Anda di halaman 1dari 8

BAB 5

KETERAMPILAN BERBICARA

A. Capaian Pembelajaran
 Mengetahui Definisi dari Berbicara
 Mengetahui Upaya-upaya yang dapat meningkatkan keterampilan
berbicaraa
 Mengetaui penunjang dan penghambat dari kemampuan berbicara

B. Pengertian

Berbicara merupakan suatu aktifitas atau kegiatan


mengungkapkan,mengkomunikasikan gagasan-gagasan sesuai dengan apa yang
dibutuhkan atau dipahami baik dari sang pembicara maupun sang pendengar.
Menurut Tuhusetya dan Deni Kurniawan As’ari (dalam Rosdiana, 2008) “fungsi
khusus bahasa, yaitu sebagai alat pemersatu berbagai suku yang memiliki latar
belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda”

C. Upaya yang bisa dilakukan guru dalam Meningkatkan Keterampilan


Berbicara Peserta didik

1. Berdongeng:

Dongeng dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada peserta didik


diantara karena:

A. Keterlibatan Emosional: Cerita-cerita dalam dongeng bisa menginspirasi


emosi dan minat murid, membuat mereka lebih termotivasi untuk
berbicara dan berbagi pendapat mereka.
B. Pengembangan Kosakata: Mendengarkan atau membaca dongeng dapat
memperkaya kosakata anak-anak, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan kemampuan mereka dalam menyusun kalimat dan
mengungkapkan ide.
C. Kreativitas: Dongeng seringkali mengandung unsur-unsur imajinatif dan
kreatif, mendorong murid untuk mengembangkan ide-ide mereka sendiri
dan berbicara tentang konsep yang lebih abstrak.
D. Mempraktikkan Komunikasi: Berbicara atau berdiskusi tentang cerita-
cerita dalam dongeng memungkinkan murid untuk berlatih dalam
berkomunikasi, termasuk berbicara dengan jelas, berargumentasi, dan
mendengarkan tanggapan orang lain.

2. Bermainan Peran

Bermain Peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik


diantaranya karena:

A. Aktivitas Interaktif: Bermain peran melibatkan interaksi langsung antara


murid, memungkinkan mereka untuk berbicara, mendengarkan, dan
merespons secara aktif dalam situasi yang mirip dengan kehidupan nyata.
B. Pengembangan Keterampilan Sosial: Melalui bermain peran, murid dapat
mempraktikkan keterampilan sosial seperti berbicara dengan rasa percaya
diri, berkolaborasi dengan teman, dan memahami perspektif orang lain.
C. Peningkatan Empati: Bermain peran memungkinkan murid untuk melihat
dunia dari sudut pandang karakter yang mereka perankan, yang dapat
meningkatkan kemampuan mereka dalam memahami perasaan dan
perspektif orang lain.
D. Kreativitas: Bermain peran mendorong murid untuk berpikir kreatif,
mengembangkan narasi, dan mengungkapkan diri dalam situasi yang
beragam, semua itu memperkaya keterampilan berbicara mereka.

3. Media gambar
dalam bercerita Guru mengembangkan media pembelajaran melalui
penggunaan media gambar cerita dengan maksud agar murid dapat
menginterpretasikan isi cerita sesuai dengan imajinasinya yang akhirnya
murid dapat mengungkapkan kembali isi cerita

4. Wawancara

Wawancara dapat digunakan oleh murid untuk memperoleh informasi yang


berhubungan dengan satu tugas tertentu. Melakukan wawancara
membutuhkan ketrampilan berbicara dan menyimak

D. Tujuan Berbicara

Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama berbicara adalah untuk


berkomunikasi.
Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan pembicaraan dapat dibedakan atas
lima yaitu
(1) menghibur
(2) menginformasikan
(3) menstimulasi
(4) meyakinkan
(5) menggerakkan.
selain untuk berkomunikasi berbicara juga bertujuan untuk mempengaruh
orang lain dengana maksud apa yang dibicarakan dapat diterima oleh lawan
bicaranya dengan baik. Adanya hubungan timbal balik secara aktif dalam
kegiatan bebricara antara pembicara dengan pendengar akan membentuk
kegiatan berkomunikasi menjadi lebih efektif dan efisien

E. Faktor Penunjang Kegiatan Berbicara


Faktor kebahasaan, meliputi:
1. Ketepatan ucapan,
2. Penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai,
3. Pilihan kata,
4. Ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya,
5. Ketepatan sasaran pembicaraan.

Sedangkan faktor nonkebahasaan, meliputi


1. Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku,
2. Pendangan harus diarahkan ke lawan bicara,
3. Kesediaan menghargai orang lain,
4. Gerak-gerik dan mimik yang tepat,
5. kenyaringan suara,
6. kelancaran,
7. relevansi, penalaran,
8. penguasaan topik.

F. Faktor Penghambat Kegiatan Bicara

a. Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan faktor yang
berasal dari luar partisipan.
b. Faktor media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik, misalnya lagu,
irama, tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian tubuh, dan
c. Faktor psikologis, kondisi kejiwaan partisipan komunikasi, misalnya dalam
keadaan marah, menangis, dan sakit.

G. Hambatan-Hambatan Berbicara

A. Adanya pandangan guru bahwa berbicara bahasa Indonesia dalam


keseharian di sekolah tidak lazim. Hal ini tercermin ketika dalam pergaulan
sehari-hari sungkan untuk menggunakan bahasa Indonesia, mereka lebih
nyaman menggunakan bahasa daerah.

B. Belum tersedianya program wajib berbahasa Indonesia dari pemerintah


dan berbagai lembaga khususnya lembaga pendidikan.

H. Langkah-langkah Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa


Indonesia di Sekolah Dasar

A. Guru menjadi model bagi peserta didik

Murid membutuhkan contoh dari guru yang dalam berbicara menggunakan


bahasa Indonesia yang baik dan benar. Guru hendaknya memberikan contoh
keteladanan dalam berbahasa agar murid dapat menirukan dan melafalkan
kata atau kalimat dengan tepat sesuai kaidah yang berlaku

B. Sekolah Membuat Program Sehari Berbahasa Indonesia.

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar bahasa adalah


kondisi eksternal. Kondisi eksternal yaitu faktor di luar diri, seperti
lingkugan sekolah, guru, teman sekolah, dan peraturan sekolah.
Kondisi eksternal terdiri atas 3 prinsip belajar yaitu:
1) Memberikan situasi atau materi yang sesuai dengan respon yan
diharapkan,
2) Pengulangan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama di ingat,
3) Penguatan respons yang tepat untuk mempertahankan dan menguatkan
respons itu.
Program sehari berbahasa di tiap sekolah merupakan kondisi eksternal yang
efektif untuk mempraktikkan keterampilan berbahasa. Hal ini sudah sangat
lazim dilakukan pada pondok pesantren modern, contohnya Pondok
Pesantren Gontor yang menerapkan program kepada santrinya untuk sehari
berbahasa Arab dan sehari berbahasa Inggris, sehingga santrinya mahir
berbahasa Arab dan Inggris.

I. Bahan dan Strategi Pembelajaran Berbicara

Tujuan pembelajaran berbicara di SD adalah melatih murid dapat berbicara


dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Untuk mencapai tujuan
tersebut, kita dapat menggunakan bahan pembelajaran membaca atau
menulis, kosakata, dan sastra sebagai bahan pembelajaran berbicara
misalnya menceritakan pengalaman yang mengesankan, menceritakan
kembali isi cerita yang pernah dibaca atau didengar, bermain peran, pidato.
Banyak cara untuk meelaksanakan pembelajaran berbicara di SD, misalnya
murid diminta merespons secara lisan gambar yang diperlihatkan guru,
bermain tebaktebakan, menceritakan isi bacaan, bertanya jawab,
membicarakan kaidah sebuah puisi, melanjutkan cerita guru, berdialog, dan
sebagainya. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan bahwa pembelaran
berbicara harus dikaitkan dengan pembelajaran keterampilan lainnya.

Pertanyaan

1. Bagaimana Faktor Psikologis dapat menghambat kemampuan berbicara


pada anak?
2. Apa perbedaan antara Berbicara dengan Berkomunikasi
3. Apakah ada latihan khusus yang dapat membantu anak-anak
mengembangkan keterampilan berbicara?
4. Apa yang kamu pahami mengenai “berbicara dengan empati”

Jawab

1. Faktor psikologis dapat memiliki dampak signifikan pada kemampuan


seorang anak dalam berbicara. Berikut adalah beberapa faktor psikologis
yang dapat menghambat kegiatan berbicara pada anak:
a. Gangguan Kecemasan Sosial: Beberapa anak mungkin mengalami
gangguan kecemasan sosial yang membuat mereka sangat khawatir
tentang bagaimana orang lain akan menilai mereka saat berbicara
di depan umum. Ini dapat membuat mereka menghindari situasi
berbicara atau merasa cemas saat berbicara.
b. Trauma atau Pengalaman Traumatis: Anak yang mengalami
pengalaman traumatis seperti kecelakaan, kehilangan orang yang
dicintai, atau pelecehan mungkin memiliki kesulitan berbicara
karena perasaan trauma yang masih terasa.
c. Gangguan Perkembangan: Beberapa anak mungkin mengalami
gangguan perkembangan seperti autisme, gangguan berbicara dan
bahasa, atau gangguan sensorik yang mempengaruhi kemampuan
berbicara mereka.
d. Kurangnya Stimulasi Bahasa: Anak yang tidak mendapatkan cukup
stimulasi bahasa di rumah atau di lingkungan mereka mungkin
memiliki keterbatasan dalam perkembangan kemampuan berbicara
mereka.

2. Berbicara adalah bagian dari proses komunikasi. Berbicara adalah


tindakan mengeluarkan kata-kata, sementara berkomunikasi mencakup
pertukaran informasi, emosi, dan pemahaman antara dua atau lebih
individu
3. Tentu saja, seperti latihan bermain peran, membaca buku bersama, dan
berbicara atau bercerita tentang pengalaman sehari-hari dapat membantu
anak-anak mengembangkan keterampilan berbicara mereka.

4. Berbicara dengan empati berarti berbicara dengan pemahaman dan


perhatian terhadap perasaan dan perspektif orang lain. Ini penting karena
dapat meningkatkan hubungan antarindividu dan menciptakan
komunikasi yang lebih positif.

J. Daftar Pustaka

Rohana Syamsudin.2021. Keterampilan Berbahasa Indonesia Pendidikan


Dasar.Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Anda mungkin juga menyukai