Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktivitas manusia yang disebut komunikasi merupakan fenomena yang rumit dan
terus menerus berubah dalam kehidupan manusia. Ciri tersebut memiliki relevansi dengan
pembelajaran dan pengajaran bahasa. Dapat dikatakan bila dua orang atau lebih terlibat
dalam suatu komunikasi, tentu mereka melakukan komunikasi karena berbagai alasan.
Kapanpun komunikasi terjadi tentu selalu ada pembicaraan dan pendengaran, ada pembicara
dan ada pendengar serta topik yang dibicarakan.

Setiap manusia dituntut terampil berkomunikasi, terampil menyampaikan pikiran,


gagasan, ide, perasaan, dan terampil menangkap informasi yang didapat, serta terampil pula
menyampaikan informasi yang diterima. Kehidupan manusia setiap hari dihadapkan dalam
berbagai kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara. Contohnya dalam lingkungan
keluarga, terjadi dialog, antara orang tua dan anak, dan komunikasi antara anak-anak itu
sendiri.

Ketrampilan berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin
dicapai dalam pengajaran bahasa Arab. Berbicara merupakan sarana utama untuk membina
saling pengertian, komunikasi timbal balik, dan menggunakan bahasa sebagai medianya.
Kegiatan berbicara ini sebenarnya merupakan kegiatan yang menarik dalam kelas bahasa.
Akan tetapi seringkali terjadi sebaliknya, kegiatan berbicara menjadi tidak menarik. Ini
terjadi karena penguasaan kosakata dan pola kalimat oleh siswa masih terbatas. Namun
demikian, kunci keberhasilan kegiatan tersebut sebenarnya ada pada pengajar. Apabila
pengajar dapat merangsang situasi pembelajaran menjadi hidup, dapat secara tepat memilih
topik pembicaraan, teknik yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, serta memiliki
kreativitas dalam mengembangkan model-model pembelajaran.

maka tentu kemancetan itu tidak akan terjadi. Faktor lain yang penting dalam menghidupkan
kegiatan berbicara adalah keberanian murid dan perasaan tidak takut salah. Oleh karena itu,
pengajar dituntut mampu memberikan dorongan kepada siswa agar berani berbicara.
Kendatipun dengan resiko salah. Kepada siswa hendaknya ditekankan bahwa takut salah
adalah kesalahan yang paling besar.

1
Secara umum, tujuan latihan berbicara bahasa arab, untuk tingkat pemula, menengah,
dan lanjut adalah agar siswa mampu berkomunikasi lisan secara baik dan benar dengan orang
lain.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pembelajaran kalam?

2. Apa tujuan pembelajaran kalam?

3. Apa saja model pembelajaran kalam?

4. Bagaimana tahapan pembelajaran kalam?

5. Apa saja aspek yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kalam?

6. Apa saja kelemahan dan kelebihan strategi pembelajaran kalam?

7. Bagaimana aplikasi pembelajaran kalam di Indonesia?

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN KALAM

Ketrampilan berbicara sering juga disebut dengan istilah ta'bir. Meski demikian
keduanya memiliki perbedaan penekanan, dimana kalam lebih menekankan kepada
kemampuan lisan, sedangkan ta'bir disamping secara lisan juga dapat diwujudkan dalam
bentuk tulisan.

Dalam memulai latihan berbicara, terlebih dahulu didasari oleh kemampuan


memdengarkan, kemampuan penguasaan kosakata dan keberanian mengungkapkan apa yang
ada dalam pikirannya.1

Ketrampilan berbicara pada hakikatnya merupakan ketrampilan memproduksi arus


sistem bunyi artikulasi yang bertujuan untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan,
dan keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan alat ucap seseorang merupakan
persyaratan alamiah yang memungkinkan untuk memproduksi suatu ragam yang luas bunyi
artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan, dan lagu bicara. Ketrampilan ini juga didasari oleh
1
Makruf, Imam. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aktif,(Jakarta: Need’s Press), 103.

2
kepercayaan didri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggungjawab dengan
menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah dan
lain-lain.2

Pengertian ketrampilan berbicara merupakan suatu ketrampilan menyampaikan pesan


secara lisan kepada orang lain. Penggunaan bahasa secara lisan dipengaruhi oleh berbagai
faktor secara praktis bisa kita simak, yaitu pelafalan, intonasi, pilihan kata, struktur kata dan
kalimat, sistematika pembicaraan, isi pembicaraan, cara memulai dan mengakhiri
pembicaraan serta penampilan.

Maharah al-Kalam adalah kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau


kata-kata untuk mengekspresikan pikiran berupa ide, pendapat, keinginan, atau perasaan
kepada lawan bicara. Dalam makna yang lebih luas, berbicara merupakan suatu sistem tanda-
tanda yang dapat didengar dan dilihat yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot
tubuh manusia untuk menyampaikan pikiran dalam rangka memenuhi kebutuhannya.3

B. TUJUAN PEMBELAJARAN KALAM

Secara umum maharah al-kalam  bertujuan agar mampu berkomunikasi lisan secara


baik dan wajar dengan bahasa yang mereka pelajari. Secara baik dan wajar mengandung arti
menyampaikan pesan kepada orang lain dalam cara yang secara sosial dapat diterima.
Sasaran teknik ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan
bahasa Arab pada situasi yang alami dengan sikap spontanitas kreatif, disamping penguasaan
tata bahasa. Lebih fokusnya  adalah menyampaikan makna atau maksud yang tepat sesuai
dengan tuntunan dan fungsi komunikasi pada waktu tertentu.
Tujuan dari pembelajaran kalam (ketrampilan berbicara) mencakup beberapa hal antara
lain sebagai berikut:4

a. Kemudahan Berbicara

Peserta didik harus mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara sampai
mereka mampu mengembangkan ketrampilan ini secara wajar, lancar, dan menyenangkan,
baik didalam kelompok kecil maupun dihadapan pendengar umum yang lebih besar
jumlahnya. Peserta didik perlu mengembangkan kepercayaan yang tumbuh melalui latihan.

2
Iskandarwassid, dkk. Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Rosdakarya), 239.
3
Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1994), 15
4
Iskandarwassid, dkk. Strategi …., 242.

3
b. Kejelasan

Dalam hal ini peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun
diksi kalimatnya. Gagasan yang diucapkan harus tersusun dengan baik. Agar kejelasan dalam
berbicara tersebut dapat dicapai, maka dibutuhkan berbagai macam latihan terus-menerus dan
variatif. Latihan tersebut bisa melalui diskusi, pidato dan debat. Karena dengan latihan seperti
ini, akan dapat mengatur cara berfikir seseorang dengan sistematis dan logis.

c. Bertanggung jawab5

Latihan berbicara yang bagus menekankan pembicara untuk bertanggungjawab agar


berbicara secara tepat, dan dipikirkan dengan sunggung-sungguh mengenai apa yang menjadi
topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak bicara, dan bagaimana situasi
pembcaraan serta momentumnya pada saat itu. Latihan demikian akan menghindarkan
seseorang dari berbicara yang tidak bertanggungjawab atau bersilat lidah yang mengelabuhi
kebenaran.

d. Membentuk Pendengaran Yang Kritis

Latihan berbicara yang baik sekaligus mengembngkan ketrampilan menyimak secara


tepat dan kritis juga menjadi tujuan utama program pembelajaran ini. Disini peserta didik
perlu belajar untuk dapat mengevaluasi kata-kata yang telah diucapkan, niat ketika
mengucapkan, dan tujuan dai pembicaraan tersebut.

e. Membentuk Kebiasaan

Kebiasaan berbicara bahasa arab tidak dapat dicapai tanpa ada niat yang sungguh-
sungguh dari peserta didik itu sendiri. Kebiasaan ini bisa diwujudkan melalui interaksi dua
orang atau lebih yang telah disepakati sebelumnya, tidak harus dalam komunitas besar.
Dalam menciptakan kebiasaan berbahasa arab ini yang dibutuhkan adalah komitmen,
komitmen ini bisa dimulai dari diri sendiri, kemudian komitmen ini berkembang menjadi
kesepakatan dengan orang lain untuk berbahasa arab secara terus-menerus. Inilah yang
disebut dengan menciptakan lingkungan berbahasa yang sesungguhnya.

5
Iskandarwassid, dkk. Strategi …., 242.

4
C. MODEL PEMBELAJARAN KALAM

Aktivitas latihan prakomunikatif adalah latihan-latihan yang memberikan maksud agar


peserta didik dapat mempelajari kemampuan-kemampuan dasar dalam kegiatan maharah al-
kalam seperti latihan penerapan pola dialog, kosa kata, kaidah, mimik muka, dan sebagainya.
Pada aktivitas ini keterlibatan guru dalam latihan cukup banyak berperan aktif dalam
memberikan latihan yang di setiap unsur memerlukan banyak contoh.
Teknik yang dapat diterapkan dalam aktivitas latihan prakomunikatif secara bertahap
adalah sebagai berikut:6
a.    Al-hifz ala al-hiwar (hapalan dialog)
Dalam teknik ini latihan meniru dan menghapalkan dialog-dialog mengenai
berbagai macam situasi dan kesempatan. Melalui latihan ini diharapkan pelajar dapat
mencapai kemahiran yang baik dalam percakapan yang dilakukan secara wajar dan tidak
dibuat-buat. Kendatipun pada awalnya latihan ini dibuat secara pola berdasarkan hapalan,
namun akan mencapai kemampuan berkomunikasi secara wajar jika hal ini dilakukan
secara terus-menerus.
b.    Al-hiwar bil al-shuwar (dialog melalui gambar)
Melalui teknik ini diharapkan dapat memahami fakta melalui gambar yang
diungkapkan secara lisan sesuai denga tingkatan siswa, guru dalam hal ini membawa
gambar-gambar dan menunjukkkan satu persatu kepada siswa dengan menggunakan
metode tanya jawab sehingga terciptalah kondisi yang sesuai diinginkan maksud dari
media gambar tersebut.
‫هذ تلميذ‬ ‫من هذا ؟‬   ‫هذا كثاب‬ ‫ما هذا ؟‬
‫هذه استاذة‬ ‫من هذه ؟‬   ‫هذه كراسة‬ ‫ما هذه ؟‬
‫ذلك فالح‬ ‫من ذلك ؟‬   ‫ذلك باب‬ ‫ما تلك ؟‬
‫تلك طبيبة‬ ‫من تلك ؟‬   ‫تلك مجلة‬ ‫ما تلك ؟‬
‫اسمي عائشة‬ ‫ك‬
ِ ‫ما اسم‬   b‫اسمي يوسف‬ ً ‫ما اسم‬
‫ك‬
 
c.     Al-hiwar al-muwajjah (dialog terpimpin)
Pada teknik ini diupayakan siswa dapat melengkapi pembicaraan yang sesuai
dengan situasi tertentu dengan keadaan yang dilatihkan. Pada prakteknya guru dapat
memberikan contoh tanya jawab dalam bahasa Arab, misalnya tentang shalat tarawih.

6
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011),
136-137.

5
Dalam tanya jawab ini guru memberikan kalimat-kalimat untuk dapat direspon oleh
siswa, misalnya:
‫انا اريد أن أذهب الى مسج الكرامة‬ ‫اريد أن أدهب الى مسجد الكرامة‬
‫ معك‬b‫بمرتافورا‬ ‫ و‬,‫بمرتافورا هدالليل لصالت التراويح‬
‫ بل أذهب الى‬,‫ ال أدهب الى هاك‬,‫ال‬ ‫أنت ؟‬
‫المصلى قريب من المدرسة‬
 
d.    Al-tamtsil al-suluki (dramatisasi tindakan)
Pada teknik ini diharapkan siswa dapat mengungkapkan suatu aktivitas secara lisan.
Guru melakukan upaya tindakan tertentu seperti tersenyum, tertawa duduk, dan
sebagainya, kemudian siswa dapat memberikan jawaban sesuai dengan tindakan guru
tersebut.7
‫أنت تتبسم‬ ‫ماذ أعمل ؟‬
‫أنت تضحك‬
‫أنت تجلس على الكرسي‬
 
e.     Tathbiq al-namadzij
Pada teknik ini diharapkan siswa dapat mengungkapkan kalimat lengkap melalui
pola-pola kalimat yang belum disempurnakan. Melalui praktek pola dengan
menyempurnakan kalimat tertentu yang didahului soal-soal yang tidak lengkap, acak, atau
penambahan yang sudah lengkap. Dalam prakteknya dapat melalui pola kalimat antara
lain penambahan, penyisipan, substitusi, integrasi, menyusun, melengkapi dan lain-lain.
1.    Al-tazyid (penambahan)
‫قرأ أحمد المجلة صباحا‬ ‫قرأ أحمد المجلة‬
‫قرأ أحمد المجلة مساء‬
‫قرأ أحمد المجلة ليال‬
 
2.    Al-takhlil (penyisipan)
‫ذهب التلميذ اليوم الى المكتبة‬ ‫ذهب التلميذ الى المكتبة‬
‫ذهب التلميذ بعد الظهر الى المكتبة‬
‫ذهب التلميذ قبل العصر المكتبة‬
 
3.    Al-tabdil (substitusi)8
7
Acep Hermawan, Metodologi…138.
8
Acep Hermawan, Metodologi…139

6
‫الدكان كبير‬ ‫المسجد كبير‬
‫البيت كبير‬
‫الغرفة واسعة‬ ‫المكتبة واسعة‬
‫الحديقة واسعة‬
 
4.    Al-tadmij (integrasi)
‫عرفت أن التعلم مفيد‬ ‫عرفت – التعلم مفيد‬
  ‫ذهب علي السوق‬
 
5.    Al-tartib (menyusun)
Kata tersusun Kata Acak
‫انا اسافر الى مكة و المدينة مع اسرتي‬ ‫ للعمرة – اسافر – اسرتي‬- ‫مكة – الى‬
‫للعمرة‬ ‫ انا‬-‫– المدينة – مع – و‬
‫ذهب محمد الى المكتبة التجارية مع‬ – ‫الى – التجارية – ذهب – أصحابه‬
‫أصحابه‬ ‫المكتبة – محمد – مع‬
 
6.    Takmil al-jumlah (melengkapi kalimat)9
Pelengkap Kalimat tak lengkap
‫الموز‬ ‫ عثمان يحب البرتقال ولكن يحي يحب‬....
‫رخيص‬ ‫ وهذا الكراسة‬,‫ هذا الكتاب غلي‬....
 
Pola aktivitas pembelajaran maharah al-kalam pada tingkatan prakomunikatif menuntut
pengajar/guru lebih dapat menyediakan materi yang lebih bervariatif sehingga akan
membawa siswa lebih merasa belajar. Dengan teknik-teknik yang pada tahapan
prakomunikatif diharapkan siswa dapat memahami pembelajaran dasar maharah al-kalam,
sehingga dapat dilanjutkan dengan pembelajaran dengan teknik komunikatif.

Latihan komunikatif adalah latihan yang lebih mengandalkan kreativitas para pelajar
dalam melakukan latihan. Pada tahap ini keterlibatan guru secara langsung mulai dikurangi
untuk memberi kesempatan mereka mengembangkan kemampuan sendiri. Para pelajar pada
tahap ini ditekankan untuk lebih banyak berbicara daripada guru. Sedangkan penyajian
latihan diberikan secara bertahap, dan dianjurkan agar materi latihan di pilih sesuai dengan
kondisi kelas.10

9
Ibid.,,140.
10
Acep Hermawan, Metodologi…140.

7
Beberapa aktivitas yang memungkinkan dilakukan dalam latihan komunikatif secara
bertahap adalah sebagai berikut :

a.       Percakapan kelompok ( al-hiwar al-jama’i)

Peralatan yang harus disediakan adalah tape-recorder untuk merekam semua percakapan.
Dalam satu kelas para pelajar di bagi ke dalam kelompok-kelompok sesuai kebutuhan. Setiap
kelompok diberi judul cerita yang sederhana. Sebelum latihan di laksanakan para pelajar
diperkenankan untuk berunding dengan teman sekelompoknya.

Di dalam latihan ini para pelajar berganti-ganti mengatakan sesuatu yang disambung
oleh teman-teman sekelompoknya sehingga menjadi sebuah cerita yang  lengkap. Semua
kegiatan percakapan direkam sehingga dapat didengarkan lagi.

Guru dalam latihan ini berkeliling dari satu keolompok ke kelompok lainnya dan
menjawab pertanyaan jika para pelajar meminta. Setelah kegiatan selesai, rekaman
selanjutnya diputar kembali untuk didiskusikan dengan para pelajar, baik mengenai isi, pola,
intonasi, dan sebagainya.

b.      Bermain peran (al-tamtsil)11

Pada aktivitas ini guru memberikan tugas peran tertentu yang harus dilakukan oleh para
pelajar. Peran yang diberikan harus disesuaikan dengan tingkat penguasaan bahasa para
pelajar. Tentu saja peran yang diberikan kepada tingkat pemula tidak sama dengan yang
diberikan kepada tingkat menengah dan lanjutan. Bermain peran ini merupakan teknik yang
sangat berguna dalam melatih perilaku bahasa. Pemberian tugas ini dapat dilakukan dengan
mulai dari cara yang sangat sederhana sampai kepada yang rumit yang memerlukan
penguasaan pola-pola kompleks.

c.       Praktek ungkapan sosial (tathbiq al-ta’birat al-ijtima’iyyah)

Ungkapan sosial maksudnya adalah perilaku-perilaku sosial saat berkomunikasi yang di


ungkapkan secara lisan, misalnya memberi hormat, mengungkapkan rasa kagum, gembira,
ucapan perpisahan, memberi pujian, ucapan selamat, dan sebagainya. Pola-pola ungkapan ini
dipraktikkan dalam rangkaian pembicaraan pada situasi-situasi tertentu.Pola-pola ungkapan
yang biasanya digunakan misalnya : Alangkah indahnya lukisan ini !   semoga engkau
selamat, semoga engkau berhasil, selamat hari raya idul fitri.
11
Ibid.,141.

8
d.      Praktek lapangan (al mumarasah fi almujtama’)12

Praktek lapangan maksudnya berkomunikasi dengan penutur asli diluar kelas. Tentu saja
aktivitas ini hanya bisa di lakukan di tempat-tempat yang ada penutur asli bahasa Arab.
Praktek lapangan ini sangat berarti bagi perkembangan kemampuan berbahasa Arab, sebab
berbicara dengan penutur Asli secara langsung dapat mengadakan koreksi berbahasa dalam
berbagai aspek.

Selain itu, kegiatan berbicara di lapangan dapat dijadikan ukuran perkembangan belajar
bahasa tersebut. Penutur Asli bahasa Arab di Indonesia nampaknya tidak sebanyak bahasa
inggris. Mungkin hanya di tempat atau instansi tertentu saja para pelajar bisa menemui
mereka, seperti di kedutaan-kedutaan atau lembaga-lembaga pendidikan yang mendatangkan
penutur asli bahasa Arab dari Timur tengah.

e.       Problem solving (hill al-musykilat)13

Problem solving atau pemecahan masalah biasa dilakukan dalam bentuk diskusi (al
munazharah). Aktivitas ini bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi,atau
mengadakan sebuah kesepakatan tentang suatu rencana. Berdiskusi lebih tinggi tingkat
kesulitannya di bandingkan dengan hiwar, sebab berdiskusi sudah melibatka kemampuan
menganalisa, menilai, menyimpulkan fakta.

Dalam aktivitas ini guru juga harus melihat tingkat kemampuan pelajar dalam bahasa
Arab. Bagi tingkatan permasalahan yang dipecahkan harus sederhana tidak menutup
kemungkinan aktivitas yang harus dilakukan para pelajar berdasarkan bantuan imajinasi guru
jika situasi menghendaki demikian. Tema yang diberikan, misalnya “ Berkemah ke
Palembang”. Guru mengatakan :” Apa saja yang harus disiapkan untuk berkemah itu?”.

TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA ARAB YANG BERKAITAN DENGAN


MAHARAH KALAM

a.      Tahap-tahap latihan berbicara

Pada tahap permulaan latihan berbicara dapat dikatakan serupa dengan latihan
menyimak. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, dalam latihan menyimak ada tahap
mendengarkan  ada juga tahap menirukan. Latihan mendengarkan dan menirukan ini

12
Acep Hermawan, Metodologi…142
13
Ibid…142-143.

9
merupakan gabungan antara latihan dasar untuk kemahiran menyimak dan kemahiran
berbicara.

Namun harus disadari bahwa tujuan akhir dari keduanya berbeda. Tujuan akhir latihan
menyimak adalah kemampuan memahami apa yang disimak, sedangkan tujuan akhir dari
latihan pengucapan adalah kemampuan ekspresi (ta’bir) yaitu mengungkapkan ide, pikiran,
atau pesan kepada orang lain. Keduanya merupakan syarat mutlak bagi sebuah komunikasi
lisan yang efektif secara timbal balik.

Berikut ini beberapa model latihan berbicara:14

(1)   Latihan asosiasi dan identifikasi

Latihan ini dimaksudkan untuk melatih spontanitas siswa dan kecepatannya dalam
mengidentifikasi  dan mengasosiasikan makna ujaran yang didengarnya. Bentuk latihannya
antara lain;

a.       Guru menyebutkan satu kata, siswa menyebut kata lain yang ada hubungannya
dengan kata tersebut. Contoh:

Guru Siswa

‫رأس‬ ‫شعـر‬

‫قميص‬ ‫ثوب‬

‫رز‬ ‫فالّح‬

‫مسجد‬ ‫مؤذن‬

b.      Guru menyebutkan satu kata, dan siswa menyebutkan pula kata lain yang tidak
ada hubungannya dengan kata tersebut. Contoh:

Guru Siswa

‫حصان‬ ‫زهـرة‬

‫حذاء‬ ‫موز‬

‫قلم‬ ‫رأس‬

14
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang:MISYKAT, 2009), 141.

10
‫كوب‬ ‫قلنسوة‬

c.       Guru menyebut satu kata benda (isim), dan siswa menyebut kata sifatnya yang
sesuai. Contoh:

Guru Siswa

‫تلميذ‬ ‫نشيط‬

‫شعر‬ ‫طويل‬

‫حذاء‬ ‫سوداء‬

‫ليل‬ ‫مظلم‬

d.      Guru menyebut satu kata kerja (fi’il), siswa menyebut pelaku  (fa’il)nya yang
cocok. Contoh:15

Guru Siswa

‫نجح‬ ‫المجتهد‬

‫رسب‬ ‫الكسالن‬

‫صلى‬ ‫المسلم‬

‫ربح‬ ‫التاجر‬

e.       Guru menyebut satu kata kerja (fi’il), siswa 1 menyebutkan (fa’il)nya yang
cocok, dan siswa 2 melengkapinya dengan sebuah frasa, dan siswa 3 mengucapkan kalimat
yang disusun bersama itu selengkapnya. Contoh:

Siswa 3 Siswa 2 Siswa 1 guru

‫ذهب المعلم إلى المدرسة‬ ‫إلى المدرسة‬ ‫المعلم‬ ‫ذهب‬

‫عمل الفالح في المزرعة‬ ‫في المزرعة‬ ‫الفالح‬ ‫عمل‬

‫لعب األطفال في الميدان‬ ‫في الميدان‬ ‫األطفال‬ ‫لعب‬

‫ على الكرسي‬b‫جلس التلميذ‬ ‫على الكرسي‬ ‫التلميذ‬ ‫جلس‬

15
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi…142.

11
f.       Guru menulis di papan tulis beberapa jenis kata benda, siswa diminta
mengingatnya. Beberapa sa’at kemudian tulisan dihapus kemudian guru menyebut satu kata
benda dan siswa menyebutkan jenis benda tersebut. Contoh:16

‫شراب‬-‫زهرة‬-‫طعام‬-‫فاكهة‬-

Guru Siswa

‫لبن‬ ‫شراب‬

‫وردة‬ ‫زهر‬

‫تفاحة‬ ‫فاكهة‬

‫خبز‬ ‫طعام‬

g.      Guru menulis satu kata (secara rahasia), kemudian siswa satu persatu
mengajukan pertanyaan untuk dapat menebak kata yang ditulis. Dalam permainan ini kelas
dapat dibagi 2 kelompok. Kelompok yang lebih cepat menebak dan jawabannya tepat maka
diberika nilai lebih baik.

(2).      Latihan pola kalimat (pattern practice)

Menyusun kalimat berdasarkan kaidah nahwu shorof.

(3).      Latihan percakapan

Latihan percakapan ini terutama mengambil topik tentang kehidupan sehari-hari atau
kegiatan-kegiatan yang dekat dengan kehidupan siswa. Dalam kegiatan ini juga diajarkan
macam-macam ucapan selamat (tahiyyat) dan juga ungkapan basa-basi (asalibul mujamalat)
yang banyak sekali variasinya. Dalam hal ini, tidak hanya aspek-aspek bahasanya saja yang
diajarkan, tetapi juga aspek sosial budayanya, seperti sopan santun, gerak gerik, bahasa
tubuh, dan prilaku dalam bercakap-cakap.17

Diantara model-model latihan percakapan itu ialah sebagai berikut:

a.       Tanya jawab

16
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi…143.
17
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi…144.

12
Guru mengajukan satu pertanyaan, siswa 1 menjawab dengan satu kalimat; kemudian
siswa 1 bertanya, siswa2 menjawab; selanjutnya siswa 2 bertanya, siswa 3 menjawab;
demikian seterusnya sampai semua siswa mendapat gilirannya.

Contoh:

‫ إلى أين ذهبت البارحة يا أحمد ؟‬:   ‫المدرس‬

‫ إلى أين ذهبت البارحة يا أمين ؟‬.‫ ذهبت البارحة إلى المسجد‬:       ‫أحمد‬

‫ إلى أين ذهبت البارحة يا فاضل ؟‬.‫ ذهبت البارحة إلى السينما‬:        ‫أمين‬

‫ إلى أين ذهبت البارحة يا نبيلة ؟‬.‫ ما ذهبت إلى أي مكان‬:      ‫فاضل‬

‫ أنا في البيت فقط‬:        ‫نبيلة‬.

b.      Menghafal model dialog18

Guru memberikan suatu model dialog secara tertulis untuk dihafalkan oleh siswa di
rumah masing-masing. Pada minggu berikutnya secara berpasangan mereka diminta tampil di
muka kelas untuk memeragakan dialog tersebut. Untuk menghidupkan suasana dan melatih
kemahiran bercakap-cakap secara wajar, siswa diminta tidak sekedar menghafalkan dialog-
dialog tersebut, tapi juga mendramatisasikannya dengan memperhatikan segi-segi ekspresi,
mimik, gerak-gerik, intonasi, dan lain sebagainya sesuai dengan teks yang ditampilkannya.

Dialog tersebut harus disesuaikan dengan tingkat kemahiran siswa, dan harus bersifat
situasional yang materinya diambil dari kehidupan sehari-hari, misalnya di rumah, di sekolah,
di pasar, di lapangan, di stasiun, dan lain sebagainya. Untuk menopang penciptaan situasi,
maka dapat digunakan alat bantu seperti gambar-gambar, slide, ataupun film.

c.       Percakapan terpimpin

Di dalam percakapan terpimpin, guru menentukan situasi atau konteks


(munasabah)nya. Siswa diharapkan mengembangkan imajinasinya sendiri dalam percakapan
dengan lawan bicaranya sesuai dengan munasabah yang telah ditentukan. Apabila murid
diberikan kesempatan untuk mempersiapkannya di rumah, maka sebaiknya jangan ditetapkan
pasangannya terlebih dahulu, ini untuk menghindari kemungkinan siswa mempersiapkan
dialog secara tertulis dan kemudian menghafalkannya.
18
Ibid,..145.

13
d.      Percakapan bebas19

Dalam kegiatan percakapan bebas, guru hanya menetapkan topik pembicaraan, siswa
diberi kesempatan melakukan percakapan mengenai topik tersebut secara bebas. Sebaiknya
siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing beranggotakan 4-5 orang, agar
siswa punya kesempatan yang cukup untuk berlatih. Guru dalam hal ini melakukan
pengawasan terhadap masing-masing kelompok, dan memberikan perhatian khusus kepada
kelompok yang dinilai lemah atau terlihat kurang lancar dan kurang bergairah dalam
melakukan percakapan.

4.      Bercerita

Bercerita mungkin salah satu kegiatan yang menyenangkan, tapi bagi yang mendapat
tugas bercerita, kadangkala merupakan siksaan karena tidak punya gambaran apa yang akan
diceritakan. Oleh karena itu, guru hendaknya membantu siswa dalam menemukan topik
cerita. Sebaliknya, mendengarkan cerita bisa juga menimbulkan kejenuhan apabila yang
bercerita itu tidak memperhatikan asas-asas keefektifan berbicara. Tugas guru adalah
membimbing siswa agar memperhatikan asas-asas tersebut. Kejenuhan juga bisa diatasi
dengan variasi pokok cerita atau bentuknya.

5.      Diskusi20

Ada beberapa model diskusi yang bisa digunakan dalam latihan berbicara, antara lain:

(a)    Diskusi kelas, dua kelompok berhadapan

Guru menetapkan satu masalah dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan. Contoh:

 pertanyaan‫ الرئيس جورج و ولكر بوش أن الرئيس صدام الحسين؟‬:    ‫ أيهما تؤيد‬:   

 per nyataan    :‫اللغة العربية أهم من اللغة اإلنجلزية‬    

kemudian guru membagi siswa dalam 2 kelompok. Kelompok A bersikap mendukung


pernyataan dan kelompok B bersikap menentang pernyataan. Guru atau salah seorang dari
siswa bertindak sebagai moderator dan menggilirkan waktu kepada masing-masing kelompok
untuk mengemukakan alasan. Moderator hendaknya memperhatikan agar semua anggota
19
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi..146.
20
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi…147.

14
kelompok mendapat kesempatan untuk berpartisipasi dan tidak dimonopoli oleh beberapa
orang siswa saja.

(b)   Diskusi kelas bebas

Guru menetapkan topik, siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya tentang
masalah yang menjadi pembicaraan tersebut secara bebas.

(c)    Diskusi kelompok

Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, masing-masing terdiri dari 6-10 siswa. Pada
setiap kelompok ditentukan seorang ketua, penulis dan pelapor. Masing-masing kelompok
mendiskusikan topik yang berbeda-beda atau topik yang sama tapi dari segi yang berbeda.
Pada bagian akhir jam pelajaran, wakil dari masing-masing kelompok  (pelapor) melaporkan
hasil diskusi kelompoknya di depan kelas dan siap menjawab pertanyaan atau sanggahan
yang akan diajukan oleh kelompok yang lain.

(d)   Diskusi panel21

Guru menetapkan topik, menunjuk beberapa siswa sebagai penulis, moderator, dan
panelis. Kepada petugas diberi kesempatan satu minggu untuk mempersiapkan bahan
pembicaraannya, dan siswa yang lainnya menyiapkan sanggahan-sanggahan. Dalam
pelaksanaan diskusi guru bertindak sebagai partisipan pasif. Pada akhir diskusi guru
memberikan komentar dan evaluasi.

Dalam memilih topik diskusi hendaknya dipertimbangkan hal-hal berikut ini:

v  Disesuaikan dengan kemampuan siswa. Topik jangan terlalu sukar, karena siswa yang
lemah tidak akan mampu berpartisipasi secara aktif.

v  Disesuiakan dengan minat dan selera siswa, dan bukan sesuai dengan minat dan keinginan
guru. Jika siswa tidak berminat kepada topik pembicaraan, maka tentunya mereka tidak akan
bergairah untuk berpartisipasi.

v  Topik hendaknya bersifat umum dan popular, jangan memilih topik yangt terlalu spesifik
dan teknis yang hanya bias diikuti oleh siswa tertentu saja.

21
Ibid,..148.

15
v  Dalam menentukan topik, sebaiknya siswa diajak serta untuk merangsang keterlibatan
mereka dalam kegiatan berbicara.

6.      Wawancara22

a)      Persiapan wawancara

Wawancara sebagai suatu kegiatan dalam pelajaran berbicara memerlukan persiapan-


persiapan sebagai berikut:

Ø  Sebelum kegiatan dilaksanakan, pihak-pihak yang akan diwawancarai sudah


mempersiapkan pokok masalah yang akan dibicarakan.

Ø  Pewawancara dalam kegiatan ini juga harus mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang


mengarah kepada sasaran informasi yang sudah direncanakan.

Ø  Dalam hubungan ini guru berkewajiban membimbing kea rah pemakaian kalimat yang
singkat dan tepat, disamping  unsur-unsur keefektifan lainnya.

b)      Bentuk-bentuk wawancara

Kegiatan wawancara ini dapat dilakukan dalam dua bentuk:

Ø  Wawancara dengan tamu

Dalam hal ini guru sengaja menghadirkan seseorang ke dalam kelas untuk
diwawancarai oleh para siswa. Tamu yang diundang itu bisa saja dari luar yang belum
dikenal oleh siswa mungkin seorang native-speaker yang kebetulan berada di Indonesia atau
orang Indonesia yang mampu berbahasa Arab.

Ø  Wawancara dengan teman sekelas

Dalam kegiatan ini, sebagian siswa mewawancarai yang lain, berpasang-pasangan


secara bergantian. Setelah selesai kegiatan wawancara maka setiap siswa melaporkan di
depan kelas hasil wawancaranya di depan kelas dalam bahasa Arab. Bahan wawancaranya
adalah data pribadi siswa, misalnya data mengenai keluarga, tempat tinggal, kegiatan sehari-
hari, bobi dan sebagainya.

7.      Drama23
22
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi…148-149.
23
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi…150.

16
Drama merupakan kegiatan yang mengandung unsur rekreatif. Namun tidak semua
siswa berbakat atau mempunyai minat untuk bermain drama. Oleh karena itu, guru memilih
siswa-siswa tertentu untuk memainkan drama, sedangkan siswa yang lain sebagai penonton.
Ini bukan berarti bahwa yang mengambil manfaat dari kegiatan drama ini hanyalah mereka
yang bermain.

Persiapan-persiapan yang harus dilakukan sebelum kegiatan ini dilakukan ialah :

Ø  Memilih naskah, dengan jalan mencuplik bagian atau fragmen sandiwara yang sudah
tertulis, yang dialog-dialognya dianggap baik sebagai alat untuk mengajarkan kemampuan
berbicara. Naskah juga bisa disusun oleh guru, yakni berupa dialog sederhana dalam satu
adegan yang sesuai dengan tujuan pelajaran keterampilan berbicara.

Ø  Siswa diberi kesempatan untuk melakukan latihan beberapa hari sebelum penampilan.

Tujuan latihan berbicara dengan drama ini ialah untuk mengarahkan siswa kepada pemakaian
kalimat dan ungkapan yang baik, pemakaian bentuk-bentuk formal dan informal, sekaligus
memupuk keberanian siswa terutama dalam menghadapi pihak penonton.

8.      Berpidato24

Kegiatan ini hendaknya dilakukan setelah siswa mempunyai cukup pengalaman


dalam berbagai kegiatan berbicara yang lain seperti percakapan, bercerita, wawancara,
diskusi dan lain-lain. Hal ini perlu karena kegiatan pidato ini sifatnya selalu resmi dan
membutuhkan gaya bahasa yang lebih baik. Oleh karena itu perlu waktu persiapan yang
cukup.

Pengajar dalam hal ini harus mampu menanamkan keterlibatan pihak pendengar
dengan pembicara. Untuk mencapai hal ini guru dapat menghubungkan kegiatan mendengar
dan menulis. Misalnya saja, siswa diharuskan menulis ringkasan isi pidato dari setiap
pembicara.

Kegiatan berpidato sebagai salah satu sarana atau bentuk pengajaran bahasa Arab
telah lama dipraktekkan di berbagai pondok pesantren. Hasilnya ternyata sangat baik,
24
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi…150-151.

17
hendaknya guru bahasa Arab di sekolah-sekolah berusaha memasukkan lomba pidato bahasa
Arab sebagai salah satu mata acara lomba yang biasanya diadakan setiap tahun, baik dalam
rangka Porseni, hari ulang tahun sekolah, peringatan hari-hari besar  Islam dan sebagainya.

Diantara strategi pembelajaran dalam ketrampilan berbicara adalah.25

a. Khibrah Mutsirah
Digunakan untuk memotivasi siswa agar dapat mengungkapkan pengalaman-
pengalaman yang pernah dialaminya berkaitan dengan teks yang akan diajarkan.26
Langkah-langkah dari strategi khibrah Mutsirah adalah27
1. guru menyampaikan topik yang akan dipelajari, misalnya: baitun
2. siswa diberi pertanyaan, misalnya: hal ladaikum bait?
3. guru menyampaikan teks dengan judul tersebut, dan menghubungkan dengan
segala hal yang berkaitan dengan tema tersebut. Misal: ‘indi baitun amama al
madrasah.
b. Ta’bir al-Ara’ ar-Ra’isiyyah
Strategi ini sangat penting untuk mengasah kemampuan siswa dalam mengungkapkan
bahasa Arab secara spontan dan kreatif, meskipun pada awalnya perlu penekanan bagi
siswa untuk tampil dengan berani. Apabila sudah terbiasa akan melahirkan iklim yang
menyenangkan.
Langkah-langkah dari strategi ini.28
a). tentukan topik bacaan yang akan disampaikan., b). Buat bacaan itu menjadi
beberapa konsep inti, kemudian sampaikan melalui peta konsep., c). Terangkan materi
tersebut perlahan-lahan, agar siswa dapat mengikuti alur tema tersebut., d). mintalah
siswa mengungkapkan kembali dengan bahasa arab yang dimiliki., e). Lanjutkan pada
poin selanjutnya, mintalah siswa untuk mengulangi., f). Setelah semua peta konsep
cerita terpaparkan, mintalah siswa mengulangi dari awal sampai akhir, tanpa
menghapus peta konsep yang tertulis di papan tulis., g). Beri reward kepada siswa
yang mampu menjelaskan sampai selesai., h). Cross check alur topik yang telah
dibahas siswa.
c. Tamtsiliyyah

25
Radliyah Zaenuddin dkk., Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab (Yogyakarta:
Pustaka Rihlah Group, 2005), 64-70.
26
Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab (Yogyakarta: Diva Press, 2012), 102.
27
Radliyah Zaenuddin dkk., Metodologi,,,64.,
28
Radliyah Zaenuddin dkk., Metodologi, 65-66.

18
Adalah sebuah aktivitas yang membutuhkan kemampuan siswa dalam mengekrspresikan
dialek bahas arab fusha dengan fasih dan sesuai makhrajnya. Selain itu, juga mengekplorasi
kemampuannya dalam bermain peran.
Langkah-langkah dari strategi ini adalah.29
a). Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota sesuai dengan
peran yang ada dalam teks dialog yang diajarkan., b). Siswa diberi teks dialog dan
mereka diminta untuk mempelajarinya dan menanyakan kosakata yang tidak
dipahami., c). Siswa diminta memainkan peran yang ada dalam teks., d). pasangan
bertukar peran.
d. Ta’bir Mushawwar
bertujuan agar siswa dapat menirukan alur cerita guru dengan cepat. Melalui media
gambar, siswa dapat membahasakan materi ajar yang ia tangkap dari uraian guru
melalui bahasa sendiri.
Langkah-langkah dari strategi ini adalah:
a). guru mempersiapkan gambar sesuai dengan tema yang diajarkan., b). tempelkan
gambar di papan tulis., c). guru menjelaskan objek yang ada di gambar dan alur tema
yang akan dibahas., d). siswa diminta menceritakan kembali objek tersebut dan alur
ceritanya.

e. Yal’ab al-Madurris
strategi ini memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk dapat berperan sebagai
guru bagi kawan-kawannya. Langkah-langkah dari strategi ini adalah:
a) Tentukan tema yang akan didiskusikan, misalnya tentang liburan., b) masing-
masing siswa diberi kertas dan diminta untuk membuat pertanyaan seputar hari libur.,
c) kertas dikumpulkan dan diacak, kemudian bagikan lagi kepada siswa,. d) siswa
diminta membaca pertanyaan yang ada di kertas, lalu menjawabnya., e) setelah
menjawab, minta siswa yang lain untuk menambahkan., f) lanjutkan pada kertas
berikutnya., g) siswa diminta membuat rangkuman cerita seputar hari libur.
f. Jidal Fa’al
strategi ini untuk menggali pemikiran siswa dalam menghadirkan argumentasi yang
mana ada dua kelompok pro dan kontra. Langkah-langkah strategi ini adalah:
a) tentukan tema yang kontroversial, misal: narkoba.,b) siswa dibagi menjadi
kelompok pro dan kontra., c) tempatkan mereka di kursi yang saling berhadapan., d)
29
Radliyah Zaenuddin dkk., Metodologi,,,67.

19
masing-masing kelompok memikirkan argumen yang tepat., e) setiap kelompok
mempunyai juru bicara yang menyampaikan pendapat. Pendapat tersebut diharapkan
dapat memperkuat argumen kelompok terdahulu., f) akhiri perdebatan kemudian beri
komentar atas prosesi pembelajaran tadi.30

D. TAHAPAN PEMBELAJARAN KALAM

Adapun tahapan-tahapan yang bisa dilakukan guru dalam proses pembelajaran kalam
adalah sebagai berikut :31

a. Bagi pembelajar mubtadi’ (pemula)

- Guru mulai melatih bicara dengan memberi pertanyaan-pertanyaan yang harus


dijawab oleh siswa.
- Pada saat yang bersamaan siswa diminta untuk belajar mengucap kata, menyusun
kalimat dan mengungkapkan pikiran.
- Guru mengurutkan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh siswa sehingga berakhir
membentuk sebuah tema yang sempurna.
- Guru bisa menyuruh siswa menjawab latihan-latihan syafawiyah, menghafal
percakapan, atau menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi teks yang telah
siswa baca.

b. Bagi pembelajar mutawasith (lanjutan).

- Belajar berbicara dengan bermain peran.


- Berdiskusi tentang tema tertentu
- Bercerita tentang peristiwa yang terjadi pada siswa.
- Bercerita tentang informasi yang telah didengar dari televisi, radio, atau lain-lainnya.

c. Bagi pembelajar mutawasith (lanjutan)

- Guru memilihkan tema untuk berlatih kalam.


- Tema yang dipilih hendaknya menarik berhubungan dengan kehidupan siswa.
- Tema harus jelas dan terbatas.
- Mempersilahkan siswa memilih dua tema atau lebih sampai akhirnya siswa bebas
memilih tema yang dibicarakan tentang apa yang mereka ketahui.
30
Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif…, 107-108.
31
Abdul hamid, dkk., Pembelajaran Bahasa Arab (Malang : Uin-Malang Press, 2008), 42.

20
E. ASPEK-ASPEK YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Dalam melatih percakapan, pengajar hendaknya memberikan contoh percakapan terlebih


dahulu dengan intonasi dan ekspresi yang benar-benar menggambarkan pengertian secara
tepat. Dalam percakapan jangan sampai dilupakan aspek penutur asli yang sudah lazim dalam
percakapan32.

2. Dalam percakapan bebas hendaknya pengajar memberikan perhatian khusus kepada siswa
yang pemalu. Berikan dorongan kepada mereka untuk tampil dan berbicara. Juga harus
hindari terjadinya monopoli pembicaraa oleh beberapa siswa.

3. Dalam mengikuti percakapan, sebaiknya pengajar bersabar untuk tidak terburu-buru


memberikan pembetulan setiap kali siswa berbuat kesalahan. Tunggulah sampai seorang
siswa selesai bicara atau bahkan seluruh kegiatan selesai. Sebab hal itu bisa mengganggu
jalannya kegiatan untuk mempengaruhi keberanian siswa.

4. Susunan kelas hendaknya dirubah sedemikian rupa, sehingga memungkinkan partisipasi


seluruh anggota kelas dalam kegiatan pembelajaran. Buatlah bebentuk lingkaran, tapal kuda
atau setengah lingkaran bahkan kalau memungkinkan kegiatan percakapan bisa dilakukan
ditempat terbuka di luar kelas, untuk menghindari kejenuhan.

5. Azaz-azaz pembelajaran keefektifan berbicara mencakup unsur-unsur kebahasaan dan non


kebahasaan yang secara rinci dicantumkan dalam skala penilaian.

Di dalam proses pembelajaran ketrampilan berbicara, seorang pengajar juga harus melakukan
pembetulan secara langsung pada aspek kesalahan siswa, serta ada aspek penilaian di akhir
pertemuan tersebut.

1. Pembetulan Aspek Berbicara

Dalam berbagai latihan berbicara, terutama percakapan, bercerita, diskusi, dan


seterusnya, pengajar seringkali menemukan kesalahan dan kekurangan siswa, baik pada
aspek kebahasaan maupun non-kebahasaan. Modal utama untuk bisa berbicara adalah
keberanian berbicara itu sendiri dengan resiko melakukan kesalahan. Oleh Karena itu,
perbaikan dan pembetulan dari pengajar jangan sampai mematikan keberanian pembelajar.

32
Syaiful Musthofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif (Malang: UIN Maliki Press, 2011), 152-153.

21
Perlu dikemukakan disini bahwa di dalam menyampaikan hasil penilaian, pengajar
hendaknya jangan hanya menekankan kekurangan-kekurangan siswa. segi-segi kemajuan dan
keberhasilan mereka juga harus dikemukakan. Kecaman harus diimbangi dengan pujian.
Dengan demikian akan timbul perasaan di kalangan siswa bahwa mereka telah sanggup
melakukan sesuatu dan perasaan ini akan mendorong mereka melakukan tugas-tugas
selanjutnya dengan penuh semangat.33

2. Aspek Penilaian

Adapun aspek yang dinilai dalam kegiatan berbicara, sebagai berikut:

a. Aspek Kebahasaan, meliputi: pengucapan (makhroj), ketepatan bacaan (mad,


syiddah), nada dan irama, pilihan kata, pilihan ungkapan, susunan kalimat.34

b. Aspek Non Kebahasaan, meliputi: kelancaran, penguasaan topik, ketrampilan,


penalaran, keberanian, kelincahan, ketertiban.

Skala penilaian ini, dapat dipergunakan untuk penilaian individu maupun kelompok.

F. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN STRATEGI PEMBELAJARAN KALAM

Ada beberapa kelebihan dan kelemahan dalam strategi pembelajaran kalam (berbicara)
diantaranya adalah :

KELEBIHAN ;

1. Dengan menggunakan strategi pembelajaran ini siswa dapat berlatih menggunakan


bentuk-bentuk fi’il, macam-macam dhamir, huruf-huruf jar, dharaf makan dan zaman.
2. Siswa mendapat latihan bahasa secara intensif, menjadikan siswa mampu mengetahui
kesalahan dan membetulkannya sendiri karena setiap ungkapan selalu diiringi dengan
gerakan atau kejadian-kejadian.
3. Siswa mampu menguasai makna-makna kata dengan mudah dan jelas, karena setiap
kata secara langsung berhubungan dengan bentuk visual sehingga meminimalisir
penggunaan terjemah ataupun kamus. Dan juga membantu siswa untuk selalu
mengingatnya dari pada jika siswa mengetahui makna kata dari kalimat atau makna
kosa kata.

33
Syaiful Musthofa, Strategi…,153-154.
34
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi …..153-154.

22
4. Latihan ini juga membantu siswa untuk berbicara dengan tema bebas, siswa berbicara
dengan kejadian-kejadian setiap hari.
5. Pembelajaran kalam bisa juga dengan menggunakan teknik tanya jawab. Biasanya
penggunaan teknik ini diawali dari pertanyaan dan jawaban pendek, seiring dengan
perkembangan kemampuan siswa berkembang pula bentuk pertanyaan dan jawaban
latihan. Guru bisa menyampaikan dari pertanyaan yang mudah sampai ke pertanyaan
yang rumit yang membutuhkan jawaban yang panjang. Dengan latihan ini diharapkan
siswa mampu melakukan percakapan baik dengan dua orang atau lebih.35

KELEMAHAN ;

a.huruf terakhir setiap kata disukunkan (berupa waqaf),yang berarti dalam hal ini
mengabaikan kaidah I’rob. b.penerapan kaidah bahasa pada qawaid al-nahwi dan
qawaid al-sharfi cenderung agak longgar. c. susunan kalimat tidak harus berupa
kalimat lengkap. d.memiliki ungkapan untuk berkomentar, penegasan, persetujuan,
penolakan, atau sekedar mengisi jeda untuk berpikir Misalkan hasanan, azhunnu,
thab’an, ya’ni, idzan, al-muhim.
e. untuk pertanyaan cenderung menggunakan intonasi daripada pada penggunaan
adat istifham dan sering menggunakan istifham maklub seperti turid mazda, sa’ah
kam, uhaddisuk an mazda. f. Cenderung menggunakan na’at kalimah dari pada na’at
jumlah. g. Kata-kata yang seharusnya diucapkan bersambung banyak yang diucapkan
dengan waqaf misalnya al-lughah al-arabiyyah, al-assyaroh al-jadiddah hadzihi.36

G. PEMBELAJARAN KALAM DI INDONESIA

Setelah melihat proses pembelajaran ketrampilan berbicara di lapangan, ditemukan


banyaknya pengajar yang kurang efektif dalam ketrampilan berbicara. Hal ini bisa
disebabkan karena kurangnya persiapan yang matang dari pengajar itu sendiri, juga
disebabkan kurangnya pengetahuan pengajar dalam merancang strategi yang akan diterapkan
pada siswanya, sehinggan pengajar mengajar dengan strategi yang kurang kreatif dan siswa
menjadi bosan dan cenderung pasif.

Proses pembelajaran ketrampilan berbicara yang berlangsung kurang kreatif, akan


menyebabkan kurang efektif, ujungnya pembelajaran menjadi menegangkan. Ini tidak lain

35
Bisri Mustofa, dkk, Metode Dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab (Malang : Uin-Malang Press, 2012), 93-
94.
36
Ahmad Fuad Efendi, Metodelogi …., 152.

23
karena kurangnya perhatian pengajar dalam menganalisis kemampuan siswanya. Bisa jadi
pembelajaran yang seharusnya diterapkan untuk tingkatan mutaqaddim, seorang pengajar
menerapkan pembelajaran tersebut ditingkatan mutawasith. Hal ini menjadikan siswa selalu
merasa ketakutan setiap akan dimulainya pembelajaran ketrampilan berbicara (maharah
kalam).

Ironisnya lagi, pembelajaran bahasa arab khususnya pada ketrampilan berbicara sering
ditemukan pengajar yang sering menyalahkan siswa saat mempraktikkan bahasa Arab secara
lisan. Dengan alasan salah qawa’id, salah pengucapan. Padahal dalam strategi pembelajaran
asing manapun khususnya dalam pembelajaran ketrampilan berbicara seorang pengajar
dianjurkan untuk tidak terlalu sering menyalahkan praktik berbicara siswa.

Proses pembelajaran ketrampilan berbicara tidak boleh diajarkan dengan menggunakan


bahasa ‘amiyah di dalam kelas, agar siswa semata-mata tidak menggunakan bahasa ‘amiyah
sebagai bahasa kehidupan sehari-hari. Di samping itu, ada kekhawatiran jika pembelajaran
bahasa arab menggunakan bahasa ‘amiyah terus menerus, maka akan dapat menggeser
peranan bahasa fusha sebagai bahasa persatuan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tujuan pembelajaran ketrampilan berbicara secara umum adalah mencakup beberapa


hal berikut:

- Kemudahan berbicara, - Kejelasan, - Bertanggungjawab, - Membentuk pendengaran


yang kritis, - Membentuk kebiasaan
2. Ada beberapa strategi pembelajaran ketrampilan berbicara yang bisa dilakukan oelh
pengajar. Urutan nomor di bawah ini menunjukkan tingkat kesukaran walaupun tidak
mutlak. -Latihan asosiasi dan identifikasi, - Latihan pola kalimat , - Latihan percakapan, -
Bercerita, - Diskusi, - Wawancara, - Drama, - Berpidato
3. Adapun aspek yang dinilai dalam kegiatan pembelajaran ketrampilan berbicara meliputi
dua aspek: -Aspek kebahasaan, - Aspek non-kebahasaan

4. Di antara beberapa tahapan latihan berbicara, yaitu:

24
- Latihan asosiasi dan identifikasi.

- Latihan pola kalimat (pattern practice)

- Latihan percakapan, bercerita, diskusi.

- Diskusi, wawancara, drama, pidato.

5. Adapun tahapan-tahapan yang bisa dilakukan guru dalam proses pembelajaran kalam
adalah sebagai berikut:

Bagi pembelajar mubtadi’ (pemula), Bagi pembelajar mutawasith (lanjutan), Bagi pembelajar
mutawasith (lanjutan).

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Ahmad Fuad. 2009. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: MISYKAT.

Hamid, Abdul, dkk. 2008. Pembelajaran Bahasa Arab. Malang : UIN-Malang Press

Hermawan , Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya Offset.
Makruf, Imam. t.th. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aktif. Jakarta: Need’s Press.

Musthofa, Syaiful. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif . Malang: UIN Maliki
Press.
Mustofa, Bisri, dkk. 2012. Metode Dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Malang : UIN-
Malang Press.

25
Nuha, Ulin. 2012. Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: Diva
Press.
Tarigan, Henry Guntur. 1994. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung:
Angkasa.

Zaenuddin, Radliyah, dkk. 2005. Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa
Arab Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group.

26

Anda mungkin juga menyukai