Disusun Oleh :
Nialuhri Rengganis Santoso
K1217048 / B
1. Keterampilan Berbahasa
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi. Agar dapat berkomomunikasi
dan berbahasa dengan baik dan benar sangat penting untuk menguasai
keterampilan berbahasa. Terdapat empat macam keterampilan berbahasa yakni,
keterampilan menyimak, keterampilan menulis, keterampilan membaca, dan
keterampilan berbicara. Bahasa menjadi penting di era mea sebagai alat
komunikasi antarbangsa (Rondiyah dkk. 2015). Dengan menguasai bahasa
Indonesia, mereka akan lebih mudah untuk berkomunikasi baik komunikasi
secaralisan maupun tulis, terutama untuk dalam proses pembelajaran dan
menyelesaikan tugas akademik di kampus (Saddhono, 2012). Basically,
learning language helps students to develop their self-awareness and cultures.
Furthermore, language encourages students to express their opinions and
feeling, to participate in social interaction, and to use their analytic and
imaginative ability (Saddhono & Rohmadi, 2014). Bahasa merupakan sarana
manusia untuk menyampaikan pemikiran atau penalaran, sikap dan
perasaannya. Manusia bergaul dan berkomunikasi, mencari informasi serta
mengendalikan pikiran, sikap dan perbuatan dengan menggunakan bahasa.
Khususnya kemampuan menggunakan bahasa, tidaklah merupakan
kemampuan yang bersifat alamiyah, seperti bernapas. Kemampuan ini tidak
dibawa sejak lahir dan tidak dapat dikuasai dengan sendirinya melainkan harus
dipelajari. Fungsi bahasa, khususnya bahasa Indonesia (Ningsih, 2013).
2. Pengertian Berbicara
Ada banyak keterampilan berbahasa, salah satunya adalah berbicara.
Berbicara adalah kegiatan menyampaikan ide, gagasan, pikiran, dan perasaan
dengan tujuan tertentu yang diungkapkan dengan ujaran kepada pendengar atau
lawan tutur. Belajar bahasa lisan sebenarnya merupakan belajar bahasa sesuai
dengan konteks dan situasi serta kondisi. Sama halnya dengan berbahasa yang
baik dan benar. Karena baik belum tentu benar dan benar belum tentu baik,
yang berarti bahwa sangat perlu berbicara sesuai konteks dan situasi dan
kondisi agar sesuatu yang diungkapkan dapat dipahami oleh orang lain. Seperti
halnya yang terjadi di Perguruan Tinggi, mahasiswa dituntut untuk kritis dalam
berkomunikasi terlebih komunikasi lisan (Darmuki dkk. 2016). Sedangkan
menurut Tarigan (1983: 15) mengemukakan bahwa berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar
(audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan
jaringan otot manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan yang
dikombinasikan (Saddhono & Slamet, 2014 : 51).
3. Tujuan Berbicara
Secara umum berbicara bertujuan untuk berkomunikasi. Agar komunikasi
dapat terjalin dengan baik maka perlu untuk menciptakan suasana yang
komunikatif antara penutur dan lawan tutur, sehingga apa yang ingin
disampaikan penutur dapat dipahami dan diterima oleh lawan tutur. Oleh
karenanya penutur harus mampu mengungkapkan gagasan, pikiran dan
perasaannya dalam bahasa yang efektif. Pemilihan topik juga merupakan hal
yang penting. Ketepatan memilih topik, memilih topik yang dapat menarik
minat pendengar (Saddhono & Slamet, 2012). Keraf (1980 : 189-191)
mengelompokkan tujuan berbicara menjadi lima, pertama bertujuan untuk
mendorong, pembicara untuk memberi semangat, membangkitkan kegairahan,
serta menunjukkan rasa hormat dan pengabdian. Kedua, meyakinkan,
pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan atau sikap mental/intelektual
kepada para pendengarnya. Ketiga, berbuat/bertindak, pembicara menghendaki
tindakan atau reaksi fisik dari para pendengar dengan terbangkitnya emosi.
Keempat, memberitahukan, pembicara berusaha menguraikan atau
menyampaikan sesuatu kepada para pendengar, dengan harapan agar
pendengar mengetahui tentang sesuatu hal, pengetahuan dan sebagainya.
Kelima, pembicara bermaksud menggembirakan, menghibur para pendengar
agar terlepas dari kerutinan yang dialami pendengar (Saddhono & Slamet,
2014 : 53).
4. Jenis Berbicara
Keterampilan berbicara dibedakan menjadi beberapa jenis. Ada banyak
pembagian jenis keterampilan berbicara, salah satunya berbicara dibagi
menjadi tiga macam. Berbicara sebagai seni menekankan penerapannya
sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, dan yang menjadi perhatiannya
antara lain (1) berbicara di muka umum, (2) diskusi kelompok, dan (3) debat.
Berbicara sebagai ilmu menelaah hal-hal yang berkaitan dengan (1) mekanisme
berbicara dan mendengar, (2) latihan dasar tentang ujarandan suara, (3) bunyi-
bunyi bahasa, dan (4) patologi ujaran. Keraf (1977 : 189) membedakan jenis
berbicara ke dalam tiga macam yaitu persuasif, instruktif, dan rekreatif.
Termasuk jenis persuasive adalah mendorong, meyakinkan, dan bertindak.
Berbicara instruktif bertujuan untuk memberitahukan. Berbicara rekreatif
bertujuan untuk menyenangkan. Jenis-jenis berbicara tersebut menghendaki
reaksi dari para pendengar yang beraneka. Berbicara persuasif, menghendaki
reaksi dari para pendenngar untuk mendapatkan ilham/inspirasi. Atau
membangkitkan emosi; untuk mendapatkan persesuain pendapat, intelektual,
dan keyakinan; dan mendapatkan tindakan/perbuatan tertentu dari pendengar.
Berbicara instruktif menghendaki reaksi dari pendengar berupa pengertian
yang tepat. Sedang berbicara rekreatif menghendaki reaksi dari pendengar
berupa minat dan kegembiraan (Saddhono dan Slamet, 2014 : 55).
8. Pengertian Drama
Drama adalah karya satra dalam bentuk dialog yang dipentaskan dengan
memperhatikan kualitas komunikasi dan aksi dengan tujuan untuk menghibur
atau berekspresi. Kata “drama” berasal dari bahasa Yunani “dramomai” yang
berarti bertindak, berbuat dan beraksi. Drama biasanya merupakan gambaran
kehidupan nyata yang dipentaskan. Sedangkan menurut Riris K. Sarumpaet
dalam Istilah Drama dan Teater (1977 : 21), drama adalah ragam satra dalam
bentuk dialog yang dimaksudkan untuk dipertunjukkan di atas pentas.
Sedangkan menurut Hamilton (1968) drama merupakan suatu cerita yang
disusun untuk dipertunjukkan oleh pemain di atas panggung. Selain itu, drama
juga dapat dikatakan sebagai cerita yang diambil dari kehidupan manusia yang
terdiri atas sikap, sifat, dan konflik yang ada dalam kehidupan tersebut,
kemudian ditulis dalam sebuah naskah serta dipentaskan di atas panggung dan
ditonton oleh khalayak luas. Tidak hanya itu, drama juga merupakan karya
sastra yang memiliki keunikannya sendiri dan melibatkan semua keterampilan
berbahasa Indonesia (Andriani, 2013).
A.Alek dan H.P Achmad. 2010. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta : Penerbit Kencana.
Awalina, N., Djuanda, D., & Hanifah, N. (2016). Penerapan Model VAK dengan
teknik Hypnoteaching Untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa
Memeerankan tokoh Drama di Kelas V SDN Tegalendah Kecamatan
Rancakalong Kabupaten Sumedang. Pena Ilmiah, 1(1), 311–320.
https://doi.org/10.23819/pi.v1i1.3037
Darmuki, A., Andayani, Nurkamto, J., & Saddhono, K. (2016). Model Student
Learning To Speak For Education Study Language And Literature
Indonesia : Document Analisis And Needs Learning to Speak. International
Journal of Languages’ Education, 4(2), 99–109.
https://doi.org/10.18298/ijlet.611
Ekaningtyas, D. P. (2018). Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan
Metode Sosiodrama Pada Drama SMK Negeri 1 Pontianak. Paedagogie,
13(2), 71–76. https://doi.org/10.31603/paedagogie.v13i2.2368
Maiullo, J. (2018). Radio Drama for Speaking Practice. English Teaching Forum,
2(5), 16–25. Retrieved from www.dramanotebook.com-over
Mansor, W. F. A. W., Sharif, N. M., Fong, N. S., Zakaria, M. H., & Nordin, N. A.
(2012). Fulfilling the Tasks of Reading, Writing, Speaking and Listening
through Drama Workshop. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 66(2),
196–202. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.11.261
Saddhono, K., & Rohmadi, M. (2014). A sociolinguistics study on the use of the
Javanese language in the learning process in primary schools in Surakarta,
Central Java, Indonesia. International Education Studies.
https://doi.org/10.5539/ies.v7n6p25