Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

PENGEMBANGAN MEDIA BERBASIS TI


KETERAMPILAN BERBICARA PADA
PEMBELAJARAN DRAMA

Dosen Pengampu : Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum.

Disusun Oleh :
Nialuhri Rengganis Santoso
K1217048 / B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
KETERAMPILAN BERBICARA PADA PEMBELAJARAN DRAMA

1. Keterampilan Berbahasa
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi. Agar dapat berkomomunikasi
dan berbahasa dengan baik dan benar sangat penting untuk menguasai
keterampilan berbahasa. Terdapat empat macam keterampilan berbahasa yakni,
keterampilan menyimak, keterampilan menulis, keterampilan membaca, dan
keterampilan berbicara. Bahasa menjadi penting di era mea sebagai alat
komunikasi antarbangsa (Rondiyah dkk. 2015). Dengan menguasai bahasa
Indonesia, mereka akan lebih mudah untuk berkomunikasi baik komunikasi
secaralisan maupun tulis, terutama untuk dalam proses pembelajaran dan
menyelesaikan tugas akademik di kampus (Saddhono, 2012). Basically,
learning language helps students to develop their self-awareness and cultures.
Furthermore, language encourages students to express their opinions and
feeling, to participate in social interaction, and to use their analytic and
imaginative ability (Saddhono & Rohmadi, 2014). Bahasa merupakan sarana
manusia untuk menyampaikan pemikiran atau penalaran, sikap dan
perasaannya. Manusia bergaul dan berkomunikasi, mencari informasi serta
mengendalikan pikiran, sikap dan perbuatan dengan menggunakan bahasa.
Khususnya kemampuan menggunakan bahasa, tidaklah merupakan
kemampuan yang bersifat alamiyah, seperti bernapas. Kemampuan ini tidak
dibawa sejak lahir dan tidak dapat dikuasai dengan sendirinya melainkan harus
dipelajari. Fungsi bahasa, khususnya bahasa Indonesia (Ningsih, 2013).

2. Pengertian Berbicara
Ada banyak keterampilan berbahasa, salah satunya adalah berbicara.
Berbicara adalah kegiatan menyampaikan ide, gagasan, pikiran, dan perasaan
dengan tujuan tertentu yang diungkapkan dengan ujaran kepada pendengar atau
lawan tutur. Belajar bahasa lisan sebenarnya merupakan belajar bahasa sesuai
dengan konteks dan situasi serta kondisi. Sama halnya dengan berbahasa yang
baik dan benar. Karena baik belum tentu benar dan benar belum tentu baik,
yang berarti bahwa sangat perlu berbicara sesuai konteks dan situasi dan
kondisi agar sesuatu yang diungkapkan dapat dipahami oleh orang lain. Seperti
halnya yang terjadi di Perguruan Tinggi, mahasiswa dituntut untuk kritis dalam
berkomunikasi terlebih komunikasi lisan (Darmuki dkk. 2016). Sedangkan
menurut Tarigan (1983: 15) mengemukakan bahwa berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar
(audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan
jaringan otot manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan yang
dikombinasikan (Saddhono & Slamet, 2014 : 51).

3. Tujuan Berbicara
Secara umum berbicara bertujuan untuk berkomunikasi. Agar komunikasi
dapat terjalin dengan baik maka perlu untuk menciptakan suasana yang
komunikatif antara penutur dan lawan tutur, sehingga apa yang ingin
disampaikan penutur dapat dipahami dan diterima oleh lawan tutur. Oleh
karenanya penutur harus mampu mengungkapkan gagasan, pikiran dan
perasaannya dalam bahasa yang efektif. Pemilihan topik juga merupakan hal
yang penting. Ketepatan memilih topik, memilih topik yang dapat menarik
minat pendengar (Saddhono & Slamet, 2012). Keraf (1980 : 189-191)
mengelompokkan tujuan berbicara menjadi lima, pertama bertujuan untuk
mendorong, pembicara untuk memberi semangat, membangkitkan kegairahan,
serta menunjukkan rasa hormat dan pengabdian. Kedua, meyakinkan,
pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan atau sikap mental/intelektual
kepada para pendengarnya. Ketiga, berbuat/bertindak, pembicara menghendaki
tindakan atau reaksi fisik dari para pendengar dengan terbangkitnya emosi.
Keempat, memberitahukan, pembicara berusaha menguraikan atau
menyampaikan sesuatu kepada para pendengar, dengan harapan agar
pendengar mengetahui tentang sesuatu hal, pengetahuan dan sebagainya.
Kelima, pembicara bermaksud menggembirakan, menghibur para pendengar
agar terlepas dari kerutinan yang dialami pendengar (Saddhono & Slamet,
2014 : 53).

4. Jenis Berbicara
Keterampilan berbicara dibedakan menjadi beberapa jenis. Ada banyak
pembagian jenis keterampilan berbicara, salah satunya berbicara dibagi
menjadi tiga macam. Berbicara sebagai seni menekankan penerapannya
sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, dan yang menjadi perhatiannya
antara lain (1) berbicara di muka umum, (2) diskusi kelompok, dan (3) debat.
Berbicara sebagai ilmu menelaah hal-hal yang berkaitan dengan (1) mekanisme
berbicara dan mendengar, (2) latihan dasar tentang ujarandan suara, (3) bunyi-
bunyi bahasa, dan (4) patologi ujaran. Keraf (1977 : 189) membedakan jenis
berbicara ke dalam tiga macam yaitu persuasif, instruktif, dan rekreatif.
Termasuk jenis persuasive adalah mendorong, meyakinkan, dan bertindak.
Berbicara instruktif bertujuan untuk memberitahukan. Berbicara rekreatif
bertujuan untuk menyenangkan. Jenis-jenis berbicara tersebut menghendaki
reaksi dari para pendengar yang beraneka. Berbicara persuasif, menghendaki
reaksi dari para pendenngar untuk mendapatkan ilham/inspirasi. Atau
membangkitkan emosi; untuk mendapatkan persesuain pendapat, intelektual,
dan keyakinan; dan mendapatkan tindakan/perbuatan tertentu dari pendengar.
Berbicara instruktif menghendaki reaksi dari pendengar berupa pengertian
yang tepat. Sedang berbicara rekreatif menghendaki reaksi dari pendengar
berupa minat dan kegembiraan (Saddhono dan Slamet, 2014 : 55).

5. Hubungan Keterampilan Berbicara dan Keterampilan Menulis


Empat keterampilan berbahasa ini saling memiliki hubungan yang erat,
meskipun masing-masing aspek keterampilan memiliki karakteristik tertentu.
Satu aspek keterampilan berbahasa akan meningkatkan aspek keterampilan
berbahasa yang lain. Seperti hubungan antara berbicara dan menulis. Berbicara
dan menulis merupakan keterampilan produktif. Keduanya digunakan untuk
mengekspresikan gagasan, ide dan perasaan. Hubungan anatara kedua
keterampilan ini sangatlah erat. Seperti ketika seseorang terlebih dulu menulis
pokok tentang sesuatu yang akan dikatakan, agar apa yang dituturkan dapat
tersampaikan secara utuh dan rapi kepada pendengar, serta meminimalisir
terjadinya kesalahan dan missing content (isi yang hilang) ketika sedang
berbicara. Kesalahan berbahasa dalam proses pemerolehan dan pembelajaran
merupakan proses yang mempengaruhi siswa dalam mempelajari bahasa itu
(Ariningsih dkk. 2012). Namun kegiatan berbicara juga merupakan kegiatan
untuk mencapai kesiapan menulis. Bahasa lisan dipelajari lebih dahulu oleh
anak-anak dan pada umumnya mereka tidak mengutarakan secra tertulis hal-
hal yang tidak mereka kuasai secara lisan (Ngalimun & Alfulaila, 2014:42).
Hubungan antara berbicara dan menulis juga sangat erat. Demikian pula sering
terjadi keterampilan berbicara dibantu dengan keterampilan menulis baik
dalam pembuatan out line maupun naskah (Saddhono & Slamet, 2014 : 78).

6. Hubungan Keterampilan Berbicara dan Keterampilan Menyimak


Tidak hanya berbicara dan menulis, berbicara dan menyimak juga
memiliki hubungan yang sangat erat. Walaupun keduanya berbeda, menyimak
merupakan keteranpilan reseptif dan berbicara merupakan keterampilan
produktif, namun keduanya saling terikat. Melalui menyimak dapat
meningkatkan keterampilan berbicara. Sebagai contoh pemerolehan bahasa
oleh anak tidak serta merta diperoleh anak secara ajaib, namun melalui proses
menyimak orang lain. Anak-anak mulai menyimak dan meniru apa yang
dikatakan oleh orang tuanya dan orang-orang disekitarnya. Itulah mengapa
orang tua harus menjadi model berbahasa yang baik agar anak mampu
berbahasa atau berbiacra dengan baik pula, tidak menuturkan kata-kata yang
kurang sopan dan sebaginya. Menyimak dan berbicara, merupakan
keterampilan yang saling melengkapi, keduanya saling bergantung (Ngalimun
& Alfulaila, 2014 :43). Kemampuan berbicara berkembang pada kehidupan
anak apabila didahului oleh keterampilan menyimak. Keterampilan berbicara
memanfaatkan kosa kata yang pada umumnya diperoleh anak melalui kegiatan
menyimak dan membaca (Saddhono & Slamet, 2014 : 78)
7. Drama Merupakan Salah Satu Keterampilan Berbicara
Drama merupakan salah satu keterampilan berbicara. Untuk meningkatkan
keterampilan berbicara dapat dilakuakan melalui drama. Dialog merupakan
salah satu aspek penting dalam drama, tanpa adanya dialog, sebuah drama
tidak bisa disebut drama. Sejalan dengan hal tersebut, Wiyanto (2002)
mengungkapkan bahwa karya sastra pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu puisi, prosa, dan drama. Ketiga karya sastra tersebut memiliki ciri
khasnya masing-masing. Namun, drama tetap memiliki keistimewaan
tersendiri karena dapat menggambarkan kehidupan manusia secara jelas dan
komplet.Pembelajaran drama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia
merupakan salah satu kegiatan yang tidak hanya melatih memahami karakter
tokoh dan memerankannya sesuai pesanan naskah seperti dijelaskan Syukron,
Subyantoro, dan Yuniawan bahwa drama adalah karya sastra yang bertujuan
menggambarkan kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi
dengan gerak dan dialog yang dipentaskan, pembelajaran ini juga melatih
keterampilan berbahasa siswa. Keterampilan yang paling dominan dalam
pembelajaran ini yaitu keterampilan berbicara sesuai dengan unsur dominan
drama yaitu dialog (Andriani, 2013).

8. Pengertian Drama
Drama adalah karya satra dalam bentuk dialog yang dipentaskan dengan
memperhatikan kualitas komunikasi dan aksi dengan tujuan untuk menghibur
atau berekspresi. Kata “drama” berasal dari bahasa Yunani “dramomai” yang
berarti bertindak, berbuat dan beraksi. Drama biasanya merupakan gambaran
kehidupan nyata yang dipentaskan. Sedangkan menurut Riris K. Sarumpaet
dalam Istilah Drama dan Teater (1977 : 21), drama adalah ragam satra dalam
bentuk dialog yang dimaksudkan untuk dipertunjukkan di atas pentas.
Sedangkan menurut Hamilton (1968) drama merupakan suatu cerita yang
disusun untuk dipertunjukkan oleh pemain di atas panggung. Selain itu, drama
juga dapat dikatakan sebagai cerita yang diambil dari kehidupan manusia yang
terdiri atas sikap, sifat, dan konflik yang ada dalam kehidupan tersebut,
kemudian ditulis dalam sebuah naskah serta dipentaskan di atas panggung dan
ditonton oleh khalayak luas. Tidak hanya itu, drama juga merupakan karya
sastra yang memiliki keunikannya sendiri dan melibatkan semua keterampilan
berbahasa Indonesia (Andriani, 2013).

9. Drama Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara


Salah satu cara untuk meningkatakan keterampian berbicara adalah
melalui kegiatan drama. Karena di dalam drama, banyak kemampuan yang
akan diasah seperti lafal, intonasi, nada, ekspresi, mimik, gesture, penjiwaan
dan lain-lain. Dalam kegiatan drama antar aspek saling terkait, sebagai contoh
untuk mendalami peran siswa harus mampu berbicara atau melafalkan dialog
dengan baik sesuai dengan ekspresi dan karakter tokoh. Dalam kegiatan drama
tentunya tidak dilakukan seorang diri, melainkan kelompok. Dalam proses
pembuatan drama akan terjadi interaksi antar siswa yang mana mereka akan
saling berargumen untuk menyelesaikan masalah dan pembuatan keputusan,
pada tahap ini team work dan kemampuan berbicara pun diasah lagi.
Disamping itu, dengan bermain drama beberapa keterampilan pun dapat
dikembangkan misalnya kemampuan berkomunikasi, kemampuan berperan,
kemampuan menghafal, menguaktualisasikan diri ke dalam situasi yang
dihadapi. Karena itu, kegiatan drama dapat digunakan sebagai sarana dalam
menumbuhkan dan mengembangkan berbagai keterampilan berbahasa (Dewi,
2017). Di dalam kegiatan dramatik memiliki kekuatan sebagai suatu teknik
pembelajaran bahasa karena melibatkan murid-murid dalam kegiatan berpikir
logis dan kreatif, memberikan pengalaman beelajar secara aktif, dan
memadukan empat keterampilan bahasa sekaligus. (Ngalimun & Alfulaila,
2014 : 138-139). Tidak hanya itu, drama juga merupakan karya sastra yang
memiliki keunikannya sendiri dan melibatkan semua keterampilan berbahasa
Indonesia. (Andriani, 2013)
Daftar Pustaka

A.Alek dan H.P Achmad. 2010. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta : Penerbit Kencana.

Andriani, N. P. A. R. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Bermain Peran


(Role Playing) untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa Memerankan
Tokoh dalam Pementasan Drama Siswa Kelas XI IPB SMA Saraswati
Singaraja. Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 7(1), 1–14.

Anggraini, R., Martono, & Seli, S. (2013). Peningkatan Keterampilan Berbicara


Menggunakan Metode Bercerita Pada Siswa Kelas VII SMP N 2 Semintau.
Pendidikan Dan Pembelajaran, 2(2), 1–16.

Arianto. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Terpadu Untuk Meningkatkan


Keterampilan Menyimak Dan Berbicara. Al-Izzah: Jurnal Hasil-Hasil
Penelitian, 13(1), 48–52. https://doi.org/10.31332/ai.v13i1.879

Ariningsih, N. E., Sumarwati, & Saddhono, K. (2012). Analisis Kesalahan


Berbahasa Indonesia dalam Karangan Eksposisi Siswa Sekolah Menengah
Atas. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia Dan Pengajarnnya, 1(1),
40–53.

Awalina, N., Djuanda, D., & Hanifah, N. (2016). Penerapan Model VAK dengan
teknik Hypnoteaching Untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa
Memeerankan tokoh Drama di Kelas V SDN Tegalendah Kecamatan
Rancakalong Kabupaten Sumedang. Pena Ilmiah, 1(1), 311–320.
https://doi.org/10.23819/pi.v1i1.3037

Darmuki, A., Andayani, Nurkamto, J., & Saddhono, K. (2016). Model Student
Learning To Speak For Education Study Language And Literature
Indonesia : Document Analisis And Needs Learning to Speak. International
Journal of Languages’ Education, 4(2), 99–109.
https://doi.org/10.18298/ijlet.611
Ekaningtyas, D. P. (2018). Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan
Metode Sosiodrama Pada Drama SMK Negeri 1 Pontianak. Paedagogie,
13(2), 71–76. https://doi.org/10.31603/paedagogie.v13i2.2368

Hapsari, Y. R., Sutama, I. M., & Wendra, I. W. (2017). Pelaksanaan Pembelajaran


BIPA Siswa Kelas XI di Gandhi Memorial Intercintinental School Bali. E-
Journal Universitas Pendidikan Ganesha, 6(1), 1–13.

Hidayat, A. (2018). Komunikasi Dalam Pertunjukan Drama: Antara Pengarang,


Aktor, Dan Penonton. Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 4(1), 32–39.
https://doi.org/10.24090/komunika.v4i1.136

Inqidloatul, A. (2018). Peningkatan keterampilan Berbicara Mata Pelajaran


Bahasa Indonesia Materi Mendongeng Melalui Metode Bermain Peran di
Kelas III MI As-Syafiiyah Pomohanjanggan Turi Lamongan. Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Mabruri, Z. K., & Aristya, F. (2017). Peningkatan Keterampilan Berbicara


Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV Melalui Penerapan Strategi Role
Playing SD Negeri Ploso 1 Pacitan. Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan Dan
Pembelajaran, 1(2), 112–117.

Maiullo, J. (2018). Radio Drama for Speaking Practice. English Teaching Forum,
2(5), 16–25. Retrieved from www.dramanotebook.com-over

Mansor, W. F. A. W., Sharif, N. M., Fong, N. S., Zakaria, M. H., & Nordin, N. A.
(2012). Fulfilling the Tasks of Reading, Writing, Speaking and Listening
through Drama Workshop. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 66(2),
196–202. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.11.261

Marantika, J. E. R. (2014). Drama Dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra.


Tahuri, 11(2), 91–102.

Muhammad. (2018). Pembelajaran Drama Pada Teater Sekolah SMA Negeri 10


Fajar Harapan Banda Aceh. Master Bahasa, 6(1), 37–49.

Nawawi, Qura, U., & Rahmayanti, I. (2017). Keterampilan Berbicara Sebagai


Suatu Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Uhamka Press.

Ngalimun dan Alfulaila, Noor. 2014. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa


Indonesia.Yogyakarta : Aswaja Pressindo.

Ningsih, S. (2013). Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Metode


Bercerita Siswa Kelas III SD Negeri 1 Beringin Jaya Kecamatan Bumi Raya
Kabupaten Morowali. Jurnal Kreatif Tadulako Online, 2(4), 243–256.

Putri, M. W., Rustiani, N. K. P., & Susrawan, I. N. A. (2016). Peningkatan


Kemampuan Berbicara dengan Menggunakan Metode Talking Stick pada
Siswa Kelas VIII 6 SMP N 4. Jurnal Santiaji Pendidikan, 6(2), 87–95.

Rafika Dewi, N. (2011). Pengembangan Keterampilan Berbicara, 3(38), 1–6.


https://doi.org/10.24114/bhs.v0i81%20TH%2038.2505

Rondiyah, A. A., Wardani, N. E., & Saddhono, K. (2017). Pembelajaran Sastra


Melalui Bahasa dan Budaya Untuk Meningkatkan Pendidikan Karakter
Kebangsaan Di Era Mea (Masayarakat Ekonomi Asean). Proceedings
Education and Language International Conference, 1(1), 141–147.

Sabila, A. (2015). Kemampuan Berpidato Dengan Metode Ekstemporan, 1(1), 28–


41.

Saddhono, K., & Rohmadi, M. (2014). A sociolinguistics study on the use of the
Javanese language in the learning process in primary schools in Surakarta,
Central Java, Indonesia. International Education Studies.
https://doi.org/10.5539/ies.v7n6p25

Saddhono, K. (2012). Kajian Sosiolinguistik Pemakaian Bahasa Mahasiswa Asing


Dalam Pembelajaran Bahsa Indonesia Untuk penutur Asing (BIPA) di
Universitas Sebelas Maret. Kajian Linguistik Dan Sastra, 24(2), 176–186.
https://doi.org/https://doi.org/10.23917/kls.v24i2.96
Saddhono, K & Slamet. 2014. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa
IndonesiaTeori dan Aplikasi Edisi 2. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Saddhono, K & Slamet, S. Y. 2012. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa


Indonesia (Teori dan Aplikasi). Bandung : Karya Putra Darwanti.

Setyonegoro, A. (2013). Hakikat, Alasan, dan Tujuan Berbicara (Dasar


Pembangun Kemampuan Berbicara Mahasiswa). Jurnal Pena, 3 (1)(1), 67–
80.

Siska, Y. (2011). Penerapan Metode Bermain Peran (Role Playing) Dalam


Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara Anak Usia
Dini. Edisi Khusus, 2(11), 31–37.

Suhandi, Y. D. (2018). Penerapan Metode Role Playing Dalam Pembelajaran


Drama Untuk Peningkatan Kemampuan Berbicara. Jurnal Edukasi
Khatulistiwa, 1(1), 82–98. https://doi.org/10.26418/ekha.v1i1.24854

Wahyuni, E. (2015). Hubungan Self-Effecacy dan Keterampilan Komunikasi


dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum. Komunikasi Islam, 5(1), 51–
82. https://doi.org/10.15642/jki.2015.5.1.51-82

Wajdi, F. (2017). Implementasi Project Based Learning (Pbl) Dan Penilaian


Autentik Dalam Pembelajaran Drama Indonesia. Jurnal Pendidikan Bahasa
Dan Sastra, 17(1), 81–97. https://doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v17i1.6960

Waluyo, Herman J. 2002. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta : PT.


Prasetia Widya Pratama

Yulianty, L. T., Martono, & Piyadi, T. (2014). Peningkatan Keterampilan


Berbicara Melalui Mendongeng Pementasan Drama Menggunakan Teknik
SAVI di SMA Santun Untan. Pendidikan Dan Pembelajaran, 3(12), 1–12.

Anda mungkin juga menyukai