Anda di halaman 1dari 7

Nama :Ruhyati

Nim : 859148562

Kelas : B

Jawab :

1. Pembelajaran bahasa indonesia dengan focus biacara yaitu :


Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang saling melengkapi, keduanya
saling bergantung. Seseoranmg tidak ada yang perlu dikatakan jika tidak ada seorangpun
yangmendengarkan. Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan.
Padadasarnya, bahasa yang digunakan dalam percakapan dipelajari melalui menyimak
dan menirukan pembicaraan. Biasanya, anak- anak tidak hanya menirukan pembicaraan
tetapi mencoba menirukan hal- hal yang tidak mereka pahami. Kenyataan ini
menganjurkan orang tua dan guru menjadi model berbahasa yang baik, supaya anak-
anak tidak menirukan pembicaraan yang memalukan atau tidak benar. Pembelajaran
keterampilan berbicara dapat dilakukan dengan pemfokusan diri dan dengan tidak
pemfokusan. Jika pembelajaran dilakukan dengan pemfokusan,semua aktivitas
pembelajaran berangkat, tertuju, dan berpulang pada keterampilan berbicara. Aktivitas
keterampilan berbahasa yang lain dan kompetensi kebahasaan yang ditampilkan
sekedar pendukung berjalannya secara wajar kegiatan pembelajaran. Menginat
pembelajaran berfokus pada pembelajaran keterampilan berbicara maka aktivitas
pembelajaran didominasi oleh pembelajaran berbicara.
Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa selain menyimak,
membaca, dan menulis. Secara alamiah, perolehan keterampilan tersebut dapat diurutkan
dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Ketika anak masih kecil, ia
membangun kompetensi komunikatif melalui kegiatan menyimak pajanan bahasa yang
diucapkan oleh orang-orang di sekelilingnya dan kemudian ia belajar berbicara. Jika tidak
meneruskan belajar membaca dan menulis, si anak tidak memiliki dua keterampilan
tersebut. Berbicara adalah kemampuan mengemukakan hal-hal yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari secara lisan dengan kemudahan dan kefasihan yang memadai
sehingga dapat dipahami oleh lawan bicaranya. Berbicara adalah salah satu proses
pengiriman pesan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang secara
langsung maupun tidak langsung mempunyai efek terhadap pembicara/pendengar atau
keduaduanya.
Pembelajaran berbicara tidak terlepas dari bermacam-macam fungsi bahasa, yaitu untuk
menyatakan informasi faktual, sikap intelektual, sikap emosional, sikap moral, dan
perintah. Salah satu contoh bahasa digunakan untuk menyatakan informasi faktual adalah
bahasa yang digunakan untuk melaporkan suatu kejadian. menyatakan persetujuan adalah
contoh pernyataansikap intelektual. Contoh pernyataan emosional adalah meminta maaf.
Memperingatkan merupakan contoh bahasa yang digunakan dalam fungsi menyatakan
perintah.
2. Tujuan utama pembelajaran berbicara adalah membangun keterampilan berbicara kepada
peserta didik. Pembelajaran berbicara adalah sebuah proses belajar mengajar yang
mengarah pada tujuan pembelajaran, yaitu peserta didik memiliki kemampuan
mengkomunikasikan ide, gagasan, perasaan, dan pendapatnya kepada orang lain.
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan
pikiran secara efektif, maka pembicara diharapkan memahami makna segala sesuatu yang
ingin dikomunikasikan, pembicara harus mampu menyampaikan maksud yang
dibicarakan terhadap pendengarnya, dan pembicara harus mengetahui prinsip-prinsip
berbicara meliputi aspek lafal, intonasi, pilihan kata, keruntutan, keberanian, kelancaran,
sikap, dan penguasaan tema. Ochs and Winker dalam Henry Guntur Tarigan, 1993: 15-16
mengatakan tujuan berbicara adalah gabungan atau campuran dari 13 maksud-maksud
yang mungkin saja terjadi. Suatu pembicaraan misalnya mungkin saja merupakan
gabungan dari melaporkan dan menjamu begitu pula mungkin sekaligus menghibur dan
meyakinkan. Puji Santosa 2009: 520 berpendapat bahwa tujuan siswa berbicara secara
efektif untuk mengungkapkan gagasan, pendapat dan perasaan, dalam berbagai bentuk
dan cara kepada berbagai sasaran sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraan. Adapun
St. Y. Slamet 2007: 29 mengemukakan tujuan pembelajaran berbicara di kelas-kelas awal
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Belajar menghasilkan buah pikiran dan perasaan sendiri dengan bahasa yang
sebenarnya, sopan dan jelas
2. Melatih anak menghasilkan pikiran, perasaan, dan kemauannya dengan bahasa
sederhana yang baik dan benar
3. Siswa mampu mengungkapkan kata dengan lafal yang benar
4. Siswa mampu mengucapkan atau mengatakan kalimat dengan intonasi yang wajar dan
sesuai dengan konteksnya
5. Siswa mampu berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang lain secara lisan
6. Siswa memiliki kepuasan dan kesenangan berbicara.
Dari uraian-uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada banyak tujuan dari
kegiatan berbicara siswa diantaranya yaitu untuk mengungkapkan sesuatu gagasan atau
perasaan yang ada pada diri 14 individu, untuk melatih lafal dan intonasi, namun secara
efektif siswa berbicara untuk mengungkapkan gagasan, pendapat dan perasaan, dalam
berbagai bentuk dan cara kepada berbagai sasaran sesuai dengan tujuan dan konteks
pembicaraan. Tujuan berbicara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa mampu
mengungkapkan kata dengan lafal yang benar, siswa mampu mengucapkan atau
mengatakan kalimat dengan intonasi yang wajar dan sesuai dengan konteksnya, siswa
berani berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang lain secara lisan, siswa memiliki
sikap yang baik dan menguasai tema saat berbicara.
3. Berikut ini adalah beberapa metode pembelajaran yang dapatditerapkan di sekolah dasar
antara lain:
 Lihat- ucap
Metode ini digunakan untuk merangsang sis=a mengekspresikan hasil
pengamatann a! berupa gambar! benda n ata! ang dekat dengankehidupan
sis=a"
 Deskripsi
Deskripsi berarti menggambarkan, melukiskan atau memerikan sesuatu secara
verbal" Metode ini digunakan untuk melatih siswa berbicara atau
mengekspresikan hasil pengamatann terhadap sesuatu"
 Menjawab – pertanyaan
Metode digunakan untuk melatih siswa yang malu-malu" Melalui pengajuan
sejumlah pertanyaan dan kesempatan untuk menjawab guru dapat memancing
ekspresi lisan siswa"
Misaln:
guru: Siapa namamu
siswa : ina
guru: Di mana kamu tingga
siswa : alan Bunga
 Bertanya menjadi
Pertanyaan menggali dimaksudkan supaya siswa lebih banyak berpikir"
Pertanyaan menggali membutuhkan jawaban yang berupa penjelasan dan bukan
jawaban ya atau tidak" Pertanyaan juga untuk mengetahui pemahaman siswa
terhadap sesuatu"
 Melanjutkan
Dalam metode ini kita dapat membuat suatu permainan cerita siswa disuruh
menceritakan sebuah cerita kemudian siswa yang lain melanjutkan ceritanya.
 Memberi petunjuk
Memberi petunjuk merupakan keterampilan berbicara tara dan tinggi sebab
memberi petunjuk berarti berbicara secara jelas dan terarah"Memberi petujuk
sering dilakukan orang dalam kehidupan sehari-hari"
 Bercerita
Ber6erita adalah suatu keterampilan yang semua orangpintar bercerita. Pembaca
berita harus membawakan cerita sesuai dengan isin a! dapat menirukan suatu
perilaku tokohnya kan lebih baik lagi apabila pembawa berita dapat melibatkan
emosi imajinasi pendengar terhadap berita yang disampaikan Pada metode ini kita
dapat meminta siswa untuk memilih berita yang menarik baik tentang dirinya
tentang orang lain atau tentang apa saja Kemudian siswa menceritakan cerita itu.
Kegiatan cerita ini akan menuntun siswa menjadi pembicara yang baik"
 Bermain peran
Teknik bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui
pengembangan penghayatan dan imajinasi siswa. Dalam pengajaran bahasa teknik
bermain peran sangat cocok digunakan untuk menghayati dan menggunakan
berbagai ragam bahasa.
 Wawancara
wawancara atau interview adalah salah satu kegiatan dalam bentuk tanya jawab
yang terarah. Melaui metode ini siswa dilatih menyusun pertanyaan yang terarah!
mengajukan pertanyaan dengan ucapan yang jelas dan intonasi yang tepat.
 Berdiskusi
Diskusi adalah proses pelibatan dua orang atau lebih yang berinteraksi secara
verbal dan tatap muka mengenai tujuan yang tertentu! melalui cara tukar menukar
infomasi untuk memecahkan masalah
 Bertelpon
Melalui metode ini Kita dapat meminta siswa untuk mendemonstrasikan berbicara
melalui telepon. Dalam bertelepon pembicaraan harus jelas tugas dan singkat
karena waktu sangat diperhitungkan dalam bertelepon. Di sini dapat digunakan
media telepon mainan.
 Berdramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama lebih kompleks dari pada bermain peran karena
guru dan siswa harus mempersiapkan scenario, pelaku, dan perlengkapan. Dalam
hal ini skenario dapat dibuat oleh guru dan siswa atau menggunakan skenario
yang sudah ada. Dengan dramatisasi ini, siswa dilatih mengeklspresikan perasaan
dan pikiran tokoh dalam bentukbahasa lisan"

4. Berdasarkan hakikat sastra anak yang begitu kompleks, penulis merujuk ciri-ciri sastra
anak menurut Puryanto (2008). Terdapat delapan ciri sastra anak yang akan dijelaskan di
bawah ini:

1. Mengandung tema yang mendidik.


2. Alurnya lurus dan tidak berbelit-belit.
3. Menggunakan setting yang ada disekitar atau yang ada di dunia anak.
4. Tokoh dan penokohan mengandung keteladanan yang baik.
5. Gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu berperan dalam perkembangan
bahasa anak.
6. Sudut pandang orang yang tepat.
7. Imajinasi masih dalam jangkauan anak-anak.
8. Isi teks kesastraan dapat menambah wawasan anak (h.7).
Jika kita melihat delapan ciri sastra anak di atas begitu sangat besar makna sastra anak.
Mengapa tema sastra anak harus mendidik? Tema memiliki fungsi untuk menarik minat
seseorang membaca. Jika tema teks sastra menarik, maka orang akan tertarik baca bahkan
penasaran terhadap karya tersebut hingga ingin membelinya. Begitu pula untuk sastra
anak, jika memiliki tema yang mendidik banyak orang tua yang akan memberikan bacaan
sastra untuk anak-anaknya. Cerita yang dikemas dengan tema yang mendidik tentulah
akan menarik dan bermanfaat untuk anak.
Teks sastra terutama fiksi yang diperuntukkan dibaca anakanak harus dibuat sesederhana
mungkin. Penggunaan alur yang sederhana akan memudahkan anak-anak menikmati teks
fiksi yang dibacanya. Anak-naka tidak harus berpikir keras mengenai alur cerita yang
sedang mereka baca, seperti teks fiksi dewasa. Selanjutnya untuk mempermudah anak
mengenali setting latar tempat terutama, pilihlah latar yang memang dikenali anak-anak.
Misalnya sekolah, taman bermain, rumah, kamar, dll yang anak sudah akrab dengan
ntempat tersebut.

5. Tujuan Pembelajaran Sastra di SD


Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SD lebih diarahkan pada kompetensi siswa
untuk berbahasa dan berapresiasi sastra. Pembelajaran sastra dan bahasa dilaksanakan
secara terintegrasi. Sedangkan pengajaran sastra, ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra.
Pengetahuan tentang sastra hanyalah sebagai penunjang dalam mengapresiasi.
Pernyataan pembelajaran sastra tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan apresiasi menjadi
tujuan utama, sedangkan perangkat pengetahuan sastra diperlukan untuk menunjang
terwujudnya apresiasi dan pembelajaran bahasa secara umum, dengan demikian yang
harus terjadi dalam pembelajaran sastra ialah kegiatan apresiasi sastra bukan hanya
sekedar pengetahuan teori sastra. Huck berpendapat bahwa pembelajaran sastra di SD
harus memberi pengalaman pada murid yang akan berkontribusi pada empat tujuan:
(1) menumbuhkan kesenangan pada buku,
(2) menginterpretasi bacaan sastra,
(3) mengembangkan kesadaran bersastra, dan
(4) mengembangkan apresiasi.

Anda mungkin juga menyukai