Anda di halaman 1dari 44

0

KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIII SMP


11 BENGKULU SELATAN

SKRIPSI

OLEH:

DONY FEBRIAN
NPM : 1021120040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2015
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia baik secara lisan maupun

tulisan. Secara luas dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses

pengiriman dan penerimaan pesan yang pasti terjadi sewaktu-waktu. Sebagai

makhluk individu, religius, berbudaya, dan sosial, manusia ingin selalu

berinteraksi dan hidup bersama dengan manusia lain secara menyenangkan, dalam

arti teratur, saling memberi dan menerima, dan bekerja sama untuk kemajuan

mutu kehidupan dan pengabdian kepada Tuhan. Hal ini haruslah disadari benar

apalagi bagi guru bahasa Indonesia dan guru-guru bidang lain. Dalam tugasnya

sehari-hari, para guru bahasa harus memahami benar bahwa tujuan akhir

pengajaran adalah agar siswa terampil berbahasa: terampil menyimak, berbicara,

membaca, dan, menulis. Berbicara sudah barang tentu berhubungan erat dengan

perkembangan kosa kata yang diperoleh sang anak; melalui kegiatan menyimak

dan membaca (Taringan, 1979 : 3).

Berbicara merupakan aspek keterampilan berbahasa. Keterampilan

berbicara mempunyai peranan yang sangat penting , karena bahasa yang pertama

adalah bahasa lisan sedangkan bahasa tulis merupakan pencerminan atau rekaan

1
2

bahasa lisan. Dengan demikian, hal yang esensial dari suatu bahasa adalah fungsi

bahasa sebagai alat komunikasi manusia dalam kehidupan masyarakat.

Pengajaran keterampilan berbicara di sekolah menengah pertama saat ini

boleh dikatakan masih belum memuaskan, khususnya sekolah yang berada di

desa-desa tidak mempunyai alat prasaran dengan baik. Keadaan pengajaran

berbicara sejalan dengan keadaan pengajaran berbahasa masih belum memuaskan.

Kenyataan dalam diskusi, seminar, atau ceramah menunjukan bahwa sebagian

besar pesertanya tidak aktif. Kecakapan daam berargumentasi masih belum

memadai.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis terhadap pengajaran

keterampilan berbicara di sekolah SMP 11 Bengkulu Selatan, terlihat bahwa

pengajaran bahasa Indonesia kurang melibatkan keseluruhan siswa, hanya

melibatkan siswa yang aktif saja atau yang mau menjawab pertanyaan dari guru.

Untuk mengatasi penyebab-penyebab tersebut di atas dapat dilakukan

beberapa teknik pengajara keterampilan berbicara. Salah satu diantaranya adalah

bermain peran. Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa

sesuai dengan peran yang dimainkan. Model pembelajaran ini dapat memikat,

menantang, dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan kesempatan yang

luas serta mengaktifkan siswa secara individu maupun kelompok. Dalam bermain

peran siswa dituntut mampu berbicara baik dan benar.


3

Dengan memperhatikan hal-hal di atas penulis tertarik untuk mengangkat

masalah penelitian ini dengan judul keterampilan berbicara oleh siswa kelas VIII

SMPN 11 Bengkulu Selatan.

1.2 Batasan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian membatasi pada

aspek, ketepatan ucapan, penempatan tekanan, pilihan kata (diksi), ketepatan

sasaran pembicara (pemakaian kalimat).

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang ingin dikaji

dalam penelitian ini adalah bagaimana keterampilan berbicara siswa di kelas VIII

SMPN 11 Bengkulu Selatan?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan keterampilan berbicara

siswa siswa kelas VIII SMPN 11 Bengkulu Selatan.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberi masukan bagi guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia guna perbaiakan dalam melaksanakan proses belajar

mengajar dalam rangka membinadan mengembangkan setiap aspek


4

keterampilan yang dimiliki siswa khususnya dalam keterampilan

berbicara.

2. Bagi siswa, dapat menambah dan memotivasi berbicara dalam bahasa

Indonesia yang baik dan benar, terutama berbicara dalam kelas dan di

depan umum.

3. Bagi peneliti lainya, sebagai referensi atau bahan banding bagi peneliti

yang ingin mengkaji permasalahan yang relevan.


5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Keterampilan Berbicara

2.1.1 Pengertian Berbicara

Berbicara merupakan sesuatu kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi

artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta

menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (Taringan, 1979: 16). Sebagai

perluasan dari batasan ini bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda

yang dapat didengar dan kelihatan yang memanfaatkan otot manusia demi

maksud dan tujuan gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi,

berbicara merupakan bentuk prilaku manusia yang memanfaatkan faktor fisik,

psikologis, semantik dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga

dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial.

Berdasarkan pengertian berbicara yang telah dikemukakan di atas, terlihat

bahwa berbicara bukan saja mengucapkan bunyi atau kata-kata. Berbicara

merupakan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang tersusun

serta dikembangkan sesuai kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara

juga suatu instrument yang mengungkapkan pada penyimak secara langsung

apakah sang pembicara memahami atau tidak bahan pembicaraanya begitu juga

penyimak, apakah si pembicara bersifat tenang serta dapat menyesuaikan diri

atau tidak pada saat sang pembicara mengkomunikasikan gagasan atau

pendapatnya.

5
6

Berbicara adalah menyampaikan maksud (ide, isi hati serta pikiran)

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud

tersebut dipahami oleh orang lain. Jadi, berbicara tidak hanya mengucapkan kata-

kata, tetapi lebih dari itu adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan dan

pikiran yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan lawan bicara.

2.1.2 Tujuan Berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk komunikasi. Kemampuan

mengucapkan bunyi artikulasi atau kata-kata untuk menyampaikan pikiran,

gagasan, dan perasaan. Menurut Taringan (1979: 16) berbicara mempunyai tiga

tujuan umum, yaitu: 1) memberitahukan dan melaporkan (to inform), 2) menjamu

dan menghibur (to entertain), 3) membujuk, mengajak, mendesak, dan

menyakinkan.

Menurut Iskandar (1983: 286) tujuan pembelajaran berbicara dapat

dirumuskan bahwa peserta didik: 1) melafalkan bunyi-bunyi bahasa, 2)

menyampaikan informasi, 3) menyatakan setuju atau tidak stuju, 4) menjelaskan

identitas diri, 5) menceritakan kembali hasil simakan, 6) menyatakan ungkapan

rasa hormat, 7) bermain peran.

Berbicara merupakan suatu keterampilan mengeluarkan ujaran. Ujaran

adalah suatu bagian dari personalitas atau kepribadian. Dalam berbicara, seorang

mengkomunikasikan suatu kepada pendengar. Pembicara bermaksud agar

pendengar mengetahui tujuan pembicara dalam mengkomunikasikan sesuatu


7

kepada pendengar. Pendengar dikatakan mengerti apa yang dikatakan pembicara

setelah ia mengetahui maksud pembicara dengan ucapanya.

Setiap pembicaraan yang dilakukan secara sadar atau dilakuakan oleh

seseorang selalu mempunyai tujuan. Menurut Keraf (1990 : 320-321) tujuan

berbicara dapat dibedakan atas lima macam, yaitu: (1) mendorong emosi

pendengar untuk mendengarkan apa-apa yang belum pernah mereka dengarkan.

Pembicaraan yang bersifat mendorong atau membujuk, (2) menyakinkan

pendengar agar terjadi penyesuaian pendapat dengan pembicara, (3) berbuat atau

tindakan lawan bicara itu mungkin saja bersifat demostratis (mempertunjukan)

atau perbuatan yang berbentuk fisik, (4) pembicaraan memberitahukan ini

sifatnya instruktif (memberikan pengajaran) yang bertujuan menyampaikan

sesuatu pada lawan bicara, (5) menyenangkan ialah terciptanya suasana gembira

di kalangan pendengar.

Dalam menyampaikan informasi secara efektif, pembicara harus memahami

isi pembicaraan. Selain itu, pembicara harus dapat menilai efek pembicarannya

terhadap pendengar. Oleh karena itu, pembicara harus mengetahui fakor-faktor

yang mempengaruhi keberhasilan dan keefektifan berbicara, yaitu factor

kebahasaan dan nonkebahasaan. Menurut Arsjad (1988 : 17) faktor kebahasaan

terdiri dari atas : (1) ketepatan ucapan, (2) penepatan tekanan, (3) pilihan kata

(diksi), dan ketepatan sasaran pembicara (pemilihan kalimat) sedangkan faktor-

faktor nonkebahasaan terdiri atas : (1) sikap yang wajar, (2) pandangan harus

diarahkan kepada lawan bicara, (3) kesediaan menghargai pendapat orang lain, (4)
8

gerak-gerik dan mimik yang tepat, (5) kenyaringan, (6) kelancaran kalimat, (7)

relevansi/penalaran, yang berdasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi

dasar yaitu:

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


Mengungkapakan wacana sastra dalam Menggunakan aspek kebahasaan terdiri
bentuk pementasan (bermain peran) dari :: (1) ketepatan ucapan, (2) penepatan
tekanan, (3) pilihan kata (diksi), dan
ketepatan sasaran pembicara (pemilihan
kalimat) sedangkan faktor-faktor
nonkebahasaan terdiri atas : (1) sikap yang
wajar, (2) pandangan harus diarahkan
kepada lawan bicara, (3) kesediaan
menghargai pendapat orang lain, (4) gerak-
gerik dan mimik yang tepat, (5)
kenyaringan, (6) kelancaran kalimat, (7)
relevansi/penalaran

(sumber : RPP dan silabus SMP 11 Bengkulu Selatan, 2015)

2.2 Bermain Peran

2.2.1 Pengertian Bermain Peran

Menurut Surjadi (1983 : 73) bermain peran adalah situasi suatu masalah

yang diperagakan secara singkat, dengan tekanan utama pada karakter/sifat orang-

orang, kemudian diikuti diskusi tentang masalah yang baru di peragakan tersebut.

Oleh sebab itu, dalam bermain peran hendaknya terlebih dahulu ditentukan secara

pasti situasi masalah, mengatur para pelaku (pameran), peragaan situasi,

menghentikan peragaan pada saat mencapai klimaks, menganalisis dan

membahas bermain peran tersebut, dan mengevaluasi hasilnya.


9

Bermain peran merupakan salah satu bagian simulasi. Main peran

merupakan simulasi (tiruan) tingkah laku dari orang yang diperankan. Selain itu,

ditambahkan bahwa main peran adalah suatu bentuk model belajar mengajar,

dipakai untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Dengan bermain peran

siswa diharapkan dapat menyelami serta memahami secara mendalam berbagai

masalah yang dihadapi manusia dalam pergaulan hidupnya sehari-hari.

Topik bermain peran dapat bermacam-macam, mulai dari yang ringan

sampai kepada yang berat. Sebenarnya, metode/model ini hamper sama metode

lain yang dikenal sosiodrama, dimana pesertanya mendramatiskan atau

memerankan suatu peran tertentu. Dengan permainan ini, siswa dapat

memperoleh pengalaman yang diperankan oleh pihak-pihak lain. Model/metode

ini dapat pula digunakan untuk merangsang pendapat siswa, menentukan

kesempatan bersama tentang ketepatan, kekurangan, dan pengembangan peran-

peran yang dialami atau diamati.

2.2.2 Tujuan dan Manfaat Bermain Peran

Adapun tujuan dan manfaat bermain peran dari penggunaan teknik ini antara

lain untuk mengendalikan peran-peran dalam dunia nyata kepada siswa. Setelah

nereka mengenal peran-peran itu, mereka dapat mengetahui kelemahan dan

kelebihan peran tersebut serta dapat pula mengajukan alternatif untuk

mengembangkan peran-peran yang ditampilkan dalam kegiatan belajar.

Bermain peran dimasukan untuk memecahkan suatu masalah agar siswa

memperolah kesempatan merasakan orang lain. Bahwa dengan model interaksi


10

seperti itu, akan membantu siswa mengembangkan perasaannya, mengembngkan

sikapnya, mengembangkan keterampilannya dalam memecahkan suatu masalah,

dan mengembangkan berbagai cara belajar.

Agar tujuan dan manfaat bermain peran terpenuhi harus diperhatikan peran

guru. Peran guru dapat maksimal jika rambu-rambu berikut terpenuhi, yaitu:

1. Pertanyaan dan komentar guru harus dapat bersifat mendorong anak

untuk dapat bebas dalam berperan.

2. Untuk tercapainya hasil yang baik, sikap guru yang berat sebelah akan

banyak merugikan.

3. Walaupun demikian, guru tidak boleh lengah sebagai pemimbing

4. Guru harus menerima respon siswa, terutama pendapatnya dengan cara

tidak mengapresiasi siswa.

5. Guru mengembangkan, mengiktisarkan seluruh pendapat pemain agar

lebih terbina kesadaran tentang pendapatnya.

6. Guru harus menekankan bahwa terdapat berbagai cara memainkan suatu

peran yang sama, dan karenanya terdapat akibat yang berbeda pula

7. Terdapat berbagai alternatif pemecahan masalah.

2.2.3 Tahapan Bermain Peran

Agar bermain peran berlangsung dengan baik dan mencapai sasaran,

hendaknya ditempuh Sembilan tahap.

1. Pemanasan kelompok
11

Pada tahap ini dikembangkan empat bagian keempat bagian itu adalah (a)

mengidentifikasi masalah, (b) menjelaskan masalah, (c) menafsirkan masalah, dan

(d) menjelaskan permainan peran.

2. Memilih peserta

Dalam tahap memilih peserta, yaitu siswa, dikembangkan dua langkah

utama. Dua langkah itu adalah (a) menganalisi peran-peran dan (b) memilih

pelaku.

3. Mengatur tempat bermain

Pada tahap menata tempat bermain, ada tiga kegiatan yang hendaknya

dilakuakan oleh siswa kelompok. Ketiga kegiatan ini adalah (a) menata jalanya

permainan, (b) menjelaskan kembali peran-peran yang akan dilakuakan siswa,

dan (c) memasuki situasi permasalahan.

4. Mempersiapkan para pengamat

Untuk menghidupkan sitasi dalam kelas, guru dan siswa bersama-sama

menetapkan siapa yang akan bertindak sebagai pengamat jalanya bermain peran.

Sesudah ditentukan siapa yang berperan sebagai pengamat, menentukan apa yang

harus diamati dan menetapkan tugas pengamat.

5. Pelaksanaan bermain peran

Sesudah empat tahap dikerjakan siswa dan guru, tahap berikutnya adalah

melaksanakan kegiatan inti yaitu bermain peran. Secara umum, ada tiga kegiatan

utama dalam tahap pelaksanaan dalam bermain peran, yaitu (a) memulai permaina

(b) menjalankan permaianan, dan (c) mengembangkan permainan selanjutnya.

6. Diskusi dan evaluasi


12

Setiap pelaksanaan metode/ model mengajar perlu dievaluasi, demikian juga

dalam bermain peran. Secara teori, ada tiga tahap evaluasi bermain peran yaitu,

(a) cuplikan kegiatan, kejadian, dan ungkapan-ungkapan. (b) mendiskusikan focus

utama. (c) mengembangkan permainan selanjutnya.

7. Mengulang permaianan

Setelah bermain peran dievaluasi, kegiatan selanjutnya adalah mengulang

permainan. Ulangan ini lazimnya dikerjakan oleh kelompok pemeran yang

lainya yang belum tampil. Kegiatan dalam tahap ini adalah (a) memainkan peran

yang sudah diperbaiki, dan (b) menyarankan langkah-langkah selanjutnya serta

alternatif lain.

8. Diskusi dan evaluasi

Dalam tahap ini pada dasarnya sama dengan diskusi dan evaluasi yang telah

dilaksanakan pada tahap ke-6. Perbedaanya pada tahap ini pelaksanan bermain

peran juga lebih baik dibandingkan dengan pelaksanaan bermain peran

sebelumnya.

9. Pengungkapan pengalamannya

Setiap pemeran akan merasakan pengalaman yang berbeda selama maupun

sesudah bermain peran. Oleh sebab itu, setelah selesai bermain peran siswa perlu

diberi kesempatan untuk mengungkapkan pengalamannya dan merumuskan

generalisasi atas pengalaman yang diperolehnya. Untuk mengeneralisasikan

pengalaman, lazimnya dilaksanakan (a) menghubungkan situasi masalah terhadap

pengalaman nyata serta masalah dewasi ini, dan (b) memperlajari dan menyalami

prinsif-prinsif umum tingkah laku.


13

2.2.4 Pengukuran Keterampilan Berbicara dalam Bermain Peran

Penulisan memilih indikaror yang dikemukakan oleh Arsjad (1988: 17-19),

supaya indikator lebih bersifat rasional yaitu factor kebahasaan dan faktor non

kebahasaan, tetapi karena cakupannyan terlalu luas maka penulis hanya

menggunakan beberapa indikator untuk factor kebahasaan adalah ketepatan

ucapan, penempatan tekanan, diksi dan kalimat.

Berdasarkan keterangan diatas, maka agar lebih jelasnya indikator-indikator

tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. Ketepatan pengucapan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi

bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat

engalihkan perhatian pendengar. Ucapan dan artikulasi yang kita gunakan tidak

selalu sama, masing-masing kita mempunyai cara tersendiri, dan gaya yang kata

pakai berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, situasi kondisi,

dan sasaran. Bila perubahan itu terlalu menyolok merupakan suatu

penyimpangan, maka maka kelancaran komunikasi akan terganggu. Kita

menyadari bahwa penutur dipengaruhi oleh bahasa ibunya yang kurang tepat,

lafal diucapkan lapal, sebaliknya pengucapan pengucapan positif diucapakn

positip. Contoh lain pengucapan akhiran-kan, misalnya pada kata memasukan

(Arsjad, 1988:17)
14

2. Penempatan tekanan

Pemberian tekanan pada kata atau suku kata. Tekanan suara yang biasanya

jatuh pada suku kata terakhir atau suku kata kedua dari belakang, kemudian kita

tempatkan pada suku kata pertama. Misalnya kata penyanggag, pemberani,

kesempatan, kita beri tekanan pada pe-, pem-, ke-, tentu kedengaran janggal

(arsjad, 1988:18)

3. Diksi

Menurut Arifin (2009: 28) diksi ialah pilihan kata maksudnya kita memilih

kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu.Pilihan kata(diksi) hendaknya tepat,

jelasnya bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh si pendengar dan

tepat sasran. Pendengar akan terangsang dan akan lebih paham kalau kata yang

digunakan sudah dikenal oleh pendengar. Kata-kata yang belum dikenal

memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran

komunikasi. Selain itu hendaknya dipilih kata-kata yang kongkrit sehingga mudah

dipahami.

4. Ketepatan sasaran pembicara/pemakaian kalimat

Menurut Chaer (2000: 327) kalimat adalah satuan bahasa yang berisi satuan

pikiran atau amanat yang lengkap.Pembicara yang menggunakan kalimat efektif

akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan penuturan

kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran berbahasa. Seorang

pembicara harus mampu menyusun kalimat yang baik dan kalimat tersebut

mengenai sasaran, sehingga menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau

menimbulkan akibat.
15

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan (informasi)

secara singkat, lengkap, dan mudah diterima oleh pendengar. Yang dimaksud

singkat adalah hemat dalam penggunaan kata-kata. Hanya kata-kata yang

diperlukan yang digunakan. Sebaliknya, Kata-kata yang mubadzir tidak perlu

digunakan.Penggunaan kata-kata mubadzir berarti pemborosan. Hal itu tentu

bertentangan dengan prinsip kalimat efektif yang hemat.

Meskipun hemat dalam penggunaan kata, Kalimat efektif tetap harus

lengkap, Artinya kalimat itu harus disampaikan. Sedemikian lengkapnya sehingga

kalimat efektif mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau

menghasilkan akibat. Selanjutnya, kalimat efektif harus dapat dipahami

pendengar dengan cara yanng mudah dan menarik. Selain itu, kalimat efektif

harus mematuhi kaidah struktur bahasa dan mencerminkan cara berpikir yang

masuk akal (logis).

Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi dalam kalimat tersebut

dapat diterima oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi

maknanya, bukan strukturnya. Kelogisan kalimat tampak pada gagasan dan

pendukungnya yang dipaparkan dalam kalimat. Suatu kalimat dikatakan logis

apabila gagasan yang disampaikan masuk akal, hubungan antar gagasan dalam

kalimat masuk akal, dan hubungan gagasan pokok serta gagasan penjelas juga

masuk akal.

Dengan kegiatan komunikasi, kalimat tidak hanya berfungsi sebagai

penyampaian dan penerimaan informasi belaka tetepi mencakup semua aspek

ekspresi kejiwaan manusia yang sangat majemuk. Banyak sekali ragam bentuk
16

ekspresi kejiwaan manusia dan setiap ekspresi kejiwaan itu tentu disalurkan lewat

kalimat. Namun, si pembicara harus mengetahui siapa pendengarnya dan

menyesuaikan gaya kalimat dengan pendengar (Arsjad, 1988: 21)

Klasifikasi pengukuran keterampilan berbicara seseorang dalam bermain

peran dapat dibedakan atas: (a) dapat memahami masalah tanpa kesulitan, (b)

dapat memahami kecakapan, kecepatan yang normal dan dapat bereaksi, (d) sulit

mengikuti percakapan orang lain, dan (e) dapat dikatakan tidak mampu

memahami maksud percakapaan.


17

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan

Kabupaten Bengkulu Selatan. Waktu penelitian selama 1 bulan yaitu bulan

Januari s.d Februari 2015.

3.2 Metode Penelitiaan

Metode adalah suatu cara yang dapat digunakan oleh seorang untuk

mencapai tujuan tertentu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut

Sukardi (2003: 157) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian

yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa

adanya.

Penggunaan metode ini berkaitan dengan tujuan mendeskrifsikan fakta dan

data dengan proses bermain peran. Tujuan penelitian menurut Sukardi (2003:

157) untuk menggambarkan secara sestematis fakta dan karakteristik objek atau

subjek yang di teliti secara tepat. Dalam penelitian ini dideskripsikan kemampuan

keterampilan berbicara oleh siswa kelas VIII SMPN 11 Bengkulu Selatan secara

objektif. Hal ini dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh

siswa dalam berbicara, khususnya bermain peran.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Bengkulu

Selatan, dengan jumlah siswa 120 orang. Pemilihan subjek dilaksanakan pada

16
17
18

tujuan penelitian, dengan harapan dapat dimemperoleh informasi secara

lengkap dan rinci, dengan demikian peneliti mengobservasi terlebih dahulu

situasi lokasi penelitian. Adapun yang dilakukan adalah membuat 4

kelompok belajar dengan anggota 6 orang dari dari seluruh siswa kelas VIII

SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Observasi

Observasi dilakukan oleh pengamat untuk mengetahui aktivitas guru

dan siswa selama penelitian dengan menggunakan lembar pengamatan

terhadap aktivitas guru dan siswa. Lembar pengamatan digunakan untuk mencatat

semua aktivitas yang dilakukan guru atau siswa selama penelitian berlangsung,

dan hasilnya adalah berupa data keterlaksanaan aspek pembelajaran metode

bermain peran dan data ketercapaian pelaksanaan aspek-aspek aktivitas guru

dan siswa selama proses pembelajaran menggunakan metode bermain peran.

Tabel. 1

Data observasi siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan

Aspek Penilaian
N
NO Nama Siswa 1 2 3 4 R K
t
1 …….

2 …….

3 …….

4 ……
19

KETERANAGAN:

1 Ketepatan Ucapam
2 Penempatan Tekanan
3 Pilihan Kata
4 Ketepatan Sasaran Pembicara(pemakaian kalimat)
NRt = Nilai rata-rata/nilai akhir
K = Keteranagan
(Arsjad, 1988 :17)

3.3.2 Rekaman

Alat rekam (hp) digunakan untuk merekam suara siswa pada saat

pembelajaran bermain peran. Pengertian umum tentang perekaman adalah

suatu proses menyalin ulang suatu objek, apakah objek berupa gambar suara

atau apa saja, dengan menggunakan media atau alat perekeman tertentu

yang hasilnya dapat dismpan di suatu media penyimpanan atau tidak.

Konsep perekaman manusia secara garis besar dapat kita gambarkan bahwa

proses perekaman suara berarti memasukkan suara melalui suatu media

inputan dan menyimpannya dalam suatu media penyimpana.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

deskriptif kualitatif. Teknik tersebut mencakup kegiatan berupa lembar observasi

aktivitas guru dan siswa dan dokumen yang berupa rekaman dalam proses

pembelajaran yang terjadi di dalam kelas selama penelitian berlangsung.

Data yang di peroleh dan dikumpulkan semua, maka data tersebut di analisis

melalui tahap-tahap berikut:

a. Merekapitulasi data yang telah diperoleh.


20

Data yang diperoleh melalui observasi, rekaman dan ditranskipkan

dalam bentuk mengidentifikasi.

b. Mengklasifikasikan Data

Data diklasifikasikan berdasarkan jenis permasalahan yang dihadapi

oleh siswa dalam keterampilan berbicara berdasarkan aspek yang

diamati.

c. Menganalisis dan menginterpretasi, dengan rumus:

∑x
X==
𝑁

(Arikunto, 2010:314)

Keterangan:

X = nilai rata-rata yang dicarai

∑x = jumlah seluruh skor

N = jumlah subjek penelitian

d. Menganalisis hasil bermain peran siswa.

Untuk menentukan taraf kemampuan siswa secara keseluruhan, dengan

menentukan kualifikasi tingkat kemampuan berbicara siswa dengan menggunakan

interval tingkat penguasaan sebagai berikut:


21

Table 2. Skala Frekuensi

Interval frekuensi Keteranagan

85% - 100% Sangat baik

75% - 84% Baik

60% - 74% Cukup

40%-59% Kurang

0%-39% Gagal

(Nurgiantoro, 2001:399)

3.5 Instrumen

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pengamatan

terhadap siswa dan merekam untuk menguji kemampuan berbicara siswa dalam

bermain peran. Disisni peneliti menggunakan alat-alat, seperti:

1. Lembar tugas yang diberikan kepada sampel untuk diperankan

2. Lembar pengamatan yang digunakan untuk mengamati kemampuan

berbicara sampel dalam bermain peran.

3. Perekaman untuk membahas hasil penelitian dan melengkapi data.

Menurut Arsjad (1988 :89) cara penilaian, yaitu:

1. Pengisian kolom-kolom pada table penilaian.


2. Dalam penilaian ini perlu diingat, mulailah dengan factor yang lebih

mudah.
22

3. Mengingat latihan berbicara ini bersifat individual dan jumlah siswa

dalam satu kelas cukup besar, maka waktu seorang atau sekelompok

berbicara yang lain diberi tugas mengamati.

4. Setelah siswa selesai berbicara siswa di beri tugas mengemukakan

pendapatnya terhadap cara berbicara temannya

Tabel. 3

Data instrumen siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan

No Aspek Rentang Krete Deskriptor sko


Nilai ria r

Ketepatan ucapan 85-100 Baik  Pengucapan bunyi 100


Sekali bahasa tepat dan
1 dapat
mengalihkan
perhatian
pendengar serta
tidak bosan,
menyenangkan,
menarik.
75-84 Baik  Pengucapan bunyi 80
bahasa tepat dan
dapat
mengalihkan
perhatian
pendengar
60-74 Cukup  Pengucapan 60
bunyi-bunyi
bahasa tidak
bosan,
menyenangkan,
menarik, namun
tidak
dapatmengalihkan
perhatian
pendengar.
40-59 Kuran  Pengucapan bunyi 40
g kurang tepat dan
membosankan
0-39 gagal  Pengucapan bunyi 20
23

bahasa tidak tepat,


tidak dapat
mengalihkan
perhatian
pendengar serta
membosankan dan
tidak
menyenangkan
Penempatan tekanan 85-100 Baik  Adanya 100
Sekali kesesuaian
2 tekanan, nada,
sendi, dan durasi
masalah yang
dibicarakn
menarik,
keefektifan
komunikasi tidak
terganggu
75-84 Baik  Adanya 80
kesesuaian
tekanan, durasi,
masalah yang
dibicarakan,
60-70 Cukup  Penyampaian 60
datar dan tidak
ada kesesuaian
tekanan
40-59 Kuran  Keefektifan 40
g komunikasi tidak
tergangu, akan
tetapi tidak ada
kesesuaian
tekanan
0-39 Gagal  Penyampaian 20
datar, tidak ada
kesesuaian
tekanan, tidak
menarik
Pilihan kata (Diksi) 85-100 Baik  Pilihan kata yang 100
Sekali digunakan tepat,
3 mudah dipahami
tidak
membingungkan
dan tidak
berlebihan
75-84 Baik  Pilihan kata yang 80
digunakan tepat,
mudah dipahami
tidak
membingungkan
24

60-70 Cukup  Pilihan kata 60


melebi-lebihkan,
tapi mudah
dipahami, tidak
membingungkan 40

40-59 Kuran  Mudah dipahami


g tapi pilihan kata
kurang tepat, dan
berlebihan
0-39 gagal  Pilihan kata tidak 20
tepat, susah
dipahami,
membingungkan
Ketepatan sasaran 85-100 Baik  Pemakaian 100
pembicaraan Sekali kalimat yang
4 (pemakaian kalimat) tepat, tidak ada
pemborosan kata-
kata, dan
kaliamatnya
berpola
75-8 Baik  Pemakaian 80
kaliamat sudah
tepat
60-70 Cukup  Sering terjadi 60
pemborosan kata-
kata, tetapi
maksud dan
tujuan kalimat
tepat.
40-59 Kuran  Pemakaian 40
g kalimat kurang
tepat
 Pemakaian 20
0-39 Gagal kalimat tidak
tepat,
JUMLAH
25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. Deskripsi Wilayah Penelitian

1.1 Sejarah SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan

SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan adalah sekolah yang berdiri pada

tahun 1988 diatas lahan 2 hektar yang beralamat di Simpang Pino,

Kecamatan Ulu Manna dan kepala sekolah yang pertama adalah bapak

Agusman, S.Pd sekarang yang menjabat kepala sekolah adalah bapak

Bahirman, S.Pd.

Tenaga pendidikan di SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan berjumlah

26 orang yang terdiri dari 21 PNS, 2 Guru Bantu, dan 3 Honorer.

1.2 Kadaan guru SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan

Table 4. Daftar Guru SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan

No Nama Guru Pendidikan


1 Bahirman, S.Pd S1
2 Taharman A.Md. Pd D3
3 Surahman D3
4 Dra.Siswantini, S.Pd S2
5 Hendriyanto D1
6 Darmawan syah, S.Pd S1
7 Lin midiarsa S1
8 Drs. Gusman Buhardin S1
9 Herni, S.Pd S1
10 Yen Haini, S.Pd S1
11 Elva Suranti S1
12 Amrusdian, S.Pd S1
13 Mevia Dartura Santi S1
14 Ending Titi Sayeti D3
15 Yupian Daudi, S.Pd S1
16 Sahrul, S.Pd S1
17 Hodayati, S.Pd S1
26

18 Ratian, S.Pd S1
19 Sisran, S.Pd S1
20 Ending Tri Astaty, S.Pd S1
21 Daliman S1
22 Weta Sutisna SMA
23 Wili Hermawati SMA
24 Vero Tomala, S.Pd S1
25 Pitoyo, S.Pd S1
26 Novi, S.Pd S1

Sumber : Staf T.U SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan

Berdasarkan tabel diatas jumalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia

terdiri dari 3 orang yaitu Ibu Yen Haini, S.Pd, Ending Titi Sayeti dan Ibu

Hodayati, S.Pd.

1.3 Keadaan siswa SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan

Keadaan siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan pada

tahun ajaran 2014/2015 adalah 120 orang dengan rincian laki-laki 47 dan

73 perempuan untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5. Keadaan siswa SMPN 11 Bengkulu Selatan

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah


1 VIII A 13 16 29
2 VIII B 12 19 31
3 VIII C 10 18 28
4 VIII D 12 20 32
Jumlah 47 73 120

Sumber : SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan

1.4 Sarana dan prasarana

Untuk menukung kelancaran proses belajar mengajar, SMP Negeri

11 Bengkulu Selatan memiliki sarana dan prasarana sebagaimana yang

tercantum dalam tabel berikut ini :


27

Tabel 6. Daftar sarana daan parasarana

No Jenis Sarana prasarana Jumlah Keterangan


1 RUANGAN
A. Ruangan kelas 18 Digunakan
B. ruangan guru 1 Digunakan
C. Ruang kepala Sekolah 1 Digunakan
D. Ruang Tu 1 Digunakan
E. Ruang Bp 1 Digunakan
F. Ruang perpustakaan 1 Digunakan
G. Ruang Keterampilan 1 Digunakan
H. Wc/Kamar mandi 6 Digunakan
I. Ruang Jaga 1 Digunakan
J. Ruang UKS 1 Digunakan
K. Ruang serbaguna 1 Digunakan
2 RUANG
LABORATARIUM
A. Labor IPA 2 Digunakan
B. Labor Bahasa 1 Digunakan
3 ALAT KANTOR
A. Komputer 6 Digunakan
B. Mesin TIK 1 Digunakan
C. Mesin stensil 1 Digunakan
D. Brangkas 1 Digunakan
E.Telpon 1 Digunakan
F. Telivise 2 Digunakan
G.Tape recorder 1 Digunakan
H.Alat Kesenian 12 Digunakan
I.Alat Olahraga 20 Digunakan
J.Alat praga IPS 16 Digunakan
K.Alat praga Matematika 12 Digunakan

Sumber : SMP Negeri 20 Kota Bengkulu, 2014

Selain dari sarana prasarana diatas, SMP Negeri 11 Bengkulu

Selatan juga memiliki fasilitas olahraga yang digunakan oleh siswa

untuk menyalurkan bakatnya dibidang olahraga. Fasalitas tersebut

sebagai berikut :
28

Tabel 7. Lapangan olahraga di SMP Negeri 11 Bengkulu

Selatan

No Jenis Jumlah Keterangan


1 bola volley 1 buah Digunakan
2 lompat jauh 2 buah Digunakan
3 Bola futsal 6 buah Digunakan
4 Bola volley 6 buah Digunakan
5 Net Bola volley 3 buah Digunakan

Sumber: SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan

1.5 Organisasi SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan


Setiap sekolah memiliki organisasi yang tersruktur dalam kegiatan

pemelajaran. SMPN 11 Bengkulu Selatan juga memiliki organisasi

sekolah yang saat ini dikepalai oleh bapak Bahirman, S.Pd yang

menangguhi dan bertanggung jawab atas bawahanya. Yang terdiri dari

wakil kepala sekolah, staf tata usaha, siswa/siswi serta semua unsur yang

ada disekolah tersebut. Setiap komponen yang ada mempunyai tugas dan

tanggung jawab yang berbeda-beda sesuai dengan jabatanya seperti yang

telah tercantum dalam struktur organisasi sekolah.

1.6 Tata Tertib Sekolah


1. Tata tertib guru:
a. Guru wajib membuat dan melaksanakan program tahunan, satuan
pelajaran administrasi lainnya sebagaimana mestinya.
b. Guru wajib memenuhi jadwal pelajaran yang telah ditetapkan dan
datang ke sekolah selambat-lambatnya pada waktu jam pelajaran
di mulai.
c. Dalam menunaikan tugas sebagai guru harus bersikap dan
berbuat sesuai dengan kode etik dan jabatan guru.
29

d. Guru yang mengajar jam pertama dan jam terakhir, supaya


mengawasi dan membimbing siswa-siswi untuk berdoa.
e. Guru harus berpakaian rapi, bersih, berpenampilan, berwibawa,
rambut tidak gondrong, sesuai dengan kode etik guru.
f. Guru dilarang mempulangkan murid tanpa ada izin dari kepala
sekolah.
g. Guru wajib mengisi absen setiap hari mengajar atau bertugas.
h. Guru tidak hadir harus ada izin dari kepala sekolah.
i. Guru yang bertugas sebagai wali kelas, berfungsi sebagai wakil
dari kepala sekolah kepada kelas yang bersangkutan dan
bertanggung jawab untuk:
1) Ketertiban kelas
2) Kemajuan kelas
3) Kedisplinan kelas
4) Kebersihan kelas
5) Pelaksanaan tata tertib pelajaran dan mengisi buku report
juga sebagai staf pembantu BP.
j. Tata tertib lainnya yang belum tercantum akan dituturkan
kemudian hari atau diatur dalam ketentuan sendiri.

2. Tata Tertib Siswa

A. Datang dan meninggalkan sekolah.

1) Siswa-siswi diwajibkan datang ke sekolah paling lambat 10


menit sebelum pelajaran dimulai. Siswa-siswi yang datang
terlambat harus menghadap atau melapor pada guru atau petugas
piket untuk mendapatkan izin masuk mengikuti pelajaran.
2) Setiap siswa-siswi yang bermaksud meninggalkan sekolah
sebelum pelajaran usai karena sesuatu hal harus menghadap atau
melapor kepada guru atau petugas untuk mendapat izin
meninggalkan sekolah.
30

3) Setiap siswa-siswi yang tidak masuk sekolah harus mengirimkan


berita tertulis dan di tanda tangani oleh orang tua atau wali.
4) Setiap tamu yang hendak bertemu dengan siswa-siswi terlebih
dahulu menemani guru atau petugas piket untuk mendapatkan
izin tertentu,
B. Proses Belajar
1) Setelah bel tanda masuk dibunyikan, setiap siswa harus segera
memasuki ruang kelas dengan tertib.
2) Untuk mempersiapkan proses belajar mengajar, hanya diizinkan
dua orang siswa yang di utus dari regu kerja meninggalkan
kelasnya untuk menemui guru pengajar atau petugas piket.
3) Setiap siswa harus menempati tempat duduk yang sesuai dengan
denah siswa yang ditentukan jika akan berpindah tempat duduk
harus izin guru yang bersangkutan.
4) Kelas adalah tempat belajar karena itu setiap siswa yang berada
dalam kelas harus melaksanakan tata tertib, tenang dan siap
mengikuti pelajaran.
5) Dilarang membawa atau menggunakan benda apapun yang tidak
ada hubungannya dengan proses pembelajaran kedalam ruang
tanpa izin guru bersangkutan atau guru piket.
C. Ketertiban dan kebersihan
1) Setiap siswa harus menjaga nama baik, kehormatan sekolah
dengan selalu berbuat baik dan terpuji
2) Hindarkan tingkah laku, perbuatan yang menyebarkan keributan
dan ketidak tertiban.
3) Setiap siswa harus memelihara kebersihan atau keindahan
kelas, halaman, gedung, dan perlengkapan sekolah.
4) Setiap siswa harus bersifat sopan santun terhadap guru,
karyawan sekolah dan saling menghargahi sesama.
5) Setiap siswa di larang membawa, menyimpan, atau membaca
buku-buku porno eksentrik dan sadisme.
31

6) Setiap siswa dilarang merokok, minum-minuman keras dan


menyelenggarakan obat-obat terlarang
7) Di larang membuat tulisan-tulisan atau gambar atau mencoret-
coret pada fasilitas di lingkungan sekolah.
8) Di larang membawa atau mengaktifkan panggilan eliktronik
(HP) pada saat jam pelajaran berlangsung.
D. Kerapian berpakaian dan berdandan
1) Seragam upacara
Celana atau rok panjang putih, baju putih yang di lengkapi
dengan Badge, dasi, ikat pinggang hitam, di pakai setiap hari
senin (sepatu hitam, kaos kaki putih di pakai setiap hari).
2) Seragam harian
Celana atau rok panjang biru, baju putih yang di lengkapi
dengan Badge, dasi, ikat pingang hitam, kaos kaki putih, dan
sepatu hitam di pakai setiap hari.
3) Seragam batik
Celana atau rok panjang biru, baju batik di pakai setiap hari
rabu dan kamis.
4) Seragam muslim
Celana atau rok panjang, baju biru tanggan panjang, baju
koko (khusus pria) di pakai setiap hari jumat khusus muslim.
5) Seragam olahraga
Dipakai setiap hari sabtu.
E. Ketentuan jam belajar sekolah
Senin : 07.30-11.45 WIB
Selasa : 07.30-11.45 WIB
Rabu : 07.30-11.45 WIB
Kamis : 07.30-11.45 WIB
Jum`at : 07.30-11.45 WIB
Sabtu : 07.30-11.45 WIB
F. Ketentuan model pakaian
32

Setiap kegiatan proses pemelajaran yang diselenggarakan pada


jam belajar di sekolah mengenakan seragam sekolah yang telah
ditentukan dan sesuai ketentuan telah di sepakati. Diantaranya
adalah:
1. Baju/ham/ukuran standar normal (tidak ketat, jankis, dan
kebebasan) sesuai dengan badan siswa yang bersanggkutan dan
di pakai rapi, sopan, posisi bagian bawah tetap celana atau rok.
2. Celana atau rok ukuran standar normal dan panjang,
mengenakan ikat pinggang sesuai model warna yang telah
ditentukan.
G. Berdandan dan berias diri
1. Bagi siswa putra
Rambut pendek, rapi dan tanpa pewarna serta tidak
berlebihan.
2. Bagi siswa putri
a. Di larang ber make-up berlebihan dan mengecat rambut
b. Harus berpakaian olahraga pada saat olahraga

2. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian terhadap subjek penelitian yaitu 24 siswa

kelas VIII SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan tahun ajaran 2014/2015, yang

diperoleh data melalui metode bermain peran sebagai berikut:

1. Deskripsi Kemampuan Ketepatan Ucapan

Kemampuan berbicara pada aspek ketepatan ucapan dari 24 siswa

kelas VIII SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan diperoleh nilai tertinggi 95

dan nilai terendah 45 sedangkan rata-rata secara umum diperoleh 70,4

untuk frekuensi dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 8. Frekuensi Kemampuan Ketepatan Ucapan


33

No Interval Frekuensi Jumlah Katagori


1 85% - 100% 4 Sangat baik
2 75% - 84% 5 Baik
3 60% - 74% 11 Cukup
4 40%-59% 4 Kurang
5 0%-39% - Gagal

Berdasarkan data pada table diatas menunjukan bahwa yang mampu

mencapai nilai dengan katagori baik sekali berjumlah 4 orang siswa,

katagori baik berjumlah 5 orang siswa, katagori cukup berjumlah 11 orang

siswa sedangkan katagori kurang berjumlah 4 orang siswa. Jadi hasil

presentase kemampuan pada aspek ketepatan ucapan secara menyeluruh

diperoleh skor 1730 sehingga diperoleh hasil 72,08 % dapat dilihat pada

lampiran tabel 16.

Kemampuan berbicara siswa pada aspek ketepatan ucapan berada

pada rentan 60% - 74% dikatagorikan cukup. Rendahnya kemampuan

siswa pada aspek ketepatan ucapan dalam berbicara disebabkan siswa

terpengaruh pada bahasa sehari-hari yang mereka gunakan dalam

berkomunikasi.

2. Deskripsi Kemampuan Penempatan Tekanan

Kemampuan berbicara pada aspek penempatan tekanan dari 24 siswa

kelas VIII SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan diperoleh nilai tertinggi 100

dan nilai terendah 50 sedangkan rata-rata secara umum diperoleh 72,91

untuk frekuensi dapat dilihat pada table dibawah ini:


34

Tabel 9. Frekuensi Kemampuan Penempatan Tekanan

No Interval Frekuensi Jumlah Katagori


1 85% - 100% 4 Sangat baik
2 75% - 84% 6 Baik
3 60% - 74% 12 Cukup
4 40%-59% 2 Kurang
5 0%-39% - Gagal

Berdasarkan data pada table diatas menunjukan bahwa yang mampu

mencapai nilai dengan katagori baik sekali berjumlah 4 orang siswa,

katagori baik berjumlah 6 orang siswa, katagori cukup berjumlah 12 orang

siswa sedangkan katagori kurang berjumlah 2 orang siswa. Jadi hasil

presentase kemampuan pada aspek ketepatan ucapan secara menyeluruh

diperoleh skor 1737,5 sehingga diperoleh hasil 72,39 % dapat dilihat pada

lampiran tabel 17.

Kemampuan berbicara siswa pada aspek penepatan tekanan berada

pada rentang 60% - 74% yang dikatagorikan cukup. hal ini disebabkan

siswa jarang menerapkan metode bermain peran dalam proses

pembelajaran di dalam kelas sehingga keterampilan berbicara pada aspek

penempatan tekanan belum maksimal.

3. Deskripsi Kemampuan Diksi atau Pilihan Kata

Kemampuan berbicara pada aspek diksi atau pilihan kata dari 24 siswa

kelas VIII SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan diperoleh nilai tertinggi 95

dan nilai terendah 55 sedangkan rata-rata secara umum diperoleh 73,12

untuk frekuensi dapat dilihat pada table dibawah ini:


35

Tabel 10. Frekuensi Kemampuan Diksi atau Pilihan Kata

No Interval Frekuensi Jumlah Katagori


1 85% - 100% 5 Sangat baik
2 75% - 84% 6 Baik
3 60% - 74% 10 Cukup
4 40%-59% 3 Kurang
5 0%-39% - Gagal

Berdasarkan data pada table diatas menunjukan bahwa yang mampu


mencapai nilai dengan katagori baik sekali berjumlah 5 orang siswa,
katagori baik berjumlah 6 orang siswa, katagori cukup berjumlah 10 orang
siswa sedangkan katagori kurang berjumlah 3 orang siswa. Jadi hasil
presentase kemampuan pada aspek ketepatan ucapan secara menyeluruh
diperoleh skor 1762,2 sehingga diperoleh hasil 73,42 % dapat dilihat pada
lampiran tabel 18
Kemampuan berbicara siswa pada aspek diksi atau pilihan kata berada

pada rentang 60% - 74% yang dikatagorikan cukup. hal ini disebabkan

siswa yang tidak tepat memilih kata-kata yang digunakan akhirnya

menimbulkan kejanggalan bagi pendengar.

4. Deskripsi Kemampuan Ketepatan Sasaran Pembicara/Pemakaian Kalimat

Kemampuan berbicara pada aspek ketepatan sasaran pembicara atau

pemakaian kalimat dari 24 siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Bengkulu

Selatan diperoleh nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 50 sedangkan

rata-rata secara umum diperoleh 72,91 untuk frekuensi dapat dilihat pada

table dibawah ini:


36

Tabel 11. Frekuensi Kemampuan Pemakaian Kalimat

No Interval Frekuensi Jumlah Katagori


1 85% - 100% 4 Sangat baik
2 75% - 84% 7 Baik
3 60% - 74% 10 Cukup
4 40%-59% 3 Kurang
5 0%-39% - Gagal

Berdasarkan data pada table diatas menunjukan bahwa yang mampu

mencapai nilai dengan katagori baik sekali berjumlah 4 orang siswa,

katagori baik berjumlah 7 orang siswa, katagori cukup berjumlah 10 orang

siswa sedangkan katagori kurang berjumlah 3 orang siswa. Jadi hasil

presentase kemampuan pada aspek ketepatan ucapan secara menyeluruh

diperoleh skor 1755 sehingga diperoleh hasil 73,12 % dapat dilihat pada

lampiran tabel 19.

Kemampuan berbicara siswa pada aspek pemakaian kalimat berada

pada rentan 60% - 74% dikatagorikan cukup. Rendahnya kemampuan

siswa pada aspek pemakaian kalimat dalam berbicara disebabkan siswa

tidak mengunakan kalimat efektif, sehingga kalimatnya menjadi rancuh

dan tidak tersetrukrur.

Sedangkan hasil olah data berdasarkan penelitian 1 dan 2 untuk semua

aspek dapat dilihat pada lampiran. Data yang terkumpul dipaparkan dalam

bentuk table sebagai berikut:


37

1. Hasil analisis data penelitian 1 (P1)

Kemampuan berbicara melalui metode bermain peran di kelas VIII

SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan tahun ajaran 20014/2015 dari analisis

peneliti 1, pada 24 siswa kelas VIII di peroleh nilai tertinggi 93,75

dengan nilai terendah 52,5 sedangkan rata-rata secara umum di peroleh

72,39 % dapat dilihat pada lampiran (table 14) untuk frekuensi dapat

dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 12. Hasil Analisis Frekuensi Kemampuan Berbicara


Berdasarkan Penelitian 1
No Interval Frekuensi Jumlah Katagori
1 85% - 100% 4 Sangat baik
2 75% - 84% 6 Baik
3 60% - 74% 10 Cukup
4 40%-59% 4 Kurang
5 0%-39% - Gagal

Data diatas menunjukan bahwa yang mampu mencapai nilai

dengan katagori baik sekali berjumlah 4 orang siswa. Katagori baik

berjulah 6 orang siswa, katagori cukup berjumlah 10 orang siswa,

katagori kurang baik berjumlah 4 orang siswa. Kemampuan berbicara

siswa dengan metode bermain peran menurut P1 dikatagorikan cukup

baik. Permasalahan siswa yang sering timbul adalah pada aspek

penempatan tekanan.

2. Hasil analisis data penelitian 2 (P2)

Kemampuan berbicara melalui metode bermain peran di kelas VIII

SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan tahun ajaran 20014/2015 dari analisis


38

peneliti 1, pada 24 siswa kelas VIII di peroleh nilai tertinggi 93,75

dengan nilai terendah 58,75 sedangkan rata-rata secara umum di

peroleh 73,17 % dapat dilihat pada lampiran (table 15) untuk frekuensi

dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 13. Hasil Analisis Frekuensi Kemampuan Berbicara


Berdasarkan Penelitian 2
No Interval Frekuensi Jumlah Katagori
1 85% - 100% 5 Sangat baik
2 75% - 84% 6 Baik
3 60% - 74% 12 Cukup
4 40%-59% 1 Kurang
5 0%-39% - Gagal

Data diatas menunjukan bahwa yang mampu mencapai nilai

dengan katagori baik sekali berjumlah 5 orang siswa. Katagori baik

berjulah 6 orang siswa, katagori cukup berjumlah 12 orang siswa,

katagori kurang baik berjumlah 1 orang siswa. Kemampuan berbicara

siswa dengan metode bermain peran menurut P2 dikatagorikan cukup

baik. Permasalahan siswa yang sering timbul adalah pada aspek

penempatan tekanan.

3. Hasil rata-rata kemampuan berbicara siswa melalui bermain peran di

kelas VIII SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan

Kemampuan berbicara siswa melalui metode bermain peran secara

keseluruhan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

∑x
X= = 𝑁
39

Diketahui :

X = 1746,22

N = 24

Jawab:

1746,22
∑x = =
24

X = 72,75

Berdasarkan hasil analisis diketahui nilai rata-rata kemampuan

berbicara siswa melalui metode bermain peran yaitu 72,75 dengan

presentase 72 % Dan berada pada rentan 60% - 74% dikatagorikan

cukup. hal ini menunjukan bahwa kemampuan berbicara siswa kelas

VIII SMP Negeri 11 Bengkulu Selatan yang sebelumya tidak

memenuhi standar KKM dengan menggunakan metode bermain peran

siswa bisa mengalami kemajuan.

3. Pembahasan

Berdasarkan hasil dari data penelitian menunjukan bahwa rata-rata hasil

persentase berada pada rentang 60% - 74%. Hasil ini untuk katagori semua

aspek yang diteliti.

Hasil analisis di atas maka diperoleh skor rata-rata kemampuan

berbicara siswa melalui metode bermain peran yaitu 72,75. Hal ini

menunjukan bahwa kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP 11

Bengkulu Selatan yang sebelumya tidak memenuhi standar KKM

dengan menggunakan metode bermain peran siswa bisa mengalami

kemajuan. Hasil analisis berada pada katagorikan cukup. kemampuan


40

siswa cukup tersebut dapat di maklumi bahwa ada banyak faktor yang

mempengaruhinya antara lain latarbelakang pendidikan guru yang

masih mengajar tidak sesuai dengan jurusan, dan belum banyak guru

yang berpendidikan bahasa dan sastra Indonesia, proses belajar

mengajar tidak efektif karena kurang disiplin dalam proses belajar

mengajar, selain itu dari hasil survey juga disebabkan oleh faktor lain

yaitu kurangnya bahan ajar, saran dan prasarana sekolah media

pembelajaran, buku paket, dan buku penunjang belajar lainya.


41

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang peneliti lakuakan,

maka kesimpulan yang dapat diuraiakan yaitu: kemampuan berbicara siswa

melalui metode bermain peran di kelas VIII SMP Negeri 11 Bengulu Selatan

tahun ajaran 2014-2015 dengan kriteria cukup, dengan hasil rata-rata 72,75

berada pada rentang 60% - 74%.

a. persentase kemampuan pada aspek ketepatan ucapan diperoleh hasil

72,08 % berada pada rentang 60% - 74% dikategorikan cukup.

b. persentase kemampuan pada aspek penempatan tekanan di peroleh hasil

72,39 % Berada pada rentang 60% - 74% dikategorikan cukup.

c. persentase kemampuan pada aspek diksi atau pilihan kata diperoleh hasil

73,42 % Berada pada rentang 60% - 74% dikategorikan cukup.

d. persentase kemampuan pada aspek ketepatan sasaran pembicara atau

pemakaian kalimat diperoleh hasil 73,12 % Berada pada rentang 60% -

74% dikategorikan cukup.

2. Saran

Sesuai dengan kesimpulan diatas saran yang dapat penulis sampaikan:

a. Ketika berbicara dalam metode bermain peran siswa hendaknya

memperhatikan aspek berbicara.


42

b. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, hendaknya guru lebih

memberikan latihan berbicara kepada siswa.

c. Pagi peneliti lainnya dan mahasiswa yang menekuni bidang Bahasa dan

Sastra Indonesia diharapakn melakukan penelitian lanjutan dari penelitian

ini dengan teknik ataupun metode yanag lain, untuk menambah ilmu

bahasa.
43

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2009). Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta. CV. Akademika


Pressindo.

Arikonto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Arsjad, Maidar. (1988). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.


Jakarta : Erlangga.

Chaer, Abdul. (2000). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta. PT. Rineka
Cipta.

Endraswara, Suwardi. (2011). Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta :CAPS

Keraf, Gorys. (1990). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : PT. Gramedia

Semi, M. Atar. (1990). Rencana Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.


Bandung : Angkasa.

Iskandar, wasid dan dadang sunendar. (1983). Strategi Pembelajaran Bahasa.


Bandung. PT. Remaja Posdakarya.

Sunguh, As’ad. (2009). Ejaan Yang Disempurnakan. Jakarta. Bumi Aksara

Sukardi, (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara

Surjadi. (1983). Membuat Siswa Aktif Belajar. Jakarta : Binacipta.

Taringan, Hendry Guntur. (1979).Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan


Berbahasa. Bandung : Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai