PEMBAHASAN
1
juga penguasaan masalah atau gagasan yang disampaikan, serta kemampuan memahami
bahasa lawan bicara.
Dalam situasi yang normal, orang melakukan kegiatan berbicara dengan motivasi
ingin mengemukakan sesuatu kepada orang lain, atau ingin membarikan reaksi terhadap
sesuatu yang didengarnya. Pembicaraan dalam situasi yang demikian, kejelasan penutur
tidak semata-mata ditentukan oleh ketepatan berbahasa (verbal) yang dipergunakan saja,
melainkan amat dibantu oleh unsur-unsur pralinguistik seperti gerak-gerak tertentu,
ekspresi wajah, nada suara, dan sebagainya, suatu hal yang tidak demui dalam
komunikasi tertulis. Situasi pembicaraan (serius, santai, wajar, tertekan) dalam banyak
hal yang juga akan mempengaruhi keadaan dan kelancaran pembicaraan.
Hal lain yang mempengaruhi keadaan pembicaraan adalah masalah apa yang
menjadi topik pembicaraan dan lawan bicara. Kedua hal tersebut merupakan hal esensial,
dan karenanya harus diperhitungkan dalam tes kemampuan berbicara siswa dalam suatu.
Atau paling tidak es berbicara hendaknya mampu mencerminkan situasi yang
menghadirkan kedua faktor tersebut. Tes kemampuan berbicara yang mempertimbangkan
factor-faktor tersebut dan karenanya pembicaraan mendekati situasi yang normal, boleh
dikatakan telah memenuhi harapan (teori) tes pragmatik
2
Disadur dari buku Keterampilan Berbahasa (2021) oleh Siti Sulistyani dan teman-
teman, keterampilan berbahasa adalah sarana dalam berkomunikasi. Tingkat atau
kualitas keterampilan berbahasa setiap orang berbeda-beda. Ada yang memiliki
keterampilan berbahasa optimal, ada juga yang lemah. Tingkat keterampilan berbahasa
seseorang yang optimal akan memberikan komunikasi yang mudah dimengerti atau
tercapai tujuannya.
Dalam berkomunikasi media utama yang digunakan yaitu bahasa melalui hasil
proses kerjasama antara data dan alat ucap. Antara komunikator 1 2 dan 3 dalam
berkomunikasi terkadang memiliki perbedaan perbedaan tersebut bisa saja terkendala
dari daya nalar cara atau artikulasi. Hal ini sangat berkaitan dengan tingkat keterampilan
berbahasa seseorang. Orang yang memiliki keterampilan berbahasa secara optimal akan
dapat dengan mudah mencapai setiap tujuan komunikasinya begitu juga sebaliknya, bagi
orang yang memiliki tingkatan keterampilan berbahasa yang sangat lemah akan dapat
menunda ketercapaian tujuan komunikasinya bahkan akan terjadi kesalahpahaman
sehingga membuat keadaan tidak seimbang.
Keterampilan berbahasa yang baik dan sesuai tujuan dalam berkomunikasi yaitu
komunikatif komunikatif ialah adanya kesepahaman dan kesinambungan pertukaran ide,
pesan, atau informasi antara pembicara dengan pendengar dalam kegiatan berkomunikasi.
Selain berbahasa secara komunikatif sering juga dikatakan kreatif komunikatif atau
3
berkomunikasi kreatif berkomunikasi kreatif adalah memiliki daya cipta atau kemampuan
untuk menciptakan suasana komunikasi yang nyaman. Hal ini harus dilakukan secara
teliti dan menjiwai arah pembicaraan secara cerdas.
Namun, dalam kehidupan sehari-hari kita tidak mesti dan harus selalu
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebaliknya kita memperhatikan
keadaan dan kondisi. Misalnya ketika dalam sebuah pertemuan ilmiah, seminar,
workshop, dan pertemuan kebahasaan, hendaknya menggunakan Bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Sedangkan suasana seperti di pasar, lapangan, terminal, dan tempat
umum lainnya, hanya disarankan untuk menyesuaikan antara pembicara dengan orang
yang akan menerima pesan. Hal ini berhubungan dengan ragam bahasa fungsiolek yang
sesuai dengan pengkajian ilmu sosiolinguistik.
1) Menyimak
4
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
2) Berbicara
Linguis berkata bahwa “speaking is language”. Berbicara adalah suatu
keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya
didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan
berbicara atau beru dipelajari. Berbicara sudah barang tentu berhubungan erat dengan
perkembangan kosakata yang diperoleh oleh sang anak; melalui kegiatan menyimak
dan membaca.
Disini dapat ditegaskan, terampil berbicara adalah suatu keterampilan
berbahasa siswa dalam menyampaikan ide-gagasan secara lisan. Terampil berbicara
adalah kemampuan siswa dalam menyampaikan ide-gagasan melalui bahasa lisan dan
gaya yang menarik. Keterampilan ini penting bagi siswa karena dalam kesehariannya,
siswa selalu melakukan kegiatan komunikasi (berbicara) pada orang lain, termasuk
dalam kegiatan keilmuan semisal, pembelajaran. Untuk bisa menyampaikan gagasan
keilmuannya dengan baik, maka terampil berbicara menjadi tuntutan siswa.
3) Membaca
Membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti
atau makna yang terkandung di dalam bahasan tulis. Disamping itu, membaca juga
merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
katakata/bahan tulis (Somadoyo, 2011:4-5).
5
Membaca merupakan media komunikasi yang memberikan banyak informasi,
dan pembaca harus memahami pada bacaan yang dibacanya agar bisa menyuarakan
informasi yang diperoleh. Membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis,
kreatif yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pemahaman menyeluruh tentang
bacaan itu, yang diikuti oleh penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi dan nampak
bacaan itu (Nurhadi, 2016:2).
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak
hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual,
berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca
merupakan proses menerjemahkan simbol tulisan (huruf ) ke dalam kata-kata lisan.
Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata,
pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Prinsip dari
model pembelajaran keterampilan membaca adalah reading for pleasure, maksudnya
adalah membaca untuk memperoleh kesenangan dan reading for information, yaitu
membaca untuk memperoleh informasi.
1) Membaca Permulaan
Tahap ini merupakan tahapan awal dalam membaca membaca. Dalam hal
ini, membaca permulaan bersifat mekanis yang dapat dianggap berada pada
urutan yang lebih rendah. Membaca permulaan merupakan suatu keterampilan
6
awal yang harus dipelajari atau dikuasai oleh pembaca. Membaca permulaan
adalah tingkat awal agar orang bisa membaca (Dalman, 2013:85).
7
Sesuai dengan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Depdikbud,
2006) menekankan bahwa kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa kelas V
sekolah dasar semester 1 adalah menemukan gagasan utama suatu teks yang
dibaca dengan kecepatan minimal 75 kata permenit, sedangkan pada semester 2,
siswa diharapkan mampu menemukan informasi secara tepat dari berbagai teks
khusus yang dilakukan melalui membaca cepat (Somadoyo, 2011:4).
Proses pembelajaran membaca secara garis besar harus terdiri atas tiga
tahapan prabaca, tahapan membaca, dan tahapan pascabaca. Ketiga tahapan
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Kegiatan prabaca
Pada tahap ini, pada awal semester kepada siswa diajarkan (a) sikap duduk
yang baik, (b) cara meletakkan atau menempatkan buku dimeja, (c) cara
memegang buku, (d) cara membalik halaman buku yang tepat, dan (e) melihat
atau memperhatikan gambar atau tulisan (Kartadinata, 2011:43).
2) Kegiatan membaca
Setelah kegiatan prabaca dilaksanakan inti pembelajaran membaca. Tahapan
ini sering disebut tahapan membaca. Pada tahap ini banyak sekali variasi yang
dapat dilakukan guru sejalan dengan strategi baca yang dipilih guru atau siswa
Resmini (dalam Abidin, 2012:22-24).
3) Kegiatan pascabaca
Dalam hal ini siswa sudah diarahkan pada pembelajaran membaca teknik,
yakni untuk memperbaiki dan melancarkan teknik membaca pada anak-anak.
Artinya, melatih siswa dengan tepat dan mudah mengubah tulisan menjadi
8
suara 10 dengan memperhatikan ucapan, tekanan, dan irama (Kartadinata,
2011:43).
4) Menulis
9
Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan dasar
yaitu : membaca, menyimak, berbicara dan menulis. Keempat keterampilan tersebut
saling terkait antara yang satu dengan yang lain.
10
Sebaliknya, ada kegiatan berbicara secara tidak langsung, misalnya melalui
pengiriman pesan suara melalui telepon seluler. Dalam berbicara didukung dengan
kegiatan menulis, terutama berkaitan dengan persiapan tertulis baik berupa referensi
yang harus dibacanya maupun konsep yang akan disampaikannya. Perbedaannya
hanya pada objek, jika dalam berbicara dibutuhkan kemampuan memahami,
menyandikan simbol-simbol, dalam menulis dibutuhkan kemampuan dalam
memahami simbol-simbol dalam bentuk tertulis.
11
Berbicara dan mendengarkan adalah dua jenis keterampilan berbahasa lisan
yang sangat erat kaitannya. Berbicara bersifat produktif, sedangkan mendengarkan
bersifat reseptif. Berbicara dan mendengarkan merupakan kegiatan komunikasi 2 arah
yang langsung. Untuk peristiwa komunikasi ini terjadi dalam situasi interaktif.
Namun ada pula dalam suatu konteks komunikasi ini terjadi dalam situasi
noninteraktif, yaitu satu pihak saja yang berbicara dan pihak lain hanya
mendengarkan. Dawson dalan Tarigan (194 : 3) menjelaskan hubungan antara
berbicara dan mendengarkan sebagai berikut :
a. Dialog
12
orang-orang yang dekat dihati. Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam
berdialog, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, antara lain :
Sedangkan diskusi adalah proses pelibatan dua orang atau lebih yang
berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu
melalui tukar menukar informasi untuk memcahkan masalah (Nio (dalam
Haryadi, 1981 : 68)). Dalam diskusi harus ada sebuah masalah yang dibicarakan,
moderator yang memimpin diskusi, dan adanya peserta diskusi yang dapat
mengemukakan pendapat secara teratur.
13
dibahas (perembugan masalah), sedangkan dalam diskusi membicarakan suatu
masalah yang sudah ada melalui tanya jawab, tukar menukar pendapat antar
peserta mengenai suatu permasalahan, dalam hal ini ada yang harus diperhatikan
dalam menyampaikan tanggapan maupun sanggahan dalam diskusi. Apabila
sudah banyak persamaan pendapat maka segera mengambil keputusan atas hasil
diskusi dan dalam diskusi tidak ada voting.
14
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keterampilan menyimak
2. Keterampilan berbicara
3. Keterampilan membaca
Membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti
atau makna yang terkandung di dalam bahasan tulis.
4. Keterampilan menulis
B. Saran
15
pembaca ajukan akan dijadikan bahan perbaikan untuk penyusunan makalah yang
selanjutnya agar tidak ada kesalahan yang terulang.
16
DAFTA PUSTAKA
Hasani, Aceng. 2016. Membaca Bahasa & Sastra Indonesia. (Volume 2 Nomor 1 April 2017)
Somadoyo, Samsu. 2011. Strategi Dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
17