Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Keterampilan Berbahasa Indonesia Berbahasa Indonesia SD

Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan


sarana untuk berkomunikasi antar manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi ini, dalam
rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan
sesama manusia. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang yang
mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah menyerap dan
menyampaikan informasi, baik secara lisan maupun tulisan.

Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek, yaitu menyimak, berbicara,


membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar terampil
berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbahasa di sekolah tidak
hanya menekankan pada teori, tetapi siswa dituntut untuk mampu menggunakan bahasa
sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasai. Berbicara
dikategorikan sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat produktif.

Setiap manusia dituntut untuk terampil berkomunikasi, terampil menyatakan


pikiran, gagasan, ide, dan perasaan. Terampil menyimak informasi-informasi yang
didapat dan terampil pula menyampaikan informasi-informasi yang diterimanya.
Keterampilan berbicara memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Kehidupan manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai kegiatan yang
menuntut keterampilan berbicara.

Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam


keberhanasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi (bahasa)
yang didengarnya itulah kemudian manusia belajar mengucapkan dan akhirnya mampu
untuk berbicara. Untuk dapat berbicara dalam satu bahasa secara baik, pembicara harus
menguasai lafal, struktur, dan kosa kata yang bersangkutan. Disamping itu, diperlukan

1
juga penguasaan masalah atau gagasan yang disampaikan, serta kemampuan memahami
bahasa lawan bicara.

Dalam kegiatan berbicara diperlukan penguasaan terhadap lambang bunyi baik


untuk keperluan menyampaikan maupun menerima gagasan. Lambang yang berupa
tandatanda visual seperti yang dibutuhkan dalam kegiatan membaca dan menulis tidak
diperlukan. Itulah sebabnya orang yang buta huruf pun dapat melakukan aktifitas
berbicara secara baik, misalnya para penutur asli. Penutur yang demikian bahkan tidak
menyadari kompetensi kebahasaannya, tidak “mengerti” system bahasanya sendiri.

Dalam situasi yang normal, orang melakukan kegiatan berbicara dengan motivasi
ingin mengemukakan sesuatu kepada orang lain, atau ingin membarikan reaksi terhadap
sesuatu yang didengarnya. Pembicaraan dalam situasi yang demikian, kejelasan penutur
tidak semata-mata ditentukan oleh ketepatan berbahasa (verbal) yang dipergunakan saja,
melainkan amat dibantu oleh unsur-unsur pralinguistik seperti gerak-gerak tertentu,
ekspresi wajah, nada suara, dan sebagainya, suatu hal yang tidak demui dalam
komunikasi tertulis. Situasi pembicaraan (serius, santai, wajar, tertekan) dalam banyak
hal yang juga akan mempengaruhi keadaan dan kelancaran pembicaraan.

Hal lain yang mempengaruhi keadaan pembicaraan adalah masalah apa yang
menjadi topik pembicaraan dan lawan bicara. Kedua hal tersebut merupakan hal esensial,
dan karenanya harus diperhitungkan dalam tes kemampuan berbicara siswa dalam suatu.
Atau paling tidak es berbicara hendaknya mampu mencerminkan situasi yang
menghadirkan kedua faktor tersebut. Tes kemampuan berbicara yang mempertimbangkan
factor-faktor tersebut dan karenanya pembicaraan mendekati situasi yang normal, boleh
dikatakan telah memenuhi harapan (teori) tes pragmatik

B. Devinisi Keterampilan Berbahasa Indonesia

Bahasa merupakan kumpulan bunyi-bunyi yang bersistem dan bermakna yang


diujarkan. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan
manusia. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa menjadi komunikasi, disamping sebagai
ekspresi diri.

2
Disadur dari buku Keterampilan Berbahasa (2021) oleh Siti Sulistyani dan teman-
teman, keterampilan berbahasa adalah sarana dalam berkomunikasi. Tingkat atau
kualitas keterampilan berbahasa setiap orang berbeda-beda. Ada yang memiliki
keterampilan berbahasa optimal, ada juga yang lemah. Tingkat keterampilan berbahasa
seseorang yang optimal akan memberikan komunikasi yang mudah dimengerti atau
tercapai tujuannya.

Sedangkan, seseorang dengan tingkat keterampilan berbahasa lemah akan


menimbulkan salah pengertian dalam komunikasi. Maka keterampilan berbahasa cukup
penting dimiliki seseorang. Keterampilan berbahasa umumnya terdiri dari empat aspek,
yaitu keterampilan mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis.
Mendengarkan dan membaca merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptIF,
sedangkan berbicara dan menulis bersifat produktif.

Setiap keterampilan memiliki hubungan yang erat. Dalam memperoleh


keterampilan berbahasa, biasanya melalui suatu hubungan urutan yang terakhir, yaitu
bermula dari belajar menyimak bahasa, berbicara, kemudian membaca, dan menulis.

C. Manfaat Keterampilan Berbahasa Indonesia

Dalam berkomunikasi media utama yang digunakan yaitu bahasa melalui hasil
proses kerjasama antara data dan alat ucap. Antara komunikator 1 2 dan 3 dalam
berkomunikasi terkadang memiliki perbedaan perbedaan tersebut bisa saja terkendala
dari daya nalar cara atau artikulasi. Hal ini sangat berkaitan dengan tingkat keterampilan
berbahasa seseorang. Orang yang memiliki keterampilan berbahasa secara optimal akan
dapat dengan mudah mencapai setiap tujuan komunikasinya begitu juga sebaliknya, bagi
orang yang memiliki tingkatan keterampilan berbahasa yang sangat lemah akan dapat
menunda ketercapaian tujuan komunikasinya bahkan akan terjadi kesalahpahaman
sehingga membuat keadaan tidak seimbang.

Keterampilan berbahasa yang baik dan sesuai tujuan dalam berkomunikasi yaitu
komunikatif komunikatif ialah adanya kesepahaman dan kesinambungan pertukaran ide,
pesan, atau informasi antara pembicara dengan pendengar dalam kegiatan berkomunikasi.
Selain berbahasa secara komunikatif sering juga dikatakan kreatif komunikatif atau

3
berkomunikasi kreatif berkomunikasi kreatif adalah memiliki daya cipta atau kemampuan
untuk menciptakan suasana komunikasi yang nyaman. Hal ini harus dilakukan secara
teliti dan menjiwai arah pembicaraan secara cerdas.

Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai sebuah pernyataan persuasif bahwa


“ Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar”. Maksud dari pernyataan tersebut
merupakan sebuah penekanan dan anjuran dalam berbahasa Indonesia. Gunakan bahasa
Indonesia yang baik yaitu suatu anjuran untuk menggunakan bahasa Indonesia secara
komunikatif atau connect komunikatif. Sementara itu maksud dan tujuan dari ungkapan
gunakan Bahasa Indonesia yang benar yaitu anjuran untuk menggunakan bahasa
Indonesia yang sesuai dengan aturan kebahasaan atau aturan berbahasa Indonesia, seperti
memperhatikan kata yang baku atau tidak baku, tata kalimat, pemilihan kata, dan bahkan
artikulasi.

Namun, dalam kehidupan sehari-hari kita tidak mesti dan harus selalu
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebaliknya kita memperhatikan
keadaan dan kondisi. Misalnya ketika dalam sebuah pertemuan ilmiah, seminar,
workshop, dan pertemuan kebahasaan, hendaknya menggunakan Bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Sedangkan suasana seperti di pasar, lapangan, terminal, dan tempat
umum lainnya, hanya disarankan untuk menyesuaikan antara pembicara dengan orang
yang akan menerima pesan. Hal ini berhubungan dengan ragam bahasa fungsiolek yang
sesuai dengan pengkajian ilmu sosiolinguistik.

D. Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa Indonesia

Keterampilan berbahasa sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat


keterampilan dasar bahasa, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan
menulis. Berikut ini penjabaran empat keterampilan berbahasa Indonesia di sekolah
dasar:

1) Menyimak

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang


lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk

4
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak merupakan proses


menyerap infromasi ilmu pengetahuan dari berbagai sumber, dalam menyimak indra
pendengaran merupakan sebagai modal utama untuk memperoleh informasi, dan
ketika memperoleh informasi tersebut sikap kognitif itu yang akan menemukan serta
memahami berbagai ilmu pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.

2) Berbicara
Linguis berkata bahwa “speaking is language”. Berbicara adalah suatu
keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya
didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan
berbicara atau beru dipelajari. Berbicara sudah barang tentu berhubungan erat dengan
perkembangan kosakata yang diperoleh oleh sang anak; melalui kegiatan menyimak
dan membaca.
Disini dapat ditegaskan, terampil berbicara adalah suatu keterampilan
berbahasa siswa dalam menyampaikan ide-gagasan secara lisan. Terampil berbicara
adalah kemampuan siswa dalam menyampaikan ide-gagasan melalui bahasa lisan dan
gaya yang menarik. Keterampilan ini penting bagi siswa karena dalam kesehariannya,
siswa selalu melakukan kegiatan komunikasi (berbicara) pada orang lain, termasuk
dalam kegiatan keilmuan semisal, pembelajaran. Untuk bisa menyampaikan gagasan
keilmuannya dengan baik, maka terampil berbicara menjadi tuntutan siswa.
3) Membaca

Membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti
atau makna yang terkandung di dalam bahasan tulis. Disamping itu, membaca juga
merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
katakata/bahan tulis (Somadoyo, 2011:4-5).

5
Membaca merupakan media komunikasi yang memberikan banyak informasi,
dan pembaca harus memahami pada bacaan yang dibacanya agar bisa menyuarakan
informasi yang diperoleh. Membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis,
kreatif yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pemahaman menyeluruh tentang
bacaan itu, yang diikuti oleh penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi dan nampak
bacaan itu (Nurhadi, 2016:2).

Membaca merupakan untuk memperoleh informasi dengan apa yang kita


baca, tujuan membaca itu bukan hanya sekedar membaca melainkan untuk
memahami isi bacaan yang dibaca. Dengan membaca dapat membuka jendela
informasi yang terbatas dalam kehidupan sehari-hari yang bisa diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari agar lebih bernilai lagi.

Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak
hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual,
berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca
merupakan proses menerjemahkan simbol tulisan (huruf ) ke dalam kata-kata lisan.
Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata,
pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Prinsip dari
model pembelajaran keterampilan membaca adalah reading for pleasure, maksudnya
adalah membaca untuk memperoleh kesenangan dan reading for information, yaitu
membaca untuk memperoleh informasi.

Dari beberapa hal diatas tentang membaca dapat dirumuskan menjadi


memahami isi dari apa yang tertulis, dan mengeja atau melafalkan apa yang tertulis.

Dalam membaca ada beberapa tahapan, diantaranya yaitu:

1) Membaca Permulaan

Tahap ini merupakan tahapan awal dalam membaca membaca. Dalam hal
ini, membaca permulaan bersifat mekanis yang dapat dianggap berada pada
urutan yang lebih rendah. Membaca permulaan merupakan suatu keterampilan

6
awal yang harus dipelajari atau dikuasai oleh pembaca. Membaca permulaan
adalah tingkat awal agar orang bisa membaca (Dalman, 2013:85).

Membaca permulaan merupakan tahap awal belajar membaca agar bisa


naik pada tingkat membaca pemahaman. Ketika membaca permulaan siswa
dikenalkan pada kata atau kalimat yang sering mereka dengar dan sering-
seringlah mengulang serta mengeja huruf menjadi kata dan kalimat. Membaca
permulaan merupakan aktivitas kompleks yang mencakup pada kecakapan.
Kecakapan yang dimaksud adalah kemampuan atau kesanggupan siswa membaca
dengan lafal, intonasi yang jelas, dan benar. Pengajaran membaca permulaan
lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan dasar membaca. Siswa dituntut
untuk dapat menyuarakan huruf, suku kata, dan kalimat yang disajikan dalam
bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca permulaan tahap awal yang


akan menentukan hasil ketercapaian memasuki tahap membaca lanjut. Jika
membaca permulaan bisa dikuasi maka akan mudah untuk memasuki tahap
selanjutnya. Membaca permulaan siswa mampu menyuarakan simbol huruf yang
dibaca.

2) Membaca Pemahaman atau Membaca Lanjut

Membaca pemahaman merupakan keterampilan membaca yang berada


pada urutan yang lebih tinggi. Membaca pemahaman adalah membaca secara
kognitif (membaca untuk memahami). Dalam membaca pemahaman, pembaca
dituntut mampu memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, setelah membaca teks, si
pembaca dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan cara
membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasa sendiri dan
menyampaikan baik secara lisan maupun tulisan (Dalman, 2013:87).

Pada membaca pemahaman pembaca mampu memahami isi yang


dibacanya. Pada tingkat Sekolah Dasar membaca pemahaman sudah dikenalkan di
siswa kelas V, disini siswa harus bisa menemukan ide pokok atau gagasan utama
yang dibacanya.

7
Sesuai dengan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Depdikbud,
2006) menekankan bahwa kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa kelas V
sekolah dasar semester 1 adalah menemukan gagasan utama suatu teks yang
dibaca dengan kecepatan minimal 75 kata permenit, sedangkan pada semester 2,
siswa diharapkan mampu menemukan informasi secara tepat dari berbagai teks
khusus yang dilakukan melalui membaca cepat (Somadoyo, 2011:4).

Pada dasarnya membaca pemahaman merupakan kelanjutan dari membaca


permulaan. Apabila seorang pembaca telah melalui tahap membaca permulaan, ia
berhak masuk ke dalam tahap membaca pemahaman atau membaca lanjut. Disini
seorang pembaca tidak lagi dituntut bagaimana ia melafalkan huruf dengan benar
dan merangkaikan setiap bunyi bahasa menjadi bentuk kata, frasa, dan kalimat.
Tetapi, di sini ia dituntut untuk memahami isi bacaan yang dibacanya.

Proses pembelajaran membaca secara garis besar harus terdiri atas tiga
tahapan prabaca, tahapan membaca, dan tahapan pascabaca. Ketiga tahapan
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Kegiatan prabaca
Pada tahap ini, pada awal semester kepada siswa diajarkan (a) sikap duduk
yang baik, (b) cara meletakkan atau menempatkan buku dimeja, (c) cara
memegang buku, (d) cara membalik halaman buku yang tepat, dan (e) melihat
atau memperhatikan gambar atau tulisan (Kartadinata, 2011:43).
2) Kegiatan membaca
Setelah kegiatan prabaca dilaksanakan inti pembelajaran membaca. Tahapan
ini sering disebut tahapan membaca. Pada tahap ini banyak sekali variasi yang
dapat dilakukan guru sejalan dengan strategi baca yang dipilih guru atau siswa
Resmini (dalam Abidin, 2012:22-24).
3) Kegiatan pascabaca
Dalam hal ini siswa sudah diarahkan pada pembelajaran membaca teknik,
yakni untuk memperbaiki dan melancarkan teknik membaca pada anak-anak.
Artinya, melatih siswa dengan tepat dan mudah mengubah tulisan menjadi

8
suara 10 dengan memperhatikan ucapan, tekanan, dan irama (Kartadinata,
2011:43).

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah pembelajaran membaca yang


dilakukan di sekolah harus mencerminkan tahapan yakni prabaca (yang identik
dengan kegiatan awal pembelajaran), tahap membaca dan tahap pascabaca (yang
identik dengan kegiatan inti dan penutup pembelajaran). Tahapan-tahapan ini
wajib sifatnya karena melalui tahapan inilah akan tergambar jelas aktivitas siswa
belajar. Hal ini sejalan dengan konsep bahwa pembelajaran adalah serangkaian
aktivitas siswa belajar. Tanpa aktivitas siswa kegiatan yang dilakukan bukan
pembelajaran membaca.

4) Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk


berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspesif. Dalam kegiatan
menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkfan grafolegi, struktur bahasa, dan
kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus
melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.

Untuk itu, tugas guru bahasa Indonesia dalam penyelenggaraan pembelajaran


memiliki peran yang ganda. Di satu sisi, guru untuk bertanggung jawab terhadap
pembelajarannya sendiri, juga bertanggung jawab atas pembelajaran lainnya. Tidak
heran bila, ketidakbisaan siswa menguasai materi belajar mata pelajaran lain
bersumber dari penguasaan keterampilan bahasa yang tidak baik. Dengan kenyataan
ini, pembelajaran bahasa Indonesia harus dilakukan dengan optimal agar bisa
membekali siswa yang terampil dalam berbahasa untuk menguasai untuk memahami
materi pembelajaran yang sudah ditentukan.

E. Keterkaitan Antar Aspek Keterampilan Berbahasa Indonesia

9
Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan dasar
yaitu : membaca, menyimak, berbicara dan menulis. Keempat keterampilan tersebut
saling terkait antara yang satu dengan yang lain.

1. Hubungan membaca dengan menyimak

Membaca dan menyimak sama-sama merupakan keterampilan berbahasa yang


bersifat reseptif. Membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis, sedangkan
menyimak berkaitan denan penggunaan bahasa ragam lisan. Dengan kesamaan sifat
reseptif yang dimiliki maka dalam melakukan kegiatan membaca dan menulis
memerlukan persiapan yang sama yaitu harus memiliki penguasaan terhadap simbol-
simbol bahasa, pengetahuan yang berkaitan dengan materi simakan atau bacaan,
pengetahuan tentang diksi, dan gaya bahasa serta kemampuan menangkap makna
tersurat dan tersirat. Perbedaan keduanya hanya pada objek yang menjadi fokus
perhatian awal yang menjadi stimulus. Pada membaca fokus perhatian pada tulisan,
sedangkan dalam menyimak fokus perhatian berupa suara (bunyi-bunyi). Selanjutnya
baik pembaca maupun penyimak melakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap
unsur-unsur bahasa baik tulisan (dalam membaca), maupun suara (dalam menyimak),
yang selanjutnya diikuti proses decoding guna memperoleh pesan yang berupa ide
atau informasi.

Apabila ditinjau dan sudut pemerolehan atau belajar bahasa, aktivitas


membaca dapat membantu seseorang memperoleh kosa kata yang berguna bagi
pengembangan kemampuan menyimak pada tahap berikutnya.

2. Hubungan menulis dengan berbicara

Menulis merupakan kegiatan berbahasa ragam tulis, sedangkan berbicara


adalah kegiatan berbahasa ragam lisan. Baik menulis maupun berbicara adalah
kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Keduanya digunakan untuk
menyampaikan informasi. Kegiatan menulis umumnya merupakan kegiatan
berbahasa tak langsung, sedangkan dalam berbicara pada umumnyabersifat langsung.
Ini berarti ada kegiatan menulis yang bersifat langsung, misalnya komunikasi dengan
menggunakan telepon seluler (sms) dan dengan menggunakan internet (chatting).

10
Sebaliknya, ada kegiatan berbicara secara tidak langsung, misalnya melalui
pengiriman pesan suara melalui telepon seluler. Dalam berbicara didukung dengan
kegiatan menulis, terutama berkaitan dengan persiapan tertulis baik berupa referensi
yang harus dibacanya maupun konsep yang akan disampaikannya. Perbedaannya
hanya pada objek, jika dalam berbicara dibutuhkan kemampuan memahami,
menyandikan simbol-simbol, dalam menulis dibutuhkan kemampuan dalam
memahami simbol-simbol dalam bentuk tertulis.

3. Hubungan menulis dengan membaca

Membaca maupun menulis merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis.


Menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Sedangkan membaca
merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat reseptif. Seseorang menulis guna
menyampaikan gagasan, perasaan informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya,
seseorang membaca guna memahami gagasan, perasaan atau informasi yang disajikan
daslam tulisan tersebut.

Dalam menulis, seseorang harus melalui tahap-tahap perencanaan, penulisan


dan revisi. Dalam melakukan perencanaan penulis sering kali melakukan aktivitas
membaca yang ekstensif dan intensif guna menelusuri informasi, konsep-konsep atau
gagasan-gagasan yang akan dijadikan bagian dari bahan tulisannya. Kemudian, dalam
proses penulisan si penulis sering melakukan revisi-revisi dengan cara membaca, lalu
menulis kembali secara berulang-ulang. Jadi, tampak jelas bahwa kemampuan
membaca penting sekali bagi proses menulis.

Sebaliknya pula dalam kegiatan membaca pemahaman seringkali kita harus


menulis catatan-catatan, bagan, rangkuman dan komentar mengenai isi bacaan guna
menunjang pemahaman kita terhadap isi bacaan. Selain itu, mungkin pula kita
terdorong untuk menulis resensi atau kritik terhadap suatu tulisan yang telah kita
baca. Jadi, tampak begitu erat kaitan antara aktivitas membaca dan menulis dalam
kegiatan berbahasa.

4. Hubungan berbicara dengan menyimak (mendengarkan)

11
Berbicara dan mendengarkan adalah dua jenis keterampilan berbahasa lisan
yang sangat erat kaitannya. Berbicara bersifat produktif, sedangkan mendengarkan
bersifat reseptif. Berbicara dan mendengarkan merupakan kegiatan komunikasi 2 arah
yang langsung. Untuk peristiwa komunikasi ini terjadi dalam situasi interaktif.
Namun ada pula dalam suatu konteks komunikasi ini terjadi dalam situasi
noninteraktif, yaitu satu pihak saja yang berbicara dan pihak lain hanya
mendengarkan. Dawson dalan Tarigan (194 : 3) menjelaskan hubungan antara
berbicara dan mendengarkan sebagai berikut :

a. Ujaran biasanya dipelajari melalui mendengarkan dan meniru


b. Ujaran seseorang mencerminkan pemakaian bahasa di lingkungan keluarga dan
masyarakat tempat hidupnya, misalnya dalam penggunaan intonasi, kosakata dan
pola-pola kalimat.
c. Upaya yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan berarti
pula membantu meningkatkan kualitas berbicara.
d. Bunyi suara yang didengar merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap
kemampuan berbicara seseorang (terutama anak-anak)

Berbagai kegiatan yang erat kaitannya dengan keterampilan tersebut, antara


lain :

a. Dialog

Dialog diartikan sebagai pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu


topik tertentu antara dua orang atau lebih. Dialog dapat di wujudkan dalam
berbagai bentuk seperti tanya-jawab, wawancara, diskusi, musyawarah dan lain
sebagainya. Dialog dapat terjadi kapan, dimana dan tentang apa saja. Hal ini
menunjukkan bahwa dialog dapat dilakukan dengan tema apa saja dan dapat
dilakukan sepanjang waktu, bisa pagi, sore maupun malam. Dialog juga dapat
dilakukan di berbagai tempat, misalnya di rumah, di sekolah, di pasar, di rumah
sakit, di jalan raya dan tempat-tempat umum lainnya. Misalkan, dialog di rumah
di pagi hari dilakukan antara ayah, ibu dan anak atau dengan siapa saja terutama

12
orang-orang yang dekat dihati. Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam
berdialog, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, antara lain :

(1) bagaimana menarik perhatian, (2) bagaimana cara mulai dan


memprakarsai suatu percakapan, (3) bagaimana menyela, mengoreksi,
memperbaiki dan mencari kejelasan, (4) bagaimana mengakhiri suatu percakapan.
Namun demikian pembicaraan dapat dipahami apabila disertai mimik yang
mendukung, ekspresi wajah, gerakan tangan, anggukan kepala, dan sejenisnya
termasuk paralinguistik yang amat penting dalam berdialog dan juga kemampuan
memahami proses encoding dan decoding agar tidak terjadi kesalahpahaman
dalam memahami isi, pesan atau pembicaraan dalam berdialog.

b. Musyawarah dan Diskusi

Musyawarah mengandung arti perundingan, yaitu membicarakan sesuatu


supaya mencapai kata sepakat, mencari kesepakatan untuk penyelesaian masalah
yang ada. Dalam suatu musyawarah dipimpin oleh seorang pimpinan sidang yang
berhak membuat tata tetib musyawarah dan tata tertib pelaksanannya. Dalam
musyawarah biasanya terdapat perbedaan pendapat, tetapi perbedaan itu harus
dipadukan, bila tidak maka biasanya diambil voting (suara terbanyak). Itulah hal
istimewa dari musyawarah yang berbeda dengan diskusi, dalam musyawarah
selalu ada kesimpulan kesepakatan.

Sedangkan diskusi adalah proses pelibatan dua orang atau lebih yang
berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu
melalui tukar menukar informasi untuk memcahkan masalah (Nio (dalam
Haryadi, 1981 : 68)). Dalam diskusi harus ada sebuah masalah yang dibicarakan,
moderator yang memimpin diskusi, dan adanya peserta diskusi yang dapat
mengemukakan pendapat secara teratur.

Hal lain yang membedakan musyawarah dengan diskusi, dalam


musyawarah tidak harus dengan bertatap muka karena bisa melalui media lain
seperti musyawarah dalam pembicaraan di telepon. Dalam musyawarah lebih
menekankan pada pencarian kesepakatan, mufakat atas suatu masalah yang

13
dibahas (perembugan masalah), sedangkan dalam diskusi membicarakan suatu
masalah yang sudah ada melalui tanya jawab, tukar menukar pendapat antar
peserta mengenai suatu permasalahan, dalam hal ini ada yang harus diperhatikan
dalam menyampaikan tanggapan maupun sanggahan dalam diskusi. Apabila
sudah banyak persamaan pendapat maka segera mengambil keputusan atas hasil
diskusi dan dalam diskusi tidak ada voting.

14
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keterampilan berbahasa terdiri atas 4 aspek, yakni keterampilan mendengarkan


(menyimak), berbicara, membaca dan menulis.

1. Keterampilan menyimak

Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-


lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

2. Keterampilan berbicara

Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada


kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa
tersebutlah kemampuan berbicara atau beru dipelajari.

3. Keterampilan membaca

Membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti
atau makna yang terkandung di dalam bahasan tulis.

4. Keterampilan menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk


berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspesif.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengharapkan pembaca berkenan


menyampaikan kekurangan-kekurangan yang ada dalam makalah ini, serta memberikan
saran dan masukan yang mendukung atas kekurangan makalah ini. Kritik dan saran yang

15
pembaca ajukan akan dijadikan bahan perbaikan untuk penyusunan makalah yang
selanjutnya agar tidak ada kesalahan yang terulang.

16
DAFTA PUSTAKA

Dalman. 2013. Keterampilan Menulis. Depok: Rajawali Pers.

Hasani, Aceng. 2016. Membaca Bahasa & Sastra Indonesia. (Volume 2 Nomor 1 April 2017)

Nurhadi. 2016. Strategi Meningkatkan Daya Baca. Jakarta: Bumi Aksara

Mulyati, Yeti. Hakikat Keterampilan Berbahasa. Halaman 1-33

Somadoyo, Samsu. 2011. Strategi Dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Sulistyani & Setyami. 2021. Keterampilan Berbahasa. Indonesia: Guepedia

17

Anda mungkin juga menyukai