Anda di halaman 1dari 5

KEMAMPUAN BERBICARA

Pengertian
Kemampuan
Berbicara
Penguasaan teori berbicara bukanlah tujuan utama dalam pembelajaran berbicara. Hal
terpenting dalam pembelajaran berbicara adalah siswa mampu berbicara sesuai dengan
konteks. Pembelajaran berbicara harus berorientasi pada aspek penggunaan bahasa,
bukan pada aturan pemakaiannya. Menurut Pageyasa (2004: 43) bahwa keterampilan
berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada
seseorang atau sekelompok orang secara lisan baik berhadapan ataupun dengan jarak
jauh.
Adapun Utari dan Nababan (1993: 45) menyatakan bahwa kemampuan berbicara adalah
pengetahuan bentuk-bentuk bahasa dan makna-makna bahasa tersebut, dan kemampuan
untuk menggunakannya pada saat kapan dan kepada siapa. Sementara itu, Ibrahim
(2001: 36) memberikan pengertian bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan
bertutur dan menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi, situasi, serta norma-norma
berbahasa dalam masyarakat yang sebenarnya.
Kompetensi komunikatif sebagai inti dari pengajaran berbicara juga berhubungan dengan
kemampuan sosial dan menginterpretasikan bentuk-bentuk linguistik. Para siswa tentu
sudah memiliki pengetahuan sebagai modal dasar dalam bertutur karena siswa berada
dalam suatu lingkungan sosial yang menuntutnya untuk paham kode linguistik.
Pengertian lebih lanjut dikemukakan Moris (Novia, 2002: 67) yang menyatakan bahwa
kemampuan berbicara merupakan kemampuan menggunakan alat komunikasi yang
alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah
bentuk tingkah laku sosial.
Berdasarkan beberapa pengertian para ahli yang dikemukakan di atas, maka dapat
disimpulkan pengertian dalam penelitian ini bahwa kemampuan berbicara adalah
kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau
sekelompok orang secara lisan, baik berhadapan ataupun dengan jarak jauh dengan
menggunakan kalimat yang sesuai dengan fungsi, situasi, serta norma-norma berbahasa
dalam
masyarakat
yang
sebenarnya.
Menurut Samsuri dan Sadtono (1990: 34) bahwa keterampilan berbicara dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, diarahkan agar siswa memiliki kemampuan
untuk:
1. Berpragmatik secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku secara
lisan;
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara;
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif
untuk berbagai tujuan;
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial.

Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Kemampuan
Berbicara
Kemampuan berbicara adalah kemampuan kita untuk berkomunikasi dengan orang lain,
baik ketika ngobrol, presentasi, menyampaikan pendapat, eyel-eyelan (baca : berdebat)
ataupun kegiatan lainnya. Kemampuan berbicara identik dengan penggunaan bahasa lisan
yang tepat, sehingga pendengar dapat mengerti apa yang kita sampaikan. Selain itu, sikap
dan pengetahuan menentukan waktu yang tepat untuk berbicara mendukung keberhasilan
kita dalam berbicara.
Kemampuan berbicara dan bahasa anak erat kaitannya dengan kemampuan mendengar
anak. Perkembangan bicara anak memerlukan pembinaan secara intensif, sesuai dengan
taraf perkembangan fisik dan psikis yang lain. Kemampuan bahasa anak akan maksimal
jika mendapat umpan balik yaitu mengontrol suara dan ucapannya sendiri melalui
pendengarannya. Umpan balik yang mereka peroleh untuk mengontrol bicaranya hanya
diperoleh secara visual, kinestetik dan gerak.
Menurut Sadjaah dan Sukarja (1995: 114) bahwa perkembangan bahasa seseorang tak
dapat lepas dari pengaruh berbagai faktor. Perkembangan bahasa dan bicara hanya akan
berjalan dengan baik dan lancar bila didukung oleh faktor kesiapan atau kematangan.
Lanjut Sadjaah dan Sukarja menyatakan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi
adanya kesiapan adalah faktor psikologis, faktor fisiologis, dan faktor lingkungan.
Faktor Psikologis
Faktor ini menyangkut aspek inteligensi, minat akan apa yang dilihat, dirasakan,
dikehendaki di dengar dan perlu dikemukakan kepada orang lain. Kesanggupan meniru
dan menyimpan apa yang di dengar, kesanggupan menata pikiran dan perasaan terhadap
apa yang dimaksud.
Faktor Fisiologis
Faktor ini menyangkut masalah ketajaman pendengaran, susunan saraf yang berfungsi
baik untuk mengendalikan gerakan otot-otot alat bicara dan keadaan alat-alat bicara
yang baik.
Faktor Lingkungan
Faktor ini menyangkut masalah keterlibatan orang-orang yang berbahasa dan atau
berbicara dengan baik, sedia memberi rangsangan berbi-cara kepada anak yang
menanggapi pembicaraan anak. Telah disampaikan terdahulu, bahwa selama
perkembangan anak terus mendapat pengaruh-pengaruh dari luar maka demikian pula
dengan perkembangan bicara dan bahasa, tanpa pengaruh yang mengarah kepada
kesempurnaan, tak akan terjadi bicara yang benar dan teratur bagi anak. Katakan bahwa
anak itu akan dapat berbicara kalau lingkungan memberi kesempatan untuk mengembangkan potensi bicaranya. Anak dapat berbicara dengan baik kalau ada pada lingkungan
yang berbicara baik, sebaliknya bicara mereka kurang baik, bila tiap waktu hanya
mendengar kata-kata yang kurang baik pula.
Seorang anak yang belum berusia lima tahun masih berbicara seperti bayi, atau tampak

ucapan yang salah, itu masih dikatakan normal. Tetapi kaIau sudah berumur lima tahun
lebih mengucapkan kata-kata yang tidak jelas dan dapat berbicara pun tapi tidak jelas
dapat dipastikan bisa mengalami cacat bicara (speech defect). Bicara dikatakan cacat jika
kata-kata yang dikeluarkan oleh alat ucap anak itu menarik perhatian, tidak mudah
dipahami dan tidak enak didengar. Maksudnya bahwa bicara itu tidak sempurna kalau
menyimpang sangat jauh dari model pembicaraan pada umumnya.
1)

Faktor Organik
1. Kematangan alat-alat bicara, seperti lidah, langit-langit, rahang, bibir,
tenggorokkan
2. Kecerdasan, anak yang cerdas akan lebih cepat menangkap pembicaraan orang
lain, dan dapat mengeluarkan isi hatinya dengan menggunakan kata-kata yang
tepat. Sedangkan anak yang kurang cer-das akan selalu menggunakan isyarat
untuk lebih menjelaskan apa yang dikatakannya.
3. Kesehatan, anak yang sehat akan banyak bicara jika dibandingkan dengan anak
yang tidak sehat. Anak yang sehat akan selalu gembira dan bicara mengenai apa
saja, sering bicara sendiri dengan alat permainannya.
4. Pendengaran, hendaknya sejak kecil sudah diperhatikan, apakah anak itu memiliki
pendengaran yang baik atau tidak. Sebab anak yang kurang pendengarannya akan
terhambat belajar secara lisan, sebab tidak pernah mendengar rangsangan suara
dari luar.
5. Jenis kelamin, beberapa ahli perkembangan anak terdahulu mengatakan bahwa
anak perempuan lebih cepat berbicara daripada anak laki-laki.

2)

Faktor Lingkungan
1. Motivasi, yaitu dorongan agar anak mau bicara. Dorongan itu dapat berupa
permainan, gerakan atau sikap lainnya yang dapat memberikan pengaruh serta
dorongan kepada anak untuk berusaha berbicara dengan kata-kata.
2. Kesempatan mendapatkan pengalaman, misalnya diajak bertamu atau menemui
tamu, diajak bertamasya dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan kondisi kesiapan dan
kematangan anak lebih memungkinkan perkembangan kemampuan bicara dan bahasanya
dengan baik, sehingga tidak mengalami kelainan atau gangguan bicara.
Melatih
Kemampuan
Berbicara
Tak hanya penampilan yang baik, seorang juga harus mempunyai kemampuan berbicara
yang baik. Setiap siswa sebenarnya memiliki kemampuan tersebut, asalkan siswa tersebut
mau belajar. Bagaimana cara melatihnya?. Oetomo, I (2008: 1-2) menguraikan cara
melatih kemampuan berbicara berdasarkan tingkat atau teknik berbicara yaitu: 1) teknik
berbicara yang baik, 2) teknik berbicara di depan umum, 3) teknik berbicara profesio-nal,
dan 4) teknik membuka dan menutup pembicaraan.
Teknik Berbicara yang Baik
Bicaralah ramah pada setiap orang. Perkataan/artikulasi pun harus jelas agar tidak terjadi
miscommunication. Perhatikan pula pemilihan kata. Meski bertujuan baik, jika salah

berkata-kata maka tujuan itu tidak akan tercapai. Lakukan kontak mata pada lawan
bicara.
Saat bicara dengan atasan, usahakan fokus. Bicara seperlunya, Jangan ngelantur sehingga
intinya malah tidak jelas. Kalau atasan memancing kita membicarakan masalah personal
seorang rekan sekerja, sebagai bawahan yang profesional sebaiknya kita berbicara
diplomatis.
Teknik Berbicara Di Depan Umum
Berbicara di depan umum bukanlah soal bakat. Kemampuan tersebut bisa dilatih. Seorang
siswa yang pendiam bisa tampil memikat di depan umum, asalkan mau belajar. Miliki
kepercayaan diri dan kuasai bahan pembicaraan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Tunjukkan antusias terhadap situasi dan pendengar.
2. Lakukan kontak mata 5-15 detik, dan tatapan kita pun harus bekeliling bukan
pada satu orang saja. Jadi, semua orang merasa diajak berbicara.
3. Perlihatkan senyuman agar lawan bicara fokus pada kita.
4. Sisipkanlah humor, karena humor akan menghilangkan kejenuhan, namun hindari
humor yang berbau porno.
5. Fokus pada pembicaraan. Tidak perlu memperlihatkan semua wawasan yang kita
punya, karena akan menunjukan kita sok pintar.
6. Berikan pujian yang jujur pada orang lain, tanpa menyimpang dari maksud.

Teknik Berbicara Profesional

Seorang profesional perlu mengenal teknik presentasi yang efektif, seperti yang
disebutkan diatas. Ada tiga faktor penting lainnya:
1. Faktor verbal 7 %, menyangkut pesan yang kita sampaikan termasuk kata-kata
yang kita ucapkan.
2. Faktor vokal, 38 %, seperti intonasi, penekanan, dan resonansi suara.
3. Faktor visual, 55 % yakni penampilan kita.
Jadi, jangan menyepelekan penampilan dan suara, sehingga orang yang mendengarkan
tidak bosan. Kita harus pintar mengaturnya sehingga menciptakan suasana yang hidup
dan dinamis.
Teknik Membuka dan Menutup Pembicaraan
Untuk mengawali suatu pembicaraan, adakanlah small talk, seperti mengucapkan selamat
pagi, siang atau malam. Untuk memancing perha-tian pendengar, lemparkan joke ringan.
Setelah itu baru ke topik utama. Akhiri pembicaraan dengan ilustrasi dan summary hasil
pembicaraan di dalamnya. Jadi, jangan bicara dari A sampai Z, sebaiknya diringkas
sehingga orang mengerti dan tidak melupakan pesan atau intisari pembicaraan.
Berbicara atau berkomunikasi secara profesional menuntut kesiapan tiga hal. Pertama
wawasan atau materi yang kita sampaikan, kedua cara penyampaian yang meliputi gerak,
intonasi suara, dan penekanannya, ketiga penampilan kita. Semua hal tersebut dapat
dipelajari asalkan siswa memiliki kemauan. Milikilah motivasi untuk maju dan
berkembang mencapai keberhasilan yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai