PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelajaran bahasa Inggris di MI berfungsi sebagai alat pengembangan diri siswa dalam
bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Setelah menamatkan studi, mereka diharapkan
dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang cerdas, terampil dan berkepribadian
serta siap berperan dalam pembangunan nasional (GBPP 1994).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bahasa Inggris menekankan empat keterampilan
membaca, mendengarkan, menulis, dan berbicara. Semua itu didukung oleh unsur-unsur
bahasa lainnya, yaitu: Kosa Kata, Tata Bahasa dan Pronunciation sesuai dengan tema sebagai
alat pencapai tujuan. Dari ke empat keterampilan berbahasa di atas, pembelajaran
keterampilan berbicara ternyata kurang dapat berjalan sebagaimana mestinya. Siswa belum
mampu berkomunikasi walaupun dalam bahasa Inggris yang sangat sederhana.
Salah satu penyebabnya adalah kegiatan pembelajaran bahasa Inggris di kelas banyak
difokuskan pada keterampilan menulis dan membaca. Sementara keterampilan lain utamanya
keterampilan berbicara tidak banyak mendapatkan perhatian. Yang terjadi selanjutnya,
banyak guru yang memberi porsi secara berlebihan pada keterampilan membaca dan menulis,
sementara kemampuan berbicara siswa sangat tidak kompeten.
Kondisi yang demikian ini terjadi di sekolah peneliti yaitu MI Darojul Ullum.
Pembelajaran bahasa Inggris banyak difokuskan pada membaca dan menulis yang banyak
mendominasi soal-soal ulangan, baik ulangan akhir semester. Disisi lain, keterampilan
berbicara tidak banyak mendapatkan perhatian yang cukup. Pembelajaran keterampilan
berbicara disajikan sebatas pada penjelasan-penjelasan mengenai fungsi ungkapan-ungkapan
bahasa. Lebih parah lagi, bahasan-bahasan itu dikemas dalam bentuk soal-soal latihan. Faktor
yang demikian ini menjadikan kemampuan berbicara siswa dalam bahasa Inggris tertatih
tatih. Bahkan yang lebih tragis lagi, belakangan ini timbul kecenderungan bagi siswa untuk
membenci pelajaran bahasa Inggris karena mereka menganggap bahwa pelajaran bahasa
Inggris suatu yang membosankan dan menakutkan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu strategi alternatif. Strategi yang dipilih
adalah role play.
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
Secara umum, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan motivasi
belajar peserta didik sekaligus untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang
kreatif dan dinamis sehingga peserta didik benar-benar menjadi pelaku (subjek) belajar
yang sesungguhnya.
2. Tujuan Khusus
Kemampuan siswa dalam menggunakan Bahasa Inggris secara lisan atau berbicara
meningkat yang terlihat dengan meningkatnya :
a Keaktifan peserta didik menggunakan bahasa Inggris.
b Ketepatan pengucapan dan intonasi.
c Ketepatan penggunaan tata bahasa dan kosa kata.
D. Ma
E. nfaat Penelitian
A. Kajian Pustaka
1. Berbicara
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran
dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan
ataupun dengan jarak jauh. Moris dalam Novia (2002) menyatakan bahwa berbicara
merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan
pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial. Sedangkan, Wilkin dalam Maulida
(2001) menyatakan bahwa tujuan pengajaran bahasa Inggris dewasa ini adalah untuk
berbicara. Lebih jauh lagi Wilkin dalam Oktarina (2002) menyatakan bahwa keterampilan
berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi terjadi
melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari
masyarakat yang berbeda.
Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan
anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah
kemampuan berbicara atau berujar dipelajari Tarigan, (1981:3).
Komunikasi dapat dipandang sebagai suatu komunikasi perbuatan-perbuatan atau
tindakan-tindakan serangkaian unsur-unsur yang mengandung maksud dan tujuan.
Komunikasi bukan merupakan suatu kejadian, peristiwa, sesuatu yang terjadi, komunikasi
adalah sesuatu yang fungsional, mengandung maksud dan dirancang untuk menghasilkan
beberapa efek atau akibat pada lingkungan para penyimak dan para pembaca. Brown
(dalam Tarigan, 1981:10-11).
Ujaran (Speech) merupakan suatu bagian yang integral dari keseluruhan personalitas
atau kepribadian, mencerminkan lingkungan sang pembicara, kontak-kontak sosial dan
pendidikannya.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan
Tarigan, (1981:15).
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikas. Agar dapat menyampaikan
pikiran secara efektif, maka seyogyanyalah sang pembicara memahami makna segala
sesuatu yang ingin dikomunikasikan.
2. Role Play
Role Play adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan
sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1 986). Selain itu, Role Play sering
dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya
seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Dalam Role Play siswa diperlakukan sebagai subjek pembelajaran, secara aktif
melakukan praktik-praktik berbahasa bersama teman-temannya pada situasi tertentu.
Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri siswa (Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama, 2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran bahasa
menjelaskan bahwa dalam pembelajaran bahasa, siswa akan lebih berhasil jika mereka
diberi kesempatan menggunakan bahasa dengan melakukan berbagai kegiatan bahasa.
Bila mereka berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari
(Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran siswa harus aktif. Tanpa adanya aktivitas,
maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi (Sardiman, 2001).
Sementara itu, sesuai dengan pengalaman peneliti manfaat yang dapat diambil dari
Role Play adalah: Pertama, Role Play dapat memberikan semacam hidden practice
(latihan tanpa disadari), dimana siswa tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan
terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. Kedua, Role play melibatkan
jumlah siswa yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, Role Play dapat
memberikan kepada siswa kesenangan karena Role Play pada dasarnya adalah permainan.
Dengan bermain siswa akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa. Masuklah
ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby DePorter, 2000).
Peneliti juga menggunakan musik sebagai back-ground (latar belakang) suara di
dalam kelas pada saat siswa melakukan praktik bahasa. Musik yang dimaksud dalam hal
ini adalah jenis musik pop yang sedang disukai oleh siswa. Musik ini berfungsi untuk
mendukung lingkungan pembelajaran, merubah mental siswa dan memengaruhi kondisi
hati siswa. Dalam suasana hening, siswa biasanya merasa malu memulai pembicaraan
karena takut salah. Di samping itu, irama, ketukan dan keharmonisan musik dapat
mempengaruhi filosofi manusia, terutama gelombang otak dan detak jantung, disamping
dapat membangkitkan perasaan dan ingatan. Musik dapat membantu siswa masuk pada
keadaan belajar optimal. Musik juga memungkinkan guru membangun hubungan dengan
siswa. Melalui musik, guru dapat berbicara dalam bahasa mereka (Bobby DePorter,
2000).
B. Hipotesis Tindakan
Penggunaan metode Role Play dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa
kelas VI MI ISLAMIYAH Maduran tahun pelajaran 2012/2013.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Darojul Ulum
Sampang, jumlah siswa kelas VI sebanyak 25(12 Laki-laki dan 13 siswa pererumpuan,
B. Setting penelitian
Penelitian ini bertempat Desa Karduluk Kecamatan Pragaan Kabupaten Sampang dan
di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Kelas VI pada mata pelajaran bahasa inggris Tahun 2012-2013
A. Rencana Tindakan
Guna meningkatkan kemampuan berbicara pada pokok bahasan bercerita melalui Role
Play kelas VI MI. ISLAMIYAH Maduran tahun pelajaran 2012/2013., pada setiap tatap muka
selama 90 menit, siswa diminta secara aktif melakukan praktik bahasa (bertanya dan
menjawab dalam bahasa Inggris) pada situasi tertentu dalam kelompok kecil (yang terdiri
dari 2 sampai 4 siswa) maupun kelompok besar (lebih dari 4 atau melibatkan seluruh
kelas).
Prosedur penelitian ini meliputi 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai tujuan
yang ingin dicapai. Sebelum siklus dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan observasi untuk
mengetahui tindakan apa yang paling tepat untuk dilaksanakan. Dengan hasil pemantauan
awal tersebut dilaksanakanlah penelitian tindakan dengan 4 langkah, yaitu: 1)
perencanaan/planning, 2) pelaksanaan/action, 3) observasi/observation dan 4)
refleksi/reflection, (Lewin, 1990).
Keempat langkah yang dikenal dengan istilah Model Kurt Lewin dapat digambarkan
sebagai berikut :
A. Siklus I
1. Perencanaan
Siklus sedang I terdiri dan 6 siklus kecil, dan setiap siklus kecil berlangsung selama
90 menit. Materi yang diberikan antara lain: Asking for and giving personal information
1, Asking for and giving personal information 2, Asking for and giving personal
information 3, Talking about family. Counting, Asking and replying where things are.
Langkah-langkah yang ditempuh antara lain:
a. Membuat setting Role Play agar tampak sebagaimana mestinya. Misalnya,
menjelaskan kepada siswa peran apa yang akan dimainkan. Di sini, peneliti
melakukan persiapan-persiapan yang berkaitan dengan setting Role Play dan
atributnya.
b. Menjelaskan tujuan dan aturan permainan.
c. Memberikan ungkapan-ungkapan yang dipakai dalam Role Play, membimbing cara
pengucapannya beberapa kali dan sekaligus menjelaskan penggunaannya. Ini
dilakukan dengan maksud agar siswa merasa percaya diri menggunakan ungkapan-
ungkapan itu dalam Role Play.
d. Memilih musik yang sesuai sebagai background suara agar suasana tampak rileks
sehingga dapat mengurangi ketegangan siswa.
2. Pelaksanaan
Siswa diminta memperaktikkan Role Play sesuai dengan tujuan dan aturan
permainan selama kurang lebih 50 menit. Untuk 5 menit pertama, peneliti membuat
persiapan-persiapan sebagai setting Role Play, misalnya menata kelas, membuat atribut
dan menceriterakan kepada siswa peran yang akan dimainkan. 5 menit berikutnya,
peneliti menjelaskan tujuan dan aturan permainan. Kemudian 15 menit selanjutnya
ungkapan-ungkapan dan kosa kata yang dipakai dalam Role Play dituliskan di papan,
sekaligus dijelaskan oleh peneliti fungsinya. Peneliti juga memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menirukan cara melafalkan ungkapan-ungkapan dan kosa kata yang
akan dipakai.
Untuk topik-toprk yang lebih rumit,kegiatan ini kadang-kadang membutuhkan lebih
dari 15 menit. Selanjutnya setelah siswa merasa jelas, peneliti meminta siswa
memperaktikkan Role Play selama kurang lebih 25 menit dalam kelompok. Pada saat
siswa bermain Role Play, peneliti membunyikan musik sebagai background suara dengan
volume tertentu.
Peneliti dan guru mitra selanjutnya memantau jalannya Role Play sambil
memberikan bantuan kepada siswa. Untuk kesalahan-kesalahan yang bersifat umum,
artinya dilakukan hampir seluruh siswa, peneliti menjelaskan kembali secara klasikal.
Sementara kesalahan yang bersifat individu atau kelompok, peneliti langsung
memberikan penjelasan pada individu atau kelompok itu.
3. Pengamatan
Pada setiap akhir dua siklus kecil, Angket Siswa dibagikan. Ini dimaksudkan untuk
mengetahui respon siswa setelah mereka mempraktikkan Role Play. Tabel benkut ini
menunjukkan jumlah rata-rata respon siswa dari 3 angket yang telah disebarkan selama
pelaksanaan sikius sedang 1. Dari 36 jumlah didapatkan data seperti pada Tabel 1. Data
Tabel 1 di-checkcross-kan dengan Lembar Observasi Aktivitas dalam KBM yang
dilakukan oleh kolaborator, dan didapatkan data:
a Peneliti merasa kesulitan membuat gambar atau media lain untuk kata-kata tertentu
sehingga kata-kata itu langsung diterjemahkan. Hal yang demikian ini mengakibatkan
sebanyak 69 % siswa merasa kesulitan memahami arti kosa kata meskipun sudah
diartikan ke dalam bahasa Indonesia.
b Peneliti sudah memberi contoh cara melafalkan ungakapan-ungkapan yang dipakai
namun tidak banyak memberi penekanan sehingga mengakibatkan sebanyak 58%
siswa merasa kesulitan mengucapkan ungkapan-uangkapan itu saat mempraktikkan
Role Play.
4. Refleksi
Sementara itu, hasil refleksi yang diperoleh di lapangan selama pelaksanaan siklus
sedang I sebagaimana di bawah ini:
a Pada awal pelaksanaan siklus I tampaknya sebagian besar siswa masih merasa
canggung (tidak percaya diri) melakukan praktik bahasa (bertanya dan menjawab
dalam bahasa Inggris). Sebagai gantinya, siswa banyak melakukannya dengan cara
melihat pekerjaan teman-temannya. Kondisi yang demikian ini terjadi karena siswa
belum terbiasa melakukan Role Play. Kemungkinan lain, kurangnya penekanan pada
latihan melafalkan ungkapan-ungkapan dan kosa kata yang dipakai dalam Role Play
sehingga siswa merasa malu. Masalah ini (percaya diri siswa) akan mendapat
perhatian peneliti untuk pelaksanaan siklus sedang berikutnya.
b Di samping melihat pekerjaan teman-temannya, untuk mendapatkan dan memberi
infromasi yang semestinya dilakukan dengan cara bertanya dan menjawab dalam
bahasa Inggris, banyak siswa yang masih menggunakan bahasa daerah. Misalnya,
untuk meminta perhatian seseorang, minta maaf, menyuruh orang lain mengulang apa
yang ia katakan. Padahal, untuk tujuan ini mereka sebenarnya dapat saja melakukan
dalam bahasa Inggris dengan cara melihat ungkapan-ungkapan itu yang masih tertera
di papan tulis. Keadaan seperti ini banyak dipengaruhi oleh ketidak biasaan mereka
berbicara dalam bahasa Inggris sehingga mereka enggan melakukannya. Pada
pelaksanaan siklus selanjutnya agar keadaan ini tidak terulang lagi siswa banyak
dibekali cara melafalkan ungkapan-ungkapan yang dipakai dalam Role Play, dan
siswa sering diingatkan agar mereka tidak canggung dan ragu-ragu lagi.
c Sebagian besar siswa merasa sulit beradaptasi dengan Setting Role Play yang
dipersiapkan sepenuhnya oleh peneliti. Keadaan ini akan mendapat perhatian peneliti
pada pelaksanaan siklus sedang berikutnya. Misalnya, dengan memberitahukan
terlebih dahulu tentang setting Role Play untuk pertemuan berikutnya, kemudian
memberi penugasan kepada siswa untuk membuat persiapan-persiapan setting Role
Play sebagaimana yang dikehendaki.
d Kesimpulannya pada siklus satu belum mencapai KKM maka perlu dipersiapkan siklus
dua.Begitu juga pada siklus dua jika belum mancapai KKM akan melakukan siklus
tiga.
B. Instrumen Penelitian
Bobby DePorter dan Mike Hemacki, dkk. 2000. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Digby and Granger. 1989. English Grammar. Advanced Filmsetters Ltd. Great Britain.
Jurnal Pendidikan Widya Tama. 2007. Semarang: Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP)
Jawa Tengah.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Contextual Teaching and Learning. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama
Sardiman A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Soemanto, Wasty. 1988. Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah), Palangka Raya:
Bumi Aksara.
Suharsimi, Arikunto. 1986. Procedure Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Bina
Aksara.
PERANGKAT PEMBELAJARAN
SILABUS
RPP
BAHAN AJAR
LKS
MEDIA PEMBELAJARAN
KISI-KISI SOAL/INSTRUMEN
DISUSUN OLEH :
SIE MULHAK, S.Pd
NO:PESERTA: 1105715720003111
NO: ABSEN 2
UNIT KERJA :
MI DAROJUL ULUM SAMPANG
KEC. SAMPANG – KAB. SAMPANG
LEMBAR PENGESAHAN KETUA YAYASAN AL ISMAILIYAH
i
LEMBAR PENGESAHAN KEPALA SEKOLAH
Sie Mulhak,S.Pd
ii
LEMBAR PENGESAHAN PETUGAS PERPUSTAKAAN
iii
PERNYATAAN INTEGRITAS AKADEMIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul :
“Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Role Play Siswa Kelas VI MI DAROJUL
Saya bertanggung jawab sepenuhnya dan akan menerima tindakan apapun, apabila di
kemudian hari diketahui bahwa informasi yang saya tuliskan di atas tidak sesuai dengan
Sampang,
Penulis
iv
IDENTITAS PENELITI DAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN
Sampang,
Peneliti
v
ABSTRAKSI
Mulhak.Sie, 2011. Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Role Play Siswa Kelas
VI MI DAROJUL ULUM Sampang Tahun Pelajaran 2011/2012
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas yang
berjudul “Peningkatan Kemampuan Bercerita melalui Metode Role Play Siswa Kelas VI MI
DAROJUL ULUM SAMPANG 2011/2012 ” dapat terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan karya tulis ini dapat terselesaikan
berkat bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun maupun tidak langsung. Untuk
itu patutlah kiranya penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Istriku ysng telsh banyak membantu, mendukung penulis dalam penyusunan laporan penelitian
tindakan kelas ini, serta semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan penelitian
tindakan kelas ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang
selayaknya dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan
laporan penelitian tindakan kelas ini masih terdapat kekurangan-kekurangan sehingga sudilah
kiranya apabila ada yang memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan penulisan mendatang.
Akhirnya penulis berharap semoga apa yang disajikan dalam laporan penelitian tindakan
kelas ini memberikan manfaat kepada berbagai pihak pada umumnya dan penulis khususnya.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
A v
B v
S i
T v
R ii
A v
K ii
S i
… 1
… 1
… 2
… 2
… 3
… 3
… 4
… 4
… 6
… 7
… 7
… 7
… 9
… 9
… 1
… 1
… 1
… 1
… 1
… 4
… 1
… 8
… 1
… 9
… 2
… 2
… 2
… 2
A. Siklus I …………………………………………………………………….10
B. Siklus II ……………………………………………………………………13
A. Kesimpulan ………………………………………………………………20
B. Saran …………………………………………………………………….20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
Lembar questionaire siswa
RESPON SISWA
NO. QUESTIONAIRE
Ya Tidak
1. Apakah anda merasa kesulitan dalam
memahami arti kosa kata yang terdapat dalam
Role Play?
2. Apakah anda merasa kesulitan dalam
memahami kosa kata?
3. Apakah anda mudah memahami ungkapan-
ungkapan yang dipakai dalam Role Play?
4. Apakah anda merasa kesulitan mengucapkan
ungkapan-ungkapan itu?
5. Apakah anda merasa sudah jelas dengan
aturan Role Play?
6. Apakah anda merasa jelas dengan contoh
yang telah diberikan oleh guru?
7. Apakah anda merasa senang belajar bahasa
Inggris melalui Role Play?
8. Apakah anda merasa sulit bermain Role Play?
Lampiran 3
Pengamat