B. Tujuan Berbicara
Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai
maksud dan tujuan. Menurut Tarigan (1986, hlm.15) tujuan utama berbicara
adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara
efektif, maka sebaiknya sang pembicara memahami makna segala sesuatu
yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek
komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-
prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum
maupun perorangan. Adapun tujuan berbicara menurut Yunus Abidin (2012
hlm. 129) dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Informatif
Tujuan informatif merupakan tujuan berbicara yang dipilih pembicara
ketika ia bermaksud menyampaikan gagasan untuk membangun
pengetahuan bukan hanya pendengar. Tujuan ini selanjutnya akan lebih
sempurna jika balik atas bersifat informatif melainkan komunikatif yakni
terjadinya timbal gagasan yang disampaikan pembicara dengan respons
yang dihasilkan pendengar. Tujuan berbicara jenis ini merupakan tujuan
yang paling dominan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti
menerangkan sesuatu menjelaskan proses, konsep, dan data,
mendeskripsikan benda, dan berbagai kegiatan informasional lainnya.
2. Rekreatif
Tujuan rekreatif merupakan tujuan berbicara untuk memberikan kesan
menyenangkan bagi diri pembicara dan pendengar. Jenis tujuan ini adalah
untuk menghibur pendengar sehingga pendengar menjadi merasa terhibur
oleh adanya pembicara. Pembicaraan semacam ini biasanya berbentuk
lawakan, candaan.
3. Persuasif
Tujuan persuasif merupakan tujuan pembicaraan yang menekankan daya
bujuk sebagai kekuatannya. Hal ini berarti tujuan pembicaraan menekankan
pada usaha memengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan apa
yang diharapkan pembicara melalui penggunaan bahasa yang halus dan
penuh daya pikat. Tujuan berbicara jenis ini banyak digunakan oleh
seseorang dalam kegiatan kampanye, propaganda, penjualan, dan lain-lain.
4. Argumentatif
Tujuan argumentatif merupakan tujuan berbicara untuk meyakinkan
pendengar atas gagasan yang disampaikan oleh pembicara. Ciri khas tujuan
ini adalah penggunaan alasan-alasan rasional di dalam bahan pembicaraan
yang digunakan pembicara. Berbicara jenis ini banyak digunakan dalam
kegiatan diskusi ilmiah, keilmuan, dan debat politik
E. Jenis-Jenis Berbicara
Menurut Puji Santosa (2008, hlm. 36) jenis-jenis berbicara dapat
dilakukan berdasarkan tujuannya, situasinya, cara penyampiannya, dan
jumlah pendengarnya. Perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Berbicara berdasarkan tujuannya
a. Berbicara untuk memberitahukan, melaporkan dan
menginformasikan. Berbicara untuk tujuan memberitahukan,
melaporkan atau menginformasikan dilakukan jika seseorang ingin
menjelaskan suatu proses, menguraikan, menafsirkan seseuatu,
menyebarkan atau menanamkan pengetahuan dan menjelaskan
kaitan.
b. Bicara untuk menghibur. Bicara untuk menghibur memerlukan
kemampuan menarik perhatian pendengar. Suasana pembicaraannya
bersifat santai dan penuh canda.
c. Berbicara untuk membujuk, mengajak, menyakinkan atau
menggerakkan. Dalam kegiatan berbicara ini, pembicara harus
pandai merayu, mempengaruhi atau menyakinkan pendengarnya.
2. Berbicara berdasarkan situasinya
a. Berbicara formal. Dalam situasi formal, pembicara dituntut untuk
berbicara secara formal. Misalnya, ceramah dan wawancara.
b. Berbicara non formal. Dalam situasi informal, pembicara harus
berbicara secara tidak formal, misalnya bertelepon.
3. Berbicara berdasarkan penyampainnya
a. Berbicara mendadak. Berbicara mendadak terjadi jika seseorang
tanpa direncanakan sebelumnya harus berbicara di muka umum.
b. Berbicara berdasarkan catatan. Dalam berbicara seperti ini,
pembicara mengguanakan catatan kecil pada kartu-kartu yang telah
disiapkan sebelumya dan telah menguasai materi pembicaraannya
sebelum tampil di muka umum.
c. Berbicara berdasarkan hafalan. Dalam berbicara hafalan, pembicara
menyiapkan dengan cermat dan menulis dengan lengkap bahan
pembicaraanya. Kemudian, dihafalkannya kata demi kata, kalimat
demi kalimat sebelum melakukan pembicaraannya.
d. Berbicara berdasarkan naskah. Dalam berbicara seperti ini,
pembicara telah menyusun naskah pembicaraanya secara tertulis dan
dibacakannya pada saat berbicara.
4. Berbicara berdasarkan jumlah pendengarnya
a. Berbicara antarpribadi. Berbicara antarpribadi terjadi jika dua orang
membicarakan sesuatu. Suasana pembicaraanya dapat bersifat serius
atau santai bergantung pada masalah yang dibincangkan.
b. Berbicara dalam kelompok kecil. Pembicaraan seperti ini terjadi
antara pembicara dengan sekelompok kecil pendengar ( 3-5 orang ).
Dalam kegiatan pembelajaran, jenis berbicara seperti ini, sering
dilakukan. Kelompok kecil merupakan sarana yang dapat untuk
melatih siswa mengungkapkan pendapatnya secar lisan, terutama
melatih siswa yang jarang berbicara.
c. Berbicara dalam kelompok besar. Jenis berbicara seperti ini terjadi
apabaila pembicara menghadapi pendengar yang berjumlah besar.
Santosa, Puji, dkk. (2008). Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD.
Jakarta: Universitas Terbuka.