0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
26 tayangan7 halaman
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang:
1. Nama, NIM, dan kelas peserta didik bernama Ruhyati
2. Beberapa metode pembelajaran bahasa lisan di sekolah dasar seperti lihat-ucap, deskripsi, dan bermain peran.
3. Ciri-ciri sastra anak menurut Puryanto yaitu mendidik, alur yang lurus, setting yang dikenal anak, dan tokoh teladan.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang:
1. Nama, NIM, dan kelas peserta didik bernama Ruhyati
2. Beberapa metode pembelajaran bahasa lisan di sekolah dasar seperti lihat-ucap, deskripsi, dan bermain peran.
3. Ciri-ciri sastra anak menurut Puryanto yaitu mendidik, alur yang lurus, setting yang dikenal anak, dan tokoh teladan.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang:
1. Nama, NIM, dan kelas peserta didik bernama Ruhyati
2. Beberapa metode pembelajaran bahasa lisan di sekolah dasar seperti lihat-ucap, deskripsi, dan bermain peran.
3. Ciri-ciri sastra anak menurut Puryanto yaitu mendidik, alur yang lurus, setting yang dikenal anak, dan tokoh teladan.
1. Pembelajaran bahasa indonesia dengan focus biacara yaitu :
Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang saling melengkapi, keduanya saling bergantung. Seseoranmg tidak ada yang perlu dikatakan jika tidak ada seorangpun yangmendengarkan. Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan. Padadasarnya, bahasa yang digunakan dalam percakapan dipelajari melalui menyimak dan menirukan pembicaraan. Biasanya, anak- anak tidak hanya menirukan pembicaraan tetapi mencoba menirukan hal- hal yang tidak mereka pahami. Kenyataan ini menganjurkan orang tua dan guru menjadi model berbahasa yang baik, supaya anak- anak tidak menirukan pembicaraan yang memalukan atau tidak benar. Pembelajaran keterampilan berbicara dapat dilakukan dengan pemfokusan diri dan dengan tidak pemfokusan. Jika pembelajaran dilakukan dengan pemfokusan,semua aktivitas pembelajaran berangkat, tertuju, dan berpulang pada keterampilan berbicara. Aktivitas keterampilan berbahasa yang lain dan kompetensi kebahasaan yang ditampilkan sekedar pendukung berjalannya secara wajar kegiatan pembelajaran. Menginat pembelajaran berfokus pada pembelajaran keterampilan berbicara maka aktivitas pembelajaran didominasi oleh pembelajaran berbicara. Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa selain menyimak, membaca, dan menulis. Secara alamiah, perolehan keterampilan tersebut dapat diurutkan dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Ketika anak masih kecil, ia membangun kompetensi komunikatif melalui kegiatan menyimak pajanan bahasa yang diucapkan oleh orang-orang di sekelilingnya dan kemudian ia belajar berbicara. Jika tidak meneruskan belajar membaca dan menulis, si anak tidak memiliki dua keterampilan tersebut. Berbicara adalah kemampuan mengemukakan hal-hal yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari secara lisan dengan kemudahan dan kefasihan yang memadai sehingga dapat dipahami oleh lawan bicaranya. Berbicara adalah salah satu proses pengiriman pesan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang secara langsung maupun tidak langsung mempunyai efek terhadap pembicara/pendengar atau keduaduanya. Pembelajaran berbicara tidak terlepas dari bermacam-macam fungsi bahasa, yaitu untuk menyatakan informasi faktual, sikap intelektual, sikap emosional, sikap moral, dan perintah. Salah satu contoh bahasa digunakan untuk menyatakan informasi faktual adalah bahasa yang digunakan untuk melaporkan suatu kejadian. menyatakan persetujuan adalah contoh pernyataansikap intelektual. Contoh pernyataan emosional adalah meminta maaf. Memperingatkan merupakan contoh bahasa yang digunakan dalam fungsi menyatakan perintah. 2. Tujuan utama pembelajaran berbicara adalah membangun keterampilan berbicara kepada peserta didik. Pembelajaran berbicara adalah sebuah proses belajar mengajar yang mengarah pada tujuan pembelajaran, yaitu peserta didik memiliki kemampuan mengkomunikasikan ide, gagasan, perasaan, dan pendapatnya kepada orang lain. Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka pembicara diharapkan memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan, pembicara harus mampu menyampaikan maksud yang dibicarakan terhadap pendengarnya, dan pembicara harus mengetahui prinsip-prinsip berbicara meliputi aspek lafal, intonasi, pilihan kata, keruntutan, keberanian, kelancaran, sikap, dan penguasaan tema. Ochs and Winker dalam Henry Guntur Tarigan, 1993: 15-16 mengatakan tujuan berbicara adalah gabungan atau campuran dari 13 maksud-maksud yang mungkin saja terjadi. Suatu pembicaraan misalnya mungkin saja merupakan gabungan dari melaporkan dan menjamu begitu pula mungkin sekaligus menghibur dan meyakinkan. Puji Santosa 2009: 520 berpendapat bahwa tujuan siswa berbicara secara efektif untuk mengungkapkan gagasan, pendapat dan perasaan, dalam berbagai bentuk dan cara kepada berbagai sasaran sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraan. Adapun St. Y. Slamet 2007: 29 mengemukakan tujuan pembelajaran berbicara di kelas-kelas awal ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Belajar menghasilkan buah pikiran dan perasaan sendiri dengan bahasa yang sebenarnya, sopan dan jelas 2. Melatih anak menghasilkan pikiran, perasaan, dan kemauannya dengan bahasa sederhana yang baik dan benar 3. Siswa mampu mengungkapkan kata dengan lafal yang benar 4. Siswa mampu mengucapkan atau mengatakan kalimat dengan intonasi yang wajar dan sesuai dengan konteksnya 5. Siswa mampu berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang lain secara lisan 6. Siswa memiliki kepuasan dan kesenangan berbicara. Dari uraian-uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada banyak tujuan dari kegiatan berbicara siswa diantaranya yaitu untuk mengungkapkan sesuatu gagasan atau perasaan yang ada pada diri 14 individu, untuk melatih lafal dan intonasi, namun secara efektif siswa berbicara untuk mengungkapkan gagasan, pendapat dan perasaan, dalam berbagai bentuk dan cara kepada berbagai sasaran sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraan. Tujuan berbicara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa mampu mengungkapkan kata dengan lafal yang benar, siswa mampu mengucapkan atau mengatakan kalimat dengan intonasi yang wajar dan sesuai dengan konteksnya, siswa berani berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang lain secara lisan, siswa memiliki sikap yang baik dan menguasai tema saat berbicara. 3. Berikut ini adalah beberapa metode pembelajaran yang dapatditerapkan di sekolah dasar antara lain: Lihat- ucap Metode ini digunakan untuk merangsang sis=a mengekspresikan hasil pengamatann a! berupa gambar! benda n ata! ang dekat dengankehidupan sis=a" Deskripsi Deskripsi berarti menggambarkan, melukiskan atau memerikan sesuatu secara verbal" Metode ini digunakan untuk melatih siswa berbicara atau mengekspresikan hasil pengamatann terhadap sesuatu" Menjawab – pertanyaan Metode digunakan untuk melatih siswa yang malu-malu" Melalui pengajuan sejumlah pertanyaan dan kesempatan untuk menjawab guru dapat memancing ekspresi lisan siswa" Misaln: guru: Siapa namamu siswa : ina guru: Di mana kamu tingga siswa : alan Bunga Bertanya menjadi Pertanyaan menggali dimaksudkan supaya siswa lebih banyak berpikir" Pertanyaan menggali membutuhkan jawaban yang berupa penjelasan dan bukan jawaban ya atau tidak" Pertanyaan juga untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap sesuatu" Melanjutkan Dalam metode ini kita dapat membuat suatu permainan cerita siswa disuruh menceritakan sebuah cerita kemudian siswa yang lain melanjutkan ceritanya. Memberi petunjuk Memberi petunjuk merupakan keterampilan berbicara tara dan tinggi sebab memberi petunjuk berarti berbicara secara jelas dan terarah"Memberi petujuk sering dilakukan orang dalam kehidupan sehari-hari" Bercerita Ber6erita adalah suatu keterampilan yang semua orangpintar bercerita. Pembaca berita harus membawakan cerita sesuai dengan isin a! dapat menirukan suatu perilaku tokohnya kan lebih baik lagi apabila pembawa berita dapat melibatkan emosi imajinasi pendengar terhadap berita yang disampaikan Pada metode ini kita dapat meminta siswa untuk memilih berita yang menarik baik tentang dirinya tentang orang lain atau tentang apa saja Kemudian siswa menceritakan cerita itu. Kegiatan cerita ini akan menuntun siswa menjadi pembicara yang baik" Bermain peran Teknik bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan penghayatan dan imajinasi siswa. Dalam pengajaran bahasa teknik bermain peran sangat cocok digunakan untuk menghayati dan menggunakan berbagai ragam bahasa. Wawancara wawancara atau interview adalah salah satu kegiatan dalam bentuk tanya jawab yang terarah. Melaui metode ini siswa dilatih menyusun pertanyaan yang terarah! mengajukan pertanyaan dengan ucapan yang jelas dan intonasi yang tepat. Berdiskusi Diskusi adalah proses pelibatan dua orang atau lebih yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka mengenai tujuan yang tertentu! melalui cara tukar menukar infomasi untuk memecahkan masalah Bertelpon Melalui metode ini Kita dapat meminta siswa untuk mendemonstrasikan berbicara melalui telepon. Dalam bertelepon pembicaraan harus jelas tugas dan singkat karena waktu sangat diperhitungkan dalam bertelepon. Di sini dapat digunakan media telepon mainan. Berdramatisasi Dramatisasi atau bermain drama lebih kompleks dari pada bermain peran karena guru dan siswa harus mempersiapkan scenario, pelaku, dan perlengkapan. Dalam hal ini skenario dapat dibuat oleh guru dan siswa atau menggunakan skenario yang sudah ada. Dengan dramatisasi ini, siswa dilatih mengeklspresikan perasaan dan pikiran tokoh dalam bentukbahasa lisan"
4. Berdasarkan hakikat sastra anak yang begitu kompleks, penulis merujuk ciri-ciri sastra anak menurut Puryanto (2008). Terdapat delapan ciri sastra anak yang akan dijelaskan di bawah ini:
1. Mengandung tema yang mendidik.
2. Alurnya lurus dan tidak berbelit-belit. 3. Menggunakan setting yang ada disekitar atau yang ada di dunia anak. 4. Tokoh dan penokohan mengandung keteladanan yang baik. 5. Gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu berperan dalam perkembangan bahasa anak. 6. Sudut pandang orang yang tepat. 7. Imajinasi masih dalam jangkauan anak-anak. 8. Isi teks kesastraan dapat menambah wawasan anak (h.7). Jika kita melihat delapan ciri sastra anak di atas begitu sangat besar makna sastra anak. Mengapa tema sastra anak harus mendidik? Tema memiliki fungsi untuk menarik minat seseorang membaca. Jika tema teks sastra menarik, maka orang akan tertarik baca bahkan penasaran terhadap karya tersebut hingga ingin membelinya. Begitu pula untuk sastra anak, jika memiliki tema yang mendidik banyak orang tua yang akan memberikan bacaan sastra untuk anak-anaknya. Cerita yang dikemas dengan tema yang mendidik tentulah akan menarik dan bermanfaat untuk anak. Teks sastra terutama fiksi yang diperuntukkan dibaca anakanak harus dibuat sesederhana mungkin. Penggunaan alur yang sederhana akan memudahkan anak-anak menikmati teks fiksi yang dibacanya. Anak-naka tidak harus berpikir keras mengenai alur cerita yang sedang mereka baca, seperti teks fiksi dewasa. Selanjutnya untuk mempermudah anak mengenali setting latar tempat terutama, pilihlah latar yang memang dikenali anak-anak. Misalnya sekolah, taman bermain, rumah, kamar, dll yang anak sudah akrab dengan ntempat tersebut.
5. Tujuan Pembelajaran Sastra di SD
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SD lebih diarahkan pada kompetensi siswa untuk berbahasa dan berapresiasi sastra. Pembelajaran sastra dan bahasa dilaksanakan secara terintegrasi. Sedangkan pengajaran sastra, ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra. Pengetahuan tentang sastra hanyalah sebagai penunjang dalam mengapresiasi. Pernyataan pembelajaran sastra tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan apresiasi menjadi tujuan utama, sedangkan perangkat pengetahuan sastra diperlukan untuk menunjang terwujudnya apresiasi dan pembelajaran bahasa secara umum, dengan demikian yang harus terjadi dalam pembelajaran sastra ialah kegiatan apresiasi sastra bukan hanya sekedar pengetahuan teori sastra. Huck berpendapat bahwa pembelajaran sastra di SD harus memberi pengalaman pada murid yang akan berkontribusi pada empat tujuan: (1) menumbuhkan kesenangan pada buku, (2) menginterpretasi bacaan sastra, (3) mengembangkan kesadaran bersastra, dan (4) mengembangkan apresiasi.