Anda di halaman 1dari 31

RESUME

KETERAMPILAN BERBAHASA (BERBICARA)


DI KELAS TINGGI

RESUME INI MERUPAKAN TUGAS AKHIR


MATA KULIAH KETERAMPILAN BERBAHASA

DISUSUN OLEH

MUTIARA CHAELLA SALSABILA 2101025249


TIKA BILQIS MUNBAITS 2101025300
TRI NADIA JULYANI 2101025146

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah s.w.t yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas resume yang berjudul
Keterampilan Berbicara Di Kelas Tinggi ini pada tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan resume ini adalah untuk memenuhi tugas
akhir Keterampilan Berbahasa Indonesia. Selain itu, resume ini juga bertujuan
menambah wawasan tentang Keterampilan Berbicara di Kelas Tinggi bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
1. Dr. Nini Ibrahim M.Pd, selaku dosen pengampuh mata kuliah Keterampilan
Berbahasa Indonesia, yang telah banyak memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penulisan resume ini.
2. Teman-teman penulis yang sudah mendukung atas berjalannya pembuatan
resume ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan resume ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisan. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
dapat selesai dengan baik dan oleh karnanya, penulis dengan rendah hati dan
tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah
ini.
Akhirnya kami selaku penulis berharap semoga resume ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Jakarta, 07 November 2022

Penulis

i
Daftar Isi

Contents
KATA PENGANTAR
Daftar Isi
BAB I 1
KONSEP KETERAMPILAN BERBICARA 1
A. Pengertian Keterampilan Berbicara........................................................................ 1
B. Tujuan Keterampilan Berbicara .............................................................................. 1
C. Ciri – Ciri Keterampilan Berbicara ........................................................................... 2
D. Jenis – Jenis Keterampilan Berbicara...................................................................... 2
E. Tahap-Tahap Berbicara ........................................................................................... 3
F. Prinsip-Prinsip Berbicara di Kelas Tinggi ................................................................. 3
G. Model Pembelajaran Berbicara di Kelas Tinggi ...................................................... 4
H. Metode Berbicara di Kelas Tinggi ........................................................................... 8
I. Penilaian Berbicara di Kelas Tinggi ......................................................................... 10
BAB II
SKENARIO PEMBELAJARAN KETERAMPILAN 13
MENYIMAK DI KELAS RENDAH 13
A. Proses Pembelajaran ............................................................................................ 13
B. Proses Pembelajaran di Kelas Tinggi ..................................................................... 13
C. Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Kelas Tinggi .............................. 15
D. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .......................................................... 16
J. Penilaian................................................................................................................. 20
BAB 3 ................................................................................................................................. 26
PENUTUP ........................................................................................................................... 26
A. SIMPULAN…………………………………………………………………………………………………………… 26
B. SARAN………………………………………………………………………………………………………………….
227
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 28

ii
BAB I

KONSEP KETERAMPILAN BERBICARA

A. Pengertian Keterampilan Berbicara


Kemampuan menggunakan bahasa dalam dunia pengajaran bahasa
disebut keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa itu ada empat,
dimana salah satu dari keterampilan berbahasa tersebut yakni keterampilan
berbicara. Adapun beberapa pengertian berbicara menurut paryakni:
1. Moris dan Novia: Berbicara merupakan alat komunikasi yang
digunakan antar anggota masyarakat denganalami guna menyampaikan
suatu pikiran dan suatu tingkah laku dalam melakukan sosialisasi.
2. Tarigan: Berbicara merupakan kemampuan yang memiliki guna untuk
mengucapkan bunyi-bunyian artikulasi atau memiliki kata-kata untuk
dapat diekspresikan, menyatakan gagasan, menyampaikan pikiran dan
perasaan
3. Nuraeni: Berbicara merupakan proses yang berguna dalam
menyampaikan informasi dari pembicara atau sumber kepada
pendengar. Yang memiliki tujuan untuk mengubah keterampilan,
pengetahuan dan juga sikap dari si pendengar yang dilibatkan
informasi yang telah diterimanya.
Pengertian-pengertian menurut para ahli di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi yakni baik dalam
menyampaikan informasi, pikiran maupun menyatakan gagasan dari
pembicara kepada pendengar.

B. Tujuan Keterampilan Berbicara


Tujuan berbicara dapat dikatakan menggerakkan apabila pembicara
menghendaki adanya tindakan atau perbuatan dari para pendengar.
Misalnya, berupa seruan persetujuan atau ketidaksetujuan, pengumpulan
1
dana, penandatanganan suatu resolusi, atau mengadakan aksi sosial.
Tujuan berbicara dikatakan menginformasi apabila pembicara
ingin memberi informasi tentang sesuatau agar para pendengar dapat
mengerti dan memahaminya. Misalnya seorang guru yang menyampaikan
pelajaran di kelas, seorang dokter yang menyampaikan masalah kesehatan,
dan sebagainya.
Tujuan berbicara dikatakan menghibur apabila pembicara
bermaksud untuk menggembirakan atau menyenangkan para
pendengarnya. Pembicaraan seperti ini biasanya dilakukan dalam acara
pesta, ulang tahun, atau pertemuan gembira yang lainnya. Reaksi yang
diharapkan dari berbicara adalah timbulnya rasa gembira, senang, dan
bahagia pada hati pendengarnya. Berdasarkan tujuan berbicara yang
dipaparkan di atas, maka dapat ditegaskan tujuan berbicara adalah untuk
1. Menginformasikan,
2. Menghibur,
3. Meyakinkan, dan
4. Menginformasikan orang lain dalam rangka berkomunikasi untuk
menambah wawasan dan pengetahuan.

C. Ciri – Ciri Keterampilan Berbicara


Ciri-ciri aktivitas keterampilan berbicara yang berhasil adalah sebagai
berikut:
1. Siswa berbicara banyak
2. Siswa berpartisipasi aktif
3. Memiliki motivasi tinggi
4. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang diterima.

D. Jenis – Jenis Keterampilan Berbicara


1. Berbicara berdasarkan tujuannya.
a. Berbicara memberitahukan, melaporkan, dan menginformasikan.
b. Berbicara menghibur.

2
c. Berbicara membujuk, mengajak, meyakinkan, atau menggerakkan.
2. Berbicara berdasarkan situasinya.
a. Berbicara formal
b. Berbicara informal
3. Berbicara berdasarkan cara penyampaiannya.
a. Berbicara mendadak.
b. Berbicara berdasarkan catatan.
c. Berbicara berdasarkan hafalan.
d. Berbicara berdasarkan naskah.
4. Berbicara berdasarkan jumlah pendengarnya.
a. Berbicara antar pribadi.
b. Berbicara dalam kelompok kecil.
c. Berbicara dalam kelompok besar.

E. Tahap-Tahap Berbicara
Tahap-tahap berbicara yaitu:
1. Berbicara dengan lemah lembut, suara tidak terlalu keras
2. Jika ingin berbicara dahulukan orang yang lebih tua atau yang ada di
depanmu
3. Minta maaf apabila seseorang merasa tidak nyaman dengan suaramu
atau terganggu
4. Tidak boleh memotong perkataan orang lain
5. Memperhatikan urutan materi yang dibicarakan

F. Prinsip-Prinsip Berbicara di Kelas Tinggi


1. Membutuhkan paling sedikit dua orang
2. Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama.
3. Menerima atau mengakui daerah referensi umum.
4. Merupakan suatu pertukaran antara partisipan.
5. Menghubungkan setiap pembicaraan dengan yang lainnya dan kepada
lingkungannya.

3
6. Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini.
7. Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan
suara/bunyi bahasa dan pendengaran (vocal and auditory apparatus).
8. Secara tidak pandang bulu menghadapi serta Memperlakukan apa yang
nyata dan apa yang diterima sebagai dalil.

G. Model Pembelajaran Berbicara di Kelas Tinggi


Dalam keterampilan berbahasa khususnya berbicara terdapat
model-model pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam proses belajar-
mengajar diantaranya:
1. Model Pembelajaran Ulang Ucap
Model pembelajaran ulang ucap merupakan pembelajaran tingkat
awal pada model pembelajaran berbicara dan model pembelajaran ini
juga sebagai langkah awal bagi pembelajaran selanjutnya yaitu model
pembelajaran lihat ucapkan. Langkah pembelajaran dalam model
pembelajaran ulang ucap ini dapat divariasikan dan dikombinasikan
agar lebih kreatif dan menyenangkan, akan tetapi harus tatap mengacu
pada tujuan pembelajaran. Dalam model pembelajaran ulang ucap
disini adalah suara guru atau rekaman dari tape recorder atau kaset
yang diperdengarkan di depan kelas, lalu siswa mendengarkan dengan
teliti dan mengucapkannya lagi sesuai dengan yang diperdengarkannya
tersebut. Penilaian dalam model pembelajaran ulang ucap ini
dititikberatkan pada lafal dan intonasi secara jelas dan tepat.
2. Model Pembelajaran Lihat Ucapkan
Model pembelajaran lihat ucapkan merupakan pembelajaran
lanjutan dari model pembelajaran ulang ucap. Pada lihat ucapkan siswa
tidak mendengar ucapan kata atau kalimat baik dari guru ataupun siswa
akan tetapi melihat suatu benda, gambar, atau kartu yang berisi tulisan
kata/kalimat. Selanjutnya, siswa mengucapkan nama benda, gambar,
atau kata/kalimat dalam kartu tersebut dengan benar. Penilaian dititik
beratkan pada ketepatan ucapan (lafal, intonasi, tanda baca).
4
3. Model Pembelajaran Memerikan
Model pembelajaran memerikan merupakan pembelajaran tingkat
lanjutan setelah siswa menguasai atau mengalami model pembelajaran
ulang ucap dan lihat ucapkan. Dalam model pembelajaran memerikan
ini siswa belajar bagaimana menjelaskan, menerangkan, melukiskan,
atau mendeskripsikan sesuatu.
4. Model Pembelajaran Menjawab Pertanyaan
Model pembelajaran menjawab pertanyaan merupakan
pembelajaran tingkat lanjut yang mempunyai tujuan agar siswa dapat
menyampaikan pesan secara lisan (berbicara) melalui stimulus
pertanyaan dari orang lain atau guru. Metode yang dirasakan paling
tepat dalam pembelajaran ini adalah metode tanya jawab.
5. Model Pembelajaran Bertanya
Model pembelajaran bertanya merupakan pembelajaran lanjutan
setelah siswa melampaui model pembelajaran menjawab pertanyaan.
Model pembelajaran ini kebalikan daripada model pembelajaran
menjawab pertanyaan. Karena pada model pembelajaran ini siswa
dilatih untuk menguasai kemampuan bertanya bukan menjawab
pertanyaan.
6. Model Pembelajaran Melanjutkan Cerita
Model pembelajaran melanjutkan cerita merupakan pembelajaran
dalam rangka melatih siswa dalam berbicara dan bercerita dengan cara
melanjutkan sepenggal cerita yang belum selesai. Sengaja cerita tidak
diselesaikan guru, agar siswa sendiri yang melanjutkannya.
7. Model Pembelajaran Menceritakan Kembali
Model pembelajaran menceritakan kembali merupakan salah satu
sub bagian dari model pembelajaran berbicara pada mata pelajaran
bahasa Indonesia. Model pembelajaran menceritakan kembali
merupakan kelanjutan dari model pembelajaran melanjutkan cerita.
Maka dikandung pengertian bahwa setelah peserta didik dan guru

5
menguasai pembelajaran melanjutkan cerita maka akan meningkat ke
model pembelajaran menceritakan kembali. Di dalam model
pembelajaran ini peserta didik sudah mulai belajar mandiri merangkai
kata-kata dan kalimat sendiri meskipun secara sederhana.
8. Model Pembelajaran Bercerita
Model pembelajaran Bercerita merupakan pembelajaran berbicara
yang hampir sepenuhnya pemikiran peserta didik sendiri. Guru hanya
sebagai moderator dan motivator. Pada pembelajaran awal
dimungkinkan mengangkat tema-tema cerita dari gagasan peserta didik
sendiri, namun seiring waktu ide atau tema cerita berasal atau
ditentukan guru. Tentu saja tema cerita yang menggugah, menarik dan
aktual. Bisa juga dimulai dari cerita lingkungan kehidupan sehari-hari
peserta didik, lalu menuju lingkungan atau kawasan yang lebih luas
dan kompleks.
9. Model Pembelajaran Parafrase
Model pembelajaran parafrase merupakan pembelajaran berbicara
tingkat lanjut sebelum pembelajaran bermain peran. Beberapa unsur
Parafrase yaitu :
Parafrase Kalimat: artinya memisahkan atau memenggal sebuah
kalimat menjadi beberapa kata menurut jabatannya, yaitu : Subyek,
Predikat, Obyek, Keterangan.
Parafrase Suku Kata: artinya memisahkan atau memenggal sebuah kata
menurut suku katanya.
Parafrase Puisi: artinya mengubah bentuk puisi ke bentuk prosa atau
narasi.
10. Model Pembelajaran Reka Cerita Gambar
Model pembelajaran reka cerita gambar merupakan pembelajaran
bercerita berdasarkan gambar, bisa gambar satuan (terpisah) bisa pula
gambar berseri atau berurutan. Apabila gambar tersebut
berseri/berurutan, maka siswa harus mengurutkannya terlebih dahulu

6
menjadi urutan yang sesuai lalu menyusun sebuah cerita berdasarkan
gambar tersebut.
11. Model Pembelajaran Diskusi
Model pembelajaran diskusi merupakan suatu model pembelajaran
dimana dua atau lebih siswa melakukan pertukaran pikiran atau
pendapat mengenai suatu topik. Dalam model pembelajaran berdiskusi
ini, terjadi dua kegiatan saling berhubungan yaitu menyimak dan
berbicara yang dilakukan silih berganti. Untuk topik yang didiskusikan
dapat berupa materi pembelajaran dan dapat pula mengenai cerita atau
berita yang sedang viral yang disajikan oleh pengajar.
12. Model Pembelajaran Wawancara
Model pembelajaran wawancara adalah seuatu percakapan yang
dilakukan oleh siswa dalam bentuk tanya jawab. Dalam
pembelajarannya, pewawancara yaitu siswa dapat melakukan
wawancara terhadap orang lain seperti tokoh, pedagang, masyarakat,
dan pakar dalam bidang tertentu. Dengan adanya model pembelajaran
ini diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan
berbicaranya.
13. Model Pembelajaran Bermain Peran
Model pembelajaran bermain peran merupakan salah satu sub
bagian dari model pembelajaran berbicara pada mata pelajaran bahasa
Indonesia. Model pembelajaran bermain peran merupakan
pembelajaran terakhir pada model pembelajaran berbicara. Dengan
demikian maka dikandung pengertian bahwa model pembelajaran ini
sebagai tataran tertinggi dalam model pembelajaran berbicara. Jika
dalam model pembelajaran berbicara sebelumnya masih terdapat
campur tangan guru, maka dalam bermain peran ini sudah hampir
100% murni dari inisiatif, spontanitas dan pemikiran peserta didik.
Dalam praktiknya bermain peran ini menyerupai sandiwara atau
drama, hanya saja dalam bentuk yang lebih kecil atau sederhana.

7
H. Metode Berbicara di Kelas Tinggi
1. Metode Menceritakan Kembali
Kegiatan ini sudah sangat umum dilaksanakan terutama dalam
pembelajaran yang menggunakan bahan ajar cerita baik fiksi maupun
non fiksi. Di mana siswa ditugaskan untuk membaca atau mendengar
cerita untuk kemudian menceritakan kembali isi cerita tersebut secara
lisan di depan teman-teman mereka yang berperan sebagai audien.
Dengan kegiatan ini maka siswa akan tertantang untuk berlomba
memahami cerita yang sudah pernah mereka dengar atau basa.
2. Metode Percakapan atau Bermain Peran
Kegiatan ini sangat baik dilaksanakan untuk pemahaman tingkat
lanjut tentang suatu cerita di mana dengan memerankan siswa akan
lebih memahami bukan hanya kepada alur cerita akan tetapi akan lebih
kepada penjiwaan karakter masing-masing tokoh. Dalam keadaan ini
pemahaman siswa terhadap cerita akan utuh karna dengan berbicara
mengucapkan naskah cerita atau drama, mereka akan sangat
menghayati setiap adegan dan untaian kata percakapan yang
diucapkan.
3. Metode Parafrase
Metode ini dapat dilaksanakan dalam kegiatan belajar
menggunakan bahan ajar puisi yang selanjutnya diubah menjadi prossa
yang kemudian siswa ditugaskan menceritakan secara lisan hasil
paraprase tersebut.
4. Metode Reka Cerita Gambar
Metode ini sangat kreatif dan layak untuk dicoba karna dengan
menyajikan gambar acak siswa akan mereka kembali dengan susunan
yang benar urutan gambar tersebut. Dalam kegiatan tersebut dengan
sudah sangat pasti mereka akan berbicara setelah guru bertanya, “Anak
anak, Bagaimanakah susunan yang benar dai gambar tersebut ?”
5. Metode Memberi Petunjuk

8
Metode ini layak juga untuk dicoba terutama untuk mempelajari
bahan ajar tentang denah, petunjuk penggunaan obat dan alat tertentu.
Dengan penugasan untuk menyampaikan hal tersebut siswa akan
tertantang untuk berbicara dan menyampaikan penjelasan berdasarkan
ide dan pendapat masing-masing melalui bahasa sederhana dan
sesederhanapun penyampaian layak mendapat penghargaan.
6. Metode Pelaporan
Melalui pengamatan terhadap obyek pada kegiatan tertentu siswa
kemudian melaporkan hasil pengamatan dengan penyampaian lisan
yang didahului oleh konsep tulisan. Dalam hal ini terjadi proses mirip
dengan proses pada metode identifikasi akan tetapi memiliki tingkat
kerumitan yang lebih tinggi. Sehingga sesederhana apapun
penyampaian siswa layak dihargai karna sebagai awal mula yang baik
untuk proses penelitian dan pelaporan dalam kegiatan ilmiah yang
sangat mendukung proses meningkatkan kreatifitas siswa.
7. Metode Wawancara
Kegiatan ini adalah kegiatan tingkat tinggi dari bertanya hingga
menganalisa jawaban audiens kemudian mengajukan pertanyaan
berikutnya yang diikuti oleh proses pelaporan layaknya seorang
wartawan. Proses berbicara dari kegiatan ini adalah awal dari
membentuk pribadi yang kritis dan santun
8. Metode Diskusi
Kegiatan ini adalah proses interaksi tingkat tertinggi yang
merangsang daya fikir, logika, kritis dan santun. Dalam kegiatan ini
sejelek apapun pendapat, sanggahan dan klarifikasi siswa adalah hal
yang maha baik dalam memulai suatu sikap peka terhadap lingkungan
dan isu-isu tertentu dalam mencari jalan keluar. Dimana sudah barang
tentu merupakan kreatifitas yang sangat layak mendapat penghargaan.
9. Metode Bertelepon
Seiring dengan teknologi informasi yang kian maju maka

9
keterampilan bertelpon sangat penting dalam membentuk sikap cepat,
efektif dan sopan dalam berkomunikasi. Karna berbicara melalaui
telpon tanpa hadirnya lawan bicara secara langsung memerlukan
tingkat kepekaan yang tinggi dalam tata cara pergaulan sehari-hari
dalam kegiatan bertelpon
10. Metode Dramatisasi
Metode ini adalah kelanjutan dari kegiatan bermain peran yang
dilengkapi dengan tema, seting, perwatakan, seting dan naskah drama
yang ditampilkan secara utuh. Kegiatan ini penuh dengan kegiatan
berbicara sesuai dengan tuntunan naskah yang runtut.

I. Penilaian Berbicara di Kelas Tinggi


Keterampilan berbicara sangat kompleks karena tidak hanya
menuntut pemahaman terhadap masalah yang akan diinformasikan, tetapi
juga menuntut kemampuan menggunakan perangkat kebahasaan dan
nonkebahasaan. Oleh karena itu, banyak sekali aspek atau faktor yang
harus diidentifikasi dalam penilaian pembelajaran berbicara. Namun
demikian, upaya melaksanakan penilaian dalam pembelajaran berbicara
harus digalakkan dan dilaksanakan meskipun banyak kendalanya
Ada tiga jenis tes penilaian yang dapat digunakan guru untuk
mengukur kemampuan berbicara para siswanya, yaitu:
1. Tes respons terbatas, ini digunakan untuk mengukur kemampuan
berbicara siswa secara terbatas atau secara singkat, yang termasuk ke
dalam jenis tes ini adalah
a. Tes respons terarah, siswa dimintamenirukan isyarat yang
disampaikan gurunya,
b. Tes isyarat atau penanda gambar tujuannya untuk mengetahui
kemampuan berbicara siswanya pada kelas rendah dengan
menggunakan gambar sederhana sebagai dasar untuk bertanya,
2. Tes berbicara nyaring, guru meminta siswa membaca dengan bersuara
mengenai kalimat atau paragraf yang disediakan berupa kalimat-
10
kalimat lepas dan berupa sebuah paragraf yang utuh,
a. Tes terpandu, kadang-kadang panduan perlu diberikan guru untuk
mendorong siswa menampilkan kemampuan berbicaranya. Tes
terpandu meliputi tes parafrase, tes penjelasan, dan tes bermain
peran terpandu.
b. Tes wawancara ini tidak hanya sebatas menanyakan nama siswa,
usia. pekerjaan kepada orang yang diwawancarai. Penilaian
keterampilan berbicara dilaksanakan untuk mengetahui
kemampuan pembelajar dalam menggunakan bahasa secara
keberadaannya. lisan untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan
keberadaannya.

Teknik penilaian yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan


berbicara siswa adalah dengan cara menugaskan kembali sesuai dengan
apa yang hendak dinilai. Beberapa contoh tes berbicara yang dapat
digunakan adalah.
1. Mengucapkan huruf, nama, keadaan.
2. Menceritakan kembali dialog, cerita, peristiwa yang didengar atau
yang dibaca
3. Menceritakan gambar.
4. Melakukan wawancara.
5. Menyampaikan pengalaman, peristiwa, ilmu pengetahuan seecara
lisan.
6. Menjawab pertanyaan sederhana dan komplek.
7. Bermain peran
Dalam menilai keterampilan berbicara seseorang pada prinsipnya
penilai harus memperha-tikan lima faktor, yaitu:
1. Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vocal atau konsonan) diucapkan
dengan tepat?
2. Apakah pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara serta rekaman
suku kata memuaskan?
11
3. Apakah ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa
referensi internal memahami bahasa yang digunakan?
4. Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang
tepat?
5. Sejauh manakah "kewajaran" dan "kelancaran" ataupun
"keaktivespeaker-an" yang cermin bila sesorang berbicara?

12
BAB II

SKENARIO PEMBELAJARAN KETERAMPILAN

MENYIMAK DI KELAS RENDAH

A. Proses Pembelajaran
Aunurrahman mengemukakan pendapatnya bahwa pembelajaran
merupakan proses aktivitas dari mengajar yang dapat membuat seseorang
menjadi belajar untuk memperoleh suatu perubahan dan tingkah laku yang
baru. Arief S. Sadiman mengemukakan pendapatnya bahwa proses
pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara guru dan
peserta didik. Prosesnya yaitu penyampaian pesan dari guru melalui media
tertentu ke penerima pesan atau peserta didik. Pesan yang akan
disampaikan oleh guru kepada peserta didik adalah isi ajaran atau materi
yang ada pada kurikulum.
Rusman & Laksmi Dewi dalam Tim Pengembangan MKDP
mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang
dirancang oleh guru agar peserta didik melakukan kegiatan belajar untuk
mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan.
Dari beberapa pengertian proses pembelajaran, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara
guru dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Dengan kata lain proses pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

B. Proses Pembelajaran di Kelas Tinggi


Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratit menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan
pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses

13
pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka
prinsip pembelajaran yang digunakan:
1. dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2. dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis
aneka sumber belajar,
3. dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah;
4. dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis
kompetensi;
5. dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu,
6. dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7. dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif,
8. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskill)
dan keterampilan mental (softskills);
9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat,
10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung tulode) membangun kemauan (ing
madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik
dalam pegs phallaren (tit wuri handayani),
11. pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyakat,
12. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,
siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yhtek meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya
peserta didik.

14
Lemahnya proses pembelajaran yang dikembangkan guru dewasa
ini merupakan salah sans masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita.
Guru seharusnya melaksanakan pengelolan pembelajaran dengan sungguh-
sungguh melalui perencanaan matang dengan memanfaatkan seluruh
sumber daya yang ada dan memperhatikan taraf perkembangan otak anak.
Metab mandar proses pembelajaran setiap guru dapat mengembangkan
proses pembelajaran umbu-rambu yang ditentukan.

C. Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Kelas Tinggi


Menurut Tarigan (2008: 32-33) menyatakan bahwa keterampilan
berbicara harus melalui persiapan dan perencanaan agar isi pembicara
dapat tersampaikan dengan baik.
Adapun langkah-langkah yang harus dipersiapkan berdasarkan
rumusan masalah dan direncanakan sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu
sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi rancangan permasalahan, yang dilihat dari sudut
pandang penyampaian, diperkuat dengan adanya opini atau argumen,
pelaksana debat, sikap, pemilihan mosi yang akan diperdebatkan, dan
menarik kesimpulan dari kegiatan debat yang menimbulkan pro dan
kontra yang diperankan oleh peserta didik.
2. Melaksanakan debat berdasarkan dengan tujuan pembelajaran yaitu
memilih pokok pembicaraan yang menarik agar menarik perhatian
peserta didik sebagai pendengar.
3. Memberikan tanggapan baik berupa pertanyaan, sanggahan atau
dukungan, serta membatasi permasalahan yang mencakup bidang
tertentu secara santun sesuai dengan metode dan langkah-langkah
pembelajaran.
4. Membuat evaluasi kesimpulan mengenai topik permasalahan yang
diperdebatkan.

15
D. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : SDIT Al-Azhar
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : 5 / II
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Pertemuan :1
A. Standar Kompetensi
Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan
bermain drama.

B. Kompetensi Dasar
Memerankan dalam tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi
yangtepat.

C. Indikator
1. Siswa dapat menghafalkan teks naskah drama
2. Siswa dapat memperagakan drama.
3. Siswa dapat menjelaskan cerita yang diperagakan

D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mempelajari tentang materi “Menirukan Dialog dalam
Naskah Drama” melalui metode bermain peran siswa diharapkan
dapat:
2. Menghafalkan naskah drama
3. Memperagakan drama pendek
4. Menjelaskan cerita yang diperagakan

E. Karakter Siswa yang Diharapkan


1. Rasa hormat dan perhatian
2. Tekun
3. Berani
4. Percaya diri
16
5. Tanggung jawab

F. Materi Ajar
“Memerankan Tokoh Drama”Uraian materi:
1. Contoh naskah drama
2. Memperagakan drama

G. Materi Pembelajaran
(terlampir)

H. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Simulasi
4. Bermain peran

I. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan Awal (15 Menit)
1. Guru mengucapkan salam
dan meminta salah satu
siswa untuk memimpin do’a 1. Siswa menjawab salam dan
2. Guru menanyakan kabar berdo’a
siswa dan memberikan 2. Siswa menjawab kabar
motivasi kepada siswa mereka “baik atau tidak”
3. Guru melakukan presensi 3. Siswa menjawab “hadir
4. Guru melakukan apersepsi Pak!”
dengan menanyakan 4. Siswa dengan antusias
“Anak-anak pernah bermain menjawab pre test
drama atau belum? Jika 5. Siswa dengan antusias
sudah, kalian tahu tidak menjawab apersepsi
drama itu apa?” 6. Siswa mendengarkan
5. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran

17
dengan seksama
Kegiatan Inti (40 Menit)

1. Eksplorasi
a. Siswa mendengarkan
1. Eksplorasi dengan sungguh-
a. Guru menjelaskan sungguh.
macam-macam b. Siswa memperhatikan
pengalaman yang dialami dengan seksama
sehari-hari. 2. Elaborasi
b. Guru mencontohkan a. Siswa
dialog dalam naskah mendengarkan
drama dengan seksama
2. Elaborasi b. Siswa
a. Guru menjelaskan arti berkumpul
drama dengan
b. Guru membagi siswa kelompoknya
menjadi 4 kelompok dan masing- masing
masing-masing terdiri dari untuk berbagi
4 siswa untuk menirukan tugas dan
dialog dalamnaskah
menghafalkan
drama
naskah drama
c. Guru melakukan
sesuai dengan
pengamatan terhadap
proses berlangsungnya perannya
drama c. Siswa
3. Konfirmasi memperagakan
a. Guru bertanya kepada naskah drama.
siswa adakah kesulitan Dalamkegiatan
yang dirasakan ini, siswa
b. Guru meluruskan menggunakan
kesalahan pemahaman strategi
siswa dalam bermain sosiodrama
drama dan memberikan 3. Konfirmasi
c. Penguatan dan a. Siswa yang masih belum
menyimpulkan. paham dan ada kesulitan
bertanya pada guru
b. Siswa mendengarkan
dengan seksama
Kegiatan Penutup (10 Menit)

18
1. Siswa dengan antusias
1. Guru meminta siswa
menjawab pertanyaan guru
menjelaskan cerita yang
2. Siswa mendengarkan
diperankan
dengan seksama
2. Guru memberikan
3. Siswa menerima
kesimpulan dari proses
naskah drama yang
pembelajaran
diberikan olehguru
3. Guru memberikan
dan
naskah drama untuk
menghafalkannya

19
dihafalkan di rumah,
kemudian diperagakan
dalam pertemuan
berikutnya. 4. Siswa mengucap
4. Guru mengakhiri hamdalahdan menjawab
pembelajaran dengan salam
mengucap hamdalah dan
salam.

J. Media Pembelajaran
a. Sumber Belajar
Kaswan Darmadi dan Rita Nirbaya. 2008. Bahasa Indonesia
untukSD dan MI kelas V Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Umri Nur’aini dan Indriyani, 2008. Bahasa Indonesia 3: untuk
SD/MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
PendidikanNasional.
b. Alat Belajar
Teks Naskah Drama

J. Penilaian
Format Penilaian
c. Lembar observasi keterampilan berbicara

Nama A B C D E T Presen
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 o tase
t
a
l

S
k
o
r

20
21
Indikator :
A = Kelancaran berbicara
1. Siswa tidak mampu berbicara
2. Siswa berbicara dengan bantuan guru
3. Siswa berbicara tanpa bantuan guru

B = Intonasi
1. Intonasi tidak tepat
2. Intonasi kurang tepat
3. Intonasi tepat

C = Lafal
1. pengucapan lafal tidak jelas

22
2. pengucapan lafal kurang jelas
3. pengucapan lafal jelas

D = Volume suara
1. rendah
2. sedang
3. lantang

E = Penghayatan
1. tidak menjiwai
2. kurang menjiwai
3. sangat menjiwai

23
24

Ringkasan Materi Memerankan tokoh drama


Drama termasuk karya sastra. Naskah drama lebih banyak
berupa dialog antartokoh karena ditunjukan untuk
pementasan. Belajar bermain peran, yaitu memrankan tokoh
yang terdapat di dalam naskah drama.

1. Membaca Dialog Drama


Membaca dialog dalam naskah drama harus jelas dan lancar.
Selain itu, dialog harus diucapkan sesuai dengan situasi dan
karakter tokoh yang diperankan. Berikut ini beberapa hal
yang harus diperhatikan pada saat membaca dialog dalam
naskah drama.

a. Lafal
Pelafalan atau pengucapan kata-kata harus jelas
b. Intonasi
Intonasi disebut juga lagu kalimat. Dalam membacakan
dialog, intonasi harus tepat. Misalnya, untuk menyampaikan
pertanyaan nada akhir harus naik.

c. Jeda
Jeda disebut juga perhentian. Dalam membaca, penempatan
jeda harus tepat. Jika salah menempatkan jeda, maksud
kalimat akan salah.
Contoh :
1) Bibi / Umi pergi kemana ? (yang pergi Umi bukan Bibi)
2) Bibi Umi / pergi ke mana ? (yang pergi Bibi)

d. Volume Suara
Suara harus dapat diterima pendengar dengan jelas.
Namun, tidak perluterlalu keras.
25

e. Mimik dan Gerak Anggota Tubuh


Mimik merupakan ekspresi wajah ketika sedang berbicara.
Mimik dan gerak tubuh misalnya, tangan, bahu, dan kepala
sangat membantu dalam berdialog. Dialog akan lebih hidup
jika disampaikan dengan penuh ekspresi disertai gerak yang
wajar, sesuai dengan makna kalimat yang disampaikan
26

BAB 3
PENUTUP

A. SIMPULAN

Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa, dimana bahasa


memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai
sarana komunikasi. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa,
biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang tertatur: mula-mula
pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara,
sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan
berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat
keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan. Secara
umum tujuan pembicara adalah :
1) mendorong atau menstimulasi,
2) meyakinkan,
3) menggerakkan,
4) menginformasikan, dan
5) menghibur.

Kalau kita memandang berbicara sebagai seni maka penekanan


diletakkan pada penerapannya sebagai alat komunikasi dalam
masyarakat, dan butir-butir yang mendapat perhatian, misalnya
berbicara dimuka umum, sedangkan jika berbicara sebagai ilmu atau
teori berbicara akan sangat bermanfaat dalam menunjang kemahiran
serta keberhasilan seni atau peraktek berbicara. Secara garis besar,
berbicara di muka umum pada masyarakat ( public speaking ) yang
mencangkup empat jenis, yaitu: berbicara dalam situasi-situasi yang
bersifat memberitahukan atau melaporkan (informatif), berbicara pada
konferens, prosedur parlementer serta debat. Dalam metode
penyampaian dan penilaian berbicara terdapat empat metode yang
dipilih dari yang terbaik yaitu: penyampaian mendadak, penyampaian
27

tanpa persiapan, penyampaian dari naskah dan penyampaian dari


ingatan.

B. SARAN
Dalam kesempatan ini penulis bermaksud ingin menyampaikan
saran yang sekiranya dapat memberikan manfaat. Karena berbicara
sangat penting dalam berkomunikasi, jadi kita perlu memahami bahwa
dalam berbicara kita dapat kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi
atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan,
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan dengan baik.
28

DAFTAR PUSTAKA

Raihani. 2007. International Education Journal. Education Reforms in Indonesia


in the Twenty-First Century, 8(1), hlm. 172-183.

Sariono. 2013. Kedudukan dan Fungsi Kurikulum. Kurikulum 2013: Kurikulum


Generasi Emas, 3 (3), hlm. 1-9

Tanpa Nama. 2016. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. [Online]. Diakses dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Rencana pelaksanaan

https://eprints.umm.ac.id/37547/4/jiptummpp-gdl-nindialvio-51286-3-babii.pdf

https://massofa.wordpress.com/2008/01/13/proses-pembelajaran-di-kelas-tinggi/

Anda mungkin juga menyukai