Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No.

02/Tahun XX/November 2016

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA


MELALUI METODE STORY TELLING UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

Martin Nurwida
SDN Gejagan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang

Abstrak
Keterampilan berbicara adalah suatu kemampuan mengucapkan atau melafalkan
sesuatu gagasan yang ada pada diri individu yang melibatkan aspek pelafalan,
kosakata, dan struktur. Tujuan dari berbicara adalah untuk mengungkapkan sesuatu
gagasan atau perasaan yang ada pada diri individu yang didapat dari hasil menyimak
sesuatu materi atau bahan ajar. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan berbicara siswa adalah metode storytelling atau bercerita.
Bercerita merupakan kegiatan yang menyenangkan dan merangsang imajinasi siswa.
Bercerita dapat mengembangkan kemampuan berbahasa mereka dan membantu
mendalami karakteristik dalam cerita serta memperluas pemahaman mereka.

Kata kunci: keterampilan berbicara, metode story telling, sekolah dasar

Pendahuluan bahasa Indonesia yang menjadi bahasa


Peningkatan mutu pendidikan adalah pengantar dalam kehidupan sehari-hari di
kebutuhan bangsa yang ingin maju. Pen- negara Indonesia. Salah satu tujuan penga-
didikan yang bermutu dapat menunjang jaran bahasa Indonesia secara umum adalah
pembangunan di segala bidang. Oleh karena agar siswa memiliki disiplin dalam berpikir
itu, pendidikan perlu mendapat perhatian dan berbahasa. Kebiasaan seseorang ber-
yang besar agar bangsa Indonesia dapat pikir logis akan sangat membantu dalam
mengejar ketinggalan di bidang ilmu penge- pengajaran bahasa. Dalam pengajaran ba-
tahuan dan teknologi yang diperlukan untuk hasa dikenal adanya empat keterampilan
mempercepat pembangunan dewasa ini. berbahasa yang perlu dicapai siswa, yaitu
Pendidikan yang bermutu perlu mendapat keterampilan mendengarkan, keterampilan
perhatian serius dari pemerintah. berbicara, keterampilan membaca, dan
Dalam proses peningkatan mutu pen- keterampilan menulis.
didikan, guru memegang peranan penting Berbicara merupakan keterampilan ber-
secara fundamental dengan penanaman bahasa yang dibawa dari rumah. Anak sudah
nilai-nilai yang baik kepada siswa dalam se- mampu berbicara sebelum mereka mulai
tiap kegiatan belajar mengajar, karena guru belajar membaca dan menulis. Baik siswa
sebagai pendidik selain membimbing siswa maupun guru pasti lebih banyak menggu-
dalam kegiatan belajar mengajar, guru juga nakan cara komunikasi ini dibandingkan
harus dapat mentransformasikan nilai-nilai dengan menulis. Tompkins dan Hosskisson
yang dapat membentuk watak siswa serta (1995:120) mengungkapkan bahwa berbi-
kepribadian yang baik pula. acara merupakan model pengekspresian
Guru harus mampu mengaplikasikan bahasa yang paling utama.
semua kompetensinya untuk mewujudkan Dewasa ini dalam dunia pendidikan kita
pendidikan yang bermutu dalam semua terjadi kemerosotan pembelajaran bahasa
mata pelajaran termasuk mata pelajaran terutama di lingkup sekolah dasar. Dengan

1
Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 02/Tahun XX/November 2016

adanya ujian nasional yang mensyaratkan benar dapat menginspirasi suatu tindakan,
kelulusan siswa melalui ujian tertulis dan membantu mengembangkan apresiasi bu-
berupa soal pilihan ganda, mengakibatkan daya, dan memperluas pengetahuan anak.
pembelajaran bahasa terpaku pada pening- Cerita juga dapat memberikan kesenangan
katan keterampilan membaca dan menulis. ketika disampaikan dan didengarkan, mem-
Pembelajaran bahasa yang melibatkan bantu anak-anak memahami dunia mereka
kegiatan menyimak dan berbicara menjadi dan bagaimana mereka berhubungan de-
kurang diperhatikan, bahkan cenderung ngan orang lain (Pratiwi, 2010:171).
diabaikan. Padahal keterampilan berbicara Berdasarkan latar belakang, dalam tu-
sangat penting dalam kehidupan sehari- lisan ini akan dikaji dua permasalahan ter-
hari. kait hal tersebut. Pertama, masalah yang
Tompkins dan Hosskisson (1995:121) terkait dengan bagaimana meningkatkan
menyampaikan bahwa siswa menggunakan kemampuan keterampilan berbicara siswa
berbicara untuk memecahkan massalah, sekolah dasar. Kedua, permasalahan yang
menyelesaikan tujuan, atau menghasilkan menjawab apakah metode story telling di-
interpretasi maupun pengetahuan baru da- gunakan untuk meningkatkan keterampilan
lam percakapan kelompok kecil. Dengan berbicara siswa.
berbicara siswa dapat mencapai tujuan
pembelajaran untuk memperoleh penge- Keterampilan Berbicara
tahuan baru serta dapat meningkatkan ke- Berbicara merupakan salah satu dari
mampuan komunikasi mereka dengan orang empat aspek kompetensi berbahasa. Secara
lain. Strickland (2007:164) berpendapat keseluruhan keempat aspek tersebut ada-
jika tujuan sekolah adalah untuk mendidik, lah menyimak, berbicara, membaca, dan
maka sekolah harus menjadi tempat dimana menulis. Antara aspek yang satu dengan
siswa dapat berbicara untuk mengeksplor aspek yang lain terdapat saling keterkaitan.
dan belajar, bukan sekedar mereproduk- Harris berpendapat bahwa berbicara meru-
sinya. Oleh sebab itu, guru harus mampu pakan keterampilan berbahasa yang bersifat
menyediakan kesempatan bagi siswa dalam produktif yang melibatkan aspek keba-
rangka mengembangkan kemampuan bicara hasaan (pelafalan, kosa kata, dan struktur)
mereka. dan aspek nonkebahasaan (siapa lawan
Kegiatan belajar mengajar saat ini mem- bicaranya, latarnya, peristiwanya, serta tu-
butuhkan kreativitas guru dalam menggu- juannya) (Slamet, 2007:206). Oleh karena
nakan berbagai metode yang menarik dan itu, agar dapat berbicara dengan baik harus
dapat menumbuhkan peran aktif siswa. dapat menguasai aspek kebahasaan dan
Sebisa mungkin siswa diberi aktivitas yang aspek nonkebahasaan.
membuat mereka dapat mendapatkan pema- Tarigan (1993:15) menyampaikan bah-
haman yang lebih baik. Salah satu metode wa berbicara adalah kemampuan mengu-
yang dapat digunakan untuk meningkatkan capkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-
kemampuan berbicara siswa adalah metode kata untuk mengekspresikan, menyatakan
storytelling atau bercerita. serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
Cerita merupakan sarana belajar yang perasaan. Sebagai perluasan dari batasan
baik dan efisien dalam proses kegiatan ini dapat kita katakan bahwa berbicara
pembelajaran berbicara bagi anak sekolah. merupakan suatu sistem tanda-tanda yang
Cerita yang disampaikan dengan baik dan dapat didengar (audible) dan yang kelihatan

2
Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 02/Tahun XX/November 2016

(visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip
dan jaringan otot tubuh manusia demi mak- yang mendasari segala situasi pembicaraan,
sud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide- baik secara umum maupun perorangan.
ide yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, Apakah sebagai alat sosial (social tool)
berbicara merupakan suatu bentuk perilaku ataupun sebagai alat perusahaan maupun
manusia yang memanfaatkan faktor-faktor profesional (business or profesional tool),
fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan maka pada dasarnya berbicara mempunyai
linguistik sedemikian ekstensif, secara luas tiga maksud umum, yaitu: 1) memberitahu-
sehingga dapat dianggap sebagai alat manu- kan, melaporkan (to inform), 2) menjamu,
sia yang paling penting bagi kontrol sosial. menghibur (to entertain), dan 3) membujuk,
Santoso (2009:37) mengatakan bahwa mengajak, mendesak, meyakinkan (to per-
berbicara adalah mengungkapkan gagasan suade). Puji Santosa (2009: 5.20) berpenda-
dan perasaan, menyampaikan sambutan, pat bahwa “siswa berbicara secara efektif
berdialog, menyampaikan pesan, bertukar untuk mengungkapkan gagasan, pendapat
pengalaman, menjelaskan, mendeskripsikan dan perasaan, dalam berbagai bentuk dan
dan bermain peran. cara kepada berbagai sasaran sesuai dengan
Mulgrave (Tarigan, 1993:3) berpenda- tujuan dan konteks pembicaraan”. Pembe-
pat bahwa berbicara adalah suatu alat untuk lajaran berbicara pada tahap awal sekolah
mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang dasar ini tentulah masih sangat bersahaja,
disusun serta dikembangkan sesuai dengan tidak seperti mereka yang telah menduduki
kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau kelas yang lebih tinggi.
penyimak. Berbicara merupakan instrumen Slamet (2007:29) mengemukakan tu-
yang mengungkapkan kepada penyimak juan pembelajaran berbicara di kelas-kelas
hampir-hampir secara langsung apakah awal ini dapat dirumuskan sebagai berikut
sang pembicara memahami atau tidak baik ini.
bahan pembicaraannya maupun para pe- 1. Belajar menghasilkan buah pikiran dan
nyimaknya; apakah dia bersikap tenang perasaan sendiri dengan bahasa yang
serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, sebenarnya, sopan dan jelas.
pada saat dia mengkomunikasikan gagasan- 2. Melatih anak menghasilkan pikiran,
gagasannya; dan apakah dia waspada serta perasaan, dan kemauannya dengan ba-
antusias atau tidak. Berdasarkan definisi- hasa sederhana yang baik dan benar.
definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan 3. Siswa mampu mengungkapkan kata
bahwa yang dimaksud dengan berbicara dengan lafal yang benar.
adalah suatu kemampuan mengucapkan 4. Siswa mampu mengucapkan atau me-
atau melafalkan sesuatu gagasan yang ada ngatakan kalimat dengan intonasi yang
pada diri individu yang melibatkan aspek wajar dan sesuai dengan konteksnya.
pelafalan, kosakata, dan struktur. 5. Siswa mampu berinteraksi dan menja-
Tujuan utama dari berbicara adalah un- lin hubungan dengan orang lain secara
tuk berkomunikasi. Agar dapat menyampai- lisan.
kan pikiran secara efektif, seyogyanyalah 6. Siswa memiliki kepuasan dan kesenan-
sang pembicara memahami makna segala gan berbicara.
sesuatu yang ingin dikomunikasikan; dia Dari uraian-uraian di atas dapat diambil
harus mampu mengevaluasi efek komu- kesimpulan bahwa tujuan dari berbicara
nikasinya terhadap (para) pendengarnya; adalah untuk mengungkapkan sesuatu

3
Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 02/Tahun XX/November 2016

gagasan atau perasaan yang ada pada diri melaporkan, (15) metode wawancara, (16)
individu yang didapat dari hasil menyimak metode bermain peran, (17) metode diskusi,
sesuatu materi atau bahan ajar.Untuk men- (18) metode bertelepon, dan (19) metode
capai tujuan pembelajaran yang baik maka dramatisasi.
perlu adanya pemilihan metode yang tepat
atatu sesuai dengan materi yang akan disam- Metode Story Telling
paikan, sehingga bahan ajar tersebut mudah Story telling atau bercerita merupakan
diserap dan dikuasai siswa. Djago Tarigan cara pembelajaran yang sudah digunakan
berpendapat bahwa metode pembelajaran sejak zaman dulu dan menjadi alat belajar
berbicara yang baik selalu memenuhi ber- yang sangat penting. Guru menyampaikan
bagai kriteria (Slamet, 2007:32). Berbagai suatu kisah ataupun karya sastra melalui
kriteria yang harus dipenuhi oleh metode bercerita, dan siswa juga demikian. Mor-
pembelajaran berbicara antara lain sebagai row menjelaskan bahwa bercerita meru-
berikut ini. pakan kegiatan yang menyenangkan dan
1. Relevan dengan tujuan pembelajaran. merangsang imajinasi siswa. Bercerita
2. Memudahkan siswa untuk memahami dapat mengembangkan kemampuan ber-
materi pembelajaran. bahasa mereka dan membantu mendalami
3. Mengembangkan butir-butir keteram- karakteristik dalam cerita serta memper-
pilan proses. luas pemahaman mereka (Tompkins dan
4. Dapat mewujudkan pengalaman belajar Hosskisson, 1995:129).
yang telah dirancang. Cerita pada dasarnya memiliki struktur
5. Merancang siswa untuk dapat belajar. kata dan bahasa yang lengkap serta menye-
6. Mengembangkan penampilan siswa. luruh yang mana di dalamnya sudah terda-
7. Tidak menuntut peralatan yang rumit. pat sistem aturan bahasa yang mencakup
8. Mengembangkan kreativitas siswa. fonologi (sistem suara), morfologi (aturan
9. Mudah melaksanakan. untuk mengkombinasikan unit makna mini-
10. Menciptakan suasana belajar mengajar mal), sintaksis (aturan membuat kalimat),
yang menyenangkan. semantik (sistem makna), dan pragmatis
Banyak sekali metode pembelajaran (aturan penggunaan dalam setting sosial)
yang dapat digunakan dalam pembelajaran (Santrock, 2007).
berbicara dan perlu pemilihan yang tepat Paley dkk. menyampaikan keuntungan
agar dapat mencapai tujuan pembelajaran dari story telling antara lain (1) membantu
yang akan dicapai. Slamet (2007: 32) ber- siswa mengenalkan pada proses dan tujuan
pendapat bahwa metode pembelajaran dari menulis, (2) mempertimbangkan ek-
berbicara dapat diikuti pada penjelasan spresi kreatif dari ide-ide dan perasaan, (3)
berikut : (1) metode ulang-ucap, (2) me- meningkatkan kesempatan untuk memba-
tode lihat-ucap, (3) metode memerikan, (4) ngun kemampuan sosial, dan (4) memper-
metode menjawab pertanyaan, (5) metode timbangkan siswa untuk bekerja dengan
bertanya, (6) metode pertanyaan menggali, ide-ide dan berbagai pengalaman (Wright
(7) metode melanjutkan, (8) metode men- dkk., 2008:170). Manfaat lain dari story
ceritakan kembali, (9) metode percakapan, telling menurut Vivian Paley’s (Wrightdkk.,
(10) metode parafrase (11) metode reka 2008:170) adalah bercerita dapat menolong
cerita gambar (12) metode bercerita, (13) guru untuk lebih memahami siswa yang
metode memberi petunjuk, (14) metode dia ajar, lebih efektif pada sosial anak dan

4
Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 02/Tahun XX/November 2016

kebutuhan emosionalnya, serta menciptakan dapat dipahami oleh komunikan sehingga


kurikulum yang lebih responsif terhadap ke- akan terjadi imbal wicara ketika sudah
butuhan dan minat anak. Efek lain dari story terjadi interaksi komunikasi (Pamungkas,
telling adalah merupakan alat yang sangat 2012:40).
kuat untuk meningkatkan pemahaman dari Jalongo mengungkapkan beberapa fak-
diri anak dan orang lain disekitarnya.Sebuah tor yang mempengaruhi perkembangan
penelitian untuk menguji efek story telling berbicara, yaitu (1) faktor neurologikal yang
dan story reading pada bahasa oral yang meliputi pengembangan kognitif; strategi
komplek dan story comprehension pada pengolahan informasi; kemampuan keluar-
anak usia 3-5 tahun membuktikan bahwa an; serta pengembangan sosioemosional dan
terdapat efek positif yang besar terhadap motivasi, (2) faktor psikologis dan struk-
bahasa oral anak (Isbell dkk., 2004). Ketika tural yang meliputi ketajaman perasaan;
cerita dibacakan, terkadang kata-kata yang kemampuan oromuscular; dan mekanisme
diucapkan tidak hanya diingat namun juga transmisi berbicara, (3) faktor lingkungan
serasa dilukiskan kembali secara spontan, yang meliputi sosiobudaya; pengalaman;
terdapat semangat performance, yang di- dan kontek fisik (Pratiwi, 2010:173). Vygot-
bantu oleh partisipasi dan interaksi audien sky juga mengatakan bahwa “berbicara
(Isbell dkk., 2004). ialah cara-cara menyampaikan secara lisan
Roney (Isbell dkk, 2004) menjelaskan dengan menggunakan bahasa sebagai sarana
bahwa di dalam story telling aspek yang komunikasi yang pengembangannya ber-
harus diperhatikan agar berjalan dengan dasarkan daya imajinasi manusia (Pratiwi,
efektif adalah mencoba kreatif dan memi- 2010:173). Lado berpendapat bahwa bicara
liki komunikasi dua arah (story teller dan merupakan kesanggupan seseorang untuk
pendengar). Selain itu, kontak mata dengan mengekspresikan situasi tertentu, menceri-
pendengarpun sangat penting untuk diper- takan, melaporkan sesuatu secara tepat dan
hatikan, jika anak melihat kontak mata story lancar. Dengan demikian berbicara menjadi
teller, mereka saling melakukan tatapan alat komunikasi manusia yang sistematik,
dalam interaksi, pada akhirnya akan mem- terstruktur sehingga lawan bicara mudah
buat pengalaman menjadi lebih personal memahami apa yang dibicarakan. (Pratiwi,
dari pada story teller hanya membaca buku 2010:173-174) Kemampuan berbicara sese-
cerita (Isbell dkk., 2004). Story telling yang orang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan
digunakan untuk meningkatkan kecerdasan yang dimilikinya.
anak juga harus disesuaikan dengan level Colon-Vila (Isbell dkk., 2004) setuju
kognitif anak. bahwa story telling dapat membantu men-
gajari siswa untuk mendengar, membantu
Peningkatan Keterampilan Berbicara membangun keterampilan komunikasi oral
melalui Story Telling dan tulisan, dan mengembangkan pemaha-
Berbicara disebut juga komunikasi man dari cerita skema. Farrel dan Nessell
lisan. Dalam komunikasi lisan syarat mutlak (Isbell dkk., 2004) menjelaskan bahwa story
yang harus ada yakni adanya komunikator telling membantu mengembangkan kelan-
(pembicara) dan komunikan (lawan bicara). caran, menambah perbendaharaan kata,
Antara komunikator dan komunikan akan dan membantu mengingat kata. Selain itu,
terbangun komunikasi efektif apabila pe- Marrow menyakini bahwa story telling ada-
san yang disampaikan oleh komunikator lah salah satu cara untuk mengembangkan

5
Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 02/Tahun XX/November 2016

bahasa di kelas awal masa kanak-kanakOleh dalam cerita untuk diberi penekanan,
karena itu, untuk meningkatkan keterampi- pengulangan atau bahkan dengan
lan berbicara dapat menggunakan metode suara-suara yang berbeda dalam rangka
story telling atau bercerita. membuat cerita yang disampaikan lebih
Tompkins dan Hosskisson (1995:129- menarik dan berkesan bagi pendengar.
131) menyampaikan empat langkah dalam Siswa juga harus menyiapkan pengantar
bercerita dalam kaitannya untuk mening- yang baik untuk memperkenalkan cerita
katkan keterampilan berbicara. Berikut ini sebelum memulai kegiatan bercerita itu
penjelasannya. sendiri.
1. Pemilihan cerita 3. Menambahkan Properti/Alat Peraga
Cerita tradisional atau cerita rakyat bi- Siswa dapat menggunakan beberapa
asanya yang dipilih untuk kegiatan ber- teknik untuk membuat ceritanya lebih
cerita, namun tidak menutup kemung- hidup, salah satunya menggunakan
kinan memilih literatur lain yang sesuai. alat peraga atau properti. Beberapa
Pertimbangan utama dalam pemilihan alat peraga yang dapat digunakan se-
cerita adalah memilih cerita yang disu- perti gambar yang ditempelkan di pa-
kai, dikenali dan mudah disampaikan. pan flannel, boneka atau wayang, atau
Morrow (Tompkins dan Hosskisson, objek yang menonjol dalam ceritanya
1995:129) memberikan daftar pertim- misalnya seperti topi, bola, kotak, dan
bangan pemilihan cerita yakni: sebagainya.
a. ceritanya sederhana, memiliki plot 4. Bercerita
yang runtut, Siswa menyampaikan cerita yang sudah
b. awal, pertengahan dan akhir cerita- disiapkan kepada teman satu kelas atau
nya jelas, dapat juga guru membagi kelas menjadi
c. memiliki tema yang mudah dipa- beberapa kelompok kecil supaya dapat
hami, lebih banyak siswa yang bercerita dalam
d. karakter/ tokoh yang disampaikan satu waktu.
tidak terlalu banyak,
e. mengandung dialog, Penilaian Aktivitas Story Telling
f. menggunakan perulangan, dan Guru dapat menilai baik proses yang di-
g. memakai bahasa yang mudah di- lalui siswa untuk bercerita maupun produk
tangkap anak. yang dihasilkan yakni penampilan siswa,
namun proses mengembangkan pemahaman
2. Persiapan bercerita jauh lebih penting dibandingkan kualitas
Siswa merencanakan dan melatih cerita- produk. Jika proses yang dilalui sudah be-
nya sebelum menampilkannya. Mereka nar, hasil yang akan didapatkan akan baik.
tidak harus menghafalkannya supaya Tompkins dan Hosskisson (1995:131)
dapat bercerita secara efektif. Lebih menyampaikan beberapa hal yang dapat
baik mereka memilih sendiri cerita yang digunakan sebagai rambu-raambu penilaian
sudah diketahui, lalu dibaca lagi untuk hasil bercerita antara lain sebagai berikut
membuat mereka lebih memahami ka- ini.
rakter dan peristiwa penting dalam 1. Memperkenalkan cerita kepada pende-
urutan yang runtut. Siswa juga dapat ngar.
memilih bagian mana yang menarik

6
Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 02/Tahun XX/November 2016

2. Runtut dalam penyampaian cerita mulai an gagasan dan kreativitas imajinatif, dan
awal, tengah sampai akhir. kelogisan cerita antar gambar. Sedangkan
3. Memasukkan kalimat yang menarik atau Burhan Nurgiyantoro (2007:291) berpenda-
pengulangan dalam cerita. pat bahwa tingkatan tes kemampuan berba-
4. Menggunakan dialog dengan baik. hasa menunjuk pada pengertian tes ranah
5. Variasi suara untuk membuat cerita kognitif yang terdiri dari enam tingkatan:
lebih menarik. tingkat ingatan (C1) sampai dengan tingkat
6. Adanya alat peraga serta gesture atau penilaian (C6). Sarwiji Suwandi (2009:72-
gerak tubuh. 74) berpendapat bahwa pengamatan unjuk
Penilaian keterampilan bercerita ber- kerja perlu dilakukan dalam berbagai kon-
fungsi untuk mengukur keterampilan ber- teks untuk menetapkan tingkat pencapaian
bicara siswa yang dilihat dari segi aktivitas kemampuan tertentu. Untuk menilai ke-
dan kemampuan kognitif yang dapat dilihat mampuan berbicara peserta didik, misalnya
dari segi isi atau gagasan yang terungkap dilakukan pengamatan atau observasi ber-
melalui bahasa, serta aspek keterampilan bicara yang beragam, seperti diskusi dalam
berbicara yang dilihat dari segi kelancaran kelompok kecil, berpidato, bercerita, dan
dan kewajaran gerakan. Sedangkan aspek melakukan wawancara. Dengan demikian,
kognitif dari segi keakuratan informasi, gambaran kemampuan peserta didik akan
hubungan antara informasi, ketepatan struk- lebih utuh. Untuk mengamati unjuk kerja
tur dan ketepatan kosa kata. Oller (Nurgi- peserta didik dapat menggunakan alat atau
yantoro, 2007:277) berpendapat bahwa hal instrumen berikut : (a) daftar cek (check
yang mempengaruhi keadaan pembicaraan list); (b) skala penilaian (rating scale). Ber-
adalah masalah apa yang menjadi topik dasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
pembicaraan dan lawan bicara. Kedua hal bahwa penilaian yang digunakan untuk
tersebut merupakan hal yang esensial dan mengukur kemampuan bercerita adalah tes
karenanya harus diperhitungkan dalam tes unjuk kerja yang dilengkapi dengan lembar
kemampuan berbicara siswa dalam suatu penilaian pengamatan terhadap kemampuan
bahasa. Keduanya tidak dapat dipisahkan bercerita. Pengamatan dilakukan sewaktu
karena saling mempengaruhi. Seseorang siswa tampil bercerita di depan kelas.
akan dapat berbicara dengan baik bila ada Guru memberi penugasan kepada siswa
suatu masalah/topik pembicaraan. Pembi- untuk tampil bercerita di hadapan teman-
caraan akan terasa menarik bila ada lawan temannya.
bicara sehingga dapat saling berinteraksi
dengan tanya jawab. Sebagai pendengar dan Kesimpulan
penyimak dapat mengomentari atau menilai Belajar bahasa Indonesia dengan me-
pembicaraan. tode bercerita berpengaruh positif baik bagi
Nurgiyantoro (2007:281) mengemuka- siswa maupun guru. Siswa dapat belajar
kan bahwa teknik penilaian bercerita dapat berekspresi, belajar berani tampil di de-
dilakukan dari segi ketepatan bahasa dan pan umum, dan tentu saja perkembangan
kelayakan konteks. Ketepatan bahasa dilihat kognitif siswa sangat terbantu. Selain itu,
dari segi kelancaran komunikasi, kesalahan- bagi guru penerapan metode bercerita ini
kesalahan yang menimbulkan gangguan. merupakan salah satu bentuk pembelajaran
Kelayakan konteks menyangkut masalah siswa aktif dan pengamatan langsung guru
ketepatan pemahaman (isi) gambar, kejelas- terhadap kemampuan siswa. Hal yang perlu

7
Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 02/Tahun XX/November 2016

ditekankan adalah bahwa pembelajaran apa Childhood Education Journal, Vol. 32,
saja dapat diselenggarakan dengan media No. 3, December 2004.
cerita. Pembiasaan siswa bercerita da- Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Penilaian
pat digunakan untuk melatih keterampilan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
berbicara siswa. Selain itu, bercerita/ber- Yogyakarta: BPFE.
bicara menjadi kebutuhan yang penting Pamungkas, Sri. 2012. Bahasa Indonesia
bagi pembentukan mental siswa. Dalam dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta:
pembelajaran sistem terpadu bahan ajar Andi Offset.
yang diberikan erat hubungannya dengan Pratiwi, Dwi. 2010. Peningkatan Keterampil-
kehidupan sehari-hari. Guru dapat menam- an Berbicara Bahasa Indonesia dengan
bahkan bahan ajar sesuai dengan perkem- Kegiatan Bercerita, Sebuah Alternatif
bangan zaman, kondisi lingkungan sekolah, untuk Siswa Sekolah Dasar. Seminar
dan kondisi siswa itu sendiri. dan Lokakarya Nasional:Penelitian
Demi terciptanya keterampilan siswa Tindakan Kelas dalam Perspektif Et-
dalam berbicara melalui pembiasaan ber- nografi Program Magister Liguistik
cerita ada beberapa saran yang peneliti Undip, 2 Oktober 2010: 170-187.
sampaikan, yaitu: (1) siswa perlu mem- Santosa, Puji. 2009. Materi dan Pembe-
biasakan diri membaca terutama membaca lajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:
buku-buku cerita untuk melatih daya ingat, Universitas Terbuka.
(2) siswa perlu membiasakan diri berkun- Santrock, John W. (2007). Psikologi Pen-
jung ke perpustakaan sekolah, (3) sejak di didikan. Jakarta: Kencana Prenada
kelas awal siswa sudah diperkenalkan dan Media Group.
dibiasakan dengan bercerita di depan kelas, Sarwiji Suwandi. 2009. Assesmen Dalam
(4) untuk mendukung kebutuhan ini sekolah Pembelajaran. Surakarta: Mata Padi
perlu menyediakan buku-buku cerita yang Presindo.
menarik bagi siswa, (5) sekolah memberi Slamet, St. Y. 2007. Dasar-dasar Pembe-
wadah bagi siswa utuh berlatih bercerita, lajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, Di Sekolah Dasar. Surakarta: LPP dan
(6) sekolah membiasakan diri dengan me- UNS Press.
nampilkan beberapa siswa untuk bercerita Strickland, Dorothy S., Galda, L., & Culli-
pada saat-saat tertentu, misalnya pada saat nan, Bernice E. (2007). Language Arts:
kegiatan peringatan hari besar keagamaan Learning and Teaching. Thompson
di sekolah atau ketika usai upacara bendera, Wadsworth.
dan (7) guru hendaknya dapat melakukan Tarigan, Henry Guntur. 1993. Berbicara.
penelitian tindakan untuk meningkatkan Bandung : Angkasa.
kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia di Tompkins, Gail E. & Hoskisson, Ken-
sekolah. neth. (1995). Language Arts: Content
and Teaching Strategies. New Jersey:
Daftar Pustaka Prentince Hall.
Isbell,R., Sobol,J., Lindauer,L., & Low- Wright, C,.Bacigalupa, C,. Black, T,. Bur-
rance, A. 2004. The Effects of Story- ton, M. 2008. Window into Children
telling and Story Reading on the Oral Thingking: A Guide to Storytelling and
Language Complexity and Story Com- Dramatization. Early Childhood Educa-
prehension of Young Children. Early tion J (2008) 35: 363-369.

Anda mungkin juga menyukai