Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

MAHARAH AL-ISTIMA’ WA AL-KALAM (KETERAMPILAN


MENYIMAK DAN BERBICARA) DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA ARAB

DOSEN PENGAMPU : Dr. EKAWATI, MA.

Disusun Oleh :
Annisa Muthmainnah (20.03.00.005)
Firuzah (20.03.00.009)
Fitriyati (20.03.00.012)

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
STAI AL-HIKMAH JAKARTA
2022
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 2
C. Tujuan Masalah....................................................................... 2
D. Manfaat Makalah ................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 4
A. Pengertian Keterampilan Menyimak dan Keterampilan
Berbicara ............................................................................... 4
B. Tujuan Keterampilan Menyimak dan Berbicara ...................... 8
C. Teknik-Teknik Keterampilan Menyimak dan Berbicara ......... 11
D. Tahapan Keterampilan Menyimak dan Berbicara ................... 12
BAB III PENUTUP ................................................................................... 19
Kesimpulan .................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 21

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketika seorang bayi lahir dari rahim ibunya sejak itulah mulai
terjadinya interaksi dengan lingkungan serta individu lainnya, maka
kebutuhan yang paling utama bagi diri seorang bayi ialah kemampuan
mengungkapkan keinginan dan memahami orang-orang sekitar melalui
bahasa. Seseorang membutuhkan keterampilan untuk berbahasa, yang mana
bahasa tersebut memaksanya untuk mengaplikasikan dalam
mengungkapkan keinginan tersebut.
Keadaan semacam itu sebaiknya diantisipasi sejak dini oleh lembaga-
lembaga pembelajaran, khususnya lembaga pembelajaran bahasa arab.
Dalam pembelajaran bahasa arab senantiasa melalui tahapan-tahapan
keterampilan berbahasa, diantaranya keterampilan menyimak/mendegarkan
(Maharat al-Istima’), berbicara (Maharat al-Kalam), membaca (Maharat al-
Qiraah), dan menulis (Maharat al-Kitabah). Dari keterampilan tersebut
terdapat dua keterampilan dasar dari pembelajaran bahasa arab yaitu
keterampilan menyimak/mendegarkan (Maharat al-Istima’) dan berbicara
(Maharat al-Kalam).
Kamal Ibrahim Badri dan Mamduh Nur Al-din dalam kitabnya
Mudzakiroh Asas Ta’lim Al-lughoh Al-‘arobiah berpendapat bahwa hal
yang perlu diutamakan dalam belajar bahasa arab diantaranya adalah: (1)
Mendahulukan pembelajaran mendengarkan dan berbicara sebelum
membaca dan menulis, (2) mengajarkan susunan kalimat sebelum susunan
kata, (3) mengajarkan kosa kata yang sering dipakai sebelum yang lainnya,
dan (4) mengajarkan pola pelajaran yang cepat, dengan membiasakan diri
berbicara bahasa arab.
Bahasa adalah alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan.
Pembelajaran bahasa yang meliputi empat keterampilan yaitu: mendengar,
berbicara, membaca dan menulis, merupakan keterampilan pokok yang
dapat menunjang seseorang dalam berbagai sektor kehidupan. Dalam

1
2

pembelajaran bahasa, peserta didik diharuskan memiliki keterampilan


berbicara yang pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi
arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan
perasaan dan keinginan kepada orang lain. 1
Maka, demi terciptanya komunikasi yang baik dalam lingkungan
sekolah, sosial dan lain-lain, dalam pembelajaran bahasa terutama Bahasa
Arab, guru memberikan teknik-teknik untuk pembelajaran keterampilan
berbicara. Sehingga setidaknya, dengan teknik-teknik pembelajaran yang
diberikan guru tersebut, peserta didik dapat menerapkan keterampilan
tersebut dalam ruang lingkup kecil seperti kelas contohnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang
ditetapkan dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan menyimak dan
keterampilan berbicara ?
2. Apa tujuan keterampilan menyimak dan berbicara dalam
pembelajaran Bahasa Arab ?
3. Bagaimana teknik-teknik keterampilan menyimak dan berbicara
dalam pembelajaran Bahasa Arab ?
4. Apa saja tahapan keterampilan menyimak dan berbicara dalam
pembelajaran Bahasa Arab ?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini
adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui pengertian keterampilan, menyimak dan
keterampilan berbicara
2. Untuk mengetahui tujuan keterampilan menyimak dan berbicara
dalam pembelajaran Bahasa Arab
3. Untuk mengetahui teknik-teknik keterampilan menyimak dan

1
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2008), h. 241
3

berbicara dalam pembelajaran Bahasa Arab


4. Untuk mengetahui tahapan keterampilan menyimak dan berbicara
dalam pembelajaran Bahasa Arab

D. Manfaat Makalah
Dalam makalah ini, harapan yang ingin diwujudkan tercakup secara
teoritis dan secara praktis sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Makalah ini diharapkan berguna untuk memberikan referensi
terhadap keterampilan menyimak dan berbicara dalam pembelajaran
Bahasa Arab.
2. Secara Praktis
a. Bagi Pembaca, dapat memperkaya pengetahuan pembaca tentang
keterampilan menyimak dan berbicara dalam belajar Bahasa
Arab.
b. Bagi Penulis, dapat menyelesaikan tugas berkaitan mata kuliah
Pembelajaran Bahasa Arab.
c. Bagi Dosen Pengampu, dapat mengoreksi dan menilai seberapa
besar kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengertian Keterampilan Menyimak dan Berbicara


Keterampilan menurut Kamus besar bahasa indonesia (KBBI), berarti
kemampuan, keahlian, kecakapan, cekatan, kelihaian dalam mengerjakan
sesuatu ataupun memecahkan masalah.2 Keterampilan bisa juga di artikan
sebagai suatu kemampuan menggunakan akal pikiran dan ide kreatif dalam
melakukan ataupun membuat sesuatu menjadi lebih berguna atau bermakna,
sehingga menghasilkan suatu nilai dari hasil tersebut. Dengan keterampilan
seseorang mampu mengerjakan suatu pekerjaan secara efektif dan efisien. 3
Keterampilan terbagi menjadi dua yaitu keterampilan fisik dan
keterampilan non-fisik. Keterampilan fisik seperti: membuat kerajinan,
memasak, membangun bangunan, mengetik, dan lain sebagainya.
Sedangkan keterampilan non-fisik seperti: mengajar, menyusun karya
ilmiah, memimpin rapat, dan lain sebagainya. Ketermpilan cenderung di
ikuti oleh kebiasaan, karena seseorang yang sudah terbiasa melakukan
pekerjaan tersebut akan membuatnya menjadi terampil.
Efektifitas dan efisiensi suatu pekrjaan ditentukan oleh tinggi tingkat
keterampilan yang dimiliki seseorang. Semakin tinggi tingkat keterampilan,
semakin efektif dan efesien pekerjaan tersebut. Begitu pula sebaliknya. 4

1. Keterampilan Menyimak ( ‫) مهارت االستماع‬


Keterampilan menyimak merupakan suatu proses mendengarkan
bahasa lisan dengan perhatian, pemahaman dan apresiatif.
Keterampilan ini adalah kegiatan yang paling awal dilakukan oleh
manusia, dalam semua bahasa, dalam proses memperoleh ketrampilan
berbahasa. Anak kecil sebelum memiliki ketrampilan berbicara dengan
bahasa tertentu ia memulai proses memperoleh ketrampilan

2
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1990), h. 935
3
Sudarto, Keterampilan Dan Nilai Sebagai Materi Pendidikan Dalam Perspektif Islam,
(Jurnal Al-lubab Volume 1, No. 1, 2016): h. 107.
4
Ibid, h. 108-109

4
5

berbahasanya dengan menyimak; mendengarkan pembicaraan orang-


orang di sekitarnya. Dari proses ini ia memperoleh ketrampilan
berbahasa selanjutnya, yaitu berbicara.5
Keterampilan menyimak sebagai salah satu keterampilan
berbahasa sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari dua keterampilan
pokok yaitu mendengar ucapan secara fisik dan memahami ide dan
gagasan yang terkandung dalam ucapan tersebut.
Menurut Mahmud Kamil, membedakan antara mendengar
(hearing) dan memahami (auditing). Keduanya merupakan
keterampilan yang harus diperhatikan dalam keterampilan menyimak.
Keterampilan menyimak tidak dapat dilepaskan dari keterampilan
mendengar (hearing) dan keterampilan memahami (auditing). 6
Sementara Nasir Abdullah Al-Gholi dan Abdul Hamid Abdullah
membedakan tiga hal dalam keterampilan menyimak. Yaitu:
1) Tingkatan pertama adalah mendengar secara fisik (‫ )السماع‬dengan
indera pendengaran;
2) Tingkat kedua adalah mendengar dengan didasari kesadaran dan
tujuan (‫ )االستماع‬misalnya mendengar untuk belajar di kelas,
mendengar pengarahan guru dan lain sebagainya;
3) Tingkat ketiga mendengar dengan penuh kesadaran, konsentrasi
disebut dengan (‫)اإلنصات‬.
Secara umum keterampilan menyimak menyangkut dua
keterampilan pokok yaitu keterampilan fisik, mendengar secara fisik
dengan indera pendengaran dan keterampilan berfikir, memahami
ujaran yang didengar. Hal ini dapat dipahami baik dari Kamil, maupun
Abdullah dalam klasifikasinya di atas.
Menurut Mahmud Kamil unsur keterampilan menyimak ada
lima macam yaitu:

5
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Al Misykat,
2009), h. 124-128
6
Mahmud Kamil Al-Naqoh, Asaasiayat Ta’lim al Arabiyah li ghoiri al Arab, (Khurtum:
Ma’had al Khurtum al Duali li al Lughah al Arabiyah, 1978), h. 17
6

a. Membedakan suara dan irama dalam bahasa Arab dibandingkan


dengan bahasa lokal;
b. Memahami misi umum dari pembicara;
c. Menyimpan misi pembicaraan dalam ingatan pendengar;
d. Mengetahui misi dan mampu mengasosiasikan;
e. Diskusi dan menerapkan substansi misi. 7
2. Keterampilan Berbicara ( ‫) مهارت الكالم‬
Keterampilan berbicara merupakan suatu proses penyampaian
pesan dari sumber kepada penerima melalui media bahasa. Ketrampilan
ini adalah buah dari ketrampilan menyimak yang terus-menerus,
diulang-ulang dan ditirukan. Awalnya adalah proses mendengar,
mengulang dan menirukan orang lain berbicara, sebagaimana yang ia
simak, dan akhirnya adalah ketrampilan berbicara. Karena itulah anak
yang lahir dan tumbuh di tengah-tengah pengguna bahasa Arab akan
fasih berbicara bahasa Arab. Kendati anak tersebut belum mengenal
baca dan tulis. Ini terjadi karena setiap saat ia mendengar orang-orang
disekitarnya berkomunikasi dengan bahasa tersebut, termasuk dengan
dirinya.
Itulah makanya setiap orang memiliki bahasa ibu. Pada umumnya
anak kecil sudah fasih berbicara dengan bahasa ibunya sebelum
terampil membaca dan menulis. Kelak ketika masuk TK ia baru mulai
belajar membaca dan menulis. Dan ketika sudah masuk di bangku SD,
ia akan belajar ilmu tata bahasa. Begitu seterusnya.8
Sebagaimana keterampilan menyimak, keterampilan berbicara
juga pada hakekatnya terdiri dari dua keterampilan pokok juga.
Menurut Sholah Abdul Majid 9 bahwa keterampilan berbicara
mempunyai dua komponen pokok yaitu :
a) Ujaran

7
Ibid, h. 74
8
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Al Misykat,
2009), h. 129-134
9
Solah Abdul Majid Al Arabi, Taallum al Lughaat al Khayaat wa Ta’liimuhaa, Baina al
Nadhariyah wa al Tathbiiq, (Beirut: Maktabah lubnan, 1981), h. 79-81
7

Ujaran adalah keterampilan bercakap yang tidak


membutuhkan proses berfikir yang rumit. Ujaran ini dapat berupa
mengulang ucapan guru, membaca keras, menghafal teks sastra
yang diucapkan atau ditulis.
b) Bercakap
Berhubungan dengan kerja-kerja otak yang sangat kompleks
menyangkut aspek antara makna dan ungkapan lesan dan
berhubungan pula dengan perubahan respon sesuai dengan tuntutan
situasi dan kondisi.
Keterampilan berbicara juga mempunyai unsur pendukung yang
harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajarannya. Menurut
Mahmud Kamil, ada tiga unsur pendukung suksesnya keterampilan
bercakap atau berbicara yaitu :
a. Ucapan (al-nutq);
b. Kosa kata (mufrodat); dan
c. Kaidah bahasa (qowaid).10
Senada dengan Mahmud Kamil di atas, Ahmad Fuad Effendy
menjelaskan bahwa keterampilan berbicara harus didasari tiga
keterampilan yaitu mendengarkan, mengucapkan kosa kata dan
ungkapan terstruktur.11
Sebagaimana telah diketahui bahwa keterampilan berbicara
mengandung dua keterampilan pokok yaitu keterampilan ujaran dan
keterampilan bercakap. Pada tahap-tahap permulaan, latihan berbicara
dapat dikatakan serupa dengan latihan menyimak. Sebagaimana telah
dikemukakan sebelumnya, dalam latihan menyimak ada tahap
mendengarkan dan menirukan. Latihan mendengarkan dan menirukan
ini merupakan gabungan antara latihan dasar untuk menyimak dan
keterampilan berbicara.

10
Mahmud Kamil Al-Naqoh, Asaasiayat Ta’lim al Arabiyah li ghoiri al Arab, (Khurtum:
Ma’had al Khurtum al Duali li al Lughah al Arabiyah, 1978), h. 99-103
11
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Al Misykat,
2009), h. 139
8

B. Tujuan Keterampilan Menyimak dan Berbicara

1. Tujuan Keterampilan Menyimak


Menyimak merupakan salah satu unsur keterampilan bahasa yang
sangat penting. Pengajaran keterampilan menyimak pun harus
diajarkan bagi semua pelajar. Salah satu prinsip dasar dalam bahasa dan
pengajarannya adalah bahwa keterampilan bahasa itu pertama-tama
dimulai dari ujaran, yakni bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan dan bisa
didengar. Berdasar prinsip ini maka pengajaran bahasa harus dimulai
dengan mengajarkan aspek-aspek pendengaran atau keterampilan
menyimak sebelum masuk pada tahapan membaca dan menulis.
Menurut Sholah Abdul Majid mengidentifikasi tujuan menyimak
yaitu :
a. Menyimak untuk mengulang dengan langsung;
b. Menyimak untuk menghafal;
c. Menyimak untuk menyimpulkan pokok-pokok pikiran; dan
d. Menyimak untuk menguasai dan memahami teks lisan.12
Keterampilan berbicara meliputi pembelajaran berbicara (al-
muhadatsah) dan mengungkapkan langsung (al-Ta’bir al-Shafahi).
Menurut Zubaidillah, tujuan pembelajaran berbicara,13 sebagai berikut :
1) Dapat mengungkapkan ungkapan-ungkapan berbahasa Arab;
2) Dapat mengungkap ungkapan-ungkapan yang berbeda atau
yang menyerupainya;
3) Dapat membedakan ungkapan yang dibaca panjang dan yang
dibaca pendek;
4) Dapat mengungkapkan keinginan hatinya dengan menggunakan
susunan kalimat yang sesuai dengan nahw (tata bahasa);
5) Dapat mengungkapkan apa yang terlintas dalam pikirannya
dengan menggunakan aturan yang benar dalam penyusunan
kalimat dalam bahasa Arab;

12
Solah Abdul Majid Al Arabi, Taallum al Lughaat al Khayaat wa Ta’liimuhaa, Baina
al Nadhariyah wa al Tathbiiq, (Beirut: Maktabah lubnan, 1981), h. 69-74
13
M. Haris Zubaidillah, Pengantar Konsep Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah
Ibtidaiyyah, (Amuntai: Hemat, 2018), h. 52
9

6) Dapat menggunakan bagian-bagian dari tata bahasa Arab dalam


ungkapannya, seperti tanda mudzakkar, mu’annats dan fi’il
yang sesuai dengan waktu;
7) Dapat menggunakan ungkapan kebahasaan yang sesuai dengan
umur, tingkatan kedewasaan dan kedudukan.;
8) Dapat menelusuri dan menggali manuskrip-manuskrip dan
literatur-literatur berbahasa Arab;
9) Dapat mengungkapkan ungkapan yang jelas dan dimengerti
tentang dirinya sendiri;
10) Mampu berpikir tentang bahasa Arab dan mengungkapkannya
secara tepat dalam situasi dan kondisi apapun.
Mencermati pendapat Zubaidillah di atas, bahwa keterampilan
memerlukan identifikasi suara secara detail, pemahaman dan
mengingat misi atau tujuan pembicaraan. Sementara dilihat dari tujuan,
menyimak mempunyai beberapa tujuan misalnya, mengulang,
menghafal dan memahami secara detail. Oleh karena itu, pengajaran
keterampilan menyimak membutuhkan gradasi dan tahapan yang tepat,
di samping juga teknik khusus. Pengajaran keterampilan menyimak
memerlukan tahapan dan teknik khusus.
2. Tujuan Keterampilan Berbicara
Tujuan berbicara secara umum adalah karena adanya dorongan
keinginan untuk menyampaikan pikiran atau gagasan kepada orang lain
(yang diajak berbicara). Sedangkan, tujuan secara khusus ialah
mendorong orang untuk lebih bersemangat, mempengaruhi orang lain
agar mengikuti atau menerima pendapat (gagasannya), menyampaikan
sesuatu informasi kepada lawan bicara, menyenangkan hati orang lain,
memberi kesempatan lawan bicara untuk berpikir dan menilai
gagasannya.
Pembelajaran dalam melatih keterampilan berbicara harus
mampu memberikan kesempatan kepada setiap individu mencapai
10

kemampuan berbicara dengan baik. Menurut Hermawan, tujuan


keterampilan berbicara bagi peserta didik adalah sebagai berikut :14
a) Siswa mampu mengucapkan bunyi-bunyi bahasa arab dengan benar;
b) Dapat membedakan dengan jelas ketika mengucapkan bunyi-bunyi
huruf yang serupa;
c) Dapat membedakan ketika mengucapkan antara harakat pendek dan
panjang;
d) Dapat melakukan intonasi dengan cara yang dapat diterima penutur
bahasa Arab;
e) Mampu mengucapkan bunyi-bunyi huruf yang berdekatan dengan
benar;
f) Mampu mengungkapkan berbagai gagasan dengan menggunakan
bentuk-bentuk kaidah nahwu yang sesuai;
g) Mampu menggunakan ungkapan yang sesuai dengan kondisi yang
berbeda;
h) Mampu menggunakan ungkapan basa-basi dan santun yang benar
dalam ranah kebudayaan Arab;
i) Mampu menggunakan susunan yang benar dalam menyusun kalimat
bahasa Arab untuk berbicara;
j) Mampu berekspresi dalam berbicara dengan adanya kekayaan bahasa
dalam memilih kata yang tepat.

C. Teknik-Teknik Keterampilan Menyimak dan Berbicara

1. Teknik-Teknik Keterampilan Menyimak


Berdasarkan makna menyimak di atas, maka pengajaran
keterampilan menyimak mempunyai beberapa teknik antara lain :
a. Identifikasi bunyi dan makna kata khususnya dilanjutkan kalimat-
kalimat pendek sampai dengan paragraf;
b. Menirukan bunyi merupakan teknik yang diperuntukkan untuk
kata atau kalimat-kalimat pendek yang dapat diingat oleh peserta
didik;

14
Acep Hermawan, Metodelogi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 95-96
11

c. Mendengar dan membaca. Peserta didik dilatih untuk mengecek


antara bunyi dengan teks bacaan sehingga memperkuat
pemahaman maupun ingatannya;
d. Mendengar dan memahami merupakan teknik keterampilan
menyimak bagi peserta didik yang sudah masuk level tinggi. 15
2. Teknik-Teknik Keterampilan Berbicara
Mahmud Kamil Al-Naqoh menjelaskan teknik pembelajaran
berbicara ada tiga macam yaitu :16
a. Teknik langsung (uslub mubaasyir),17 contoh: Permainan Perkenalan diri;
b. Teknik rangkaian kegiatan atau gerakan perumpamaan (silsilat al
’amaal, harakat tamsiliyah),18 contoh: Permainan Dalang;
c. Teknik pertanyaan serta jawaban, 19 contoh: Permainan Pertanyaan
dalam Cerita.

D. Tahapan Keterampilan Menyimak dan Berbicara

1. Tahapan Keterampilan Menyimak


Tahapan pengajaran menyimak menurut Ahmad Fuad Effendy adalah
sebagai berikut :20
a. Latihan Pengenalan (Identifikasi)
Latihan pengenalan (Identifikasi) ini dapat berupa latihan
mendengar untuk membedakan, dengan teknik mengontraskan
pasangan-pasangan ucapan yang hampir mirip dan sama dalam
aspek bunyi. Misalnya :
1) Guru mengucapkan atau memutarkan rekaman, pelajar
diminta menebak bunyi yang didengarkannya, apakah yang
didengarnya itu bunyi A atau B.
Contoh:

15
Mahmud Kamil Al-Naqoh, Asaasiayat Ta’lim al Arabiyah li ghoiri al Arab, (Khurtum:
Ma’had al Khurtum al Duali li al Lughah al Arabiyah, 1978), h. 93-95
16
Ibid, h. 106-110
17
Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati, Metode permainan Edukatif dalam Belajar
bahasa Arab, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), h. 135
18
Ibid, h. 153-156
19
Ibid, h. 183-185
20
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Al Misykat,
2009), h. 129-134
12

Guru/Rekaman Peserta didik


A : ‫أليم‬ B : ‫عليم‬
A : ‫فتنة‬ B : ‫فطنة‬
A : ‫طالوة‬ B : ‫ تالوة‬dan lain sebagainya.
2) Guru mengucapkan atau memperdengarkan satu set yang
terdiri dari 4-5 kata atau frasa, sebagian mengandung bunyi
bahasa yang ingin dilatihkan. Pelajar diminta
mengidentifikasi dengan menyebut nomor kata-kata yang
mengandung bunyi tersebut. Misalnya, untuk
mengidentifikasi bunyi (‫ )ق‬guru memperdengarkan:
a) ‫مقبول‬
b) ‫مقعد‬
c) ‫مقفول‬
d) ‫مكتب‬
Pelajar merespon dengan menyebutkan angka: satu,
dua, tiga dan empat.
3) Variasi lain ialah, pembelajar diminta mengidentifikasi
apakah pasangan kata yang diperdengarkan oleh guru, fonem
pertamanya sama atau berbeda. Respon peserta didik bisa
dinyatakan dengan berbagai cara :
 Bisa secara lisan, segera setelah model selesai
diperdengarkan, baik individual maupun klasikal;
 Bisa dengan isyarat jari, misalnya untuk menyatakan
angka satu, dua atau tiga dan seterusnya; dan
 Bisa secara tertulis; untuk kemudian diperiksa oleh guru.
b. Latihan Mendengarkan dan Menirukan
Latihan-latihan menyimak sebenarnya bertujuan melatih
pendengaran, tapi dalam praktek selalu diikuti dengan latihan
pengucapan dan pemahaman, bahkan pemahaman ini dianggap
sebagai tujuan akhir dari latihan menyimak. Jadi, setelah peserta
didik mengenal bunyi-bunyi bahasa Arab melalui ujaran-ujaran
13

yang didengarnya, ia kemudian dilatih untuk mengucapkan dan


memahami makna yang dikandung oleh ujaran tersebut.
c. Latihan Membaca dan Mendengar
Guru memperdengarkan materi bacaan yang sudah direkam
dan peserta didik membaca teks (dalam hati) mengikuti materi
yang diperdengarkan. Pada tingkat permulaan, perbendaharaan
kata-kata yang dimiliki peserta didik masih terbatas. Oleh karena
itu, harus dipilihkan bahan yang pendek-pendek, mungkin berupa
percakapan sehari-hari atau ungkapan-ungkapan sederhana yang
tidak terlalu kompleks.
d. Latihan Mendengarkan dan Memahami
Tahap selanjutnya, setelah peserta didik mengenal bunyi-
bunyi bahasa dan dapat mengucapkannya, latihan menyimak
bertujuan agar peserta didik mampu memahami bentuk dan makna
dari apa yang didengarnya itu. Latihan mendengarkan untuk
pemahaman ini dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik,
antara lain :
 Latihan Melihat dan Mendengar
Guru memperdengarkan materi yang sudah direkam,
dan pada waktu yang sama memperlihatkan rangkaian
gambar yang mencerminkan arti dan isi materi yang
didengar oleh peserta didik tadi. Gambar-gambar tersebut
bisa berupa film-strip, slide, gambar dinding dan
sebagainya. Peserta didik mulai mengaitkan bunyi kata
dengan maknanya.
 Latihan Mendengarkan dan Memeragakan
Dalam tahap ini, peserta didik diminta melakukan
gerakan atau tindakan nonverbal sebagai jawaban terhadap
stimulus yang diperdengarkan oleh guru. Kegiatan ini
tidak terbatas pada ungkapan sehari-hari yang digunakan
oleh guru dalam kelas seperti :
‫ امسح‬-‫ اكتب الدرس‬-‫اقرأ الكتاب – اقفل الكتاب – اجلس على الكرسي‬
14

 Latihan Mendengarkan dan Memperoleh Informasi


Mendengarkan sesuatu dengan tujuan untuk
memperoleh informasi sebagaimana dapat dipahami dari
makna menyimak dengan istilah (‫ )اإلنصات‬informasi itu
mungkin tersurat/ekplisit, dinyatakan secara jelas. Tetapi
mungkin juga tersirat/implisit, yang memerlukan
pengamatan dan penalaran lebih jauh.
2. Tahapan Keterampilan Berbicara
Ahmad Fuad menjelaskan tahap latihan berbicara dalam uraian
berikut :21
a. Latihan Asosiasi dan Identifikasi
Latihan ini dimaksudkan untuk melatih kecepatan peserta
didik dalam mengidentifikasi dan mengasosiasikan makna ujaran
yang didengarnya. Bentuk latihannya antara lain :
1) Guru menyebut satu kata, peserta didik menyebut kata lain
yang ada hubunganya dengan kata tersebut;
2) Guru menyebut satu kata, peserta didik menyebut kata lain
yang tidak ada hubunganya dengan kata tersebut;
3) Guru menyebut satu kata benda (isim), peserta didik menyebut
kata sifat yang sesuai;
4) Guru menyebut satu kata kerja (fi’il), peserta didik menyebut
pelaku (fa’il)nya yang cocok;
5) Guru menyebut satu kata kerja (fi’il), peserta didik 1
menyebutkan (fa’il)nya yang cocok, peserta didik 2
melengkapinya dengan sebuah frasa dan peserta didik 3
mengucapkan kalimat yang disusun bersama itu selengkapnya;
6) Guru menulis di papan tulis beberapa katagori/jenis benda,
peserta didik diminta mengingatnya. Beberapa saat kemudian
tulisan dihapus. Kemudian guru menyebut satu benda dan
peserta didik menyebutkan jenis benda tersebut;

21
Ibid, 141-144
15

7) Guru atau salah seorang peserta didik menulis satu kata (secara
rahasia). kemudian peserta didik satu persatu mengajukan
pertanyaan untuk dapat menebak kata yang ditulis. Dalam
permainan ini kelas dapat dibagi dalam dua kelompok.
Kelompok yang lebih cepat untuk menebak mendapatkan nilai
yang lebih baik.
b. Latihan Pola Kalimat
Pada pembahasan mengenai teknik pengajaran qowaid atau
struktur telah diuraikan beberapa model latihan, yang secara garis
besar dapat dibedakan menjadi tiga jenis: latihan mekanis, latihan
bermakna dan latihan komunikatif.
c. Latihan Percakapan
Latihan percakapan ini terutama mengambil topik tentang
kehidupan sehari-hari atau kegiatan yang dekat dengan kehidupan
peserta didik. Dalam kegiatan ini juga diajarkan macam-macam
ucapan selamat dan juga ungkapan basa basi yang bervariasi.
Dalam hal ini tidak hanya aspek-aspek bahasanya saja yang
diajarkan, tetapi juga aspek sosial budaya, seperti sopan santun,
gerak-gerik, bahasa tubuh, dan perilaku dalam percakapan.
Percakapan dapat dilakukan dalam beberapa bentuk
komunikasi timbal balik atau dialogis. Bentuk komunikasi ini
menjadi media latihan bagi siswa untuk meningkatkan
kemampuan bercakap mereka, dimulai latihan yang sederhana
menuju latihan yang rumit.
Beberapa contoh model percakapan yang perlu
dikembangkan untuk melatih keterampilan bercakap menurut
Ahmad Fuad sebagai berikut :22
1) Tanya Jawab
Model tanya jawab ini dilakukan dengan cara misalnya,
guru mengajukan satu pertanyaan, salah seorang peserta
didik menjawab, kemudian peserta didik tersebut bertanya,

22
Ibid, h. 144-150
16

peserta didik kedua menjawab, kemudian peserta didik kedua


bertanya, peserta didik ketiga menjawab, demikian
seterusnya, sehingga semua siswa di kelas menjadi aktif.
Contoh:
‫ إلى أين ذهبت البارحة يا أحمد؟‬: ‫المدرس‬
‫ إلى أين ذهبت البارحة يا آمين‬,‫ ذهبت البارحة إلى المسجد‬: ‫أحمد‬
‫ إلى أين ذهبت البارحة يا فاضل‬,‫ ذهبت البارحة إلى السينما‬: ‫آمين‬
‫ إلى أين ذهبت البارحة يا نبيلة‬,‫ ما ذهبت إلى أي مكان‬: ‫فاضل‬
‫ أنا في البيت فقط‬: ‫نبيلة‬
Pada tahap berikutnya, peserta didik memberi jawaban
dengan dua atau tiga kalimat.
2) Menghafalkan Model Dialog
Model ini dilakukan dengan cara guru memberikan suatu
model dialog secara tertulis untuk dihafalkan oleh peserta
didik di rumah masing-masing. Pada minggu berikutnya
secara berpasangan mereka diminta tampil di muka kelas
untuk memperagakan dialog tersebut. Untuk menghidupkan
suasana dan melatih keterampilan bercakap-cakap peserta
didik juga diminta untuk mendramatisasikannya, dengan
memperhatikan segi-segi ekpresi, mimik, gerak-gerik,
intonasi dan lain sebagainya sesuai dengan teks yang
ditampilkannya.
3) Percakapan Terpimpin
Di dalam percakapan terpimpin, guru idealnya dapat
menentukan situasi atau konteksnya. Peserta didik
diharapkan mengembangkan imajinasinya sendiri dalam
percakapan dengan lawan bicaranya sesuai dengan
munasabah yang telah ditentukan.
4) Percakapan Bebas
Dalam kegiatan percakapan bebas, guru hanya
menetapkan topik pembicaraan. Peserta didik diberi
kesempatan melakukan percakapan mengenai topik tersebut
17

secara bebas. Sebaiknya peserta didik dibagi menjadi


beberapa kelompok yang masing-masing beranggotakan 4-5
orang, agar peserta didik punya kesempatan yang cukup
untuk berlatih. Guru dalam hal ini melakukan pengawasan
terhadap masing-masing kelompok, dan memberikan
perhatian khusus kepada kelompok yang dinilai lemah atau
terlihat kurang lancar dan kurang bergairah dalam melakukan
percakapan.
5) Bercerita
Bercerita secara tidak langsung dapat mendorong
peserta didik untuk bercakap dalam bahasa Arab.
6) Diskusi
Ada beberapa model diskusi yang bisa digunakan dalam
latihan berbicara, antara lain: diskusi kelas dua kelompok
berhadapan, diskusi kelas bebas, diskusi kelompok dan
diskusi panel.
7) Wawancara
Wawancara itu dapat mengambil beberapa bentuk
misalnya:
a. Wawancara dengan tamu,
b. Wawancara dengan teman sekelas.
8) Drama
Drama merupakan kegiatan yang mengandung unsur
rekreatif, karenanya menyenangkan. Namun tidak setiap
peserta didik berbakat atau mempunyai minat untuk bermain
drama. Oleh karena itu guru memilih peserta didik tertentu
untuk memainkan drama, sedang peserta didik yang lain
sebagai penonton. Ini bukan berarti bahwa yang mengambil
manfaat dari kegiatan drama ini hanyalah mereka yang
bermain. Yang menonton pun akan memetik faedah, yakni
dalam aspek reseptif (mendengarkan dan memahami).
18

9) Berpidato
Berpidato bagi siswa sebenarnya merupakan kegiatan
bercakap tingkat tinggi. Sehingga memerlukan beberapa
kecakapan lain, misalnya dialog, bercerita dan lain
sebagainya. Hal ini perlu karena kegiatan berpidato ini
sifatnya selalu resmi dan membutuhkan gaya bahasa yang
lebih baik. Oleh karena itu perlu waktu persiapan yang
cukup.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari makalah yang kami buat ini, kami simpulkan bahwa


keterampilan merupakan kemampuan menggunakan akal pikiran dan ide
kreatif dalam melakukan sesuatu menjadi lebih berguna, sehingga
menghasilkan suatu nilai dari hasil tersebut. Dalam pembelajaran bahasa
arab terdapat tahapan-tahapan keterampilan, diantaranya keterampilan
mendegarkan (Maharat al-Istima’), berbicara (Maharat al-Kalam),
membaca (Maharat al- Qiraah) dan menulis ( Maharat al-Kitabah).
Keterampilan Mendengar (menyimak) merupakan suatu
keterampilan berbahasa pertama yang dilakukan oleh seseorang yang
belajar bahasa tertentu, baik seorang bayi yang mulai belajar bicara atau
bahkan orang dewasa yang ingin belajar bahasa lain. Dengan menyimak,
seseorang dapat mengukur tingkat kesulitannya dalam belajar suatu bahasa
karena dari sana dapat dipahami dialeknya, struktur bahasannya, pola
pengucapannya dan lainnya.
Keterampilan berbicara adalah kelanjutan dari keterampilan
mendengar. Kedua keterampilan ini saling terkait, karena orang yang
pendengarannya baik dimungkinkan dapat berbicara dengan baik pula dan
sebaliknya. keterampilan berbicara merupakan pengungkapan (ta’bir) dan
isi pemikiran yang telah terekam di dalam pemahaman siswa.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengajarkan
keterampilan-keterampilan berbahasa itu yaitu :

1. Setiap keterampilan berbahasa terdiri dua komponen pokok;


2. Setiap keterampilan berbahasa mempunyai beberapa tingkatan atau
tahapan yang harus diperhatikan. Tahapan dalam setiap keterampilan
berbahasa itu merupakan syarat atau dasar untuk menguasai
keterampilan di atasnya;

19
20

3. Teknik setiap keterampilan berbahasa harus memperhatikan tahapan-


tahapannya;
4. Keterampilan membutuhkan latihan praktis kontinuitas dan lingkungan
kebahasaan yang kondusif.
DAFTAR PUSTAKA

Al Arabi, Solah Abdul Majid, Taallum al Lughaat al Khayaat wa Ta’liimuhaa,


Baina al Nadhariyah wa al Tathbiiq, Beirut: Maktabah lubnan, 1981
Al-Naqoh, Mahmud Kamil, Asaasiayat Ta’lim al Arabiyah li ghoiri al Arab,
Khurtum: Ma’had al Khurtum al Duali li al Lughah al Arabiyah, 1978
Effendy, Ahmad Fuad, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Al
Misykat, 2009
Hermawan, Acep, Metodelogi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014
Iskandarwassid dan Dandang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2008
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1990
Mujib, Fathul dan Nailur Rahmawati, Metode permainan Edukatif dalam Belajar
bahasa Arab, Jogjakarta: Diva Press, 2011
Sudarto, Keterampilan Dan Nilai Sebagai Materi Pendidikan Dalam Perspektif
Islam, Jurnal Al-lubab Volume 1, No. 1, 2016
Zubaidillah, M. Haris, Pengantar Konsep Pembelajaran Bahasa Arab di
Madrasah Ibtidaiyyah, Amuntai: Hemat, 2018

21

Anda mungkin juga menyukai