswa Kelas IXa SMP Negeri 2 Tolitoli.
Jurnal Kreatif Online. 4 (6): 282-300.
Widyamartaya. (1990). Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai