Anda di halaman 1dari 8

MATERI XI STUDI KASUS

A. Pengertian. Studi kasus adalah suatu tehnik mempelajari seseorang individu secara mendalam untuk membantu memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik ( I. Djumhur, 1985 ). Studi kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang murid secra mendalam dengan tujuan membantu murid untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik ( WS. Winkel, 1995 ). Studi kasus adalah metode pengumpulan data yang bersifat integratif dan komprehensif. Integratif artinya menggunakan berbagai tehnik pendekatan dan bersifat komprehensif artinya data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu secara lengkap ( Dewa Ktut Sukardi,1983 ). B. Tujuan Studi Kasus. Studi kasus bertujuan : Memahami siswa sebagai individu dalam keunikannya dan dalam keseluruhannya Membantu siswa untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik

C. Sasaran Studi Kasus. Yang biasanya dipilih sebagai sasaran bagi studi kasus adalah individu yang menunjukan gejala mengalami kesulitan atau masalah yang serius, sehingga memerlukan bantuan yang serius pula.

D. Ciri-ciri Studi Kasus. Studi kasus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Mengumpulkan data yang lengkap 2. Bersifat rahasia 3. Dilakukan secara terus menerus ( kontinyu ) 4. Pengumpulan data dilakukan secara ilmiah 5. Data diperoleh dari berbagai pihak. Dalam situasi konkrit di Indonesia, tidak mungkin menggunakan semua alat pengumpul data dan semua alat penyimpan data secara serentak, karena di kebanyakan sekolah pelayanan bimbingan dan konseling baru mulai dikembangkan, tidak mungkin dan tidak bijaksana untuk mulai menggunakan alat-alat itu sekaligus semua. Maka perlu ditentukan urutan prioritas, yaitu : angket, wawancara informatif, buku rapor. home visit, testing, rating scale otobiografi, sosiometri, studi kasus

E. Data yang Dikumpulkan dalam Studi Kasus. Data yang dikumpulkan dalam studi kasus adalah sebagai berikut : 1. Indentitas diri 2. Latar belakang keluarga 3. Lingkungan hidup ( sosial-ekonomi ) 4. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan 5. Riwayat kesehatan 6. Testing dalam berbagai bidang

7. Riwayat pendidikan sekolah 8. Pola kesusilaan dan keyakinan hidup 9. Riwayat pelanggaran hidup 10. Penggunaan waktu luang 11. Minat dan cita-cita hidup 12. Pergaulan dengan teman-teman. F. Langkah-langkah Studi Kasus. 1. Perencanaan. 2. Pengumpulan data. 3. Penggunaan dan pengolahan data. 4. Sintesa dan interpretasi data. 5. Membuat rencana pelaksanaan pertolongan. 6. Pelaksanaan rencana. 7. Evaluasi dan Follow up. G. Bagian-bagian Studi Kasus Studi kasus sebagai metode untuk mengadakan persiapan konseling dapat kita lihat adanya bermacam-macam bagian, yaitu : 1. Data identitas ( data pengenal ) 2. Tanda-tanda atau gejala yang nampak 3. Data-data sekitar klien : a. Latar belakang keluarga ( family background ) antara lain : lingkungan rumah bagaimana hubungan antar anggota keluarga

disiplin dalam rumah status perekonomian keluarga bagaimana sikap orang tua terhadap anak, dan sebaliknya b. Latar belakang jasmani dan kesehatan anak, antara lain :

kesehatan anak pada umunya ciri-ciri jasmani keadaan alat indera pada umumnya keadaan phisical defect ( jika ada ) c. Data mengenai segi pendidikannya :

hasil belajar ( record ) di sekolah kemajuan dan kemunduran di sekolah kemampuan mengikuti pelajaran, dsb d. Sosial behavior dan minatnya :

hobinya hubungan sosialnya kepercayaan pada diri sendiri inisiatifnya, dsb e. Data psycho test :

perhatiannya bakatnya achievementnya, dsb

H. Contoh Studi Kasus.

Nama Kelas Umur Keterangan

: George C : III : 8 tahun 3 bulan : George dibawa ke klinik karena ia menunjukan kemunduran

dalam pelajaran di sekolah terutama dalam membaca dan berhitung. Kesan Umum : Waktu pertama kali ia dibawa ke klinik ia sangat gugup. Setelah dijelaskan mengapa ia di bawa ke klinik tersebut ia mulai agak tenang. Ia menunjukan tanda-tanda kegembiraan dalam mengerjakan berbagai tes, menunjukan usaha dan perhatian dan tabah dalam menghadapi kesukaran. Kadang-kadang ia melakukan usaha yang salah. Keadaan Fisik. Pemeriksaan medis menunjukan bahwa George anak yang mempunyai perkembangan kesehatan yang cukup baik. Ia 7 cm lebih tinggi dari ukuran normal dan 16 ons lebih berat dari ukuran normal. Pemeriksaan pendengaran menunjukan bahwa ia kurang dapat mendengar dengan tepat, 16,8 % kata-kata pada telinga kanan dan 20 % pada telinga kiri. Penglihatan baik. Kecakapan. Dalam tes inteligensi yang diambil dari Stanford Binet, ia menunjukan IQ 95. Sedangkan dari tes non verbal ia menunjukan IQ 99. Ia agak kurang dalam membaca pengertian tetapi cukup baik dalam membaca tehnis dan prounounciation. George tinggal dalam lingkungan rumah yang berbahasa Spanyol. Ibunya dapat berbahasa Inggris sedikit. Ayahnya cukup lancar dalam berbahasa Inggris tetapi kurang dalam

menuruti grammar dan aksen yang tepat. Pada waktu George baru masuk kelas I ia baru menguasai bahasa Inggris sedikit sekali.

Penyesuaian Sosial. George menunjukan keterlambatan dalam perasaan dan perkembangan sosial. Ia bermain dengan group anak laki-laki dan wanita yang berumur sekitar 6 - 8 tahun. Keinginan dan minatnya normal. Ia rupanya tidak senang kepada kakak perempuannya yang beruisa 1,5 tahun lebih tua dari padanya. Selain dengan kakak perempuannya ia tidak mempunyai kelainan dalam penyesuaian sosialnya. Interprestasi George adalah anak yang sebenarnya mempunyai kecakapan sedang. Kemundurannya dalam prestasi sekolah, disebabkan oleh faktor bahasa, ia kurang menguasai bahasa Inggris. Problem lain ialah kuarang matangnya perkembangan sosial dan hubungan yang tidak baik dengan kakak perempuannya. Kekurang tajaman dalam pendengaran tidak merupakan faktor penghambat dalam pekerjaan sekolah. Rekomendasi Kemunduruan dalam prestasi sekolah akan dapat diatasi dengan memberikan bimbingan yang baik dalam penguasaan bahasa. Kepada orang tua disarankan agar : 1. Membimbing George dalam mengerjakan pekerjaan rumah, tetapi jangan sekalikali mengerjakan sendiri pekerjaan tersebut. 2. Mengusahakan hubungan yang baik dengan kakak perempuannya 3. Mengusahakan agar George bermain-main dengan kawan-kawannya yang sebaya. 4. Menanamkan rasa tanggungjawab dan rasa tidak usah tergantung pada orang lain. 5. Agar memperbaiki kelancaran bahasa Inggris dari George dengan jalan menggunakan bahasa Inggris dalam percakapan yang dilakukan dengan George.

Anda mungkin juga menyukai